Anda di halaman 1dari 12

MITOS SEBAGAI CIRI KEBUDAYAAN INDONESIA PADA NOVEL

RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN


NOVEL TARIAN BUMI KARYA OKA RUSMINI: KAJIAN
INTERTEKSTUAL
MYTH AS CULTURAL CHARACTERISTICS OF INDONESIAN CULTURE IN
THE NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK BY AHMAD TOHARI AND
NOVEL TARIAN BUMI BY OKA RUSMINI: INTERTEXTUAL STUDY

Fatma Eka Safira


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan. Ir H. Juanda, Ciputat Tim, Kota Tangerang Selatan, Banten 15412
fira.safir17@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak
Penelitian ini mendeskripsikan bentuk mitos yang menjadi ciri kebudayaan di Indonesia
pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Tarian Bumi karya Oka
Rusmini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian
ini berupa novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Tarian Bumi karya Oka
Rusmini. Data dalam penelitiaan ini adalah berupa kalimat, paragraf, kutipankutipan
dialog, dan wacana yang menggambarkan bentuk mitos dalam kedua novel tersebut. Latar
belakang kedua novel tersebut sama-sama menceritakan kehidupan sang penari. Novel
RDP menceritakan kisah kehidupan penari di Jawa, sedangkan pada novel Tarian Bumi
menceritakan kehidupan penari di Bali. Hasil penelitian bahwa dalam novel Tarian Bumi
karya Oka Rusmini, nilai mitos yang terkandung adalah jenis mitos yang berupa gugon
tuhon; yaitu mitos yang berupa larangan-larangan tertentu yang jika dilanggar orang
tersebut akan menerima dampak (akibat) yang tidak baik, dan mitos penciptaan atau cerita
tentang asal-usul sesuatu, Pada novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, nilai
mitos yang terdapat pada novel tersebut di antaranya yaitu mitos penciptaan, mitos legenda
atau dongeng, dan mitos alam. Mitos sebagai ciri kebudayaan terlihat pada sistem religi dan
kesenian.

Kata Kunci: Mitos, Budaya, Ronggeng Dukuh Paruk, Tarian Bumi, Sastra Bandingan.

Abstract
This research describes the mythical forms that characterize Indonesian culture in the novel
Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari and the novel Tarian Bumi by Oka Rusmini. This
research is a descriptive qualitative research. The data source of this research is the novel
Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari and Tarian Bumi by Oka Rusmini. The data in
this research are in the form of sentences, paragraphs, dialogue quotes, and discourses that
describe the form of myths in the two novels. The background of the two novels both tells of
the dancer's life. The novel RDP tells the story of the life of dancers in Java, while the novel
Tarian Bumi tells the life of dancers in Bali. The results showed that in the novel Tarian
Bumi by Oka Rusmini, the value of the myth contained is a type of myth in the form of
gugon tuhon; namely myths in the form of certain prohibitions which, if violated by the
person, will receive bad impacts (consequences), and creation myths or stories about the
origin of something, In the novel Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari, the value of the
myths contained in the novel among them are creation myths, myths, legends or fairy tales,
and myths of nature. Myth as a cultural characteristic is seen in the religious and artistic
systems.
Keywords: Myths, Culture, Ronggeng Dukuh Paruk, Earth Dance, Comparative Literature.

1. Pendahuluan dan ketiga: karya sastra sebagai


Nurgiyantoro (2012: 12) Novel sebagai penciptaan kembali (mode of creation).
sebuah karya fiksi menawarkan Nilai budaya pada karya
sebuah dunia, dunia yang berisi model sastra hadir karena adanya
kehidupan yang di idealkan, dunia suatu gejala sosial yang
imajinatif, yang dibangun melalui berkaitan pada hubungan antar
berbagai unsur intrinsiknya seperti manusia yang berbentuk
peristiwa, plok, tokoh (dan realitas. Karya sastra pun bukan
penokohan), latar, sudut pandang, dan suatu hasil karangan atau
lain-lain yang kesemuanya, tentu saja, imajinasi saja, melainkan karya
juga bersifat imajinatif. Karya fiksi sastra terbentuk dari
dengan demikian menyaran pada perenungan terhadap realitas
suatu karya yang menceritakan sosial budaya yang ada.
sesuatu yang bersifat rekaan, Realitas sosial budaya yang
khayalan, sesuatu yang tidak ada dan dimaksud adalah peristiwa
terjadi sungguh-sungguh sehingga ia yang benar-benar terjadi dalam
tak perlu dicari kebenarannya pada kehidupan masyarakat.
dunia nyata, sehingga kebenarannya Kehadirannya tidak hanya
pun dapat dibuktikan dengan data dibatasi oleh imajinasi dan
empiris. Ada tidaknya, atau dapat emosi saja, melainkan harus
tidaknya sesuatu yang dikemukakan dapat memberikan sebuah
dalam suatu karya dibuktikan secara pencerahan baru bagi para
empiris inilah antara lain yang pembaca dan penikmatnya.
membedakan karya fiksi dengan karya Mitos merupakan
nonfiksi. Tokoh, peristiwa dan tempat semesta pengetahuan manusia
yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tradisional dalam memaknai
tokoh, peristiwa, dan tempat yang eksistensi diri, asal-usul alam
bersifat imajinatif, sedang pada karya semesta, dan berbagai peristiwa
nonfiksi bersifat fakta. dramatis dalam kehidupan.
Kuntowijoyo dalam Horison (1986: Ribuan tahun mitos menjadi
268) mengatakan bahwa karya sastra rumah pengetahuan bersama
sebagai simbol mempunyai tiga peran, bagi manusia tradisional. Kini,
sekalipun pada akhirnya ketiga- rumah pengetahuan itu hampir
tiganya tidak mungkin dipisahkan. punah, bahkan lenyap dari
Ketiga peran atau pengertian itu peradaban. Menurut Mukalam
adalah, pertama: karya sastra sebagai (2009), lenyapnya mitos sebagai
pemahaman terhadap realitas (moden akibat dari kesalahpahaman
of comprehension), artinya pengarang sebagian besar manusia
itu menafsirkan realitas yang kontemporer dalam melihat
dihadapinya dan ada di sekelilingnya hakikat dan modus-modusnya.
sesuai dengan kemampuan dan Pada masa lampau, mitos
kemampuan pengarang; kedua: karya bukanlah sekedar dongeng,
sastra sebagai cara komunikasi (mode tetapi nalar sebuah
of communication) terhadap kenyataan; pengetahuan.
Nurgiyantoro (2002:175) mebedakan ora ilok (tidak baik) jika
mitos ke dalam tiga jenis berdasarkan dilakukan. Dalam artian, jika
isi yang dikisahkan, yaitu: melanggar hal-hal yang telah
a. Mitos penciptaan (creation disirik (dilarang), maka
myths); adalah mitos yang dipercaya akan mendapat
menceritakan atau menjelaskan akibat yang tidak
awal mula kejadian sesuatu. menyenangkan.
Mitos jenis ini merupakan d. Mitos yang berupa dongeng,
bagian dari cerita rakyat, oleh legenda, dan cerita; adalah
Fang (1976) dikategorikan ke mitos yang biasanya diyakini
dalam cerita asal usul, karena memiliki legimasi yang
b. Mitos alam (nature myths); kuat dalam pikiran orang
adalah cerita menjelaskan hal- Budaya di Indonesia sering kali
hal yang bersifat alamiah memunculkan mitos-mitos dalam
perbindatngan, perubahan dalam daerahnya. Misalnya mitos
cuaca, dan karakteristik daerah Jawa berbeda engan mitos
binatang. daerah Sumatra, Kalimantan dan
c. Mitos kepahlawanan (hero sebagainya. Novel Tarian Bumi karya
myths); merupakan mitos yang Oka Rusmini dan novel Ronggeng
mengisahkan seorang tokoh Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
yang menjadi pahlawan karena adalah novel yang memperlihatkan
kualifikasi dirinya yang unsur budaya mitos daerah.
memiliki keajaiban tertentu di Kepercayaan-kepercayaan nenek
luar nalar manusia moyang serta ritual-ritual terlihat
Endraswara (dalam Wulandari, dalam kedua novel tersebut yang
2011:18) membagi mitos dalam 4 jenis mungkin sampai sekarang masih
yaitu: berlaku pada kepercayaan
a. Mitos yang berupa gugon masyarakat.
tuhon; yaitu mitos yang berupa Analisis selanjutnya, ada
larangan-larangan tertentu tujuh unsur kebudayaan yang
yang jika dilanggar orang dapat ditemukan pada semua
tersebut akan menerima bangsa menurut
dampak (akibat) yang tidak Koentjaraningrat (2005: 81).
baik. Ketujuh unsur yang ada
b. Mitos berupa bayang asosiatif; merupakan isi pokok dari
mitos yang berhubungan setiap kebudayaan, di
dengan dunia mimpi. Orang antaranya: Bahasa, sistem
Jawa masih percaya bahwa pengetahuan, organisasi sosial,
mimpi buruk dipercaya sebagai sistem peralatan hidup dan
tanda akan datangnya musibah, teknologi, sistem mata
sedangkan mimpi baik berupa pencaharian, sistem religi dan
suatu petanda akan datang sistem kesenian.
kesenangan, rejeki dan Penulis dalam penelitian
kebahagiaan. ini hanya memfokuskan pada
c. Mitos yang berupa sirikan unsur kebudayaan dalam
(larangan) harus dihindari; sistem religi dan sistem
mitos yang masih bersifat kesenian untuk meneliti mitos
asosiatif tetapi penekanannya sebagai ciri kebudayaan di
Indonesia pada novel Ronggeng dukun ronggeng di Dukuh itu,
Dukuh Paruk dan novel Tarian Srinthil harus dimandikan
Bumi. kembang di depan cungkup
a. Sistem religi: Sistem religi tidak makam Ki Secamenggala.
sebatas pada sistem keyakinan Srinthil juga harus melewati
dan gagasan-gagasan tentang tahap bukak klambu. Ia tidak
Tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh mungkin naik pentas dengan
halus, neraka, surga, dan lain- menungut bayaran kalau tidak
lain, tetapi juga pada berbagai melewati tahap ini. Kemudian,
bentuk upacara (baik yang akibat adanya kejadian pada
musiman maupun kadangkala), tahun 1965 yang membuat
maupun benda-benda suci serta Dukuh Paruk hancur karena
religious. pedukuhan tersebut telah
b. Sistem kesenian: Sistem dianggap ikut berpartisipasi
kesenian dapat berupa gagasan, dalam kejadian tersebut. Srintil
ciptaan, pikiran, dongeng, atau dan rombongan ronggeng
syair yang indah. Sistem ditahan sebagai tahanan politik.
kesenian juga dapat meliputi Novel Tarian Bumi menceritakan
wujud tindakan interaksi seorang perempuan berkasta Sudra
berpola antara sesama seniman bernama Luh Sekar yang menikah
pencipta, penyelenggara, dengan lelaki Brahmana dan
sponsor kesenian, pendengar, mempunyai anak bernama Telaga.
penonton, maupun para Setelah keinginannya menjadi penari
peminat hasil kesenian, di terwujud dengan melakukan ritual-
samping wujudnya berupa ritual. Luh Sekar ingin Telaga menikah
benda-benda yang indah, candi, dengan lelaki Brahmana tetapi Telaga
kain tenun yang indah, dan keras kepala dan menikahi lelaki
lain-lain. (Koentjaraningrat: 81) berkasta Sudra. Kemudian Telaga
Novel Ronggeng Dukuh melakukan upacara Pattiwangi yaitu
Paruk menceritakan kehidupan upacara pelepasan statusnya sebagai
penari ronggeng bernama Brahmana agar terbebas dari segala
Srintil yang sejak kecil penuh kesialan. Akhirnya ia melaksanakan
lika-liku. Kehidupan dan upacara itu di Griya, dan Telaga pun
semangat warga Dukuh Paruk berubah status kastanya menjadi
mulai kembali bangkit setelah perempuan Sudra.
Srintil dinobatkan menjadi Kedua novel tersebut sama-sama
seorang ronggeng. Bagi memperlihatkan unsur budaya mitos
masyarakat Dukuh Paruk yang dalam ceritanya dan menarik peneliti
bodoh dan miskin, ronggeng untuk membahas. Kajian ini dapat
adalah simbol, karena tanpa bermanfaat untuk memberikan
ronggeng, Dukuh Paruk adalah berbagai perspektif sastra khususnya
pedesaan tanpa jati diri. pada fokus budaya mitos dan kajian
Sebagaimana layaknya seorang intertekstual.
ronggeng, Srinthil harus 2. Metode
melewati tahap-tahap untuk Metode yang digunakan untuk
menjadi ronggeng yang penelitian ini adalah sastra bandingan.
sesungguhnya. Setelah Kajian sastra bandingan yang
diserahakan kepada Kartareja, digunakan pada penelitian ini adalah
kajian bandingan antara novel dengan punggung bukit kecil di tengah
novel. Endawswara (2011) sastra Dukuh Paruk menjadi kiblat
bandingan adalah sebuah studi teks kehidupan kebatinan mereka.”
across cultural. Studi ini merupakan Tohari (2018: 10)
upaya interdisipliner, yakni lebih Pada kutipan di atas dapat
banyak memperhatikan hubungan dikategorikan pada mitos penciptaan
sastra menurut aspek waktu dan (creation myths); adalah mitos yang
tempat. Dari aspek waktu, sastra menceritakan atau menjelaskan awal
bandingan dapat membandingkan mula kejadian sesuatu. Mitos jenis ini
dua atau lebih periode yang berbeda. merupakan bagian dari cerita rakyat,
Sedangkan konteks tempat, akan oleh Fang (1976) dikategorikan
mengikat sastra bandingan menurut kedalam cerita asal-usul. Pada novel
wilayah geografis sastra. Konsep ini tersebut dijelaskan bahwa Ki
mempresentasikan bahwa sastra Secamenggala adalah moyang dari
bandingan memang cukup luas. semua orang Dukuh Paruk atau asal
Bahkan, pada perkembangan muasal masyarakat Dukuh Paruk.
selanjutnya, konteks sastra bandingan
tertuju pada bandingan sastra dengan 3.2. Mitos Legenda dalam novel
bidang lain. Bandingan semacam ini, Ronggeng Dukuh Paruk
guna merunut keterkaitan antar aspek “di pedukuhan itu ada
kehidupan. Penelitian ini juga kepercayaan kuat, seorang
menggunakan metode penelitian ronggeng sejati bukan hasil
deskriptif kualitatif. Penelitian pengajaran. Bagaimanapun
deskriptif kualitatif bertujuan untuk diajari, seorang perawan tak
mengungkapkan informasi dalam bisa menjadi ronggeng kecuali
bentuk kualitatif dengan roh indang telah merasuk
pendeskripsian. Sumber data yaitu tubuhnya. Indang adalah
novel RDP karya Ahmad Tohari dan semacam wangsit yang
Tarian Bumi karya Oka Rusmini. dimuliakan di dunia
3. Pembahasan peronggengan.” Tohari
3.1. Mitos Cerita atau Penciptaan (2018:13)
dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk Pada kutipan di atas, termasuk
“konon, moyang semua orang kategori mitos yang berupa dongeng,
Dukuh Paruk adalah Ki legenda, dan cerita; adalah mitos yang
Secamenggala, seorang biasanya diyakini karena memiliki
bromocorah yang sengaja legimasi yang kuat dalam pikiran
mencari daerah paling sunyi orang. Dalam novel tersebut,
sebagai tempat menghabiskan masyarakat Dukuh Paruk yakin
riwayat keberandalannya. Di bahwa ronggeng sejati adalah yang
Dukuh Paruk inilah akhirnya Ki dirasuki indang.
Secamenggala menitipkan
darah dagingnya. Semua orang “mereka mengatakan keris itu
Dukuh Paruk tahu Ki bernama Kyai Jaran Guyang,
Secamenggala, moyag mereka, pusaka Dukuh Paruk yang
dahulu menjadi musuh telah lama lenyap. Itu Kris
kehidupan masyarakat. Tetapi pekasih yang dulu selalu
mereka memujanya. Kubur Ki menjadi jimat para ronggeng.
Secamenggala yang terletak di Mereka juga mengatakan hanya
karena keberuntunganku maka
keris itu sampai ke tanganku. 3.4. Mitos Cerita atau Penciptaan
Rasus, dengan keris itu aku dalam novel Tarian Bumi
akan menjadi ronggeng tenar. Mitos penciptaan (creation myths);
Itu kata Kakek dan juga adalah mitos yang menceritakan atau
Kartareja.” menjelaskan awal mula kejadian
Pada kutipan di atas termasuk sesuatu. Mitos jenis ini merupakan
kategori mitos yang berupa dongeng, bagian dari cerita rakyat, oleh Fang
legenda, dan cerita; adalah mitos yang (1976) dikategorikan ke dalam cerita
biasanya diyakini karena memiliki asal usul.
legimasi yang kuat dalam pikiran “Ketika di desanya ada wabah
orang. Dalam novel tersebut, Sakarya penyakit, para balian, orang-
dan Kartareja telah memberi tahu orang sakti, mendapat pawisik
Srintil bahwa keris yang saat ini bahwa di desa itu harus
dipegangnya adalah bukan keris biasa. dibangun pura untuk pemujaan
Dengan keris tersebut Srintil bisa kepada dewa tari. Sebuah sekehe
menjadi ronggeng yang terkenal. Arja berdiri. Satu upacara lagi
harus dilakukan warga desa.
3.3. Mitos Alam dalam novel Seluruh penari yang telah
Ronggeng Dukuh Paruk dipilih harus menghaturkan
“rambutnya disanggul. daksina, sesaji yang berisi
Kartareja menyalakan kelapa, telur itik, pisang, beras,
pedupaan yang diletakkannya dan banyak lagi. Mereka juga
di sudut halaman. Sebuah melengkapi bunga. Semua
gayung dengan tangkainya gadis yang terpilih berdoa.
yang tertanam di dalam tanah Seminggu kemudian mereka
juga ada di sana. Celana kotor harus mengambil sesaji itu.
bekas, kutang bekas, serta Semua telur itik dalah sesaji
pakaian dalam lainnya pecah, kecuali milik Kambren.
dilemparkan di atas genting. Telur itik itu tetap utuh, bahkan
Selesai dengan pekerjaan itu, sampai sebulan lebih. Orang-
Kartareja berdiri di tengah orang desa bergumam,
halaman dengan wajah Kambren adalah kekasih dewa
menatap langit. Dukun tari.” Rusmini (2013: 78)
ronggeng itu sedang Pada kutipan novel Tarian Bumi di atas
melakukan ritus penangkal jenis dikategorikan pada jenis mitos
hujan.” Tohari (2018: 69) penciptaan atau mitos cerita. Karena,
Pada kutipan di atas termasuk dalam menceritakan asal-usul Luh Kambren
kategori mitos alam (nature myths); yang dinobatkan sebagai kekasih
adalah cerita menjelaskan hal-hal yang dewa tari di desanya, pada kutipan
bersifat alamiah perbindatngan, tersebut dijelaskan bahwa hanya telur
perubahan cuaca, dan karakteristik milik Luh Kambren utuh daripada
binatang. Dalam novel ini masyarakat telur gadis lain.
Dukuh Paruk percaya dengan “Sepertinya, pada saat menari
melakukan ritual penangkal hujan seluruh semesta memberi restu
dengan cara melemparkan pakaian pada Telaga. Hanya pada tubuh
dalam ke atas genting akan menangkal Telaga para dewa mau
hujan pada waktu terebut. kompromi. “karena dia seorang
putri Brahmana, maka para pantas mendapatkan seluruh taksu-
dewa memberinya taksu, nya itu. Selain mendapatkan taksu dari
kekuatan dari dalam yang tidak guru tarinya, Telaga juga merasa
bisa dilihat mata telanjang. Luar bahwa ada sesuatu yang ditanami oleh
biasa. Lihat! Ketika perempuan ibunya. Kemudian orang-orang yang
itu menari seluruh mata seperti melihat Telaga hanya bisa mengiri
melahap tubuhnya. Alangkah karena dewa-dewa telah pilih kasih
beruntungnya perempuan itu. kepadanya.
Sudah bangsawan, kaya, cantik “Luh sekar tidak ingin
lagi. Dewa-dewa benar-benar menjawabnya. Seorang
pilih kasih!”. Rusmini (2013:4-5) perempuan tua dan buta teklah
menanam sesuatu dalam
“Telaga hanya bisa diam tubuhnya. Sesuatu yang
mendengar semua itu. Karena mampu memikat laki-laki yang
dia tahu, sesuatu telah diinginkannya.” Rusmini (2013:
dimasukan ibunya di tubuhnya. 53).
Sesuatu yang membuat Telaga “Perempuan itu hanya
merasa tidak nyaman setiap membekali Luh Sekar sebuah
menari”. Rusmini (2013: 9) tusuk konde. Bentuknya sangat
aneh, begitu runcing.
“Untuk pertama kali Kambren Hiasannya juga sangat kuno.
melihat bahwa perempuan Pahatannya begitu halus
yang berdiri di depannya menggambarkan bunga
adalah perempuan yang tepat kenang, ketika menyentuh
untuk diberi taksu miliknya. tusuk konde itu, Luh Sekar
Taksu yang didapat dari para merasakan ada getaran aneh
dewa tari. Taksu yang tidak yang mengalir ke dalam
akan pernah menetes lagi”. tubuhnya.” Rusmini (2013:59).
“Dulu, Kambren mengira taksu Pada kutipan di atas dikategorikan
yang didapatkannya dari dewa pada jenis mitos penciptaan atau mitos
tari akan dia bawa sampai mati. cerita. Kutipan tersebut menceritakan
Tetapi begitu melihat Telaga, Luh Sekar (Jero Kenanga) yang
pikiran itu menguap. Tiba-tiba diberikan tusuk konde oleh ibunya,
saja dia merasa bocah Luh Dalem. Menurut peneliti, benda
perempuan di depannya adalah tersebut yang membawa efek Luh
anaknya. “Hyang Widhi, Sekar dapat mencapai cita-citanya
akhirnya kutemukan juga laut sebagai penari dan menikah dengan
yang tepat untuk seorang Ida Bagus (laki-laki berkastra
menumpahkan limbahku.” Brahmana).
Rusmini (2013:77).
Jenis mitos yang terdapat pada 3.5. Mitos Gugon Tuhon dalam novel
kutipan di atas yaitu dikategorikan Tarian Bumi
pada mitos penciptaan. Dalam kutipan Mitos yang berupa gugon tuhon; yaitu
tersebut menceritakan asal-usul mitos yang berupa larangan-larangan
bagaimana tokoh utama novel yaitu tertentu yang jika dilanggar orang
Telaga mendapatkan taksu dari guru tersebut akan menerima dampak
tarinya yaitu Luh Kembren. Luh (akibat) yang tidak baik.
Kembren percaya bahwa Telaga
“Jangan bertanya terlalu menceritakan bahwa masyarakat
banyak. Simpan! Kau yang sedang mengingatkan Luh Sekar
memiliki benda keramat itu tentang kematian ibunya (Luh dalem)
sekarang. Jaga dia. Jagan yang tidak boleh diabenkan. Jasad Luh
sampai disentuh orang lain. Dalem harus dikubur selama 42 hari
Aku tidak bisa ceritakan sejarah karena perempuan tersebut dikatakan
benda ini. Satu yang harus kau mati salah pati, mati yang salah
percaya, benda ini akan menurut adat. Kematiannya dianggap
menolongmu. Kau bisa rasakan sebagai kematian yang salah. Apabila
kelak!” Rusmini (2013:59) Luh Sekar tidak menjalankan perintah
Pada kutipan di atas dikategorikan tersebut, dampak yang akan terjadi
pada jenis mitos yang berupa gugon adalah timbul wabah bagi penerus-
tuhon; yaitu mitos yang berupa penerus di desanya.
larangan-larangan tertentu yang jika “Seorang laki-laki Sudra
dilanggar orang tersebut akan dilarang meminang perempuan
menerima dampak (akibat) yang tidak Brahmana. Akan sial jadinya
baik. Pada kutipan tersebut, Luh Sekar bila Wayan mengambil Telaga
diberi tusuk konde oleh ibunya, dan sebagi istri. Perempuan Sudra
ibunya berpesan agar benda tersebut itu percaya pada mitos bahwa
jangan sampai disentuh oleh orang perempuan Brahmana adalah
lain, bend aitu harus dijaga dan surya, matahari yang
disimpan dengan baik karena akan menerangi gelap. Kalua
membawakan kebaikan, dan matahari itu dicuri, bisakah
sebaliknya jika benda tersebut dibayangkan akibatnya?”
tersentuh oleh orang lain maka yang Rusmini (2013: 137)
akan terjadi adalah sebaliknya. Pada kutipan di atas dikategorikan
“Orang-orang mengingatkan pada jenis mitos yang berupa gugon
Sekar bahwa ini soal adat. tuhon; yaitu mitos yang berupa
Kalau adat tidak dilaksanakan, larangan-larangan tertentu yang jika
akan timbul wabah bagi dilanggar orang tersebut akan
generasi desa ini selanjutnya.” menerima dampak (akibat) yang tidak
Rusmini (2013: 82) baik. Selain itu dikategorikan juga
Pada kutipan di atas dikategorikan pada jenis mitos yang berupa sirikan
pada jenis mitos yang berupa gugon (larangan) harus dihindari; mitos yang
tuhon; yaitu mitos yang berupa masih bersifat asosiatif tetapi
larangan-larangan tertentu yang jika penekanannya ora ilok (tidak baik)
dilanggar orang tersebut akan jika dilakukan. Dalam artian, jika
menerima dampak (akibat) yang tidak melanggar hal-hal yang telah disirik
baik. Selain itu dikategorikan juga (dilarang), maka dipercaya akan
pada jenis mitos yang berupa sirikan mendapat akibat yang tidak
(larangan) harus dihindari; mitos yang menyenangkan. Pada kutipan tersebut
masih bersifat asosiatif tetapi menceritakan bahwa mitos yang
penekanannya ora ilok (tidak baik) terkait dengan kasta di Bali, hal ini
jika dilakukan. Dalam artian, jika menjelaskan bahwa Telaga
melanggar hal-hal yang telah disirik berkeinginan untuk menikah dengan
(dilarang), maka dipercaya akan Wayan Sasmitha seorang lelaki Sudra.
mendapat akibat yang tidak Jika pernikahan tersebut terjadi, maka
menyenangkan. Pada kutipan tersebut
mitos menyebutkan akan membawa untuk melakukan dua hal
petaka pada keluarga. sebagai simbol utuhnya seorang
ronggeng sejati. Persyaratannya
3.6. Sistem Religi dalam novel di antara lain yaitu dimandikan
Ronggeng Dukuh Paruk dengan air bunga di depan
Seperti masyarakat Bali, makam Ki Secamenggala dan
masyarakat Jawa juga dikenal upacara bukak-klambu yang
sangat kental dengan hal yang mebuat calon ronggeng
berbau mistis. Mereka juga kehilangan keperawanannya.
memegang teguh adat istiadat Terlihat pada kutipan berikut:
daerahnya. Pada masyarakat “namun adat Dukuh Paruk
Jawa dalam novel Ronggeng mengatakan masih ada dua
Dukuh Paruk adalah masyarakat tahapan yang harus dilaluinya
yang percaya dan memuja sebelum Srintil berhak
kuburan Ki Secamenggala, yang menyebut dririnya seorang
katanya adalah moyang dari ronggeng yang sebenarnya.
semua orang di Dukuh Paruk. Salah satu di antaranya adalah
Terlihat pada kutipan berikut: upacara pemandian yang secara
“semua orang Dukuh Paruk turun temurun dilakukan di
tahu Ki Secamenggala, moyag depa cungkup makan Ki
mereka, dahulu menjadi musuh Secamenggala.” Tohari (2018:
kehidupan masyarakat. Tetapi 43)
mereka memujanya. Kubur Ki “bukak-klambu adalah semacam
Secamenggala yang terletak di sayembara, terbuka bagi laki-
punggung bukit kecil di tengah laki mana pun. Yang
Dukuh Paruk menjadi kiblat disayembarakan adalah
kehidupan kebatinan mereka.” keperawanan calon ronggeng.
Tohari (2018: 10) Laki-laki yang dapat
Masyarakat Dukuh Paruk juga menyerahkan sejumlah uang
percaya bahwa dengan mengatasi yang ditentukan oleh dukun
memohon arwah Ki Secamenggala ronggeng, berhak menikmati
harus menggunakan pedupaan. virginitas itu.” Tohari (2018:51)
Terlihat pada kutipan berikut:
“sehabis berkata
demikian Sakarya berbalik
mengambil pedupaan.
Dikibaskannya asap kemenyan
itu ke arah Kartareja yang 3.8. Sistem Religi dalam novel Tarian
dipercayainya sedang Bumi
kemasukan arwah Ki Masyarakat Bali dikenal
Secamenggala.” Tohari(2018: dengan dengan pemegang adat
48) istiadat yang kuat. Mereka juga
3.7. Sistem Kesenian dalam novel sangat percaya dengan hal-hal
Ronggeng Dukuh Paruk yang berbau mistis untuk
Seperti masyarakat Jawa, menjalankan tradisi adatnya.
pada novel ini untuk mrnjadi Pada masyarakat Bali dalam
penari atau ronggeng sejati, novel Tarian Bumi adalah
calon ronggeng disyaratkan masyarakat selalu
membawakan sesaji, bunga-bunga mengorek lebih
sembahyang dan melakukan dalam lukanya. Sebuah upacara
upacara-upacara adat. Terlihat harus dilakukan demi
pada kutipan berikut: ketenangan keluarganya. Demi
“Bagi perempuan Bali bekrja Luh Sari. Telaga telah dianggap
adalah membuat sesaji, sumber malapetaka dan
sembahyang, dan menari kesialan keluarga Gumbreg. “
untuk upacara. Itu yang Rusmini (2013: 175)
membuat kesenian ini tetap Masyarakat Bali yang dikenal
bertahan.” Rusmini (2013: memegang teguh adat-istiadat dan
92) kepercayaan kepada para dewa.
Masyarakat Bali juga memegang adat- Dalam novel ini diceritakan bahwa
istiadat yang kuat, jika mereka tidak Telaga memohon, berdoa dan
menjalaninya, mereka percaya bahwa memberikan sesaji kepada Hyang
aka nada malapetaka atau musibah Widhi agar ia dapat menari dengan
yang menimpanya. Pada novel Tarian baik. Terlihat pada kutipan berikut:
Bumi diceritakan bahwa Telaga yang “Kata ibu Sekar, pragina-pragina
seorang perempuan berkasta tari, terlebih tari hiburan seperti
Brahmana ingin menikah dengan jogged, memerlukan doa yang
Wayan Sasmitha, seorang lelaki Sudra. sangat luar biasa. Masih kata
Jelas pernikahan mereka dibantah oleh ibunya, hanya orang-orang
kedua orang tua mereka. Oleh sebab tertentu yang bisa
itu Telaga harus melakukan upacara mendapatkan restu para dewa
adat untuk melepaskan nama Ida untuk menari dengan baik.”
Ayu-nya tersebut demi keluarganya. Rusmini (2013: 25)
Terlihat pada kutipan: “Ambil semua taksu yang tiang
“masih satu upacara yang harus punya. Tugeg memang pilihan!
dilakukannya agar benar-benar Ingat, Tugeg harus rajin
menjadi perempuan Sudra, Patiwangi. membawa sesaji ke pura setiap
Kali ini Telaga harus membunuh nama bulan terang dan bulan mati.
Ida Ayu yang telah diberikan hidup Mohon pada Hyang Widhi agar
padanya. Nama itu tidak boleh lagi. Tugeg selalu bisa menari
Tidak pantas hanya membawa dengan baik.” Rusmini (2013:
kesialan bagi orang lain!” Rusmini 91)
(2013:172)
3.9. Sistem Kesenian dalam novel
“Telaga mulai membuka Tarian Bumi
bajunya. Dia hanya Kesenian pada
mengenakan kain sebatas dada. masyarakat Bali yang terdapat
Seorang pemangku pada novel ini adalah sebelum
mengucapkan matra-mantra. ada pementasan tari sebagai
Kaki perempuan tua itu simbol kesenian masyarakat
diletakkan pada kepala telaga, tersebut, seorang pemangku
tepat di ubun-ubun. Air dan wajib memberi sesaji untuk
Bungan menyatu. Kali ini, para dewa agar tidak terjadi
Telaga mersakan air dan bunga hal-hal yang tidak diinginkan
tidak bersahabat dengannya. dan penatri harus selalu
Air menusuk-nusuk tubuhnya,
memohon doa. Terlihat pada terdapat dalam novel Tarian
kutipan berikut: Bumi terlihat pada masyarakat
“Seorang pemangku juga Bali yang selalu memohon
bertugas menghaturkan sesaji kepada sang Hyang Widhi,
ke pura sebelum berangkat agar sebagai kepercayaan mereka.
para dewa tari merestui Sistem kesenian pada novel
pementasan mereka. Pulang tersebut terlihat pada
dari pentas, pemangku itu masyarakat Bali yaitu sebelum
kembali menghaturkan sesaji melakukan pementasan tari,
agar para penari bisa pemangku harus menyiapkan
menjalankan kehidupannya sesaji agar penari tersebut tidak
sehari-hari seperti biasa, dan ikut arwah jahat.
tidak terbawa roh penari joged.” Pada novel Ronggeng Dukuh
“Sekar ingat, bagaimana Paruk karya Ahmad Tohari,
perjuangan untuk menjadi nilai mitos yang terdapat pada
pragina, primadona dalam novel tersebut di antaranya
sekehe, grup joged. Sekar tahu yaitu mitos penciptaan, mitos
diri, sangat tahu diri, menjadi legenda atau dongeng, dan
penari joged perlu pawisik para mitos alam. Mitos sebagai ciri
dewa. “ Rusmini (2013:25) kebudayaan terlihat pada
“Menjadi penari itu harus siap sistem religi dan kesenian.
berbakti kepada para dewa. Sistem religi yang
Menari harus mampu berdialog terdapat pada novel tersebut
dengan jiwa. Kalua Tugeg tidak yaitu masyarakat Dukuh Paruk
sanggup melakukannya, jangan sangat memuja makam Ki
pernah bermimpi menjadi Secamenggala sebagai
seorang penari.” menghaturkan kepuasan batin
“sampai setua ini penyakit Kambren dengan memberikan sesaji.
tidak pernah muncul lagi. Dia selalu Sistem kesenian pada novel
sehat dan segar, terlebih bila sedang tersebut terlihat pada ritual-
mengajarkan tari.” Rusmini (2013:75- ritual sebagai syarat yang
79) dilakukan oleh Srintil sebagai
4. Simpulan calon ronggeng. Syarat yang
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan oleh Srintil yaitu
bahwa dalam novel Tarian Bumi dengan dimandikan air
karya Oka Rusmini, nilai mitos kembang di depan makan Ki
yang terkandung adalah jenis Secamenggala, selanjutnya
mitos yang berupa gugon tuhon; melakukan bukak-klambu atau
yaitu mitos yang berupa yang disebut sebagai
larangan-larangan tertentu sayembara untuk mendapatkan
yang jika dilanggar orang virginitas dari seorang calon
tersebut akan menerima ronggeng
dampak (akibat) yang tidak
baik, dan mitos penciptaan atau
cerita tentang asal-usul sesuatu.
Mitos sebagai ciri kebudayaan
terlihat pada sistem religi dan
kesenian. Sistem religi yang
Daftar Pustaka

Horison, No. 8, Agustus 1986.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori


Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2012.

Yulianti, Ana. “ANALISIS MITOS


DALAM KUMPULAN CERPEN
AKAR PULE KARYA OKA
RUSMINI”. Proceding Seminar.

Suwardi Endraswara, Metodologi


Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:
2011.

Wellek, Rene dan Austin Warren,


Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 1995.

Koentjaraningrat. Pengantar
Antropologi I. Jakarta: Rineke Cipta.
2005.

Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak


Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. 2002.

Tohari, Ahmad. Ronggeng Dukuh


Paruk. Jakarta. PT Gramedia. 2018

Rusmini, Oka. Tarian Bumi. Jakarta. PT


Gramedia. 2013

Anda mungkin juga menyukai