Anda di halaman 1dari 3

WARAHAN (PENGERTIAN, CIRI-CIRI, JENIS DAN STRUKTUR)

Warahan yaitu jenis sastra yang berbentuk cerita menghibur dan berisi pesan moral atau amanat
tertentu.

Warahan adalah salah satu jenis sastra Lampung berupa cerita yang berbentuk prosa. Masyarakat etnik
Lampung mempunyai banyak cerita yang berbentuk prosa. Cerita itu dapat digolongkan menjadi enam
jenis yakni epos, fabel, legenda, mite, dan cerita yang semata mata berdasarkan fiksi (Sanusi, 2014:121).
Kantor Bahasa Provinsi Lampung (20016: 8) membagi cerita rakyat menjadi tiga, yaitu mite, legenda dan
dongeng. Warahan memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. peneliti membatasi unsur instrinsik warahan
menjadi 6 (enam) yakni tema, penokohan, latar/ seting, alur, konflik, dan amanat. Sedangkan unsur
ekstrinsik peneliti membatasi pada pandangan hidup/latar belakang pengarang yakni unsur piil
pesenggiri yang ada di masyarakat Lampung meliputi juluk adek, nengah nyampogh, sakai sambayan,
dan nemui nyimah.

Pada awalnya, jenis sastra ini muncul sebagai sastra lisan karena pada jaman dahulu belum ditemukan
alat tulis. Sebagai suatu bentuk sastra, warahan memuat ide, gagasan, atau pendapat yang berisi nilai-
nilai moral atau nilai kemanusiaan yang positif untuk dihayati dan diamalkan sehingga diharapkan dapat
terbentuk kepribadian manusia yang lebih baik dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Warahan biasanya dilakukan pada saat sedang bekerja, seperti memetik cengkih atau menuai padi. Pada
zaman dahulu, warahan dibawakan oleh orangtua ataupun kakek nenek dengan dikelilingi anak cucunya.
Cerita rakyat berbentuk warahan ini, antara lain Radin Jambat, Anak Dalom, dan Sanghakhuk. Isi
wawaghahan yang berbentuk dongeng, hikayat, epos, atau mitos ini bersifat mendidik dan menyadarkan
semua orang agar berbuat baik.

Melalui warahan seseorang akan mempelajari tentang hal-hal, situasi, dan tempat-tempat yang mungkin
belum pernah dijumpai sebelumnya. Kemampuan memahami warahan merupakan kemampuan yang
perlu dimiliki oleh para siswa karena warahan berisi ide, gagasan, atau pendapat pengarang kepada para
pembaca. Warahan umumnya berisi nilai-nilai yang bermanfaat bagi perkembangan siswa. Dengan
memahami amanat yang terdapat dalam warahan, kepribadian siswa yang lebih baik dapat terbentuk.

Ciri-ciri warahan:

Irama yang menyertai cerita tersebut

Sifatnya liris (dipengaruhi pribadi dan emosi si pembawa cerita)

Warahan merupakan bagian dari sastra, menurut Effendi (2011: 5) dalam wujudnya, karya sastra
mempunyai dua aspek penting, yakni isi dan bentuk. Aspek isi adalah tentang pengalaman hidup
manusia, sedangkan aspek bentuk adalah hal-hal yang menyangkut cara penyampaian, cara pengarang
memanfaatkan bahasa untuk mewadahi karya sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bentuk dari warahan dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara
penyampaiannya yakni dengan cara mewarah/bercerita melalui lisan dan melalui tulisan berupa teks
warahan/ cerita yang telah dituangkan pada tulisan. Berdasrkan bentuknya peneliti menggolongkan teks
drama sebagai bagian dari warahan, oleh karena itu materi yang dikembangkan pada produk ppenelitian
ini adalah teks drama dan teks dongeng rakyat yang merupakan salah satu jenis dari warahan.

Warahan dibagi jenisnya menurut beberapa ahli. Berikut pembagian warahan menurut beberapa ahli.
Nurgiantoro (2010: 172) membedakan ceritaa rakyat menjadi 6 (enam) yaitu: (1) cerita binatang, (2)
mitos, (3) legenda, (3) dongeng, (4) epos, (5) cerita cerita wayang, (6) nyanyian rakyat.

Kantor Bahasa Provinsi Lampung (20016: 8) membagi cerita rakyat menjadi tiga, yaitu mite, legenda dan
dongeng. Bascom dan Abramas dalam Danandjaja (1997: 50) membagi cerita rakyat menjadi tiga
golongan, yaitu mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folkltale). Ketiga bentuk cerita rakyat
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Mite (myth)

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh sang
empunya cerita. Tokoh dari mite biasanya dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa dalam mite
terjadi di dunia lain atau bukan dunia yang sesungguhnya dan terjadi pada masa lampau. Mite umumnya
mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang,
topografi, gejala alam, petualangan para dewa, percintaan dan kekerabatan para dewa tersebut (Balai
Bahasa, 2016:19). Mite di Indonesia menurut Danandjaja biasanya menceritakan terjadinya alam
semesta (cosmogony), terjadinya susunan para dewa ( theogony), dunia dewata (pantheon), terjadinya
manusia pertama dan tokoh pembawa kebudayaan (culture hero), dan sebagainya (1997: 52).

2) Legenda

Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap oleh sang pemilik cerita sebagai suatu kejadian yang
sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda berbeda dengan mite. Legenda bersifat sekuler (keduniawian),
terjadi pada masa lalu yang belum lampau dan bertempat di dunia yang dikenal sekarang (Danandjaja,
1997: 66).Legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap
pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi manusia,
walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat yang luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-
makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya
belum terlalu lampau (Balai Bahasa, 2016:21-22).
3) Dongeng

Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng
tidak terikat oleh waktu maupun tempat (Dananjaya 1984: 50-83). Dongeng adalah cerita pendek
kolektif kesusastraan lisan. Pendapat selanjutnya menyatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak
juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran (Danandjaja, 1997:
83).

Struktur Warahan

Sebagaimana halnya dengan cerita pada umumnya, warahan memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks
sastra. Unsur intrinsik cerita terdiri atas: (1) tema, (2) amanat, (3) tokoh, (4) karakter atau perwatakan,
(5) latar atau setting, (6) alur (plot), (7) sudut pandang/gaya penceritaan, dan (8) majas (gaya bahasa).

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar. Unsur ekstrinsik terdiri atas: (1)
latar belakang pencitraan, (2) kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan, dan (3) pandangan
hidup/latar belakang pengarang.

Anda mungkin juga menyukai