Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)


http://jurnal.pasca.uns.ac.id
NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA
(Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan)

oleh
Herlina, Herman J. Waluyo, Nugraheni Eko
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program PASCASARJANA UNS
edi.suherman7810@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) latar belakang sosial budaya


masyarakat pinggiran novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, (2) pengaruh latar
belakang sosial pengarang terhadap proses penciptaan novel Rumah tanpa Jendela
Karya Asma Nadia, (3) resepsi pembaca novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia,
(4) nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia.

Setelah diadakan penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) latar belakang sosial
budaya yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa Jendela tampak pada seperti
kebiasaan-kebiasaan, prilaku, sikap, sopan santun, hubungan kekerabatan, tampak pada
kesempatan memperoleh pendidikan, ajaran-ajaran tertentu, Sifat kemandirian, (2) hal
yang paling mendasar yang mempengaruh latar belakang sosial pengarang terhadap
proses penciptaan novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia adalah keadaan
ekonomi keluarga pengarang novel ini yang sangat sederhana, permasalahan hidup
yang pernah dialami oleh pengarang, dan keyakinan yang kuat terhadap agamanya. (3)
berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap pembaca novel
Rumah Tanpa Jendela, Tanggapan terhadap novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia dinilai positif. Sebab novel ini dapat mampu membawa pengaruh positif dalam
diri pembacanya. (4) nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia yaitu nilai pendidikan agama, mengajarkan kepada
pembacanya agar selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah melalui shalat dan
berdoa. Nilai pendidikan sosial, mengajarkan kepada pembacanya agar mengutamakan
gotong royong dan kepedulian terhadap sesama. Nilai pendidikan adat istiadat
mengajarkan kepada pembacanya, khususnya para orang tua agar tidak memaksakan
kehendaknya. Nilai pendidikan moral mengajarkan kepada pembacanya agar tidak
mengutamakan kepentingan pribadi dan segala perbuatan kita jangan sampai
merugikan orang lain.

Kata Kunci: Sosiologi Sastra, Resepsi Sastra, Nilai Pendidikan, Novel Rumah Tanpa
Jendela

PENDAHULUAN
Karya sastra, dalam hal ini novel,
yang dialami manusia. Hal tersebut
merupakan dokumen sosial, karena
terkadang sangat nyata dan hidup karena
didalamnya terdapat berbagai
jalinan hubungan tokoh, tempat, dan
permasalahan kehidupan manusia yang
peristiwa- peristiwa yang benar- benar
menyangkut moral, sosial, psikologi,
ada atau pernah terjadi pada masyarakat
agama, kasih sayang, nafsu, dan cinta
pada kurun waktu tertentu.
1
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Sebagai sebuah dunia miniatur,
memberikan suatu ajaran atau nilai didik
karya sastra berfungsi untuk
kepada para pembacanya.
menginventarisasikan sejumlah besar
Pada prinsipnya sosiologi sastra
kejadian-kejadian, yaitu kejadian-
berkaitan dengan penciptaan karya
kejadian yang telah dikerangkakan dalam
sastra, keberadaan karya sastra, serta
pola-pola kreativitas dan imajinasi. Pada
peranan karya sastra dengan realitas
dasarnya, seluruh kejadian dalam karya,
sosial (Winarni, 2009). Sastra tidak dapat
bahkan juga karya-karya yang termasuk
dilepaskan dari lembaga-lembaga sosial,
ke dalam genre yang paling absurd pun
agama, politik, keluarga, dan pendidikan,
merupakan prototipe kejadian yang
atau sosial budaya. Bentuk dari lembaga
pernah dan mungkin terjadi dalam
sosial akan sangat mempengaruhi isi
kehidupan sehari-hari” (Ratna, 2011).
karya sastra yang dihasilkan. Oleh karena
Ketertarikan terhadap karya sastra
itu, penelitian dibidang sosiologi sastra
dikarenakan pada kenyataan bahwa
perlu dilakukan untuk menelaah sampai
dalam banyak hal justru karya sastra
sejauh mana keadaan dari gejala-gejala
lebih berhasil untuk mengungkapkan
kemasyarakatan, baik itu yang positif
masalah-masalah sosial sebab karya
maupun yang negatif yang tengah
sastra melukiskannya melalui bahasa-
tumbuh di dalam masyarakat dengan
bahasa metaforis konotatif, yakni cara-
berbagai solusi penyelesaiannya.
cara yang sesuai dengan hakikat manusia
Kaitannya dengan sosial budaya, peneliti
sebagai homo semioticus, homo fabulans,
perlu mengemukakan penelitian yang
dan homo symbolicum (Ratna,2005).
berjudul “Multiculturalism and
Karya sastra yang paling banyak diminati
Contemporary British Fiction: Londonstani
adalah novel. Novel menarik untuk
and The Islamist”. yang dilakukan oleh
diteliti karena sebagai bahan bacaan,
Adriano Elia sebagai landasan berpikir
novel mampu menghibur pembacanya,
dalam jurnal internasional volume 3, no
banyak diminati pembaca sastra karena
1. Elia merumuskan bahwa munculnya
tema yang diangkat dekat dan nyata
Islam Radikal telah menyebabkan penulis
dengan lingkungan pembacanya, dapat
Inggris dan Eropa menyatakan kematian
membawa pembacanya menyelami
multikulturalisme yang dengan
kehidupan yang belum ataupun yang
memberikan setiap orang kebebasan
sudah pernah dialaminya, dengan
mendorong perbedaan atau dengan kata
menggambarkan beragam watak dan gaya
lain telah terjadi kegagalan
hidup ditambah dengan gaya bahasa yang
multikulturalisme. Menolak politik Islam
memikat sehingga novel mampu
dan kembali kekehidupan normal.
Penelitan yang dilakukan oleh Elia

2
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
tersebut mengulas sosialbudaya
Pradopo, 2002). Dengan melakukan
hubungannya dengan kehidupan politik.
penelitian resepsi sastra, kita akan
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
mengetahui bagaimana penerimaan
Sanfelici yang berjudul berjudul One
masyarakat terhadap karya sastra
Name Several (Wo)men: Cultural
tertentu. Sejalan dengan teori di atas,
Categories of Identity in Virginia Woolf’s
peneliti menggunakan penelitian yang
Orlando: A Biografi, dalam jurnal
dilakukan oleh Joseph sebagai landasan
internasional no 3 tahun 2009. Hasil
berpikir yang berjudul “The Trans-
penelitian ini menyatakan bahwa novel ini
National Reception of Literature: The
menantang dan mengkritik konstruksi
Reception of French Naturalism in
budaya yang menyebabkan hirarki sosial.
Germany”. Dalam jurnal internasional
Kritik terhadap budaya yang
volume 2 (Agustus 2005). Penelitian
menempatkan kaum perempuan sebagai
tanggapan pembaca terhadap novel karya
pihak yang tertekan oleh kaum laki-laki.
Emile Zola di Jerman. Simpulan dari hasil
Bahkan ketika berada di rumah minat dan
tanggapan pembaca menyatakan bahwa
percakapan kaum perempuan dikontrol
novel Emile Zola telah mengundang
oleh kaum laki-laki.
reaksi konservatif moral dan politik
Metode estetika resepsi adalah
karena mengasosiasikan naturalisme
metode penelitian kritik pragmatik, yaitu
dengan kekotoran moral. Penelitian lain
penelitian sastra yang menitikberatkan
yang dijadikan landasan berpikir yaitu
peranan pembacanya sebagai penyambut
penelitian yang dilakukan oleh Gilles
dan penghayat karya sastra. Kajian
Soubigou yang berjudul “The Reception of
resepsi sastra mendasarkan diri pada
Robert Burns' poems in French Art” dalam
teori bahwa karya sastra sejak terbitnya
Journal Of Scottish Literature tahun 2010.
selalu mendapat resepsi atau tanggapan
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
para pembacanya (Pradopo, 2002).
Burns adalah penulis terbaik untuk
Sebuah karya sastra jauh lebih
membaca memahami kehidupan
merupakan orkestrasi yang selalu
pedesaan di Skotlandia umumnya pada
menyuarakan suara-suara baru di antara
saat itu. Puisinya bersifat langsung dan
para pembacanya (Jauss dalam Pradopo,
original. Burns’ bisa dikatakan sebagai
2002). Karena itu, sebuah karya sastra
penyair nasional.
harus dimengerti sebagai pencipta
Selain kedua perspektif di atas, nilai
sebuah dialog sehingga keahlian filologi
kehidupan yang terkandung dalam
harus didirikan pada pembacaan kembali
sebuah karya sastra menjadi sesuatu
teks secara terus menerus, tidak hanya
yang sangat besar manfaatnya bagi
pada fakta-fakta saja (Jauss dalam
pembaca karya sastra. Nilai kehidupan

3
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
yang dimaksud meliputi nilai- nilai
dengan asumsi struktur rohaniah, seperti:
pendidikan agama, nilai pendidikan
kapasitas intelektual dan logika, kualitas
sosial, nilai pendidikan adat istiadat, nilai
moral dan spiritual, fungsi-fungsi
pendidikan moral, dan masih banyak lagi.
didaktis dan ideologis, yang secara
keseluruhan diarahkan pada signifikansi
KAJIAN TEORI
yang bersifat positif (Ratna, 2011). Dalam
Novel menyajikan permasalahan yang
hal ini, seorang pengarang dianggap
kompleks yang sekaligus dapat
memiliki kompetensi ganda, kompetensi
mencerminkan nilai-nilai dan cara
dalam merekonstruksi struktur bahasa
pemecahan masalah. Pembaca novel
dan struktur fiksi, sekaligus kapasitas
dapat belajar tentang kehidupan orang
untuk menopang stabilitas sosial. Oleh
lain. Hal ini mengimplikasikan bahwa
karena itu, pengarang diharuskan
ketika proses pembacaan novel
memahami masyarakat yang akan
berlangsung, pembaca dapat memetik
dilukiskan. Pelukisan masyarakat oleh
nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai
pengarang menggunakan aktivitas
kebudayaan. Oleh karena itulah, seorang
mengamati langsung terhadap keadaan
pengarang diharapkan memiliki
masyarakat, sehingga memunculkan daya
pengetahuan yang tinggi tentang
imajinasinya. Oleh karena itu, imajinasi di
kehidupan manusia dan yang ada
sini bukan melalui hasil perenungan,
disekitar kehidupan itu.
tetapi melalui pengamatan langsung.
Sebuah novel lahir karena adanya
Menurut Ratna (2011), sosiologi
reaksi terhadap suatu keadaan di dalam
sastra adalah pemahaman terhadap karya
masyarakat. Sebagaimana diungkapkan
sastra dengan mempertimbangkan aspek-
oleh Korrie Layun Rampan (1984) yang
aspek kemasyarakat. atau pemahaman
menyatakan novel adalah penggambaran
terhadap karya sastra sekaligus
lingkungan kemasyarakatan serta jiwa
hubungannya dengan masyarakat yang
tokoh yang hidup disuatu masa di suatu
melatarbelakanginya. Asumsi dasar
tempat.
penelitian sosiologi sastra adalah
Secara sosiologis, manusia dan
kelahiran sastra tidak dalam kekosongan
peristiwa dalam novel adalah pantulan
sosial. Kehidupan sosial akan menjadi
realitas yang dicerminkan oleh pengarang
pemicu lahirnya karya sastra. Karya
dari suatu keadaan tertentu dalam suatu
sastra yang berhasil atau sukses yaitu
masyarakat dan di tempat tertentu. Maka
yang mampu merefleksikan zamannya
di sini pengarang memiliki peranan yang
(Endarswara, 2008).
sangat menentukan. Pada umumnya
Masih menurut Endraswara (2008)
unsur-unsur kepengarangan dikaitkan
secara esensial, sosiologi sastra kaitannya

4
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dengan sastra sebagai cermin masyarakat
Uraian Jauss di atas merupakan
adalah penelitian tentang: (a) studi
kritikannya terhadap pendekatan sastra
ilmiah manusia dalam masyarakat secara
tradisional. Sekaligus melahirkan
objektif, (b) studi lembaga-lembaga sosial
pendekatan baru, yakni horizon harapan
lewat sastra dan sebaliknya, (c) studi
pembaca.
proses sosial, yaitu bagaimana
Horison harapan adalah harapan-
masyarakat bekerja, bagaimana
harapan pembaca terhadap sebuah karya
masyarakat dimungkinkan, dan
sastra. Dalam hal ini, setiap pembaca
bagaimana mereka melangsungkan
mempunyai horison harapannya sendiri.
hidupnya.
Setiap pembaca mempunyai konsep atau
Metode resepsi mendasarkan diri
pengertian tertentu mengenai sebuah
pada teori bahwa karya sastra itu sejak
karya sastra. Itulah sebabnya, pengertian
terbitnya selalu mendapat resepsi atau
mengeni sastra seseorang lain dengan
tanggapan para pembacanya. “Reception
pengertian orang yang lain. Horison
theory as a general redirecting of
harapan seseorang ditentukan oleh
attention to the pole of the reader or
pendidikan, pengalaman, pengetahuan,
audience” Holub (1984). Dalam uraiannya
dan kemampuannya dalam menanggapi
menjelaskan bahwa teori resepsi
karya sastra.
mengarahkan perhatiannya kepada
Pradopo (2002) memberi penjelasan
pembaca. Dalam hal ini, resepsi sastra
mengenai horison harapan sebagai
dimaksudkan bagaimana pembaca
berikut. “Sebuah karya sastra sepanjang
memberikan makna terhadap karya
perjalanan sejarahnya selalu mendapat
sastra yang dibacanya, sehingga pembaca
tanggapan pembacanya. Tanggapan
dapat memberikan reaksi atau tanggapan
seorang pembaca dengan pembaca yang
ketika sudah selesai membacanya. Unsur-
lain selalu tidak sama. Begitu juga,
unsur yang terkait dengan pembahasan
tanggapan kelompok pembaca satu
tentang resepsi sastra yaitu, (1) horison
periode akan berbeda dengan tanggapan
harapan pembaca
kelompok pembaca diperiode lain, begitu
“Medieval literature was no longer
to be interpreted as a connecting link seterusnya. Hal ini disebabkan oleh setiap
between antique and modern, but rather pembaca mempunyai wujud harapan
to be comprehended in its own historical
world as the model of a culture that was sendiri terhadap karya sastra yang
exemplary in its very strangenes, and to dibacanya, yang berbeda dengan wujud
be discovered through a new approach-
the horizon of expectations or-and harapan pembaca lain”.
through studying the history of the (2) Tempat Terbuka atau Tempat
function of literary genres” (Jauss dalam
Rush, 1997). Kosong, Tempat Terbuka atau Tempat
Kosong, Tempat terbuka atau tempat

5
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kosong berhubungan dengan sifat karya
dua metode penelitian terhadap pembaca
sastra yang mengandung kemungkinan
biasa, yaitu: (a) Metode sinkronis atau
banyak tafsir. Kemungkinan banyak tafsir
disebut penelitian eksperiment yaitu
tersebut merupakan tempat terbuka atau
melihat reaksi pembaca terhadap karya
kekosongan yang mengharuskan
sastra di dalam satu masa atau periode.
pembaca untuk mengisinya, yaitu dengan
(b) Metode diakronis atau penelitian
memberi interpretasi-interpretasi
empiris yaitu melihat penerimaan karya
berdasarkan horison harapan yang
sastra itu dalam masa yang berbeda-beda
dimilikinya. Menurut Iser (dalam Sangidu,
(bersifat sejarah).
2004) Teks sastra tidak dapat disamakan
Pembaca ideal adalah pembaca yang
dengan objek-objek nyata yang
berpengetahuan, ia seorang pemakai
mengandung makna tertentu. Sebuah
bahasa yang kompeten, menguasai
teks sastra dapat didefinisikan sebagai
bahasa (yang digunakan dalam karya
wilayah indeterminasi atau wilayah
tertentu) dalam segala kemungkinannya,
ketidakpastian (indeterminacy areas).
aktif dan pasif, disamping itu ia juga
Wilayah ketidakpastian merupakan
seorang yang kompeten dalam sastra.
bagian-bagian kosong atau tempat-tempat
Segers (dalam Junus, 1985).
terbuka yang mengharuskan pembacanya
Pembaca ideal yang implisit adalah
untuk mengisinya. Karya sastra makin
pembaca yang diciptakan sendiri oleh
bernilai bila di dalamnya terdapat kian
teks untuk dirinya dan menjadi “jaringan
banyak tempat terbuka atau tempat
kerja struktur yang mengundang
kosong. Jika jumlahnya kecil akan
jawaban”, yang mempengaruhi kita untuk
menjemukan pembaca, yang dalam hal
membaca dalam cara tertentu. Selden
ini dihadapkan pada peningkatan
(terjemahan Pradopo, 1991)
prediktabilitas.(3) Pembaca. Kajian
Pembaca ideal yang ekspilisit atau
resepsi sastra membedakan pembaca
pembaca nyata, yaitu pembaca yang
terhadap pembaca biasa dan pembaca
menerima citra mental tertentu dalam
ideal. Pembaca ideal dibagi menjadi dua,
proses pembacaan; bagaimanapun juga,
yaitu pembaca yang implisit dan pembaca
citraan itu akan secara tidak terhindarkan
yang eksplisit (Junus, 1985).
diwarnai oleh ”persediaan pengalaman
Pembaca biasa adalah pembaca
yang ada. Selden (terjemahan Pradopo,
dalam arti sebenarnya, membaca suatu
1991). (4) Legetica dan Poetica. legetica
karya sebagai karya sastra, bukan sebagai
adalah suatu teori bagaimana proses
bahan penelitian. Dalam hal ini, resepsi
pembacaan dari seorang pembaca
sastra memperhatikan reaksi pembaca
diterangkan dan juga bagaimana
biasa ini terhadap suatu karya sastra. Ada
semestinya suatu penerimaan dalam

6
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
suatu proses pembacaan. Sedangkan
Teknik pengumpulan data
poetica adalah Peoetica adalah teori
yang digunakan dalam penelitian
tentang cara suatu teks dapat dilukiskan,
ini yaitu analisis dokumen
sesuai dengan perspektif estetika karya
dengan menggunakan metode
itu. Seger (dalam Junus, 1985). Poetica
membaca heuristik dan
suatu lukisan teks yang bersifat
hermeneutik. Menurut Pradopo (2002),
intersubjektif, yang memungkinkan kita
pembacaan heuristik adalah pembacaan
merumuskan secara sistematik suatu
berdasarkan struktural kebahasaannya
kemungkinan arti dari suatu teks. Ini
atau secara semiotik adalah berdasarkan
merupakan suatu reaksi subjektif dari
konvensi sistem semiotik tingkat pertama
seorang pembaca (Junus, 1985).
Metode ini digunakan untuk
Yang dimaksud dengan nilai
menelaah isi dari suatu dokument,
pendidikan khususnya yang berhubungan
dokument dalam penelitian ini adalah
dengan sastra ialah kegiatan yang secara
Novel “Rumah Tanpa Jendela”
sadar dan disengaja untuk menanamkan
karya Asma Nadia. Pendeskripsian
nilai-nilai kehidupan, baik nilai-nilai
dalam penelitian ini meliputi
agama, nilai-nilai sosial, nilai-nilai adat
latar belakang sosial budaya,
istiadat, maupun nilai-nilai moral
pandangan dunia pengarang,
terhadap pembaca melalui karya sastra
resepsi sastra dan nilai
agar mencapai kedewasaan yang dicita-
pendidikan dalam novel Rumah Tanpa
citakan. Nilai pendidikan dalam sastra
Jendela karya Asma Nadia.
pada penelitian ini meliputi; nilai
pendidikan agama dan religius, nilai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pendidikan moral, nilai pendidikan sosial,
Latar Belakang Sosial Budaya
dan nilai pendidikan adat-istiadat.
Masyarakat Pinggiran dalam novel
Rumah Tanpa Jendela.
METODE PENELITIAN
Latar belakang sosial budaya yang
Metode yang digunakan dalam penelitian
terkandung dalam novel Rumah Tanpa
ini adalah metode penelitian kualitatif
Jendela menggambarkan pola kehidupan
deskriptif. Metode penelitian kualitatif
masyarakat pinggiran di perkampungan
menghasilkan data deskriptif berupa
kumuh di Jakarta. Penghuni
kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat
perkampungan kumuh di daerah
suatu individu, keadaan, gejala dari
perkotaan berasal dari kalangan keluarga
kelompok tertentu yang dapat diamati
tidak mampu. Hal ini dapat kita lihat dari
(Moeloeng, 2008).
kebiasaan masyarakat pinggiran dalam
memulai hari serta mengisi hari-hari

7
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
mereka dengan setiap hari pergi memulung (Nadia, 2011). Dapat dilihat

dari keadaan hunian mereka yang mereka mencari biaya tambahan untuk
berdinding triplek berbentuk segiempat
tidak simetris ...(Nadia, 2011), dari cara
mereka memanfaatkan waktu luang
mereka, cara orang-orang kurang mampu
akan terlihat berbeda. Pada keluarga
kurang mampu yang digambarkan dalam
novel Rumah Tanpa Jendela, pada
umumnya mereka mengisi waktu kosong
mereka dengan memisah-misah
tumpukan sampah (Nadia, 2011). Dapat
juga dilihat dari sistem kekerabatan yang
masih terjalin dengan baik dan gaya
hidup yang masih menganut sistem
gotong royong (terjalin erat dan jarang
dijumpai gaya hidup individualis, (Nadia,
2011), dapat dilihat dari peran seorang
ibu yang masih dominan dalam mengurus
anak (Nadia, 2011). Dari keyakinan yang
dianutnya, bahwa pada masyarakat
pinggiran, yakni kaum yang kurang
mampu secara ekonomi yang tergambar
dalam novel Rumah Tanpa Jendela,
mereka masih berpegang teguh pada
ajaran agamanya dalam menghadapi
setiap cobaan hidup sehingga dalam
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia banyak diajarkan adab berdoa
kepada sang Pencipta (Nadia, 2011).
Dapat juga dilihat dari kemandirian yang
dimiliki oleh anak mereka. Pada keluarga
kurang mampu yang tergambar dalam
novel Rumag Tanpa Jendela,
kemandirian sudah tertanam sejak dini,
kemandirian mereka tampak pada usaha

8
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
memenuhi kebutuhan keluarga dalam cerita Rumah Tanpa Jendela. Hanya
mereka dengan cara mengamen, bedanya hunian kontrakan Asma Nadia di
mengojek payung, mengelap mobil dekat rel kereta api, sedangkan hunian
diperempatan jalan...(Nadia, 2011). Rara di dekat tumpukan sampah dan
pekuburan cina yang sudah tua. Bagi Asma
Pengaruh Latar Belakang Nadia, buku bisa menjadi media untuk
Sosial Pengarang Terhadap Novel melakukan perubahan. Kemiskinan dan
Rumah Tanpa Jendela Karya Asma gangguan fisik bukan penghalang yang
Nadia. berarti untuk memperoleh pengetahuan.
Kehidupan pengarang yang Dimulai dari figur ibu yang luar biasa
berasal dari keluarga sederhana dalam kehidupan Asma Nadia, telah rela
dari segi ekonomi amat mengorbankan makan siangnya hanya
mempengaruhi setiap penciptaan untuk membeli buku. Hal ini tergambar
peristiwa yang terjadi di dalam juga dalam peristiwa novel Rumah Tanpa
novel-novelnya. Keadaan hunian Jendela. Gambaran sekolah singgah yang
Asma Nadia yang berada terkesan jauh dari layak pun tidak
dipinggiran rel kereta api sedikit menyurutkan semangat anak-anak
banyak telah mempengaruhi pelukisan diperkampungan kumuh untuk
hunian keluarga Rara, tokoh sentral memperoleh pendidikan. gambaran sosok

ibu yang mengajari anaknya (Rara) untuk menyentuh hati dan menimbulkan
memanfaatkan kertas bekas yang masih kesadaran agar lebih peka terhadap
bersih untuk digambari. Kesederhanaan orang-orang disekitar kita. Menimbulkan
hidup yang yang terjadi dalam kehidupan rasa syukur kepada pembacanya
Asma Nadia tergambar jelas dalam sosok terhadap kehidupan yang tengah
Rara dan keluarganya. dijalaninya. Menumbuhkan sikap sabar
dalam menghadapi setiap cobaan hidup.
Resepsi Pembaca Terhadap Novel
Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel
Nadia Rumah Tanpa Jendela Karya Asma
Wawancara yang telah dilakukan Nadia.
peneliti terhadap beberapa informan Nilai Pendidikan Agama dan Religius
menghasilkan kesimpulan bahwa resepsi Nilai pendidikan agama dan religius
atau tanggapan pembaca terhadap novel yang terkandung dalam novel Rumah
ini dinilai positif, sebab novel ini mampu Tanpa Jendela karya Asma Nadia yaitu
membawa pengaruh positif dalam diri nilai pendidikan yang menambah
pembacanya. Novel ini dianggap mampu pengetahuan pembacanya bahwa shalat

9
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dan berdoa harus diutamakan dalam
dapat memberi kekuatan untuk kita
kehidupan kita. Sebab shalat disertai doa
dalam menghadapi berbagai cobaan
dalam hidup. Selain itu, kita diharuskan
untuk selalu mensyukuri segala nikmat
yang telah Allah berikan dalam
kehidupan kita. Dan menjauhi sesuatu
yang diharamkan oleh Allah.

Nilai Pendidikan Sosial


Nilai pendidikan sosial yang
terkandung dalam novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia yaitu ajaran
untuk saling membantu tanpa
membedakan status seseorang dalam
masyarakat, menerapkan sistem gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat,
dan kita juga diajarkan agar menanamkan
sifat peka terhadap lingkungan di sekitar
kita.
Nilai Pendidikan Adat Istiadat
Pembaca novel Rumah Tanpa
Jendela diajarkan untuk tidak lagi
menerapkan sistem perjodohan untuk
anak-anaknya karena akan membawa
dampak yang negatif untuk orang-orang
yang dijodohkan. Dalam hal ini,
menjunjung tinggi hak seseorang untuk
memperoleh cintanya.

Nilai Pendidikan Moral


Nilai pendidikan moral yang
terkandung dalam novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia yaitu tidak
mengutamakan kepentingan pribadi di
atas kepentingan orang banyak, segala
perbuatan kita jangan sampai merugikan

10
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
orang lain, dan tidak bersifat egois, yakni
menghadapi setiap cobaan hidup.
tidak memikirkan urusan sendiri, selalu
Nilai pendidikan yang terkandung dalam
berusaha meringankan beban penderitan
Novel ini banyak memberi teladan yang
orang lain, dan terkandung juga ajaran
patut dicontoh. Nilai pendidikan
bahwa seorang anak harus patuh
keagamaan dan religius tampak pada
terhadap orang tuanya, dan menghargai
ajaran agar mengutamakan shalat disertai
kekurangan orang lain.
doa dalam menghadapi berbagai masalah
kehidupan ini. Nilai pendidikan sosial
SIMPULAN DAN SARAN
tampak pada ajaran untuk saling
Simpulan
menolong tanpa membedakan status
Berdasarkan pembahasan dan hasil
seseorang dalam masyarakat, nilai
analisis data dapat diambil kesimpulan
pendidikan adat istiadat tampak pada
sebagai berikut: latar belakang sosial
ajaran agar pembaca tidak menerapkan
budaya masyarakat pinggiran dalam novel
lagi sistem perjodohan karena akan
Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia
membawa dampak yang negatif terhadap
budaya meliputi antara lain keseluruhan
orang yang dijodohkan, sedangkan nilai
cara hidup, kegiatan, keyakinan-keyakinan,
pendidikan moral dalam novel Rumah
hubungan kekerabatan, dan adat
Tanpa Jendela karya Asma Nadia
kebiasaan sejumlah orang, kelompok atau
mengajarkan kepoada kita bahwa segala
masyarakat. Ada dua hal yang menjadi
sikap dan perbuatan kita tidak merugikan
perhatian peneliti berkenaan dengan
orang lain, tidak mengutamakan
pengaruh latar belakang sosial pengarang
kepentingan pribadi di atas kepentingan
terhadap isi novel, yakni (1) dilihat dari
orang banyak, patuh kepada orang tua,
keadaan ekonomi pengarang, (2) dilihat
dan saling menghargai terhadap
dari asal atau tempat kelahiran pengarang.
kekurangan orang lain.
Sedangkan resepsi Pembaca terhadap
Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Saran
Nadia dinilai positif. Novel ini mampu Bagi guru bidang studi Bahasa
membawa pengaruh positif dalam diri Indonesia, novel Rumah Tanpa Jendela
pembacanya. Novel ini dianggap mampu memiliki nilai pendidikan yang tinggi,
menyentuh hati dan menimbulkan hendaknya dijadikan sebagai bahan
kesadaran agar lebih peka terhadap orang- pendukung pengajaran apresiasi sastra di
orang disekitar kita. Menimbulkan rasa sekolah-sekolah. Bagi peserta didik atau
syukur kepada pembacanya terhadap warga belajar, Melalui pembacaan novel
kehidupan yang tengah dijalaninya. Rumah Tanpa Jendela, hendaknya dapat
Menumbuhkan sikap sabar dalam meningkatkan kemampuan terhadap

11
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 85-96)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
apresiasi sastra karena banyak manfaat
kontras, disatu sisi kehidupan yang
yang dapat diambil. Antara lain
bernilai positif dan disisi lain kehidupan
pemahaman tentang hidup dan
yang bernilai negatif. Oleh karena itu,
kehidupan, pemahaman tentang sikap dan
pembaca disarankan mengambil nilai-nilai
perbuatan yang baik yang dapat
positif dari hasil penelitian ini. Bagi
memperkuat karakter anak bangsa.
peneliti lain, novel karya Asma Nadia
Sedangkan untuk warga belajar di
banyak mengangkat tema-tema mengenai
perguruan tinggi diharapkan dapat
masalah-masalah sosial yang dapat
mencontoh sikap Alia. Seorang mahasiswa
menambah wawasan pembaca tentang
yang mau terjun langsung kelapangan
hidup dan kehidupan. Oleh karena itu,
membantu memberi pendidikan untuk
perlu dilakukan penelitian lain agar
anak-anak tidak mampu walaupun tanpa
penikmat sastra bisa mengambil nilai-nilai
dibayar. Bagi pembaca karya sastra pada
pendidikan yang lebih banyak lagi dari
umumnya, Novel Rumah Tanpa Jendela
hasil karya Asma Nadia.
berisi dua corak kehidupan yang sangat

DAFTAR PUSTAKA

C, Holub Robert. 1984. Reception Theory: A Critical Introduction. London: The United
States of America

Elia, Adriano. 2010. “Multiculturalism and Contemporary British Fiction: Londonstani and
The Islamist”. Dalam jurnal Internasional, volume 3, no 1

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress

Josep, Jurt. 2005. The Trans-National Reception of Literature: The Reception of French
Naturalism in Germany. Journal Participations, volume 2.

Rampan, Korrie Layun. 1984. Suara Pancaran Sastra. Jakarta: Yayasan Arus.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Rush, Ormond. 1997. The Reception of Doctrine. Roma: Gregorian University Press

Sanfelici, Aline. 2009. One Name Several (Mo)men: Cultural Categories of Identity in
Virginia Woolf’sOrlando: A Biografi. Journal Internasional no 3.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat.

Selden, Raman (terjemahan Rahmat Djoko Pradopo). 1991. Panduan Pembaca Teori
Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

12
Soubigou, Gilles. 2010. “The Reception of Robert Burns' poems in French Art”. Journal Of
Scottish Literature.

Yunus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai