Anda di halaman 1dari 31

1.

Pepatah
Pepatah adalah jenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
a. Air tenang menghanyutkan berarti orang pendiam, tetapi banyak ilmu.
b. Setinggi-tinggi bangau terbang, hinggapnya ke kubangan juga berarti walaupun ke mana juga
seseorang pergi, kelak tentu kembali ke negeri sendiri.

2. Perumpamaan
Perumpamaan adalah jenis peribahasa yang berisi perbandingan yang menggunakan kata
seperti, sebagai, bagai, bak, atau laksana.
Contoh:
a. Seperti pungguk merindukan bulan berarti mengharap-harapkan sesuatu yang tidak mungkin
tercapai.
b. Bagai makan buah si malakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati berarti serba sulit
dalam menentukan sikap atau tindakan.

3. Pemeo
Pemeo adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
a. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul berarti seia sekata, senasib sepenanggungan.
b. Patah sayap, bertongkat paruh berarti tidak berputus asa.

Macam-macam dan Pengertian Peribahasa

Kamis, 30 Mei 2013


Hai sobat...!!
kali ini Ane akan meng-Up date sedikit tentang macam-macam Peribahasa. Taukah kamu
tentang peribahasa itu...? Peribahasa adalah kelompok kata yang tetap susunannya, bisanya
mengiaskan maksud tertentu.
Yang termasuk peribahasa adalah :
1. Pepatah
2. Ungkapan
3. Bidal / Pemeo
4. Perumpamaan
5. Tamsil / Ibarat
6. Semboyan.
Untuk mengetahui lebih lanjut, bacalah selengkapnya....!!
1. Pepatah
Pepatah adalah peribahasa yang mengandug nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (biasanya
dipakai atau di ucapkan untuk mematahkan lawan bicara)
Contoh:
Tong kosong nyaring bunyinya
(orang yang tak berilmu banyak bicaranya)
Pagar makan tanaman
=> (orang yang dipercayai malah berhianat)
Adat peluk timbunan kapal
=> (kepada yang pandai kita bertanya)

2. Ungkapan
Ungkapan adalah kiasan tentang keadaan atau kelakuan seseorang yang dinyatakan dengan
pepatah atau beberapa patah kata.
Contoh:
Sejak pagi bermuka masam
=> (perasaan tidak senang)
Pagi ini aku mendapat kopi pahit dari ayah
=> (teguran,dimarahi)

3. Bidal / Pemeo
Bidal atau Pemeo adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung sindiran, peringatan,
ejekan.
Contoh:
=> Dahulu loyang sekarang besi, dahulu senang sekarang benci.
=> Gendang gendut tali kecapi, kenyang perut senanglah hati

4. Perumpamaan
Perumpamaan adalah kata-kata yang mengungkapkan keaadan atau kelakuan seseorang
dengan mengambil perbandingan dari alam sekitar yang biasanya sidahului kata seperti bagai,
bak, laksana dan lain-lain.
Contoh :

Seperti anjing dengan kucing (tak pernah damai)


Bagai telur di ujung tanduk (keadaan kritis)
Bak pinang di belah dua (mirip sekali)
Laksana kera merapat bunga (tidak tahu menghargai barang baik)

5. Tamsil / Ibarat
Tamsil atau Ibarat adalah kiasan yang sering menggunakan perkataan 'ibarat' untuk membuat
perbandingan tentang sesuatu perkara. Ia bertujuan untuk menjadikan maksudnya bertambah
nyata.
Contoh:
Bagai kerakap di atas batu, hidup enggan mati tak mau (hidup miskin dan menderita)

6. Semboyan
Semboyan adalah kalimat,frase, atau kata yang digunakan sebagai pedoman atau prinsip.
Contoh:

Berani karena benar (jangan takut bertahan dalam kebaikan)


Maju terus pantang mundur (jangan berhenti berjuang)

Terima kasih ya sobat udah mengunjungi Fauza....


Semoga bermanfaat...!!!!

Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan
seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang.
Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil. (Kamus Umum Bahasa
Indonesia susunan Badudu-Zain (1994)). Pada umumnya, kelompok kata atau kalimat dalam
peribahasa memiliki struktur susunan yang tetap, dan merupakan kiasan terhadap suatu maksud.
Kalimat yang dipakai biasanya mengesankan dan memiliki arti yang luas. Didalam suatu
peribahasa terdapat unsur sistem budaya masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai,
pandangan hidup, norma dan suatu aturan dalam masyarakat. Di kebudayaan melayu peribahasa
sering dipakai atau diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain sastra lisan ini
merupakan salah satu sarana enkulturasi dalam proses penanaman nilai-nilai adat dari waktu ke
waktu.

Peribahasa merupakan ungkapan yang walaupun tidak langsung namun secara tersirat
menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami oleh pendengarnya atau pembacanya karena
sama-sama hidup dalam ruang lingkup budaya yang sama. Persamaan ruang lingkup buadaya
yang sama menjadi faktor penting, karena jika tidak maka pembicaraan dengan penggunaan
peribahasa tidak akan nyambung. Misalnya, "baru-baru ini ada pejabat tinggi kepolisian yang
dengan bangga menyebut diri dan institusinya sebagai buaya karena menganggap buaya itu
lambang kekuatan dan keperkasaan". Padahal di masyarakat sekarang kita sudah sejak lama
menganggap kata buaya itu selalu dalam arti negatif, contohnya saja pada ungkapan buaya
darat, air mata buaya, dll.

PERIODIASI ANGATAN
Pengertian
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan
ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda
dengan periode
lain.
Angkatan 20an
UNSUR ESTETIK
Angkatan 20an :
1) Gaya bahasa perumpamaan
2) beralur lurus
3) Tokoh berwatak datar
4) Banyak degresi ( sisipan )
5) Sudut pandang orang ketiga
6) Bersifat didaktis
7) Bercorak romantic
UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 20an :
1) Adat kawin paksa
2) Pertentangan paham antar kaum tua dan kaum muda
3) Latar daerah pedesaan
4) Cerita sesuai taman
5) Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan
Bahasa
Novel Angkatan 20-an :
Bahasanya mengutamakan keindahan bahasa daripada isi , menggunakan ejaan lama, pepatah,
pribahasa sehingga pembaca sukar untuk mengerti isi dari cerita tersebut.
Pola Pikir Masyarakat
Novel Angkatan 20-an :
Pola pikir masyarakat masih kolot, terbelakang. Masih percaya akan adanya hal mistik dan
sangat menjunjung tinggi adat kebiasaan. Juga hanya perkataan orangtua lah yang paling benar
dan harus dituruti.

Tema Novel
Novel Angkatan 20-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema pada novel angkatan 20-an adalah kawin paksa,
pertentangan adat, pertentangan antara kaum tua dan kaum muda.

Contoh karya sasta angkatan 20an :


Balai Pustaka disebut angkatan 20an atau populernya dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya.
Menurut Sarwadi (1999: 25) nama Balai Pustaka menunjuk pada dua pengertian: 1. Sebagai nama
penerbit 2. Sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia Balai Pustaka didirikan pada
masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra
Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi
politis (liar). Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun
1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama)
dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Siti Nurbaya (Karya Marah Rusli)-1922 Tema: Kasih tak sampai dan kawin paksa Tokoh: Sitti
Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara
Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa
pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk
Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya
kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial
Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.
Novel yang berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar ini menceritakan kisah kehidupan
seorang anak gadis bernama Mariamin yang hidup sengsara karena harus mengurus ibunya yang
sakit-sakitan. Mariamin mempunyai kekasih yang berasal dari keluarga kaya dan baik-baik yang
bernama Aminuddin berjanji akan menikahinya setelah dia mendapat pekerjaan tapi Aminuddin
tidak menikahinya karena ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka, Aminuddin hanya
meminta maaf lewat surat .2 tahun berlalu , mariamin pun menikah dengan pria yang tidak ia kenal
bernama kasibun yang setelah sekian lama mengidap penyakit yang dapat menular pada
pasangannya. Suatu ketika Aminuddin datang ke rumah mariamin dan karena suaminya cemburu
suaminya malah menyiksa dan memukul Aminuddin, karena tidak tahan mariamin pun
melaporkannya ke polisi Sampai akhirnya mereka bercerai. Kesudahannya Mariamin terpaksa
Pulang ke negrinya membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab dan
sengsara yang bersarang di rumah kecil yang di pinggir sungai Sipirok. Hidup Mariamin sudah habis
dan kesengsaraannya di dunia sudah berkesudahan. Azab dan Sengsara dunia ini sudah tinggal di
atas bumi, berkubur dengan jazad badan yang kasar itu.

Angkatan 30an
UNSUR ESTETIK
Angkatan 30an :
1) Tidak banyak menggunakan bahasa perumpamaan
2) Alur maju
3) Tokoh berwatak bulat
4) Tidak benyak digresi (sisipan)
5) Sudut pandang orang ketiga objektif
6) Bergaya romantic
UNSUR EKSTRAESTETIK
Angkatan 30an :
1) Masalah tentang kehidupan masyarakat kota
2) Terdapat cita-cita kebangsaan
3) Bersifat didaktis
Bahasa
Novel Angkatan 30-an :
Bahasa kurang sopan, lebih apa adanya, sudah mendekati bahasa pada novel zaman sekarang.

Pola Pikir Masyarakat


Novel Angkatan 30-an:
Pola pikir masyarakat semakin maju. Kaum wanita juga ingin maju seperti kaum lelaki.

Tema Novel
Novel Angkatan 30-an :
Tema yang sering diangkat menjadi tema novel angkatan 30-an adalah perbedaan laki-laki dan
perempuan, perempuan ingin maju, emansipasi wanita.

Contoh karya sastra angkatan 30an:


Karya Abdul Muis : Pertemuan Jodoh (novel, 1933)
Tulis Sutan Sati : Syair Rosina (1933)
Angkatan 45an
Angkatan 45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal kemerdekaan,
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang
romantik idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep seni yang diberi judul Surat Kepercayaan
Gelanggang. Konsep ini menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam
kemerdekaan dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan 45 adalah Chairil Anwar, Asrul
Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak penulis lainnya. Karya sastra yang
dihasilkan oleh angkatan ini diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Ciri-ciri Angkatan 45 adalah:
Terbuka
Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
Corak isi lebih realis, naturalis
Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
Penghematan kata dalam karya
Ekspresif
Sinisme dan sarkasme
Karangan prosa berkurang, puisi berkembang

Contoh sastra pada masa Angkatan 45:


Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
Tandus (S. Rukiah)
Puntung Berasap (Usmar Ismail)
Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)

Angakatan 66an
Sejarah Angkatan 66
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam
dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip,
absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jayasangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir
angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini sepertiMotinggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.
Jassin.Seorang sastrawan pada angkatan 50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini
adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang
mendapat perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului jamannya.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin
C. Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman,Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi
Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak
lagi yang lainnya.

Ciri-ciri Angkatan 66

Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian
yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik
pemerintahan lebih banyak mengemuka.
Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak
berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.

Unsur Estetik Angkatan 66

Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini
mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus.
Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan
kebenaran.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan 66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes
politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa,
negara dan persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi
protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan 66
antara lain: Pabrik (Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik
Ismail).

Penulis dan Karya Sastra


Sutardji Calzoum Bachri
o O
o Amuk
o Kapak
Abdul Hadi WM
o Laut Belum Pasang (kumpulan puisi)
o Meditasi (kumpulan puisi)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (kumpulan puisi)
o Tergantung Pada Angin (kumpulan puisi)
o Anak Laut Anak Angin (kumpulan puisi)
Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi (kumpulan puisi)
o Mata Pisau dan Akuarium (kumpulan puisi)
o Perahu Kertas (kumpulan puisi)
o Sihir Hujan (kumpulan puisi)
o Hujan Bulan Juni (kumpulan puisi)
o Arloji (kumpulan puisi)
o Ayat-ayat Api (kumpulan puisi)
Goenawan Mohamad
o Interlude
o Parikesit
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (kumpulan esai)
o Asmaradana
o Misalkan Kita di Sarajevo
Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk (kumpulan cerita pendek)
o Lebaran di Karet, di Karet (kumpulan cerita pendek)
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging -
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung
Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala
Putu Wijaya
o Telegram
o Stasiun
o Pabrik
o Gres Putu Wijaya
o Bom
o Aduh (drama)
o Edan (drama)
o Dag Dig Dug (drama)
Iwan Simatupang
o Ziarah
o Kering
o Merahnya Merah
o Koong
o RT Nol / RW Nol (drama)
o Tegak Lurus Dengan Langit
Arifin C. Noer
o Tengul (drama)
o Sumur Tanpa Dasar (drama)
o Kapai Kapai (drama)
Djamil Suherman
o Sarip Tambak-Oso
o Umi Kulsum (kumpulan cerita pendek)
o Perjalanan ke Akhirat
o Sakerah

Periodisasi Sastra Indonesia


By indyrasuci Posted in Sastra 6 Comments

Sastra Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, bahkan sebelum bahasa Indonesia diresmikan
pada 28 Oktober 1928. Pada zaman dahulu bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kerajaan dan
bahasa sastra (Purwoko, 2004: 84), hasil-hasil sastra berbahasa Melayu yang tidak tertulis juga
sudah ditemukan sejak abad ke-19. Sementara itu, pondasi pendirian sastra Indonesia baru tegak
berdiri pada tahun 1920-an dengan munculnya Balai Poestaka. Sejak saat itu sastra berkembang
sampai saat ini, sastra Indonesia secara umum terbagi oleh beberapa periode, yaitu angkatan
Balai Pustaka, Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950, angkatan 1966, dan angkatan
1970sekarang. Di era 2000-an seperti sekarang mulai dikenal cyber sastra, yaitu sastra yang
beredar luas di dunia cyber atau internet. Berikut akan dipaparkan satu demi satu penjelasan
terkait periodisasi sastra Indonesia.

Angkatan Balai Pustaka (19201933)

Balai Pustaka didirikan pada tahun 1908, tetapi baru tahun 1920-an kegiatannya dikenal banyak
pembaca (Purwoko, 2004: 143). Berawal ketika pemerintah Belanda mendapat kekuasaan dari
Raja untuk mempergunakan uang sebesar F.25.000 setiap tahun guna keperluan sekolah bumi
putera yang ternyata justru meningkatkan pendidikan masyarakat. Commissie voor de Inlandsche
School-en Volkslectuur, yang dalam perkembangannya berganti nama Balai Poestaka, didirikan
dengan tujuan utama menyediakan bahan bacaan yang tepat bagi penduduk pribumi yang
menamatkan sekolah dengan sistem pendidikan Barat. Sebagai pusat produksi karya sastra, Balai
Poestaka mempunyai beberapa strategi signifikan (Purwoko, 2014: 147), yaitu

1. merekrut dewan redaksi secara selektif


2. membentuk jaringan distribusi buku secara sistematis
3. menentukan kriteria literer
4. mendominasi dunia kritik sastra

Pada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai bahasa Melayu standar yang yang lebih
baik dari dialek-dialek Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera. Oleh karena itu, para
lulusan sekolah asal Minangkabau, yang diperkirakan lebih mampu mempelajari bahasa Melayu
Riau, dipilih sebagai dewan redaksi. Beberapa diantaranya adalah Armjin Pene dan Alisjahbana.
Angkatan Balai Poestaka baru mengeluarkan novel pertamanya yang berjudul Azab dan
Sengsara karya Merari Siregar pada tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena kawin
paksa pada masa itu menjadi tren baru bagi dunia sastra. Novel-novel lain dengan tema serupa
pun mulai bermunculan. Adapun ciri-ciri karya sastra pada masa Balai Poestaka, yaitu

1. Gaya Bahasa : Ungkapan klise pepatah/pribahasa.


2. Alur : Alur Lurus.
3. Tokoh : Plot karakter ( digambarkan langsung oleh narator ).
4. Pusat Pengisahan : Terletak pada orang ketiga dan orang pertama.
5. Terdapat digresi : Penyelipan/sisipan yang tidak terlalu penting, yang dapat menganggu
kelancaran teks.
6. Corak : Romantis sentimental.
7. Sifat : Didaktis (pendidikan)
8. Latar belakang sosial : Pertentangan paham antara kaum muda dengan kaum tua.
9. Peristiwa yang diceritakan saesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
10. Puisinya berbentuk syair dan pantun.
11. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal
pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dll.
12. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.

Angkatan Pujangga Baru (19331942)

Pada tahun1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sultan Takdir Alisjahbana mendirikan sebuah
majalah yang diberi nama Poejangga Baroe. Majalah Poedjangga Baroe menjadi wadah
khususnya bagi seniman atau pujangga yang ingin mewujudkan keahlian dalam berseni.
Poedjangga Baroe merujuk pada nama sebuah institusi literer yang berorientasi ke aneka
kegiatan yang dilakukan para penulis pemula. Majalah ini diharapkan berperan sebagai sarana
untuk mengoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa diterbitkan Balai Poestaka
(Purwoko, 2004: 154).

Selain memublikasikan karya sastra, majalah ini juga merintis sebuah rubrik untuk memuat esai
kebudayaan yang diilhami oleh Alisjahbana dan Armijn Pane. Kelahiran majalah Poedjangga
Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia. S.T. Alisjahbana, dalam artikel
Menudju Masjarakat dan Kebudajaan Baru, menjelaskan bahwa sastra Indonesia sebelum abad
20 dan sesudahnya memiliki perbedaan yang didasari pada semangat keindonesiaan dan
keinginan yang besar akan perubahan.

Adapun karakteristik karya sastra pada masa itu terlihat melalui roman-romannya yang sangat
produktif dan diterima secara luas oleh masyarakat. Pengarang yang paling produktif yaitu
Hamka dan Alisjahbana. Hamka, dalam Mengarang Roman, mengatakan Roman adalah bentuk
modern dari hikayat. Roman memperhalus bahasa yang sebelumnya sangat karut marut
menyerupai kalimat Tionghoa sehingga secara tidak langsung roman-roman yang ada mampu
memicu minat baca masyarakat yang awalnya tidak gemar membaca.

Berdasarkan isi cerita, tema-tema yang ada memperlihatkan kecenderungan para pengarang yang
membuat tokoh-tokoh dalam ceritanya berakhir pada kematian. Pengaruh Barat yang sangat
kental pada perkembangan sastra Indonesia dalam periode Pujangga Baru menghasilkan
beberapa perbedaan pandangan dalam kalangan sastrawan pada saat itu.Sebagai contoh, novel
pertama yang diterbitkan majalah ini, Belenggu, pernah ditolak oleh Balai Pustaka karena
dianggap mengandung isu tentang nasionalisme dan perkawinan yang retak. Dengan alasan
didaktis, kedua isu budaya tersebut dianggap tidak cocok dengan kebijakan pemerintah kolonial.

Angkatan 45

Munculnya Chairil Anwar dalam panggung sejarah sastra Indonesia dengan menampilkan
sajak-sajak yang bernilai tinggi memberikan sesuatu yang baru bagi dunia sastra tanah air.
Bahasa yang dipergunakannya adalah bahasa Indonesia yang berjiwa. Bukan lagi bahasa buku,
melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra (Rosidi, 1965: 91).
Dengan munculnya kenyataan itu, maka banyaklah orang yang berpendapat bahwa suatu
angkatan kesusateraan baru telah lahir. Angkatan ini memiliki beberapa sebutan, yaitu
Angkatan 45, Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Perang, Angkatan
Sesudah Perang, Angkatan Sesudah Pujangga Baru, Angkatan Pembebasan, dan Generasi
Gelanggang.

Angkatan 45 adalah angkatan yang muncul setelah berakhirnya Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan ini terbentuk karena Angkatan Pujangga Baru dianggap gagal menjalankan
gagasannya. Pujangga Baru yang semula memiliki gagasan baratisasi sastra Indonesia,
nyatanya hanya mentok pada belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya-karya
seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri
Belanda saja, bukan dari penjuru Barat. Untuk meluruskan persepsi tersebut, muncullah
Angkatan 45 sebagai gantinya.

Keberadaan angkatan ini erat hubungannya dengan Surat Kepercayaan Gelanggang. Konsep
humanisme universal menjadi acuan Perkumpulan Gelanggang karena mereka merasa karya-
karya yang dibuat oleh Angkatan Pujangga Baru kurang realistis pada masa itu. Angkatan
Pujangga Baru yang beraliran romatis dinilai terlalu utopis dan hanya mementingkan estetika.
Berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45 beraliran ekspresionisme-realistik.
Karya-karya yang dihasilkan bergaya ekspresif, menggambarkan identitas si seniman dan juga
realistis. Dalam hal ini, realistis berarti fungsional atau berguna untuk masyarakat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Angkatan 45 menganut pendapat seni untuk masyarakat,
sementara Pujangga Baru menganut pendapat seni untuk seni.

Tema yang banyak diangkat dalam karya-karya seni Angkatan 45 adalah tema tentang
perjuangan kemerdekaan. Dari karya-karya bertemakan perjuangan itulah amanat yang
menyatakan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan tak hanya dapat dilakukan melalui politik
atau angkat senjata, tetapi perjuangan juga dapat dilakukan melalui karya-karya seni. Angkatan
45 mulai melemah ketika sang pelopor, Chairil Anwar, meninggal dunia. Selain itu, Asrul Sani,
yang juga merupakan salah satu pelopor mulai menyibukkan diri membuat skenario film.
Kehilangan akan kedua orang tersebut membuat Angkatan 45 seolah kehilangan kemudinya.
Akhirnya, masa Angkatan 45 berakhir dan digantikan dengan Angkatan50.

Angkatan 45 memiliki gaya yang berbeda dengan Angkatan Pujangga Baru. Gaya ini
dipengaruhi oleh kondisi politik masing-masing angkatan. Angkatan Pujangga Baru memiliki
gaya romantis-idealis karena pada saat itu perjuangan kemerdekaan belum sekeras yang dialami
Angkatan 45. Sementara Angkatan 45 yang terbentuk pada saat gencarnya perjuangan
kemerdekaan memilih gaya ekspresionisme-realistik agar dapat berguna dan diterima oleh
masyarakat. Pada akhirnya, semua angkatan yang ada sepantasnya menyadari fungsi sosial
mereka. Setiap angkatan harus memikirkan letak kebermanfaatan mereka bagi masyarakat
karena mereka hidup dan tumbuh di dalam masyarakat.

Angkatan 1950

Angkatan ini dikenal krisis sastra Indonesia. Sejak Chairil Anwar meninggal, lingkungan
kebudayaan Gelanggang Seniman Merdeka seolah-olah kehilangan vitalitas. Salah satu alasan
utama terhadap tuduhan krisis sastra tersebut adalah karena kurangnya jumlah buku yang terbit.
Sejak tahun 1953 , Balai Pustaka yang sejak dulu bertindak sebagai penerbit utama buku-buku
sastra, kedudukannya sudah tidak menentu (Rosidi, 1965: 137). Sejak saat itu aktivitas sastra
hanya dalam majalah-majalah, seperti Gelanggang/Siasat, Mimbar Indonesia, Zenith,
Poedjangga Baroe, dll.

Karena sifat majalah, maka karangan-karangan yang mendapat tempat terutama yang berupa
sajak, cerpen, dan karangan-karangan lain yang tidak begitu panjang. Sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh majalah-majalah, maka tak anehlah kalau para pengarangpun lantas hanya
mengarang cerpen, sajak, dan karangan lain yang pendek-pendek (Rosidi, 1965: 138). Hal itulah
yang memunculkan istilah sastra majalah pada masa itu. Berikut pendapat Soeprijadi
Tomodihardjo, dalam artikelnya Sumber-Sumber Kegiatan1

1. Kesusastraan sedang memasuki masa krisis, masalah kualitas dan kuantitas.


2. Ekspansi ideologi ke dalam dunia seni mengakibatkan banyak orang meninggalkan nilai-
nilai seni yang wajar, dan ideologi politik kian menguat.
3. Seni dan politik adalah pencampuradukan yang lahir dari kondisi masa itu.
4. Pada masa itu pula telah lahir organisasi-organisasi kegiatan kesenian yang mengarahkan
kegiatanya pada seni sastra dan seni drama.
5. Hal ini mengindikasikan seni mendapat perhatian.
6. Kesusastraan berhubungan erat dengan adanya tempat berkegiatan, Jakarta di angggap
sebagai pusatnya. Anggapan ini diluruskan, Jakarta hanya sebagai pusat produksi dan
publikasi

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa angkatan 1950 merupakan angkatan yang sepi oleh
karya karena sastra Indonesia yang ada dianggap sudah tidak lagi memiliki identitas,
kesusasteraan mengalami krisis baik kualitas maupun kuantitas karena lahirnya pesimisme dan
penggunaan seni ke ranah politik yang tidak dibarengi dengan tanggung jawab.

Angkatan 1966

Adalah suatu kenyataan sejarah bahwa sejak awal pertumbuhannya sastrawan-sastrawan


Indonesia menunjukkan perhatian yang serius kepada politik (Rosidi, 1965: 177). Pada masa ini
sastra sangat dipengaruhi oleh lembaga kebudayaan seperti Lekra dan Manikebu. Pada tahun
1961 Lekra,organ PKI yang memperjuangkan komunisme, dinyatakan sebagai organisasi
kebudayaan yang memperjuangkan slogan politik adalah panglima. Sementara Menifes
Kebudayaan merupakan sebuah konsep atau pemikiran di bidang kebudayaan dan merupakan
sebuah reaksi terhadap teror budaya yang pada waktu itu dilancarkan oleh orang-orang Lekra.
Manifes kebudayaan di tuduh anti-Manipol dan kontra Revolusioner sehingga harus dihapuskan
dari muka bumi Indonesia. Pelarangan Manifes Kebudayaan diikuti tindakan politis yang makin
memojokkan orang-orang Manifes Kebudayaan, yaitu pelarangan buku karya pengarang-
pengarang yang berada di barisan. Adapun buku-buku yang pernah dilarang, antara lain
Pramudya Ananta Toer, Percikan Revolusi, Keluarga Gerirya, Bukan pasar Malam ,Panggil Aku
Kartini Saja , Korupsi dll; Utuy T. Sontani, Suling, Bunga Rumah makan,Orang-orang Sial, Si
Kabayan dll; Bakri Siregar, Ceramah Sastra, Jejak Langkah , Sejarah Kesusastraan Indonesia
Modern.

Menurut H. B. Jassin, ciri-ciri karya pada masa ini adalah sebagai berikut
1. mempunyai konsepsi Pancasila
2. menggemakan protes sosial dan politik
3. membawa kesadaran nurani manusia
4. mempunyai kesadaran akan moral dan agama

Angkatan 70-an sampai sekarang

Pada masa ini karya sastra berperan untuk membentuk pemikiran tentang keindonesiaan setelah
mengalami kombinasi dengan pemikiran lain, seperti budaya. Ide, filsafat, dan gebrakan-
gebrakan baru muncul di era ini, beberapa karya keluar dari paten dengan memperbincangkan
agama dan mulai bermunculan kubu-kubu sastra populer dan sastra majalah. Pada masa ini pula
karya yang bersifat absurd mulai tampak.

Di tahun 19801990-an banyak penulis Indonesia yang berbakat, tetapi sayang karena mereka
dilihat dari kacamata ideologi suatu penerbit. Salah satu penerbit yang terkenal sampai sekarang
adalah Gramedia. Gramedia merupakan penerbit yang memperhatikan sastra dan membuka
ruang untuk semua jenis sastra sehingga penulis Indonesia senantiasa memiliki kreativitas
dengan belajar dari berbagai paten karya, baik itu karya populer, kedaerahan, maupun karya
urban. Sementara setelah masa reformasi, yaitu tahun 2000-an, kondisi sastra tanah air dapat
digambarkan sebagai berikut2

1. Kritik Rezim Orde Baru


2. Wacana Urban dan Adsurditas
3. Kritik Pemerintah terus berjalan
4. Sastra masuk melalui majalah selain majalah sastra.
5. Sastra bersanding dengan Seni Lainnya, banyak terjadi alih wahana pada jaman sekarang
6. Karya yang dilarang terbit pada masa 70-an diterbitkan di tahun 2000-an, banyak karya
Pram yang diterbitkan, karya Hersri Setiawan, Remy Sylado, dsb.

Seperti seorang anak, Sastra mengalami masa pertumbuhan. Masa pertumbuhan sastra tidak akan
dewasa hingga jaman mengurungnya. Sastra akan terus menilai jaman melalui pemikiran dan
karya sastrawannya. Pada tahun 1970-an, sastra memiliki karakter yang keluar dari paten
normatif. Pada tahun 1980-an hingga awal 1990-an, sastra memiliki karakter yang diimbangi
dengan arus budaya populer. Pada tahun 2000-an hingga saat ini, sastra kembali memiliki
keragaman kahzanah dari yang populer, kritik, reflektif, dan masuk ke ranah erotika dan
absurditas3.

1Ditampilkan oleh presentasi kelompok Angkatan 1950 pada mata kuliah Pengkajian Sastra
Indonesia Tahun 2012

2Ditampilkan oleh presentasi kelompok Angkatan 70-an pada kuliah Pengkembangan Sastra
Indonesia Tahun 2012

Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka


Berbicara tentang pertentangan adat dan kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan.
Gaya penceritaan terpengaruh oleh sastra Melayu yang mendayu-dayu, masih menggunakan
bahasa klise seperti peribahasa dan pepatah-petitih. Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka
diharuskan memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama dan politik.

Ciri-ciri Angkatan Pujangga Baru

Menampilkan nasionalisme Indonesia,. memasuki kehidupan modern, menampakkan


kebangkitan kaum muda. Banyak terpengaruh oleh Angkatan 1880 di Negeri Belanda, sehingga
puisi-puisinya banyak yang berbentuk soneta. Pada masa ini terjadi polemik yang seru
antartokoh-tokohnya. Sutan Takdir Alisyahbana berorientasi ke barat yang intelektualistik,
individualistuik dan materialistik, punya idealisme tinggi akan kemajuan iptek/sains dan dunia.
Sanusi Pane berorientasi ke timur (India, Timur Tengah, Cina) yang spiritualistik,
mementingkan olah ruhani. Kemudian Armijn Pane, Amir Hamzah, Kihajar Dewantara, yang
lebih menginginkan adanya sintesis barat yang sifistikated dan timur yang sufistik.

Ciri-ciri Sastra Masa Masa Jepang dan Angkatan 45

Bicara tentang kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang yang sangat menindas, menampilkan
cita-cita merdeka dan perjuangan revolusi fisik. Pada masa Jepang untuk berkelit dari sensor
penguasa, berkembang sastra simbolik. Muncul ungkapan-ungkapan yang singkat-padat-bernas
(gaya Chairil Anwar dalam puisi) dan kesederhanaan baru dengan kalimat pendek-pendek nan
lugas (gaya Idrus dalam prosa fiksi/sketsa).

Sastra dekade 50-an

Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal
masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra
Indonesia sedang mengalami booming cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya
Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).Mulai tumbuh
sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.

Sastra Angkatan 66

Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang
komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut
menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan 66 berobsesi
menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah Tirani dan Benteng antologi puisi
Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan yamng
sempat berseteru dengan LEKRA.

Dekade 70-an 80-an

Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh
keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra Indonesia
dengan karuya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri dan Yudhistira Ardi
Noegraha dalamm puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dal;am prosa fiksi, Arifin C. Noer dan
Putu Wijaya dalam teater.

Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000)

Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan
ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik.
Menampilkan euforia menyuarakan hati nurani dan akal sehat untuk pencerahan kehidupan
multidimensional. Taufiq Ismail yang pernah terkenal sebagai tokoh sastra Angkatan 66 ikut
mengawal Reformasi dengan bukunya antologi puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia
(MAJOI). Di samping menampilkan sanjak-sanjak peduli bangsa (istilah yang diusung rubrik
budaya Republika) dan karya-karya reformasi yang anti penindasan, gandrung keadilan,
berbahasa kebenaran (sesuai Sumpah Rakyat 1998), muncul pula fenomena kesetaraan gender
yang mengarah ke woman libs sebagaimana tercermin dalam karya-karya Ayu Utami dari
Komunitas Sastra/Teater Utan Kayu, Jenar Mahesa Ayu, Dewi Lestari. Pada era yang bersamaan
berkibar bendera Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokohnya HTR (Helvy Tiana Rosa) yang
berobsesi mengusung Sastra Pencerahan, Menulis Bisa Bikin Kaya (kaya ruhani, kaya pikiran,,
kaya wawasan, dan semacamnya).

27 Nov

B.KARYA SASTRA TERPENTING PADA TIAP PERIODE DAN CIRI-CIRI


MASING-MASING ANGKATAN

Posted by danriris in Sastra. Tagged: ciri-ciri periode sastra, Novel, periode sastra, Sastra. 30
komentar

Dalam sejarah sastra Indonesia, karya sastra bisa dibagi berdasarkan periodisasinya. Periodisasi
adalah pembagian kronologi perjalanan sastra atas masanya, biasanya berupa dekade-dekade.
Pada dekade-dekade tertentu dikenall angkatan-angkatan kesusastraan, misalnya Angkatan Balai
Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66 dan Angkatan 2000.

Kedua istilah itu (dekade dan angkatan) bisa digunakan secara bersamaan, bahkan adakalanya
angkatan kesusastraan tertentu diberi nama dekade tertentu.

Dimulai dari masa Balai Pustaka, sejarah kesusastraan Indonesia bisa dirinci atau dilakukan
periodisasi berikut ini:

1. Angkatan Balai Pustaka (Dekade 20-an)


2. Angkatan Pujangga Baru (Dekade 30-an)
3. Kesusastraan Masa Jepang
4. Angkatan 45
5. Sastra Dekade 50-an
6. Sastra Angkatan 66 (Generasi Manifes Kebudayaan)
7. Sastra Dekade 70-an s.d. 80-an /Angkatan 80-an
8. Sastra Mutakhir/Terkini
(Dekade 1990-an dan Angkatan 2000).

Dalam setiap angkatan/periodenya, kesusastraan tentu memiliki tokoh-tokoh sastrawan-


sastrawati baik pengarang yang mencipta bentuk-bentuk prosa maupun penyair yang mengarang
bentuk-bentuk puisi. Kadang-kadang sang pengarang juga sekaligus penyair karena ia mencipta
dua bentuk sekaligus, yakni puisi dan prosa fiksi, misalnya Muhammad Yamin, Sanusi Pane,
Sutan Takdir Alisyahbana, Ayip Rosidi, Motenggo Boesye, Rendra, Kuntowijoyo, Emha Ainun
Najib, Afrizal Malna, Abidah Al Khalieqy, Helvy Tiana Rosa, dan Iain-lain.

1. Karya Sastra Terpenting dan Ciri-ciri pada Tiap-tiap Periode

Di atas telah disampaikan periodisasi kesusastraan Indonesia diawali dari Angkatan Balai
Pustaka yang mulai berkiprah pada era 20-an sampai Angkatan 2000 sekarang ini. Pada masing-
masing angkatan/periode muncul hasil-hasil karya sastra yang penting dan monumental yang
dikarang oleh sastrawan-sastrawati terkenal, baik berbentuk prosa fiksi, puisi maupun naskah
drama. Karya sastra pada masing-masing angkatan/periode memiliki ciri-ciri tertentu.

Angkatan Balai Pustaka/Dekade 20-an, tokoh-tokohnya:

a. Marah Rusli dengan karyanya roman Siti Nurbaya.

b. Muhammad Yamin dengan karyanya kumpulan puisi Tanah Air,


e. Abdul Muis dengan karyanya roman Salah Asuhan.

d. Rustam Efendi dengan karyanya kumpulan puisi Percikan Permenungan.

e. Nur Sutan Iskandar dengan karyanya roman Katak Hendak Jadi Lembu.

Angkatan Pujangga Baru/Dekade 30-an dengan tokoh-tokohnya:

a. Sutan Takdir Alisyahbana dengan karyanya roman Layar Terkembang dan


kumpulan puisi Tebaran Mega.

b. Amir Hamzah dengan karyanya kumpulan puisi Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi.
e. Armijn Pane dengan karyanya roman Belenggu.

d. Sanusi Pane dengan kumpulan puisinya Madah Kelana dan drama Manusia
Baru

e. Y.E. Tatengkeng dengan kumpulan puisinya Rindu Dendam.

f. HAMKA dengan romannya Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.

Kesusastraan Masa Jepang dan Angkatan 45 dengan tokoh-tokohnya:

a. Chairil Anwar dengan kumpulan puisinya Deru Campur Debu.


b. Usmar Ismail dengan dramanya Citra

e. El Hakim dengan dramanya Taufan di Atas Asia.

d. Achdiat Kartamihardja dengan romannya Atheis.

e. Pramudya Ananta Toer dengan romannya Percikan Revolusi

Di era sekarang Pramudya terkenal dengan caturlogi roman Pulau Buru.

Dekade 50-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:

1. Ayip Rosidi dengan novelnya Sebuah Rumah Buat Hari Tua.


2. Motinggo Boesye dengan dramanya Malam Jahannam.
3. Nh. Dini dengah novelnya Hati yang Damai.
4. Rendra dengan kumpulan puisinya Balada Orang-orang Tercinta.
Penyair ini masih kreatif sampai sekarang.

5. Mochtar Lubis dengan novelnya Jalan Tak Ada Ujung.

Angkatan 66 dengan tokoh-tokohnya antara lain:

1. Taufiq Ismail dengan kumpulan puisinya Tirani dan Benteng.


2. Sapardi Joko Damono dengan kumpulan puisinya Duka-Mu Abadi.
3. Hartoyo Andangjaya dengan kumpulan puisinya Buku Puisi.
4. Bur Rasuanto dengan kumpulan puisinya Mereka Telah Bangkit.
5. Ramadhan KH dengan novelnya Royan Revolusi dan kumpulan puisi Priangan
Si Jelita.

Angkatan 70-an 80-an dengan tokoh-tokohnya antara lain:

1. Sutardji Calzoum Bachri dengan kumpulan puisinya O Amuk Kapak.


2. Iwan Simatupang dengan novelnya Ziarah.
3. Danarto dengan kumpulan cerpennya Godlob.
4. Y.B. Mangunwijaya dengan novelnya Burung-burung Manyar.
5. Putu Wijaya dengan novelnya Telegram, dan drama Dag Dig Dug.
6. Kuntowijoyo dengan novelnya Khotbah di Atas Bukit
7. Yudhistira Ardi Noegraha dengan novelnya Mencoba Tidak Menyerah.
8. Arifin C. Noer dengan dramanya Mega-Mega.
9. Umar Kayam dengan novelnya Para Priyayi.
10. Ahmad Tohari dengan trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk.

Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000) dengan tokohnya antara lain:

1. Emha Ainun Najib dengan kumpulan puisinya Sesobek Buku Harian Indonesia
dan drama Lautan Jilbab.
2. Seno Gumira Ajidarma dengan kumpulan cerpennya Iblis Tidak Pernah Mati.
3. Ayu Utami dengan novelnya Saman dan Larung
4. Jenar Mahesa Ayu dengan kumpulan cerpennya Mereka Bilang Saya Monyet.
5. N. Riantiarno dengan dramanya Opera Kecoa dan Republik Bagong:.
6. Yanusa Nugraha dengan kumpulan cerpennya Segulung Cerita Tua .
7. Afrizal Malna dengan kumpulan puisinya Abad yang Berlari.
8. Ahmadun Y. Herfanda dengan kumpulan puisinya Sembahyang Rumputan.
9. D. Zawawi Imron dengan kumpulan puisinya Bantalku Ombak, Selimutku Angin.
10. K.H. Ahmad Mustofa Bisri dengan kumpulan puisinya Ohoi Puisi-puisi Balsem dan
Gandrung.

RINGKASAN (SITI NURBAYA) oleh: sukarto - Pengarang : Mh.Rusli

Syamsul Bahri dan Siti Nurbaya adalah kekasih yang akan menikah. Tetapi keduanya gagal menikah
karena ulah Datuk Maringgi.Datuk Maringgih berhasil menikahi Siti Nurbaya karena untuk membayar
hutang ayahnya.Siti Nurbaya ingin lari dari Datuk Maringgih, namun karena keliciukannya akhirnya siti
Nurbaya di racun dan Meninggal dunia.Mendengar kekasihnya meninggal dunia meninggal,Syamsul
Bahri ingin bunuh diri dengan cara menjadi tentara.Terjadi pertempuran antara Syamsul Bahri dan
Datuk Maringgih dalam pertempuran tersebut keduanya terbunuh dan sama-sama meninggal dunia.

Syamsul Bahri anak pasangan dari Sutan Mahmud Syah dan ibunya bernama Siti Maryam.Dia hidup
bertetangga dengan Siti Nurbaya putri saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman.Karena seringnya
bertemu, maka timbul rasa cinta bagi kedua remaja berlainan jenis tersebut.Namun sayang ditengah
percintaan tersebut mereka harus berpisah untuk melanjutkan sekolahnya.Syamsul Bahri meninggalkan
kota Padang untuk melanjutrkan sekolah kedokteran di Jakarta.

Sementara itu di kota Padang terdapat seorang kaya raya bernama Datuk Maringgih.Ia selalu bebuat
kejahatan secara licik sehingga tidak diketahui oleh orang lain. Datuk Maringgih mempunyai banyak
anak buah sebagai kaki tangan pembantunya.
Melihat kekayaan baginda Sulaiman ayah Siti Nurbaya,Datuk Maringgihj merasa tidak senang,maka satu
persatu harta kekayaan Baginda Sulaiman dimusnahkan oleh Datuk Maringgih beserta anak buahnya.
Untuk memperbaiki kehidupannya ,maka Baginda sulaiman meminjam uang kepada Datuk Maringgih.
Dengan kelicikannya, Datuk Maringgih beserta anak buahnya selalu menghancurkan usaha yang
dilakukan oleh baginda Sulaiman.
Karena tidak dapat membeayar hutangnya , Datuk Maringgih berniat utnk menita seluruh harta yang
dimiliki oleh baginda Sulaiman, kecuali apabila Siti Nurbaya diserahkan kepadanya sebagai
istrinya.Dengan terpaksa maka Siti Nurbaya walaupun tidak mencintainya akhirnya menjadi istri Datuk
Maringgih.Siti Nurbaya mengirim surat kepada Syamsul Bahri yang ada di Jakarta tentang peristiwa ini.
Mendengar berita tersebut,maka Syamsul Bahri pun pulang ke Padang, ketika itu juga Syamsul Bahri
mendengar bahwa Baginda Sulaiman sakit, maka Dia pun mengunjungi Baginda Sulaiman. Ketika sampai
dirumah Baginda Sulaiman Syamsul Bahri bertemu dengan Siti Nurbaya.Karena rindu sudah lama tidak
bertemu, maka keduanya berpelukan dan berciuman.Melihat peristiwa tersebut maka marahlah Datuk
Maringgih sehingga terjadi pertengkaran. Mendengar keramaian yang ada, baginda Sulaiman yang
sedang sakit berusaha beranjak dari tempat tidurnya. Karena tidak kuat berjalan maka Baginda Sulaiman
terjatuh dan akhirnya meninggal dunia.
Sejak kematian ayahnya, Siti Nurbaya berlaku kasar kepada Datuk Maringgih suaminya.Bahkan pada
akhirnya dalam suatu pertengkaran dia mengusir Datuk Maringgih dari rumahnya..Setelah itu Siti
Nurbaya berniat untuk pergi ke Jakarta menyusul Syamsul Bahri.
Tetapi malang niat pergi ke Jakarta Siti Nurbaya tersebut diketahui oleh anak buah Datuk
Maringgih.Ketika berada dalam sebuah kapal Siti Nurbaya akan dibunuh oleh anak buah Datuk
Maringgih, dengan cara membuangnya ke laut. Beruntung banyak orang mendengar teriakan Siti
Nurbaya,sehingga dia pun selamat dari rencana jahat anak buah Datuk Maringgih.
Akhirnya kapal sampai juga di Jakarta.Syamsul Bahri menemui Siti Nurbaya yang masih dalam keadaan
sakit di kapal..Tiba-tiba datanglah polisi mancari Siti Nurbaya dengan tuduhan melarikan diri dari
suaminya serta membawa lari harta suaminya. Siti Nurbaya pun kembali ke Padang untuk
menyelesaikan urusannya di pengadilan Padang.Dalam pemeriksaan ternyata dinyatakan bahwa Siti
Nurbaya tidak bersalah, sehingga dia dibebaskan dari tuduhan suaminya.

Pada suatu hari tanpa sepengetahuan Alimah sahabtanya, Siti Nurbaya membeli kue, yang ternyata
penjual kue tersebut adalah orang suruhan Datuk Maringgih yang sengaja diperuntukkan kepa Siti
Nurbaya. Di dalam kue tersebut oleh orang kepercayaan Datuk Maringgih tersebut sudah di isi
racun.Sudah barang pasti setelah makan kue tersebut meninggallah Siti Nurbaya.
Mendengar kematian Siti Nurbaya yang mendadak itu,terkejutlah ibu Syamsul Bahri yang memang
sudah menderita sakit keras itu dan akhirnya meninggal dunia juga.

Kabar tentang kematian Siti Nurbaya dan Ibunya membuat Syamsul Bahri putus asa, dan berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya..Pada suatu temapt dikegelapan malam menodongkan pistol kearah
kepalanya.Untung usaha untuk bunuh diri tersebut diketahui oleh Zainal Abidin temannya, sehingga
selamatlah Syamsul Bahri.Karena Syamsul Bahri menginginkan kematian maka ia pun mendaftarkan diri
sebagai pasukan atau tentara,dengan berganti nama menjadi Letnan Mas.
Pada suatu hari ia pun mendapatkan tugas untuk menumpas pemberontak di Padang.Bertemulah
Syamsul Bahri atau Letnan Mas tersebut dengan Datuk Maringgih salah satu pemimpin gerombolan
tersebut.Dalam pertempuran tersebut Letnan Mas berhasil menembak Datuk Maringgih sehinggah
menyebabkan Datuk Maringgih roboh. Tetapi sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Datuk
Maringgih masih sempat mengayunkan pedangnya kea rah Letnan Mas. Seketika itu juga Letnan Mas
jatuh terkapar dan pada akhirnya meninggal dunia juga.

Ringkasan Novel Atheis


Agustus 30, 2013 awan sundiawan

Novel Athies

Novel Atheis dikarang orang oleh Achidat K. Mihardja diterbitkan Balai Pustaka dengan cetakan
pertama tahun 1949. Novel ini menggambarkan tokoh Hasan yang penuh keragu-raguan,
setengah-setengah dalam meyakini segala sesuatu, ikut-ikutan dan sering tak yakin pada
pendiriannya. Sang tokoh berprilaku labil karena faktor lingkungan dan pergaulan yang tidak
baik. Berawal dari sakit hati menjalin cinta dengan kekasihnya, kemudian belajar meyakini
ajaran tertentu, lalu bertemu dengan teman-teman yang tidak punya agama dan berprilaku bebas,
dan berujung penyesalan terhadap orang tua. Mungkin itulah sifat anak muda yang kejiwaanya
belum stabil sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang menghampirinya.

Untuk lebih jelasnya silakan baca novelnya dengan cermat, dan telah saya rangkum isi novelnya
seperti di bawah ini.

Hasan yang dilahirkan di desa Penyeredan, di besarkan dan didik dalam suasan keagamaan
Islam ortodoks. Ayah dan ibunya adalah penganut aliran terekat. Sebagai teman bermain Hasan,
orang tuanya memungut anak yatim, Fatimah. Pendidikan ahlak yang sejak kecil diberikan orang
tuanya, disertai pula dengan cerita-cerita surga dan neraka, tentu saja sangat melekat di benak
Hasan. Keadaan itu terus berlangsung sampai Hasan pindah ke Bandung untuk meneruskan
sekolahnya di Mulo.

Selepas Mulo, Hasan bekerja di Jawatan Air Kotapraja, Bandung. Sementara itu, Hasan sendiri
sudah menjadi murid terekat yang dianut ayahnya. Sesungguhnya, keterlibatan Hasan dengan
aliran terekat itu, lebih di sebabakan oleh keinginanya untuk melupakan Rukmini, gadis lulusan
SKP yang menjadi buah hati Hasan tetapi kemudian di kawini saudagar dari Jakarta. Hasan
adalah murid yang patuh mengikuti ajaran-ajaran gurunya. Dengan ajaran itu, Hasan makin
mengisolasikan diri dari lingkunganya. Pada saat demikian, tanpa diduga datang Rusli, temannya
waktu kecil, ke tempat Hasan bekerja. Perjumpaan yang tak diduga itu, amat istimewa buat
Hasan. Masalahnya, Rusli datang bersama Kartini yang dalam pandangan Hasan, seperti
duplikat Rukmini.
Sejak itu, kehidupan Hasan yang semula memandang dunia ini dengan kacamata hitam- putih
atau neraka-surga, mulai tergetar oleh tatakrama yang di perliahatkan Rusli dan Kartini. Dalam
pandangan Hasan, Rusli yang kafir terlalu bebas. Demikian juga Kartini, janda muda bekas istri
seorang rentenir tua keturunan Arab, terlalu modern. Oleh karenanya, Hasan bertekad untuk
menyadarkan kedua orang itu.

Tekad Hasan porak-poranda. Menghadapi Rusli yang tahu banyak tentang materialisme
dialektika dan selalu bertumpu pada pemikiran rasional, Hasan tak mampu berbuat banyak.
Bahkan ahirnya, Rusli yang memberi khotbah kepadanya. Kalau saja tidak ada Kartini yang
selalu menggangu pikiranya, tentulah Hasan akan menjauhi Rusli. Keakraban Hasan dengan
Rusli dan Kartini, secara perlahan namun tetap, makin menggoyahkan sendi-sendi keimanan
yang pernah di pegannya dengan kuat. Kemudian datang pula Anwar yang anarkis, Hasan
ahirnya benar-benar melepaskan keimanan. Tidak hanya sampai di situ, akibat hubungan dengan
Anwar pula Hasan menentang ayahnya. Penantangan Hasan itu di pertegas lagi oleh keputusan
Hasan untuk mengawini Kartini. Maka lengkaplah jarak yang di tempuh Hasan; berpisah dari
akar tradisi dan putus hubungan dengan ayahnya. tekadku sekarang menuju ke suatu tujuan
yang pasti, yaitu kawin sekelas mungkin dengan Kartini (hlm. 175)

Kebahagiaan hudup rumah tangga Hasan dengan Kartini tidak berlangsung lama. Anwar yang
anarkis individualistis, menumbuhkan percik-percik bara di hati Hasan. Dalam benak Hasan,
Anwar-lah penyebab putusnya hubungan dengan sang ayah. Anwar pula yang acap kali
menggelitik kecemburuannya. Betapapun, pandangan Anwar terhadap Kartini amat patut
dicurigai, begitu munurut Hasan.

Bersamaan dengan itu, perasaan berdosa Hasan terhadap ayahnya, bagaimanapun tidak lepas
sama sekali. Lebih dari itu, kenangan masa kecil, terutama dongeng tentang siksa-siksa neraka,
semakin menghantui dirinya. Ia dikejar kegelisahan, ketakutan, dan perasaan berdosa. Dengan
sendirinya, semua itu tambah meruwetkan kehidupan rumah tangganya. Sampai pada puncaknya,
Hasan dan Kartini menggambil keputusan langkah dramatis: cerai! Maka, berakhirlah kehidupan
rumah tangga Hasan Kartini.

Di pihak Hasan, keputusan itu ternyata tidaklah membawa ketenangan bagi jiwanya. Ketakutan,
kecemasan dan bayangan siksaan neraka terus saja menghantui. Ia makin gelisah. Rasa bersalah,
berdosa, menyesal, takut, khawatir, dan macam-macam tekanan batin, tambah akrab dengan
jalan pikiran serta makin menggerogoti kesehatan fisiknya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula,
begitulah nasib yang dialami Hasan. Saat ia menderita tekanan batin yang hebat, ayahnya
meninggal. Hal yang memberatkan Hasan sebenaranya bukan semata-mata soal kematian,
melainkan kenyataan bahwa permintaan maafnya ditolak ayahnya, justru menjelang orang tua itu
mengembuskan napasnya yang terakhir.

Sementara perasaan Hasan hanyut dalam kegalauan yang tak kunjung reda, selama itu pulaa
berusaha mencari kebenaran yang nyata mengenai keimanannya. Sejumlah teori yang pernah di
kemukakan Rusli dan Anwar, dirasakannya semakin menyesatkan, terlebih lagi pandangan-
pandangan Anwar. Maka, Hasan tidak dapat berbuat lain dari berusaha membalas dendam
kepada Anwar, biang keladinya. Semua itu akibat tingkah polah Anwar, ia pula harus
menanggung akibatnya. Demikian dendam Hasan makin menggumpal. Atas keputusan ini,
akhirnya Hasan, tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya, keluar mencari Anwar. Semakin
keras nafsunya untuk membuat perhitungan terhadap Anwar, semakin bergegas pula langkah
kakinya. Pada saat yang bersamaan, gaung sirene tanda bahaya udara meraung-raung
memecahkan kegelapan malam. Namun, Hasan tak peduli. Ia terus melangkah; dan langkah itu
berhenti ketika Hasan merasakan sebuah peluru menembus dadanya. Badan yang lemah itu
berguling-guling sebentar di atas aspal, bermandi darah. Kemudian dengan bibir bergegas
berkata Allahu Akbar, tak bergerak lagi

1. Tolak tangan berayun kaki, peluk tubuh mengajar diri. Artinya : Belajar untuk
mengendalikan diri dan meninggalkan kebiasaan bersenang-senang.
2. Tong kosong nyaring bunyinya. Artinya : Orang yang bodoh biasanya banyaknya
cakapnya/ pembicaraannya.
3. Tong penuh tidak berguncang, tong setengah yang berguncang. Artinya : Orang yang
berilmu tidak akan banyak bicara, tetapi orang bodoh biasanya banyak bicara seolah-
olah tahu banyak hal.
4. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan. Artinya : Dimana pun berada pasti akan
tersedia rezeki buat kita.
5. Ada air ada ikan. Artinya : Dimanapun kita tinggal,rezeki akan selalu ada.
6. Ada asap ada api. Artinya : Tak dapat dipisahkan, munculnya suatu kejadian / masalah
pasti ada penyebabnya.
7. Ada gula ada semut. Artinya : Dimana banyak kesenangan disitulah banyak orang
datang.
8. Ada harga ada rupa. Artinya : Harga suatu barang tentu disesuaikan dengan keadaan
barang tersebut.
9. Ada pasang turun naik. Artinya : Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua
senantiasa silih berganti.
10. Ada rotan ada duri. Artinya : Kesenangan tentu ada kesusahan.
11. Ada uang abang di sayang, tak ada uang abang ditendang. Artinya : Hanya mau bersama
disaat senang saja tetapi tidak mau tahu disaat sedang susah.
12. Ada ubi ada talas,ada budi ada balas. Artinya : Kejahatan dibalas dengan
kejahatan,kebikkan dibalas dengan kebaikan.
13. Ada udang di balik batu. Artinya : Ada suatu maksud yang tersembunyi.
14. Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam. Artinya : Orang muda harus
bersabar,dalam meraih cita-cita.
15. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut. Artinya : Meminta hendaknya
kepada yang punya, bertanya hendaknya kepada yang pandai.
16. Air beriak tanda tak dalam. Artinya : Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak
ilmunya.
17. Air besar batu bersibak. Artinya : Persaudaraan akan bercerai berai apabila terjadi
perselisihan.
18. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Artinya : Sifat-sifat anak biasanya
menurun dari sifat orang tuanya.
19. Air di cencang tiada putus. Artinya : Persaudaraan tidak akan putas karena hanya
perselisihian kecil.
20. Air di daun keladi. Artinya : Sukar di ajar atau dinasihati.
21. Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam. Artinya : Tidak enak makan dan
minum (biasanya karena terlalu bersedih/duka).
22. Air jernih ikannya jinak. Artinya : Negeri yang serba teratur dengan penduduknya yang
serba baik,baik pula budi bahasanya.
23. Air pun ada pasang surutnya. Artinya : Senang dan susah selalu silih berganti.
24. Air susu dibalas dengan air tuba. Artinya : Perbuatan baik dibalas dengan perbuatan
jahat.
25. Air tenang menghanyutkan. Artinya : Orang yang kelihatannya pendiam, namun
ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya.
26. Air yang tenang jangan disangka tiada berbuaya. Artinya : Orang pendiam jangan
disangka tidak berani.
27. Alah bisa karena biasa. Artinya : Segala kesukaran tak akan terasa lagi bila sudah biasa.
28. Alang berjawab, tepuk berbatas. Artinya : Perbuatan baik dibalas dengan perbuatan
baik, perbuatan jahat dibalas dengan perbuatan kejahatan pula.
29. Anak bapak. Artinya : Anak lelaki yang berani.
30. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusui. Artinya : Selalu membereskan
urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan sendiri.
31. Angan - angan mengikat tubuh. Artinya : Memikirkan yang tidak-tidak akhirnya
menderita sendiri.
32. Angin tidak dapat ditangkap, asap tidak dapat digenggam. Artinya : Sesuatu hal yang
tidak dapat dirasakan.
33. Anjing menggonggong, khafilah berlalu. Artinya : Biarpun banyak rintangan dalam
usaha kita, kita tidak boleh putus asa.
34. Api dalam sekam. Artinya : Hal-hal tidak baik yang tidak tampak dan bahkan semakin
membahayakan.
35. Asam di darat, ikan di laut bertemu di belanga. Artinya : Laki-laki dan perempuan kalau
sudah jodoh pasti akan bertemu juga.
36. Badan boleh dimiliki, hati jangan. Artinya : Ungkapan bahwa orang tersebut sudah
memiliki kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Secara fisik mau menuruti segala
macam perintah yang menindas, namun di dalam hati tetap menentang.
37. Bagai Makan Buah Simalakama. Artinya : Bagai seseorang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sangat sulit untuk dipilih.
38. Bagai air di daun talas. Artinya : Selalu berubah-ubah atau tidak tetap pendiriannya.
39. Bagai anak ayam kehilangan induk. Artinya : Bercerai berai karena kehilangan
tumpuan.
40. Bagai anjing beranak enam. Artinya : Kurus sekali.
41. Bagai api dengan asap. Artinya : Tidak dapat dipisahkan.
42. Bagai bara dalam sekam. Artinya : Perbuatan jahat yang tak tampak.
43. Bagai bulan kesiangan. Artinya : Pucat dan lesu.
44. Bagai di sayap dengan sembilu. Artinya : Rasa hati yang sangat pedih.
45. Bagai duri dalam daging. Artinya : Selalu terasa tidak menyenangkan hati dan
mengganggu pikiran.
46. Bagai itik pulang petang. Artinya : Sangat lambat jalannya.
47. Bagai kacang lupa akan kulitnya. Artinya : Tidak tahu diri, lupa akan asalnya.
48. Bagai katak dalam tempurung. Artinya : Sangat sedikit pengetahuannya, kurang luas
pandangannnya.
49. Bagai kebakaran janggut. Artinya : Bingung tidak keruan.
50. Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Artinya : Hidup dalam kesukaran
/ kesengsaraan. 24.
51. Bagai kerbau dicocok hidung. Artinya : Menurut saja apa yang menjadi keinginan orang.
52. Bagai mencincang air. Artinya : Mengerjakan perbuatan yang sia-sia.
53. Bagai mendapat durian runtuh. Artinya : Mendapat keuntungan yang tidak disangka-
sangka tanpa harus bersusah payah mendapatkannya.
54. Bagai menegakkan benang basah. Artinya : Melakukan pekerjaan yang mustahil dapat
dilaksanakan.
55. Bagai mentimun dengan durian. Artinya : Orang yang lemah / miskin melawan orang
kaya / kuat.
56. Bagai menulis di atas air. Artinya : Melakukan perkerjaan yang sangat sukar atau
membawa mustahil secara hasil.
57. Bagai musang berbulu ayam. Artinya : Orang jahat bertingkah laku sebagai orang baik.
58. Bagai musuh dalam selimut. Artinya : Musuh dalam kalangan / golongan sendiri.
59. Bagai pagar makan tanaman. Artinya : Orang yang merusak barang / sesuatu yang
diamanatkan kepadanya.
60. Bagai pinang dibelah dua. Artinya : Dua orang yang serupa benar.
61. Bagai pungguk merindukan bulan. Artinya : Seseorang yang membayangkan atau
menghayalkan sesuatu yang tidak mungkin.
62. Bagai rambut di belah seribu. Artinya : Sedikit sekali.
63. Bagai rumah ditepi tebing. Artinya : Selalu dalam kecemasan dan ketakutan.
64. Bagai telur di ujung tanjuk. Artinya : Terancam bahaya.
65. Bagaikan abu di atas tanggul. Artinya : Orang yang sedang berada pada kedudukan yang
sulit dan mudah jatuh.
66. Bagaikan air dengan minyak. Artinya : Tak dapat bersatu.
67. Bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi. Artinya : Orang yang
tidak mampu menolak bahaya yang menimpanya.
68. Bagaikan burung di dalam sangkar. Artinya : Seseorang yang merasa hidupnya
dikekang.
69. Bagaimana ditanam begitulah dituai. Artinya : Tiap-tiap orang ber buat jahat,jahatlah
balasannya,begitu sebaliknya.
70. Bahasa menunjukkan bangsa. Artinya : Budi bahasa atau pangrai serta tutr kata
menunnjukkan sifat serta tabiatnya.
71. Bak ilmu padi, kian berisi kian runduk. Artinya : Makin berilmu tidak sombong.
72. Barangsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya. Artinya : Bermaksud
mencelakakan orang lain, tetapi dirinya juga ikut terkena celaka.
73. Belum beranak sudah ditimang. Artinya : Belum berhasil, tetapi sudah bersenang-
senang lebih dulu.
74. Belum bertaji hendak berkokok. Artinya : Belum berilmu/kaya/berkuasa sudah hendak
menyombongkan diri.
75. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Artinya : Bersama-sama dalam suka dan
duka, baik buruk sama-sama ditanggung.
76. Bergantung pada akar lapuk. Artinya : Mengharapkan bantuan dari orang yang tidak
mungkin memberikan bantuan.
77. Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga
kembang tak jadi. Artinya : Belajar harus sungguh-sungguh, jangan terputus di tengah
jalan.
78. Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi. Artinya : Belajarlah sungguh-
sungguh jangan tanggung-tanggung(ragu-ragu).
79. Berjalan sampai kebatas, berlayar sampai kepulau. Artinya : Kita harus berusaha secara
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan.
80. Bermain air basah,bermain api hangus. Artinya : Setiap pekerjaan atau usaha ada
susahnya.
81. Bertepuk sebelah tangan . Artinya : Kebaikan yang hanya dari satu pihak.
82. Besar pasak daripada tiang. Artinya : Besar pengeluaran daripada pendapatan.
83. Biar lambat asal selamat,tak akan lari gunung dikejar. Artinya : Dalam mengerjakan
suatu pekerjaan haruslah berhati-hati supaya selamat.
84. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Artinya : Biarpun banyak
rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa.
85. Biduk lalu kiambang bertaut. Artinya : Lekas berbaik atau berkumpul kembali. ( Seperti
perselisihan antara sanak keluarga yang kembali rukun ).
86. Bumi tidak selebar daun kelor. Artinya : Dunia tidak sempit.
87. Cepat kaki ringan tangan. Artinya : Suka menolong sesama umat.
88. Cuaca di langit pertanda akan panas, gabak di hulu tanda akan hujan. Artinya : Sesuatu
pasti akan ada identitas atau tanda khususnya.
89. Dalam lautan dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Artinya : Kita tidak mengetahui isi
hati orang lain.
90. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. Artinya : Daripada
hidup menanggung malu lebih baik mati.
91. Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang. Artinya : Lebih baik
mati daripada menanggung malu.
92. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Artinya :
Sebaik-baik negeri orang tidak sebaik di negeri sendiri.
93. Datang tampak muka, pulang tampak punggung. Artinya : Datang dan pergi hendaklah
memberi tahu.
94. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Artinya : Kita harus menyesuaikan diri
dengan adat dan keadaan tempat tinggal yang kita tempati.
95. Di mana kayu bengkok, di sana musang mengintai. Artinya : Orang yang sedang lengah
mudah dimanfaatkan oleh musuhnya.
96. Dibujuk ia menangis, ditendang ia tertawa. Artinya : Mau bekerja dengan baik jika
sudah mendapat teguran.
97. Digenggam takut mati, dilepas takut terbang. Artinya : Serba salah sama-sama
merugikan.
98. Dimana lalang habis, disitu api padam. Artinya : Hidup dan mati tidak dapat
ditentukan, jika sudah saatnya pasti kita akan mati.
99. Ditindih yang berat, dililit yang panjang. Artinya : Kemalangan yang datang tanpa bisa
dihindari.
100. Duduk sama rendah, tegak ( berdiri ) sama tinggi. Artinya : sama kedudukannya
( tingkatannya atau martabatnya ).
101. Elok basa akan kekal hidup, elok budi akan bekal mati. Artinya : Orang yang baik
budi balasannya akan disayang orang selama hidup dan setelah mati pun akan dikenang
orang.
102. Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan. Artinya : Sesuatu hal haruslah
dimusyawarahkan terlebih dahulu.
103. Esa hilang, dua terbilang. Artinya : Berusaha terus dengan keras hati hingga
maksud tercapai.
104. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Artinya :
Kesalahan / aib sendiri yang besar tidak tampak.
105. Gajah mati karena gadingnya. Artinya : Orang yang mendapat kecelakaan atau
binasa karena keunggulannya / tabiatnya.
106. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia
mati meninggalkan nama. Artinya : Orang terkenal jika ia mati dalam beberapa lama
masih disebut-sebut orang namanya.
107. Gali lubang, tutup lubang. Artinya : Berhutang untuk membayar hutang yang
lain.
108. Gayung bersambut, kata berjawab. Artinya : Menangkis serangan orang,
menjawab perkataan orang.
109. Gigi dengan lidah ada kalanya bergigit juga. Artinya : Walau persahabatan
sangat akrab ada kalanya berselisih juga.
110. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya : Kelakuan orang bawahan
selalu mencontoh kelakuan atasannya..
111. Habis manis sepah dibuang. Artinya : Sesudah tidak berguna lagi lalu dibuang /
tidak dipedulikan lagi.
112. Hancur badan di kandung tanah, budi baik dikenang jua. Artinya : Budi pekerti,
amal kebaikan, akan selalu dikenang meski seseorang sudah meninggal dunia.
113. Hangat-hangat tahi ayam. Artinya : Kemauan yang tidak tetap.
114. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan. Artinya : Mengharapkan
sesuatu yang belum tentu, barang yang sudah ada dilepaskan.
115. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Artinya : Keinginan
atau cita-cita yang mustahil dapat dicapai.
116. Hawa pantang kerendahan, nafsu pantang kekurangan. Artinya : Hawa nafsu
tidak boleh diremehkan harus dijaga sebaik-baiknya
117. Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai. Artinya : Orang yang hidup hemat
akan menjadi kaya, orang yang rajin belajar akan menjadi pandai.
118. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah. Artinya : Selama hidup orang
harus taat kepada adat kebiasaan dalam masyarakat.
119. Hidup segan mati pun tak mau. Artinya : Hidup yang merana karena terus
menerus sakit.
120. Hujan emas di negeri orang, hujan batu dinegeri sendiri , baik juga di negeri
sendiri. Artinya : Betapa senang dan bahagi di perantauan , tentu lebih senag dan
bahagia di negeri sendiri.
121. Ikhtiar menjalani, untung menyudahi. Artinya : Setiap orang harus berusaha
sebaik-baiknya, berhasil tidaknya terserah kepada tuhan.
122. Jangan disesar gunung berlari, hilang kabut tampaklah dia. Artinya : Hal yang
sudah pasti, kerjakanlah dengan sabar tidak perlu tergesa-gesa.
123. Jauh di mata dekat di hati. Artinya : Dua orang yang tetap merasa dekat meski
tinggal berjauhan.
124. Kalah jadi abu menang jadi arang. Artinya : pertengkaran / permusuhan akan
merugikan kedua belah pihak ( sama-sama merugi ).
125. Jauh panggang dari api. Artinya : Banyak bedanya, tidak kena, tidak benar.
126. Jika ditampar sekali kena denda emas, dua kali setampar emas pula, lebih baik
ditampar betul-betul. Artinya : Setiap perbuatan jahat itu sama saja akibatnya, meski
besar ataupun kecil.
127. Kalau dipanggil dia menyahut, kalau dilihat dia bersua. Artinya : Bisa
menyampaikan maksud dengan cara yang tepat.
128. Kalau pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang. Artinya : Jika
dapat mengatasi kesukaran tentu maksud dapat dicapai.
129. Kalau tiada senapang, baik berjalan lapang. Artinya : Jika tidak bersenjata atau
tidak bertenaga, sebaiknya mengalah.
130. Kalau tidak angin bertiup, tidak akan pohon bergoyang. Artinya : Sesuatu hal
yang terjadi tentu ada penyebabnya.
131. Karena mata buta, karena hati mati. Artinya : Menjadi celaka karena terlalu
menuruti hawa nafsunya.
132. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Artinya : Karena kejahatan atau
kesalahan yang kecil, hilang kebaikan yang telah diperbuat.
133. Katak hendak jadi lembu. Artinya : Orang hina / miskin / rendah hendak
menyamai orang besar / kaya; congkak; sombong.
134. Kecil-kecil cabai rawit. Artinya : Kecil, tetapi cerdik / pemberani /
membahayakan.
135. Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lainan. Artinya : Setiap orang berbeda
pendapatnya.
136. Lain di mulut lain di hati. Artinya : Yang dikatakan / diucapkan berbeda dengan
isi hatinya.
137. Lain dulang lain kaki,lain orang lain hati. Artinya : Setiap orang punya pendapat,
kehendak dan perasaan yang berbeda.
138. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Artinya : Tiap-tiap negeri atau
bangsa berlainan adat kebiasaannya.
139. Lancar kaji karena diulang, pasah jalan karena diturut. Artinya : Segala sesuatu
harus dilakukan berulang ulang supaya paham.
140. Lemak manis jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan. Artinya : Perundingan
yang baik jangan disia-siakan, tetapi hendaknya dipikirkan secara dalam-dalam.
141. Lempar batu sembunyi tangan. Artinya : Melakukan sesuatu, kemudian berdiam
diri seolah-olah tidak tahu menahu.
142. Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya. Artinya : Lepas dari bahaya
yang besar, jatuh ke dalam bahaya yang lebih besar lagi.
143. Lidah tak bertulang. Artinya : Mudah saja mengatakan / menjanjikan sesuatu,
yang berat adalah melaksanakannya.
144. Lubuk akal tepian ilmu. Artinya : Seseorang yang dikenal memiliki banyak ilmu
pengetahuan.
145. Luka sudah hilang parut tinggal juga. Artinya : Setiap perselisihan selalu
meninggalkan bekas dalam hati orang yang berselisih, walaupun perselisihan itu sudah
berakhir.
146. Makan hati berulam rasa. Artinya : Menderita karena perbuatan orang yang kita
sayang.
147. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Artinya : Segala sesuatu dalam
kehidupan bukan manusia yang menentukan.
148. Malu bertanya sesat di jalan. Artinya : Kalau tidak mau berikhtiar tidak akan
mendapat kemajuan.
149. Membagi sama adil, memotong sama panjang. Artinya : Jika membagi maupun
memutuskan sesuatu hendaknya harus adil dan tidak berat sebelah.
150. Membelah dada melihat hati. Artinya : Ungkapan untuk menyatakan
kesungguhan.
151. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Artinya : Kalah ataupun menang sama-sama
menderita.
152. Menanti-nanti bagaikan bersuamikan raja. Artinya : Menantikan bantuan dari
orang yang tidak dapat memberikan bantuan.
153. Menggantang asap. Artinya : Melakukan perbuatan yang sia-sia.
154. Menghela lembu dengan tali, menghela manusia dengan kata. Artinya : Segala
pekerjaan harus dilakukan menurut tata cara aturannya masing-masing.
155. Menohok teman seiring dalam lipatan. Artinya : Mencelakakan teman sendiri.
156. Murah dimulut, mahal ditimbangan. Artinya : Mudah sekali berjanji tetapi tidak
pernah menepati.
157. Musang berbulu ayam. Artinya : Orang jahat bersikap seperti orang baik.
158. Musuh dalam selimut. Artinya : Musuh dalam kalangan / lingkungan sendiri.
159. Nasi sudah menjadi bubur. Artinya : Sudah terlajur, tidak dapat diperbaiki atau
diubah lagi.
160. Nasi tak dingin, pinggan tak retak. Artinya : Orang selalu mengerjakan sesuatu
dengan hati-hati.
161. Orang mau seribu daya, bukan seribu dali. Artinya : Jika menghendaki sesuatu,
pasti akan mendapatkan jalan, jika tidak menghendaki, pasti mencari alasan.
162. Pandai berminyak air. Artinya : Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai
maksudnya.
163. Pangsa menunjukkan bangsa, umpama durian. Artinya : Kita bisa melihat
perangai seseorang melalui tutur katanya.
164. Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan. Artinya : Kebaikan hati yang
bisa dilihat dari tingkah lakunya.
165. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh. Artinya : Seiya sekata dalam semua
keadaan.
166. Seberat-berat mata memandang, berat juga bahu memikul. Artinya : Seberat
apapun penderitaan orang yang melihat, masih lebih menderita orang yang
mengalaminya.
167. Sedap jangan ditelan, pahit jangan segera dimuntahkan. Artinya : Berpikir baik-
baik sebelum bertindak agar tidak kecewa.
168. Sehari selembar benar, setahun selembar kain. Artinya : Suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan keyakinan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik.
169. Sekali air pasang, sekali tepian beranjak, Sekali air di dalam, sekali pasir
berubah. Artinya : Setiap terjadi perubahan pimpinannya, berubah pula aturannya.
170. Sekali jalan terkena, dua kali jalan tahu, tiga kali jalan jera. Artinya :
Bagaimanapun bodohnya seseorang, jika sekali tertipu, tak akan mau tertipu lagi untuk
kedua kalinya.
171. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Artinya : Sekali melakukan
pekerjaan, beberapa maksud tercapai.
172. Seludang menolak mayang. Artinya : Sebutan untuk orang sombong dan
melupakan orang lain yang telah berjasa dalam hidupnya.
173. Seorang makan cempedak, semua kena getahnya. Artinya : seorang berbuat
salah, semua dianggap salah juga.
174. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Artinya : Sepandai-
pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga.
175. Seperti cacing kepanasan. Artinya : Tidak tenang, selalu gelisah.
176. Seperti durian dengan mentimun. Artinya : Orang lemah / miskin / bodoh
melawan orang kuat / kaya / pandai.
177. Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat. Artinya : Berwajah
rupawan namun perilakunya jahat.
178. Serigala berbulu domba. Artinya : Orang yang kelihatannya bodoh dan penurut
tetapi sebenarnya kejam, jahat, dan curang.
179. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Artinya : Pikir dahulu
masak-masak sebelum berbuat sesuatu ( pikirkan untung dan ruginya ).
180. Setali tiga uang. Artinya : Sama saja, tidak ada bedanya.
181. Tahu asam garamnya. Artinya : Tahu seluk beluknya / berpengalaman.
182. Tak ada gading yang tak retak. Artinya : Tidak ada sesuatu yang tidak ada
cacatnya.
183. Tambah air tambah sagu. Artinya : Tambah banyak permintaannya, bertambah
pula biayanya. Bila bertambah anak, akan bertambah pula rezekinya.
184. Tangan merentang bahu memikul. Artinya : Berani berbuat harus berani
bertanggung jawab.
185. Terbuat dari emas sekalipun, sangkar tetap sangkar juga. Artinya : Meskipun
hidup dalam kemewahan tetapi terkekang, hati tetap merasa tersiksa juga.
186. Terlalu aru berpelanting, kurang aru berpelanting. Artinya : Segala sesuatu yang
berlebihan atau kurang akan berakibat kurang baik.
187. Tertangguk pada ikan sama menguntungkan, tertanggung pada rangsang sama
mengiraikan. Artinya : Suka dan duka dijalani bersama. Keuntungan yang didapatkan
dinikmati bersama-sama, kesusahan yang dialami diatasi bersama-sama juga.
188. Tiada rotan akarpun jadi. Artinya : Kalau tidak ada yang baik, yang kurang baik
pun boleh juga.
189. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Artinya : Orang tua yang bersikap
seperti anak muda, terutama dalam masalah percintaan.
190. Umur setahun jagung. Artinya : Belum berpengalaman.
191. Untung bagaikan roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas. Artinya :
Keberuntungan atau nasib manusia tiada tetap, kadang di bawah dan kadang di atas.
192. Yang buta peniup lesung, yang peka pelpas bedil. Artinya : Masing-masing ada
faedahnya, asal diletakkan pada tempatnya.

Ungkapan dengan menggunakan nama binatang :


Kambing Hitam . Artinya orang yang disalahkan.
Kuda Hitam . Artinya pemenang yang tidak diunggulkan.
Ungkapan dengan bagian-bagian tumbuhan :
Sebatang Kara . Artinya hidup seorang diri.
Naik Daun . Artinya mendapat nasib baik/naik pangkat.
Ungkapan yang menggunakan kata indra :
Perang Dingin . Artinya perang tanpa senjata, hanya saling menggertak.
Uang Panas . Artinya uang yang tidak halal.
Melihat Dengan Mata Kepala. Artinya melihat secara langsung.
Memasang Mata . Artinya melihat baik-baik.
Terbuka Matanya . Artinya mulai tahu/mengerti.
Mata Hati . Artinya perasaan dalam hati.
Ungkapan dengan memakai kata bilangan :
Telah Dua Kepalanya . Artinya mabuk.
Mendua Hati . Artinya ragu-ragu.
Setengah Hati . Artinya tidak dengan bersungguh-sungguh.
Bekerja Setengah-Setengah . Artinya tanggung.
Jalan Tengah . Artinya keputusan yang diambil dari dua pendapat secara adil.
Setengah Tiang . Artinya pengibaran bendera tanda berduka cita.
Masuk Tiga , Keluar Empat . Artinya membelanjakan uang lebih besar dari penghasilannya.
Pertemuan Empat Mata . Artinya pertemuan hanya dua orang.
Kaki Lima . Artimya lantai di muka pinti atau di tepi jalan.
Tujuh Keliling . Artinya nama penyakit kepala yang sangat keras.
Berbadan Dua . Artinya sedang mengandung.
Diam Seribu Bahasa =. Artinya tidak berkata sepatah kata pun.
Bersatu Padu . Artinya bersatu benar-benar.
Bersatu Hati . Artinya seiya sekata.
Tiada Duanya . Artinya tidak ada bandingannya.
Ungkapan dengan bagian tubuh
Lapang Hati . Artinya sabar.
Tinggi Hati . Artinya sombong.
Berkeras Hati . Artinya menurut kemauannya sendiri , tidak mau mundur.
Jatuh Hati . Artinya menjadi cinta.
Tebal Muka . Artinya tidak mempunyai rasa malu.
Hati Kecil . Artinya maksud yang sebenarnya.
Kecil Hati . Artinya mudah tersinggung.
Berhati Batu . Artinya tidak menaruh belas kasihan.
Mendua Hati . Artinya bimbang.

Anda mungkin juga menyukai