Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Kata Pengantar
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Apresiasi dan
Diskusi Prosa Fiksi Periode ’20 dan ‘30” dengan lancar.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok. Penulis berusaha
menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin. Walau begitu, penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan untuk pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Bab 1
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Bab 2
Pembahasan
Salah Asuhan merupakan novel hasil karya Abdoel Moeis yang pertama kali diterbitkan pada
tahun 1928 dan termasuk ke dalam novel angkatan Balai Pustaka atau novel angkatan 20-an.
dalam novel Salah Asuhan mengisahkan kisah cinta antaradua bangsa dan budaya yang
mengalami permasalahan di dalam menyatukan cinta mereka.
Ciri ekstetik :
Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah bahasa Melayu.Selain itu, dalam
novel ini juga terdapat kata-kata dalam bahasa Belanda, bahasa Padang,dan bahasa
Betawi.Dalam novel ini juga terdapat banyak peribahasa dan pantun tentang nasihat seperti yang
sering dituturkan oleh Ibu Hanafi.
a) Peribahasa
“saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya tidak
menjadi duri dalam daging” (halaman 25, paragraf 3)
b) Majas metafora,
“Tapi kesenanganku sudah terganggu karena menaruh intan yang belum digosok itu”.
Teknik penokohan
a) keras kapala
b) kasar
“ Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang!” kata Hanafi dengan suara bengis dari
jauh.” (halaman 80, paragraf 2)
a) baik
“O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba!” (halaman 164, paragraf
8)
b) Mudah bergaul
“Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas,” kata Corrie sambil tertawa, “buat dua tuga
orang perempuan saja masih berlapang-lapang.” (halaman 7, paragraf 2)
a) sabar
“Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam dukungan ibunya
yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan beriba-iba. Seakan-akan tahulah
anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung
aib di muka-muka orang.” (halaman 83, paragraf 4)
b) baik
“Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak adalah orang
yang sebaik ayahku itu.” (halaman 238, paragraf 5)
“Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan tidak akan
bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya” (halaman 85, paragraf 4)
b) baik
“Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah! Sebaik-baiknya
hendaklah engkau pergi makan dahulu.” (halaman 119, paragraf 4)
Amanat
1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari bangsa lain,
boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita
terima di negeri kita.
2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh pengantin tersebut,
karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya.
Alur
Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan
kisahnya kemasa selanjutnya.
Latar/ setting
Minangkabau
“Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi sebabkasihan
kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia bersma-sama dengan
Hanafi di Solok.” (halaman 23, paragraf 3)
Ciri ekstraestetik :
Ciri struktur ekstra estetik meliputi bahan-bahan karya sastra. Seperti masalah, pemikiran,
filsafat, pandangan hidup, serta gambaran kehidupan.
Periode Balai Pustaka : 1920-1940 yaitu mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari, karakteristik yang membedakan sastra angkatan Balai Pustaka
dengan sastra angkatan lainnya adalah karya-karyannya kebanyakan bertemakan kawin paksa,
memuat pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda, unsur nasionalitas yang
terkandung dalam karya sastra belum jelas, peristiwa yang diceritakan hanya merupakan realitas
kehidupan, analisis psikologi dalam karya sastra masih kurang.
Pada novel salah asuhan karya Abdul moeis, novel yang pertama kali terbit tahun 1928
ini merupakan novel angkatan balai pustaka yang mengangkat cerita tentang tokoh utama yang
bernama Hanfi, dirinya memiliki perangai dan obsesi untuk sama dengan bangsa Eropa. Cerita
dalam novel ini dimulai dengan konflik kisah cinta beda bangsa antara Hanafi dan Corrie.
Mereka adalah teman sepermainan sejak kecil. Hanafi adalah bumiputra yang lahir di Solok,
dibesarkan oleh seorang ibu dan bisa menempuh pendidikan hingga sekolah tinggi di Betawi dan
berpangkat komis. Kesehariannya bercampur dengan orang-orang Eropa, dirinya merasa dirinya
bukan bumiputra lagi.
Dari apa yang telah penulis jelaskan diatas, dapat diambil kesimpulan bahawa ciri-ciri
estetik dan ekstra estetik dalam puisi dan prosa pada periode 1920-1984 dalam Sastra Indonesia
itu memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri, di antara nya: Pada periode balai Pustaka, ciri puisi
dan prosa pada masa ini yaitu terdapat ciri-ciri tradisi sastra romantik Barat dan pada umumnya
disisipkan dalam roman-roman untuk member nasihat kepada pembaca, bersifat tradisional, dari
ciri ekstra estetiknya karakteristik yang membedakan sastra angkatan balai pustaka dengan sastra
angkatan lainnya adalah karya-karyannya kebanyakan bertemakan kawin paksa. periode
pujangga baru, pada periode ini tidak hanya puisi, cerita pendek pun mulai banyak ditulis, begitu
juga drama, drama yang pada umumnya beraliran romantic karena pengaruh Gerakan 80 di
Belanda, dari ciri ekstra estetiknya angkatan ini telah bangkit atau tumbuh nasionalisme sebagai
roh sastra Indonesia dan cita-cita bangsa pun banyak mewarnai karya sastra pujangga baru, Hasil
karya bercorak kebangsaan.
Daftar Pustaka