Anda di halaman 1dari 105

TUGAS INDIVIDU

“Resume Materi dan Ikhtisar Sastra Prosa Fiksi


Per Angkatan Sastra Indonesia”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia
Dosen pengampu:
Ferina Meliasanti, S.S., M.Pd.

Disusun oleh:
Anisa Noviani Putri (1910631080055)
Kelas: 2 E

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
1. Angkatan Sastra Periode ’20 (Balai Pustaka)

A. Riwayat Balai Pustaka

Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Inlansche School en


Volkslectuur (bahasa Belanda: "Komisi untuk Bacaan Rakyat") oleh pemerintah Hindia Belanda
pada tanggal 15 Agustus 1908. Lembaga itu berada di bawah naungan Adviseur voor Inlandsch
Zaken, atau Biro Penasehat Urusan Pribumi, yang termasuk ke dalam Departement van
Onderwijs en Eeredienst, Departemen Pendidikan dan Keagamaan. Kantoor voor de
Volkslectuur atau lebih dikenal dengan nama "Balai Poestaka" pada tanggal 17 September 1917.
Balai Pustaka menerbitkan kira-kira 350 judul buku per tahun yang meliputi kamus, buku
referensi, keterampilan, sastra, sosial, politik, agama, ekonomi, dan penyuluhan.
Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah
utama di Hindia Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu,
dan bahasa Madura. Ada visi alternatif yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon
untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa disalurkan
lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran
daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan
utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media
tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan
kepentingan Belanda di Indonesia.
Tujuan lain yang dilakukan oleh Komisi Bacaan Rakyat (KBR) yaitu menerjemahkan
atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini juga bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap
informasi yang berkembang di negaranya sendiri. Tidak semua usaha yang dilakukan oleh KBR
negatif. usaha usaha yang positif antara lain: mengadakan perpustakaan di tiap-tiap sekolah,
mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur, memberikan bantuan
kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan, menerbitkan majalah-
majalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa Melayu Kejawen dalam bahasa Jawa, dan
majalah Parahiangan dalam bahasa Sunda. Selain itu, KBR menerbitkan majalah anak-anak
dalam bahasa Melayu, Kanak-Kanak, dan dalam bahasa Jawa, Taman Botjah. Langkah maju
yang dilakukan KBR, yang telah berhasil sebagai pencetak, penerbit, dan penjual majalah, adalah
mengubah KBR menjadi Yayasan Resmi Balai Pustaka pada tahun 1917.
Salah satu novel dalam bahasa Melayu terbitan Balai Pustaka kala itu yang ternama
berjudul Siti Noerbaja karangan Marah Roesli, seorang penulis dari Minangkabau. Di era itu
juga menjadi penanda penyebaran sastra Jawa Modern. Jumlah buku berbahasa Jawa lebih
banyak dibandingkan yang berbahasa Melayu. Dari penelusuran George Quinn, pada katalog
Balai Pustaka di 1920, ada 40 buku berbahasa Madura, 80 judul berbahasa Melayu, hampir 100
buku berbahasa Sunda, dan hampir 200 berbahasa Jawa. Pada tahun ini pula lahir novel Serat
Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi yang menjadi tonggak sastra Jawa modern.

B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan Balai Pustaka


1. Ciri Khas Karya Angkatan Balai Pustaka
Karya sastra angkatan Balai Pustaka sebagian besar adalah Roman. Namun ada juga
beberapa cerita pendekyang di buat pada priode ini. Yang menonjol pada masa lahirnya
sastra angkatan Balai Pustaka ialah cita-cita masyarakat dan sikap hidup serta adat istiadat
(Sarwadi, 1999: 31). Hal itu tervermin oleh kesadaran masyarakat khususnya para penulis
akan pentingnya persatuan demi terciptanya kesatuan bangsa yang diperlihatkan melalui
karya sastra yang telah memperegunaklan bahasa persatuan Indonesia akan tetapi dengan hal
tersebut tidak memperlihatkan bahwa setiap masyarakat Indonesiatelah meninggalkan adat
istiadanya namun dengan keaneka ragaman adapt istiadatnya menjadikan suatu alat untuk
mempersatukan bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka sifat-sifat khas angkatan
Balai Pustaka adalah:
1) Sebagian besar sastra angkatan Balai Pustaka mengambil tema masalah kawin paksa
(Menurut masyarakat perkawinan itu urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa
sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya).
2) Latar belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentanga paham antara
kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa mengaambil contoh novel Salah Asuhan, Si
Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa
yang baru tidak semuanya membawa kebaikan.
3) Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan
Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-
daerah.
4) Sastra Balai Pustaka merupakan sastra bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih
cenderung pada sesuatu khususnya mengenai permasalahan diatas sehingga terlihat
seolah-olah karyanya hanya itu-itu saja/monoton.
5) Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa Indonesia pada masa permulaan
perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa melayu umum.
6) Gaya bahasanya mempergunakan perumpamaan klise, pepatah-pepatah, dan peribahasa,
namun mempergunakan bahasa percakapan sehari-hari yang lain dari bahasa hikayat
sastra lama;
7) Alur roman sebagian besar alur lurus, ada juga yang menggunakan alur sorot balik,
tetapi sedikit;
8) Teknik penokohan dan perwatakannya banyak mempergunakan analisis langsung dan
diskripsi fisik, tokoh-tokohnya berwatak datar;
9) Pusat pengisahannya umumnya mempergunakan metode orang ketiga yang bersifat
romantik ironik lebih-lebih roman awal, pelaku-pelaku cerita diperlakukan seperti
boneka, misalnya Siti Nur baya.
10) Banyak digresi, yaitu banyak sisipan peristiwa yang tidak berhubungan langsung dengan
isi cerita, seperti uraian adat, dongeng-dongeng, syair, dan pantun nasihat;
11) Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur
penceritaannya. Semuanya ditunjukkan kepada pembaca untuk memberi nasihat; dan
12) Bercorak romantis, melarikan diri dari masalah-masalah kehidupan sehari-hari yang
menekan.

2. Pengarang Angkatan Balai Pustaka


1. Marah Rusli
Dalam sejarah sastra Indonesia, Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman
yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern
Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya
digunakan adalah hikayat. Karangannya: Sitti Nurbaya (1920), Anak dan
Kemenakan (1959), Lasmi, Gumbeng (1924), Memang Jodoh, dll.
2. Merari Siregar
Merari Siregar merupakan sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.
Karangannya: Azab dan Sengsara (1920), Binasa Karena Priangan (1931), dll.
3. Nur Sutan Iskandar
Nur Sutan Iskandar tercatat sebagai sastrawan terproduktif di angkatannya. Selain
mengarang karya asli ia juga menyadur dan menerjemahkan buku-buku karya
pengarang asing seperti Alexandre Dumas, H. Rider Haggard dan Arthur Conan
Doyle. Karangannya: Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1923), Cinta yang
Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), Abu Nawas (1929), dll.
4. Abdul Muis
Abdul Muis adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia.
Karanganya: Salah Asuhan (1928), Pertemuan Djodoh(1933), Menebus Dosa(1932),
Si Cebol Rindukan Bulan(1934), dll.
5. Muhammad Yamin
Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia
sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karangannya: Tanah Air (1922),
Indonesia, Tumpah Darahku (1928) Kalau Dewi Tara Sudah Berkata Ken Arok dan
Ken Dedes (1934).
6. Tulis Sutan Sati
adalah penyair dan sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka. Karangannya: Tak
Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), dll.
7. Djamaluddin Adinegoro
Adinegoro merupakan pengarang Indonesia yang berani melangkah lebih jauh
menentang adat kuno yang berlaku dalam perkawinan. Dalam kedua romannya
Adinegoro bukan hanya menentang adat kuno tersebut, melainkan juga dengan
berani memenangkan pihak kaum muda yang menentang adat kuno itu yang
dijalankan oleh pihak kaum tua. Karangannya: Darah Muda (1927), Asmara
Jaya(1928), dll.
C. Prosa Angkatan Balai Pustaka
1. Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli
a. Identitas Buku
Judul : Sitti Nurbaya
Penulis : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1992
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 271 halaman

b. Sinopsis
Buku ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Sitti Nurbaya, ia
merupakan anak seorang saudagar kaya di Padang yang bernama Baginda Sulaiman,
sedangkan ibunya telah meninggal ketika ia masih kanak-kanak. Sitti Nurbaya
merupakan anak tunggal, ia cantik dan juga sopan.
Meskipun ayahnya terbilang sukses, ternyata sebagian modal usahanya
merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Datuk
Maringgih merupakan saudagar kaya di Padang. Akan tetapi, semua kekayaannya
diperoleh dari jalan haram, hasil pemerasan dan penipuan.
Usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu
membuat Datuk Maringgih murka. Maka untuk melampiaskan kemarahannya Datuk
Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda
Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan
tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah
kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda
Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutang tersebut
akan dianggap lunas, jika Baginda Sulaiman mau menikahkan Sitti Nurbaya
dengannya.
Akhirnya, karena dalam keadaan tak berdaya, Baginda Sulaiman menyetujui
permintaan Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya yang mengetahui hal itu sangan
menderita, menghadapi kenyataan bahwa ia yang cantik dan muda harus menikah
dengan pria tua yang serakah. Terlebih lagi ia mempunyai kekasih yaitu
Samsulbahri, teman semasa sekolahnya yang tengah melanjutkan pendidikan si
Stovia, Jakarta. Namun, demi keselamatan ayahnya, ia akhirnya menerima
pernikahan tersebut.
Samsulbahri kemudian mendapatkan surat dari Sitti Nurbaya yang menceritakan
tentang nasib yang dialami keluarganya. Pada suatu hari Samsulbahri pulang ke
Padang, kemudian ia bertemu dengan Sitti Nurbaya yang saat itu telah resmi menjadi
istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga
terjadi keributan besar. Keributan itu terdengar oleh ayah Sitti Nurbaya yang tengah
terbaring karena sakit keras. Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya
jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Setelah kematian ayahnya, Sitti Nurbaya melepas tanggung jawabnya sebagai
istri dari Datuk Maringgih. Namun, dengan kelicikannya Datuk Maringgih membuat
fitnah bahwa Sitti Nurbaya dan Samsulbahri telah melakukan hal tercela. Akibat
fitnah itu, ayah Samsulbahri, Sultan Mahmud yang merasa merasa malu dan marah
mengusir Samsulbahri dari rumah. Samsulbahri kemudian melarikan diri ke Jakarta.
Tak tinggal diam, mengetahui Sitti Nurbaya berusaha menyusul Samsulbahri,
Datuk Maringgih marah besar, lalu menyuruh anak buahnya untuk meracuni Sitti
Nurbaya hingga akhirnya Sitti Nurbaya meninggal.
Samsulbahri yang mengetahui berita meninggalnya Sitti Nurbaya merasa sangat
putus asa dan mencoba bunuh diri. Namun, usahanya sia-sia, hingga akhirnya ia
memutuskan untuk melanjutkan sekolah dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, Samsulbahri telah berpangkat Letnan, dan mengganti
namanya menjadi Letnan Mas. Saat itu, di kota Padang sedang terjadi kekacauan dan
pemberontakan akibat ulah Datuk Maringgih. Samsulbahri kemudian ditugaskan
menjadi pemimpin pasukan untuk menghentikan kekacauan itu.
Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir
panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih kemudian meninggal.
Namun, saat itu Samsulbahri mendapat luka-luka berat akibat serangan parang Datuk
Maringgih yang menyebabkan ia juga meninggal dunia.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang wanita bernama Sitti Nurbaya, lalu
Samsulbahri yang merupakan kekasih Sitti Nurbaya, serta Datuk Maringgih yakni
suami Sitti Nurbaya. Adapula tokoh pendukungnya, yaitu Baginda Sulaiman ayah
dari Sitti Nurbaya, Sultan Mahmud Sjah ayah dari Samsulbahri, Sutan Hamzah adik
Sultah Mahmud Sjah, serta Bachtiar dan Arifin yang merupakan teman sekolah
Samsulbahri dan Siti Nurbaya

2. Salah Asuhan Karya Abdul Muis


a. Identitas Buku
Judul : Salah Asuhan
Penulis : Abdul Muis
Penerbit : Balai Pustaka
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1928
Tebal : 262 halaman
ISBN : 979-407-064-5

b. Sinopsis
Hanafi adalah seorang pemuda asli Minangkabau, ia menganggap hidupnya telah
terlepas dari segala adat istiadat, ia juga berpendidikan tinggi dan berpandangan
kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Karena
sejak kecil Hanafi di didik dengan cara hidup orang Barat, karena orang tuanya ingin
ia menjadi orang yang terkemuka dikalangan masyarakat.
Hanafi berteman dengan seorang gadis keturunan Indo-Belanda yang sangat
cantic yaitu Corrie du Bussee. Karena selalu bersama-sama sejak kecil, mereka pun
akhirnya saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan
bangsa. Pada masa itu, jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda
maka mereka akan dijauhi dan diasingkan oleh orang-orang.
Corrie yang merasa dirinya dan Hanafi memiliki banyak sekali perbedaan,
terutama bahwa dia adalah orang Barat yang merasa derajatnya lebih tinggi
disbanding Hanafi yang merupakan orang Timur. Namun di sisi lain, Corrie juga
mencintai Hanafi. Setelah melalui pergolakan batin dan pikran. Akhirnya Corrie
memutukan untuk meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu
sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi, sekaligus untuk meneruskan
sekolahnya.
Setelah kepergian Corrie, ibu Hanafi berusaha menikahkan Hanafi dengan Rapiah
yang masih merupakan sepupu Hanafi. Rapiah adalah gadis Minangkabau yang
sederhana yang bersifat lembut, serta taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin
menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang
telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi menolak perjodohan
itu, karena ia masih mencintai Corrie. Tetapi Ibu Hanafi terus membujunya, hingga
akhirnya ia menyetujuinya.
Hanafi menikahi Rapiah karena terpaksa, bukan karena cinta, sehingga Rapiah
diperlakukan seperti pembantu. Kemudian, Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang
anak laki-laki yaitu Syafei.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, yang membuat ia harus melakukan
pengobatan ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi kembali bertemu dengan
Corrie. Kemudian, Hanafi memutuskan untuk menikah dengan Corrie dan mengirim
surat pada ibunya bahwa dia ingin menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun
sangat terluka. Walaupun Hanafi telah mengkhianatinya, Rapiah berusaha sabar dan
tetap merawat serta tinggal bersama Ibu Hanafi.
Pernikahan Hanafi dan Corrie ternyata tidak bahagia, banyak percekcokan
diantara mereka. Hanafi sering menuduh Corrie suka melayani laki-laki lain.
Akhirnya Corrie marah dan sakit hati, ia kemudian pergi dari rumah menuju
Semarang. Tak berapa lama, Corrie dinyatakan menderita sakit Kholera dan
meninggal dunia.
Hanafi sangat sedih dan menyesal karena telah menyakiti hati Corrie. Kemudian,
Hanafi pulang kembali ke kampung halamannya, Mingangkabau. Ia dan menemui
ibunya dan Rapiah.
Di rumah, Hanafi berubah menjadi sangat pendiam dan pemurung, ia bersikap
seakan-aakan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Kemudian Hanafi sakit, ia
meminum racun untuk mengakhiri hidupnya dan akhirnya meninggal dunia.
c. Tokoh
Dalam kisah ini terdapat tiga pemeran utama, yaitu Hanafi, Corrie, dan Rapiah yang
terikat dalam hubungan cinta yang rumit. Rapiah merupakan istri pertama Hanafi,
dan Corrie merupakan wanita yang dicintai Hanafi sekaligus istri keduanya. Adapula
beberapa pemeran pendukung seperti Ibu Hanafi, Du Bussiee ayah dari Corrie, Sutan
Batuah ayah dari Rapiah, dan Syafei yakni anak dari Hanafi dan Rapiah.

3. Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar


a. Identitas Buku
Judul Buku : Azab dan Sengsara
Penulis : Merari Siregar
Penerbit : Balai pustaka
Tahun Terbit : 1927
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 163 halaman
ISBN : 979-407-168-4

b. Sinopsis
Aminuddin dan Mariamin telah berteman sejak mereka masih kanak-kanak,
hingga kemudian mereka akhirnya saling mencintai. Namun, nasib keduanya sangat
berbeda. Aminuddin adalah anak dari seorang kepala kampung yang kaya dan
disegani kedudukannya oleh penduduk kampong, sedangkan Mariamin berasal dari
keluarga yang miskin. Awalnya Sutan Baringin yang merupakan ayah Mariamin
termasuk orang kaya dan juga bangsawan di Sipirok. Akan tetapi, semua
kekayaannta habis, ia jatuh miskin karena berselisih memperebutkan harta pusaka
nenek moyang dengan iparnya yaitu Baginda Mulia yang merupakan ayah dari
Aminudin.
Aminuddin telah berencana menikahi Mariamin, untuk itu ia pergi mencari
pekerjaan ke Medan. Setelah mendapatkan pekerjaan di Medan, ia segera
menghubungi mariamin bahwa mereka akan segera bersama dan Mariamin akan
tinggal bersamanya di Medan. Hal itu membuat Mariamin dan ibunya sangat senang,
mereka berharap penderitaan hidup mereka akan segera berganti dengan
kebahagiaan.
Namun, Ayah Aminuddin tidak merestui hubungan Aminuddin dengan Mariamin
sebab ia beranggapan pernikahan tersebut tidak pantas dan akan menurunkan derajat
bangsawannya.
Kemudian, Baginda Mulia menyusun rencana agar istrinya tidak menyetujui
keinginan Aminuddin untuk menikah dengan Mariamin. Ia membawa istrinya ke
dukun sewaan dan pura-pura meramal jodoh terbaik untuk Aminuddin. Sang dukun
berkata bahwa jodoh Aminuddin bukanlah Mariamin melainkan seorang gadis
bangsawan di desa mereka. Ibu Aminuddin pun percaya dan setuju berangkat ke
Medan dengan membawa gadis bangsawan yang hendak dinikahkan dengan
Aminuddin.
Saat mereka tiba di Medan, Aminuddin sangat kecewa karena keputusan
orangtuanya untuk menjodohkan dia dengan gadis lain. Tapi ia tak bisa menolak
sebab saat itu ia terikat adat budaya yang harus selalu patuh pada keputusan orang
tua. Akhirnya Aminuddin mengirim surat dan permintaan maaf kepada Mariamin
karena ia terpaksa menikahi gadis lain meskipun tanpa cinta. Mendengar kabar
terebut, Mariamin sangat sedih. Ia bahkan sempat sakit.
Setahun kemudian, Mariamin menikahn dengan Kasibun atas kehendak ibunya.
Kasibun ternyata sudah memiliki istri dan bercerai karena ingin menikahi Mariamin.
Selanjutnya, Kasibun membawa Mariamin ke Medan. Mereka mengalami hubungan
suami siteri yang tidak harmonis sebab Mariamin tidak ingin melakukan hubungan
intim dengan suaminya. Alasannya, ternyata Karibun memiliki penyakit kelamin
yang bisa menular. Mendapat penolakan tersebut, Karibun marah dan sering
menyiksa Mariamin. Penderitaannya semakin bertambah sejak Aminuddin
mengunjungi rumah Mariamin. Kasibun yang merasa cemburu kemudian semakin
hari ia semakin sering menyiksa isterinya.
Mariamin akhirnya melaporkan Kasibun ke Polisi karena kekerasan yang ia
lakukan. Akhirnya Kasibun ditetapkan bersalah dan diwajibkan membayar denda
serta berpisah dengan Mariamin. Mariamin akhirnya kembali ke desanya dan hidup
menderita di sana. Ia sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia dalam derita.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Aminuddin dan Mariamin. Adapula tokoh
pendukungnya yaitu Kasibun suami dari Mariamin, Sutan Baringin ayah dari
Mariamin, Baginda Mulia ayah dari Aminuddin, Ibu Mariamin, Ibu Aminuddin, Istri
Aminudin.

4. Salah Pilih Karya Nur Sutan Iskandar


a. Identitas Buku
Judul : Salah Pilih
Penulis : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1928
Tebal Buku : 232 halaman

b. Sinopsis
Mariati memiliki seorang putra bernama Asri dan seorang putri angkat bernama
Asnah. Asnah selalu menganggap Mariati sebagai ibu kandungnya sendiri, dan ia
juga dekat dengan Asri. Namun, diam-diam Asnah memiliki perasaan terhadap Asri.
Asri kemudian melanjutkan pendidikan ke Jakarta. Bertahun-tahun lamanya Asnah
dan Asri tidak bertemu yang membuat perasaan cinta malah tumbuh diantara
keduanya.
Tetapi rasa cinta mereka terhalang oleh adat istiadat Minangkabau yang tidak
membenarkan pernikahan dari satu suku atau satu kaum. Kemudian Mariati meminta
Asri segera mencari calon istri. Dalam proses mencari calon istri, Asri meminta
pendapat Asnah. Sebagai seorang adik, Asnah berusaha memberikan pendapat yang
membuat kakaknya bahagia. Namun, hati Asnah malah semakin terluka. Apalagi saat
Asri memilih Saniah, yang merupakan seorang putri bangsawan, sebagai istrinya.
Saniah adalah gadis mempunyai sifat yang angkuh dan tidak suka bergaul dengan
orang yang tidak sederajat dengan dirinya.
Setelah menikah, Saniah tinggal di rumah Asri bersama Asnah dan ibu Asri.
Karena tidak didasari oleh rasa cinta, maka pernikahan antara Asri dan Saniah tidak
mendapatkan kebahagiaan. Saniah selalu ingin berkuasa dalam rumah tangga,
mengakibatkan ia dan Asri sering bertengkar. Melihat kehidupan anaknya yang tidak
harmonis tersebut Ibu Asri menjadi sedih. Karena kesedihannya tersebut Ibu Asri
akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal Ibu sempat berpesan kepada Asri dan
Asnah. Dihadapan mereka Ibu Asri menyatakan penyesalannya, mengapa dahulu
mereka tidak menikahkan Asri dan Asnah saja. Wafatnya Mariati membuat Saniah
merasa semakin berkuasa untuk mengusir Asnah pergi. Akhirnya Asnah pergi dan
tinggal jauh dari rumah.
Kepergian Asnah tidak membuat perilaku Saniah berubah. Dia semakin curiga
dan marah pada Asri yang beberapa kali terlambat pulang dan terkadang tidak
pulang. Saking marahnya,Saniah pergi tanpa pamit pada suaminya ke rumah ibunya.
Tiba di rumah ibunya, Saniah dan ibunya pergi keluar kota untuk menemui
saudaranya. Di perjalanan, mobil mereka mengalami kecelakaan yang menyebabkan
Saniah dan ibunya meninggal dunia.
Tak lama setelah Saniah meninggal, Asnah dan Asri pun menikah. Namun,
pernikahan mereka mendapat ejekan dari orang-orang di kampung, karena Asnah
dan Asri dianggap satu suku. Untuk menghindari cemoohan dan fitnah, mereka
pindah ke Jakarta. Akan tetapi, Asri kemudian disuruh pulang kemali ke kampong
halamannya dan menjadi pemimpin disana, para tokoh masyarakat berjanji tidak
akan menentang hubungan Asri dan Asnah lagi.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Asri dan Asnah. Adapula tokoh pendukung
seperti ibu Mariati yakni ibu kandung Asri dan ibu angkat Asnah, Saniah yang
merupakan istri Asri, dan Ibu Saniah.

5. Darah Muda Karya Adinegoro


a. Identitas Buku
Judul Buku : Darah Muda
Penulis : Adinegoro
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1927
Tebal Buku : 85 Halaman

b. Sinopsis
Nurdin merupakan seorang pemuda Minangkabau yang baru saja lulus dari
sekolah kedokterannya di Jakarta. Setelah lulus, Nurdin disuruh oleh orang tuanya
untuk kembali ke Padang (Bukittinggi), dikarenakan orang tuanya sudah sangat rindu
untuk ingin bertemu. Di perjalanan, Nurdin berkenalan dengan seorang sunda
bernama Rukmini. Rupanya, ia hendak menjenguk ibunya di Bengkulu. Rukmini
adalah seorang guru di HIS (Hollands Inlands School).
Setelah sampai di Padang, Nurdin bekerja di CBZ daerah Jakarta. Setelah hampir
setahun bekerja, Nurdin dipindahtugaskan ke Bukittinggi. Sampai di Bukittinggi,
Nurdin hendak dinikahkan dengan gadis satu daerahnya atas pilihan Ibunya. Namun,
Nurdin menolak tawaran itu, karena ia sudah jatuh cinta dengan Rukmini.
Hingga tak lama kemudian Nurdin bertemu lagi dengan Rukmini di Padang.
Pertemuan pun semakin sering terjadi ketika suatu hari Nurdin pulang
ke Bukittinggi. Dia bertemu lagi dengan Rukmini dalam kereta api yang
ditumpanginya. Pada waktu itu, Rukmini sedang menjenguk Ibunya yang sedang
sakit di Bukittinggi. Ibu Rukmini ternyata diobati oleh Nurdin, sehingga hubungan
kedua anak muda itu semakin dekat dan semakin akrab. Namun, Ibu Nurdin tidak
menyetujui hubungan Mereka.
Setelah terjadi perselisihan paham dan perdebatan yang panjang antara Nurdin
dan Ibunya. Namun rencana pernikahan itu gagal. Kegagalan itu disebabkan oleh
masalah adat istiadat tata cara lamar-melamar. Sebagai orang Minang, secara adat
Ibu Nurdin ingin agar pihak perempuan yang harus meminang pihak pria.
Sebaliknya, menurut Rukmini, dimana menurut adat Sunda yang melamar itu
seharusnya pihak pria. Karena tidak ada kata sepakat, maka mereka tidak jadi
menikah pada waktu itu.
Karena kegagalan itu, ibu Nurdin berusaha untuk terus menjauhkan hubungan
Nurdin dan Rukmini. Dia kemudian menyebar isu kepada keluarga Rukmini, bahwa
Nurdin akan segera menikah dengan gadis sedaerahnya atau gadis Minang dalam
waktu dekat. Masalah tidak hanya datang dari ibu Nurdin saja. Ada seorang guru
bernama Harun yang secara terang-terangan langsung melamar Rukmini, sambil
membawa isu bahwa Nurdin akan segera menikah.
Harun kemudian menyusun rencana untuk memisahkan Nurdin dan Rukmini, dia
menyuruh Gapur, temannya agar mencuri foto Rukmini agar Nurdin cemburu.
Kemudian Harun berpura-pura sakit. Ia memanggil Nurdin untuk mengobatinya dan
menaruh foto Rukmini di meja kamarnya.
Rencana Harun sukses, Nurdin yang mengobati Harun di kamarnya itu melihat
foto Rukmini yang terpampang dengan cantik di kamar Harun. Nurdin langsung
cemburu dan curiga. Dia curuiga kepada Rukmini, bahwa benar Rukmini telah
berpaling darinya dan mendapat pemuda baru.
Tak lama kemudian Nurdin mendapat kabar bahwa Harun menggantung diri di
penjara karena telah banyak berbuat kejahatan. Akhirnya Nurdin menyesali
perbuatannya dan menyesal karena telah menuduh Rukmini. Akibat rasa bersalah
dan kesedihannya, Nurdin kemudian jatuh sakit.
Ketika sakit, Nurdin minta agar Rukmini bersedia menjenguknyaa dan sekaligus
dia hendak minta maaf atas kesalahan pada Rukmini. Rukmini memenuhi
permintaan Nurdin itu. Dan pada saat itu, Rukmini menyerahkan buku hariannya
kepada Nurdin. Buku harian tersebut berisi tentang bagaimana besarnya cinta
Rukmini kepada Nurdin. Nurdin menjadi terharu setelah membaca buku harian
Rukmini tersebut. Akhirnya, Nurdin dan Rukmini menikah dan hidup bahagia.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Nurdin dan Rukmini. Adapula tokoh
pendukungnya yaitu Ibu Nurdin, Ibu Rukmini, Harun dan Gapur temannya Harun.

6. Sengsara Membawa Nikmat Karya Tulis Sutan Sati


a. Identitas Buku
Judul buku        : Sengsara Membawa Nikmat
Penulis              : Tulis Sutan Sati
Penerbit           : Balai Pustaka
Kota terbit        : Jakarta
Tahun terbit     : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman

b. Sinopsis
Midun dan Kacak adalah dua orang pemuda yang saling bermusuhan. Midun anak
miskin, yang memiliki sifat yang baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah
Agama. Midun sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak orang
kaya, ibunya menjadi penghulu laras di daerah nya. Kacak anak yang sombong dan
bangga dengan kekayaan yang  masih milik keluarganya. Kacak  selalu ingin
menang sendiri dan tidak senang melihat orang lain yang melebihi dirinya. Melihat
perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan menghormati
Midun daripada Kacak.
Kacak iri dengan Midun, karena orang-orang lebih menyukai Midun daripada
dirinya hal itulah yang menjadi pangkal dari permusuhann diantara mereka. Kacak
beranggapan  bahwa penyebab ia tidak disukai oleh orang-orang adalah akibat
hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya. Pada suatu hari Midun
memukul seorang  laki-laki gila yang mengacau di pasar. Kacak kemudian mengadu
kepada tuanku Laras agar Midun dihukum. Karena orang gila itu masih sekeluarga
dengan Tuanku Laras, maka pengaduan Kacak itu diterima.
Kacak sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya
dan memancingnya untuk berkelahi. Midun selalu ingat nasihat Haji Abbas guru
mengajinya dan pendekar Sutan seorang jagoan silat di kampungnya. Midun
beranggap bahwa ilmu silat yang dimilikinya  tidak untuk berkelahi dan mencari
musuh, tetapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari, istri Kacak terjatuh ke dalam sungai dan ia hampir terbawa arus, Pada
saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian berusaha
menyelamatkan wanita itu. Namun, Kacak malah menuduh Midun akan memperkosa
istrinya. Midun dan Kacak pun berkelahi, akhirnya Kacak kalah. Kekalahan
membuat Kacak semakin menyimpan dendam. Kacak melaporkan kejadian itu
kepada Tuanku Laras. Ia memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya.
Tuanku Laras percaya dengan laporan Kacak sehingga Midun mendapat hukuman
bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah. Selama Midun menjalani hukuman itu,
Kacak ditugaskan oleh tuanku Laras untuk mengawasi Midun..
Kacak ingin Midun pergi dari Kampung ini. Keberadaann Midun ia anggap
sebagai penghalang. Karena itulah Kacak berusaha untuk melenyapkan Midun untuk
selama-lamanya. Untuk itu Kacak menyewa seorang pembunuh bayaran bernama
Lenggang untuk melenyapkan jiwa Midun. Ketika Midun dan Maun sahabatnya
sedang menonton pacuan di Bukittinggi, secara tiba-tiba mereka diserang oleh
Lenggang, perkelahian pun terjadi.
Karena perkelahian tersebut Midun dan Lenggan di jatuhi hukuman penjara di
Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena Midun sengaja tidak
melibatkan Maun dalam hal itu. Di dalam penjara Midun mendapat perlakuan yang
tidak wajar. Begitu masuk ia sudah diadukan dengan si ganjil jagoan di penjara itu.
Tetapi untung Midun dapat mengalahkannya. Sehingga seisi penjara menjadi segan
terhadapnya.
Ketika Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu jalan, ia
menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang gadis bernama
Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun terjadilah diantara
mereka. Dan begitu Midun sudah selesai menjalani masa tahanannya, Halimah
meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah. Karena ia ingin dipaksa
oleh ayah tirinya seorang laki-laki belanda yang sejak dahulu mengurus dirinya dan
ibunya.
Pak Karto petugas bagian dapur penjara membantu mereka melarikan diri.
Mereka kemduian melarikan diri ke Jawa dan kemudian pergi ke Bogor menemui
ayah Halimah seorang bekas pensiunan Wedana. Mereka tinggal di rumah ayah
Halimah. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu tinggal di rumah itu bila hanya
untu menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun memutuskan untuk pergi dari
rumah itu dan mencari pekerjaan.
Midun mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta,
Midun berkenalan dengan saudagar Arab yang kaya raya, yang sebenarnya adalah
seorang rentenir. Tanpa berprasangka buruk, Midun mmenerima tawaran syekh itu
yang akan meminjami uang sebagai modal. Dengan modal hasil pinjaman dari orang
Arab itu, Midun membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun
berkembang pesat sehingga membuat syekh itu iri. Ia pun menagih utang Midun
dengan jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena
hutangnya dihitung berlipat ganda. Gagal menagih syekh menagih dengan cara lain,
ia bersedia Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun menyerahkan
Halimah kepadanya. Tentu saja ini membuat Midun dan Halimah marah. Akhirnya
orang Arab itu mengadukannya ke kompeni, dan Midun ditahan.
Setelah dari tahanan, suatu ketika Midun sedang berjalan-jalan di pasar baru. Di
sana ia melihat seorang pribumi yang mengamuk dan menyerang Sinyo Belanda.
Midun menolong Sinyo Belanda itu. Ternyat kemudian diketahui bahwa orang tua
Sinyo Belanda itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Sebagai tanda terima kasih,
Midun ditawari kerja di sana sebagai Sekertaris. Tak lama kemudian Midun
menikahi Halimah. Midun dipindahkan menjadi menteri kebijakan di tanjung priok.
Sekembalinya ke Betawi, Midun mendatangi Hoofscommissaris untuk meminta agar
ia di pindahkan ke bukittinggi. Maka kemudian Midun sekeluarga pindah ke
Bukittinggi. Kebetulan oleh Asisten Resident Bukittingi ia ditempatkan sebagai
asisten Demang di daerahnya, tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak.
Musuhnya. Karena malu dan takut, kecurangannya menggelapkan uang Negara
terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi meninggalkan daerah itu, dan tak
pernah kembali lagi. Seteah berkumpul kembali dengan seluruh keluarga dan para
sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri itu dengan gelar Datuk Paduka Raja.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Midun, adapula Kacak, Halimah istri Midun,
Ibu Kacak, Lenggan, Maun, Tuanku Laras, dan Pak Karto penjaga dapur penjara.
2. Angkatan Sastra Periode ’30 (Pujangga Baru)

A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’30 Pujangga Baru


Karya Sastra angkatan Pujangga Baru terlahir karena adanya perubahan karya
sastra yang sebelumnya lebih bersifat poitik. Karya yang bersifat politik tersebut dinilai
tidak lagi sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang notabene mengarah pada
sifat nasionalisme. Selain itu, gelora semangat persatuan mulai tumbuh pada bangsa
Indonesia termasuk golongan sastrawan.
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan.Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis
menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942)
dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar
Sumpah Pemuda 1928:
1) Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2) Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu,
bangsaIndonesia.
3) Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan,
bahasaIndonesia.
Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak
Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan
Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Pada mulanya Pujangga Baru merupakan nama sebuah majalah yang didirikan oleh
Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Armijin Pane pada tahun 1933. Nama
majalah ini lah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda
pengambil inisiatif penerbitan majalah itu.Majalah tersebut menjadi media pertemuan
para penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu
hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus
atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan. Maka terbentuklah
perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru.
Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia
sebagai Kader Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa
Indonesia. Dengan lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang
sebenarnya, dan kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujangga-
pujangganya terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju cita-
cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang mendorong
lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak terkungkung dalam
melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak sukma dan jiwa masing-
masing.

B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Prosa Angkatan Sastra Periode ’30 Pujangga
Baru
Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang
memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh
Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru,
kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para
pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan
Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Armijn Pane. Disamping itu pengaruh
internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan sejumlah
pengarang yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka
terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra.Para pengarang dan
penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru
mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan universal.
1. Karaterisrik umum karya sastra Angkatan Pujangga Baru adalah sebagai berikut:
 Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah
kehidupan kota atau modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane
yang bejudul “Manusia Baru”, pada karya Sutan Takdir Alisyabana yang
berjudul “ Layar Terkembang” dan lain-lainnya.
 Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalam
karyanya Asmara Hadi yan berjudul “ Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada
karya Selasih yang berjudul “Pengaruh Keadaan”, dan karya A. Hasmy
kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.Memiliki kebebasan dalam
menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan inimerangsang tumbuhnya
keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
 Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam
masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan
baru dan hidup.
 Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan
bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.
 Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan padasaat
itu berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan perubahan
terhadap hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku.

2. Ciri-ciri puisi pada angkatan pujangga baru yaitu:


 Berbentuk prosa baru yang bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat),
 Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan masyarakat sehari-hari,
 Alurnya lurus,
 Tidak banyak sisipan-sisipan cerita sehingga alurnya menjadi lebih erat,
 Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung. Deskripsi fisik
sudah sedikit,
 Pusat pengisahannya menggunakan metode orang ketiga,
 Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan, pepatah, dan
peribahasa,
 Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata,
berdasarkan kebenaran dan kenyataan,
 Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat, dan
 Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas, dan tertulis

3. Pengarang Periode Angkatan ’30 Pujangga Baru.


Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi
baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya.
1) Amir Hamzah. Karangannya: Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941).
2) Sutan Takdir Alisjahbana. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru
dalam dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana
yang cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat
puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan
Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai bidang
kehidupan.
3) Sanusi Pane. Karangannya : Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926). Puspa Maga
(kumpulan sajak, 1927). Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931). Kertajaya
(sandiwara 1932). Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933). Manusia baru
( Sandiwara 1940). Sejarah Indonesia (1942)
4) J.E. Tatengkeng. Sajak-sajaknya dikumpulkan dalam Rindu Dendam (1934).
Puisi-puisi dalam kumpulan ini bernafaskan ketuhanan dan rasa syukur penyair
atas kurnia Tuhan.
5) Armijn Pane. Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi,
cerpen esai dan juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu
karangannya yang terkenal berjudul Belenggu (1940).
6) Hamidah, nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Salah satu
karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika.
7) I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna) Salah satu karangannya
yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.
8) Suman Hs. (Hasibuan). Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam
karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan
9) M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh). Karangannya: Peperangan Orang
Minahasa dengan Orang Spanyol (1931), Pahlawan Minahana (Novel Sejarah
1935) dan lain-lain.
10) Asmara Hadi, nama sebenarnya Abdul Hadi. Karangannya yang terkenal adalah
Di Belakang Kawat Duri.
11) Hasymy (M. Ali Hasyim), Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan
Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)

4. Pengarang Periode Angkatan’30 di Luar Pujangga Baru


Selain diatas ada lagi sastrawan yang berkarya pada tahun pujangga baru tidak
digolongkan sebagai sastrawan angkatan pujangga baru karena mereka mengorbit
lewat jalur lain serta punya konsep yang berbeda dengan pujangga baru, mereka
dikenal sebagai pengarang dan penyair islam. Mereka yang dimaksud yaitu :
1) Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) terkenal dengan karya sastra
romantiknya, bahasanya indah mendayu-dayu, cerita-ceritanya melankolis penuh
dengan linangan air mata. Karangannya: Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938),
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1939), dll.
2) Muhammad Ali Hasymi. Terkenal dengan sajaknya yang berjudul Menyesal, dan
masih banyak karya-karya lainnya.
3) Samadi, terkenal dengan sajaknya Senandung Hidup.
4) Rifai Ali terkenal dengan kumpulan puisinya Kata Hati (1941), Tuhan Ada
(1968).
5) Matumona (Hasbullah Parinduri), ia adalah pemimpin sandiwara Ratu Timur
(Zaman Belanda), Cahaya Timur dan Dewi Muda (Zaman Jepang).
C. Prosa Angkatan Pujangga Baru
1. Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana
a. Identitas Buku
Judul Buku : Layar Terkembang
Penulis : Sutan Takdir
Alisjahbana
Tahun Terbit : 1936
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal Buku : 201 halaman
ISBN : 979-407-065-3

b. Sinopsis
Mengisahkan tentang dua orang kakak beradik putri dari Raden
Wiraatmadja yang memiliki karakter sangat berbeda. Tuti, sang kakak, adalah
seorang wanita yang sangat idealis. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang
pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita, yakni Putri
Sedar. Apapun yang dilakukan olehnya harus berdasarkan pemikiran yang
matang dan lugas, Tuti adalah seseorang yang sangat serius dan tegas.
Berbeda dengan Tuti, Maria, sang adik, adalah seorang wanita yang
manis, ceria dan sangat keibuan. Ia juga sering mengambil keputusan
berdasarkan perasaannya saja. Yang menurut Tuti, adalah tindakan ceroboh.
Maria lebih perasa, lebih menyukai hal-hal feminim, seperti bunga dan novel-
novel bertemakan cinta.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-
lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut
dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah
Tinggi Kedokteran di Jakarta. Pertemuan di hari Minggu itu berlanjut hingga
pada suatu pagi Yusuf yang sedang mengayuh sepeda menuju Sekolah Tabib
Tinggi, tempatnya menempuh pendidikan dokter, bertemu dengan Maria yang
juga sedang mengayuh sepeda menuju H.B.S. Carpentier, tempatnya menuntut
ilmu. Sejak saat itu, mereka sering membuat janji untuk bertemu.
Yusuf sering mengunjungi kediaman Maria dan Tuti untuk bertemu
dengan Maria. Sampai akhirnya, Yusuf dan Maria saling jatuh cinta, hubungan
mereka akhirnya semakin serius, hingga menjadi sepasang kekasih.
Hubungan Yusuf dan Maria mendapat restu dari sang ayah Raden
Wiraatmaja. Hingga mereka memutuskan untuk bertunangan, hubungan mereka
sangat harmonis. Melihat kemesraan antara Yusuf dan Maria, Tuti sebenarnya iri.
Apalagi, pertunangannya dengan Hambali yang putus ditengah jalan.
Suatu hari, Maria tiba-tiba terserang Malaria. Ia juga sering memuntahkan
darah. Keadaannya membuat Ayah dan Kakaknya khawatir, selain khawatir akan
keadaannya, mereka juga khawatir jika Maria akan bernasib sama dengan Ibunya
yang meninggal karena penyakit semacam itu.
Ditengah keadaan adiknya yang sedang memburuk itu, Tuti juga
dibingungkan dengan perilaku Supomo, temannya yang mengajar di sekolah
yang sama dengannya. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti
dan berniat untuk mempersuntingnya. Walaupun Tuti kagum kepadanya, namun
ia tidak yakin untuk menerima permintaan Supomo. Akhirnya, Tuti memutuskan
untuk menolak permintaan Supomo karena tidak ingin mengingkari prinsipnya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Ia kemudian
dirawat di sebuah rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria
mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria
dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.Perawatan
terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak
juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi
kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Hingga tiba saatnya liburan bulan Desember, Tuti dan Yusuf berjanji
untuk menjenguk Maria setiap hari dengan menginap di rumah saudaranya di
Sindanglaya. Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan
ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri semakin
mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat
lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan
Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria
menghembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat
nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-
kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan
saya yang terakhir, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-
masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir
almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya
tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta
keduanya memang sudah tumbuh bersemi.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Tuti, Maria, dan Yusuf. Adapula tokoh
pendukung seperti Raden Wiraatmaja ayah Tuti dan Maria, Hambali mantan
tunangan Tuti, Supomo pria yang mencintai Tuti dan adiknya Supomo.

2. Belenggu Karya Armijn Pane


a. Identitas Buku
Judul buku : Belenggu
Pengarang : Armijn pane
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun Terbit : 1939
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 150 halaman

b. Sinopsis
Sukartono alias Tono. Adalah seorang Dokter yang sangat disukai
pasiennya karena sifatnya yang ramah, pintar dan siap menolong orang
kapanpun. Ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tidak mampu.
Itulah sebabnya, dia dikenal sebagi dokter yang sangat dermawan.
Tono tidak memiliki rumah tangga yang bahagia bersama istrinya yang
bernama Sumartini alias Tini. Karena Tini lebih suka menghabiskan waktunya
untuk berorganisasi daripada mengurus rumah tangganya. Tono pun memiliki
kesibukan yang tidak kenal waktu sehingga semakin memicu pertengkaran dalam
rumah tangga. Tetapi Tini juga merasa tidak bahagia karena kehidupan masa
lalunya dengan Hartono yang sampai sekarang masih dicintainya, dan yang tak
lain adalah teman baik suaminya, Sukartono. Namun, jauh di lubuk hati
Sumartini, dia sangat mencintai Tono. Begitupun sebaliknya, Tono juga
mencintai Sumartini. Namun mereka tidak saling mengetahui, karena selalu
bersikap dingin dan tidak suka bertukar pikiran.
Kebahagiaan mulai datang ketika Tono bertemu dengan perempuan yang
tidak lain adalah teman masa kecilnya yaitu Yah alias Siti Rohayah alias Siti
Hayati, penyanyi keroncong yang selama ini Tono kagumi. Pertemuan itu
bermula ketika Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang
mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Tono datang ke hotel
tempat dia menginap. Pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah,
wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Sewaktu masih bersekolah di Sekolah
Rakyat, Yah adalah teman sekelasnya.
Pada saat itu Yah sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena
tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke
Jakarta dan menjadi wanita panggilan. Yah sebenarnya secara diam-diam sudah
lama mencintai Tono. Karena itulah ia memanggil Tono dengan berpura-pura
sakit. Pada saat itu juga, Yah menggodanya. Pada awalnya Tono tidak tergoda
akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya,
lama- kelamaan Tono mulai tergoda akan rayuannya. Yah dapat memberikan
banyak kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Tono yang selama ini tidak
diperoleh dari istrinya.
Kebahagiaan yang dirasakan Tono tidak berlangsung lama. Karena Tini
mengetahui bahwa Tono sering bertemu dengan Yah. Dia berniat hendak
memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi,
setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh.
Kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya
dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut
dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia
bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat
didambakan oleh suaminya. Dan tidak lama kemudian Tini memutuskan untuk
berpisah dengan Tono, dan memilih pergi ke Surabaya untuk mengurus panti
asuhan yatim piatu.
Tono merasa sangat sedih dengan perceraiannya dan Tini. Hatinya
bertambah sedih saat Yah juga pergi. Yah hanya meninggalkan sepucuk surat
yang mengabarkan jika dia mencintai Tono. Dia akan meninggalkan tanah air
selama-lamanya dan pergi ke Calidonia. Tono merasa sedih dalam
kesendiriannya. Tono kemudian selalu menyibukan diri di tengah kesendiriannya
tersebut.
c. Tokoh
Pemeran utama dalam novel ini adalah Sukartono, Sumartini dan Rohayah.
Adapula beberapa peran pendukung yang disebutkan yaitu Hartono masa lalu
Sumartini.

3. Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick Karya Hamka


a. Identitas Buku
Judul Buku : Tenggelamnya Kapal Van
Der Wjick
Pengarang : Hamka
Penerbit : PT Bulan Bintang
Tahun terbit : 1939
Kota terbit : Jakarta
Tebal Buku : 236 halaman
ISBN : 979-418-055-6
b. Sinopsis
Zainudin adalah seorang pemuda dari Minangkabau. Ayah Zainuddin
diasingkan karena membunuh istrinya yang selalu menghabiskan hartanya.
Kemudian, Ayah Zainudin menikah dengan seorang wanita dari keluarga
terpandang di Makassar, Ibunya meninggal beberapa hari setelah melahirkan
Zainuddin. Saat dia beranjak remaja, Ayahnya juga meninggal dunia. Akhirnya,
Zainuddin menjadi seorang yatim piatu.
Zainuddin diasuh oleh pembantunya, beruntung ayahnya memberi warisan
yang cukup banyak. Setelah dewasa, Zainuddin merantau ke Minangkabau,
sesuai keinginan ibunya dulu. Ibu Zainuddin bukan orang Minangkabau, yang
membuatnya tidak dianggap sebagai keluarga. Di sana Zainuddin tinggal di
rumah bibinya. Namun, ia tidak tinggal secara cuma-cuma, ia membayar biaya
tinggal dengan uang belanja.
Hingga suatu hari Zainuddin melihat seorang gadis yang sangat cantic dan
lemah lembut yakni Hayati. Zainuddin kemudian jatuh cinta pada Hayati. Hayati
membalas cinta Zainuddin. Mereka selalu berkomunikasi lewat surat menyurat.
Tetapi hubungan tersebut tidak disetujui oleh ninik dan mamak dari Hayati,
dengan alasan bahwa Zainuddin tidak bersuku dan berbeda adat.
Namun, Zainuddin merasa keberadaannya semakin tidak di terima disana, ia
pun memutuskan untuk pergi ke Padang Panjang. Hayati merelakan kepergian
Zainuddin dan berjanji akan setia menunggu. Di sebuah kesempatan Hayati pergi
ke Padang Panjang untuk menemui Khadijah, sahabatnya, Hayati pun bertemu
dengan Zainuddin.
Di sana pula Hayati bertemu dengan Azis, kakak dari Khadijah. Azis kemudian
jatuh cinta pada Hayati. Hingga suatu hari Azis datang ke kampung Hayati untuk
melamarnya. Namun, beberapa hari sebelum itu, Zainuddin mengirim surat
bahwa ia ingin melamar Hayati. Dengan menimbang bibit, bebet dan bobot, hasil
musyawarah ninik mamak sanak sodara dan kaum kerabat, memutuskan bahwa
lamaran Azis lah yang diterima. Hayati pasrah dengan keputusan itu, karena jika
ia menolak, maka ia tidak akan dianggap sebagai keluarga lagi.
Hayati dan Azis kemudian menikah. Awal pernikahan mereka tampak
harmonis, Azis sangat pintar mengambil hati Hayati. Namun, dibalik itu semua
terdapat rahasi besar yang di simpan Azis. Azis ternyata adalah pria yang suka
menghambur-hamburkan uang dengan berjudi, mabuk-mabukan dan bermain
perempuan.
Zainuddin sangat terluka mendengar kabar pernikahan dan penolakan Hayati
itu kemudian jatuh sakit. Ia selalu mengerang memanggil nama Hayati. Atas
permintaan dokter dan izin dari Azis, Hayati kemudian datang menjenguk
Zainuddin. Setelah bertemu Hayati, dengan ajaib Zainuddin langsung sembuh.
Setelah sembuh, Zainuddin pergi merantau ke Surabaya, ia bersaha untuk
melupakan Hayati dan mulai berkarya. Disana Zainudin menjadi penulis.
Roman-romannya yang mengharuhkan dan romantis sangat laris di pasaran.
Tak lama kemudian, Aziz dan hayati memutuskan untuk pindah ke Surabaya.
Hubungan mereka tidak harmonis. Hingga tanpa di sengaja Hayati, Azis dan
Zainuddin bertemu di suatu acara perkumpulan orang-orang Sumatra di
Surabaya. Zainudin bersikap biasa kepada Hayati seolah-olah tidak pernah ada
cinta diantara mereka.
Rahasia buruk Aziz yang suka judi dan mabuk-mabukan akhirnya diketahui
oleh Hayati, Hayati semakin menderita saat Aziz bangkrut dan tak punya apa-
apa. Aziz memutuskan untuk mencari kerja ke Banyuwangi. Hayati kemudian
dititipkan ke Zainudin. Zainudin masih bersikap seperti tak pernah mencintai
Hayati. Karena frustasi dan depresi, Aziz bunuh diri. Dia meninggalkan pesan
agar Hayati menikah dengan Zainudin.
Setelah mengetahui pesan dari Azis, Hayati sangat ingin mengetahui
bagaimana perasaan Zainudin kepadanya. Tanpa sengaja Hayati menemukan
lukisan dirinya di ruang kerja Zainudin. Di lukisan itu tertulis “ permataku yang
hilang”. Muluk, temannya Zainuddin kemudian menceritakan bahwa sebenarnya
Zainudin masih mencintai Hayati dan semua roman karyanya sebenarnya
menceritakan tentang Hayati.
Hayati kemudian bertanya kepada Zainuddin. Namun, Zainudin menyanggah
cerita muluk tadi dan mengaku kalau sudah tak punya perasaan apa-apa kepada
Hayati. Akhirnya, Hayati diberi uang dan disuruh pulang ke Sumatra. Zainuddin
tidak bisa mengantarnya karena ada urusan di Malang. Hayati pergi ke pelabuhan
untuk pulang sambil membawa foto Zainudin.
Di dalam kapal Hayati merasa sangat gelisah dan terus menerus melihat foto
Zainudin. Pada malam hari saat Hayati sedang tidur, Kapal Van Der Wijk yang
dinaikinya tenggelam di dekat Lamongan.
Zainudin yang mendengar berita tersebut dan segera menuju Lamongan. Saat
itu Hayati sedang kritis. Zainudin mengungkapkan perasaan sebenarnya kepada
Hayati. Hayati tersenyum dan mengatakan bahwa ia juga masih mencintai
Zainudin. Setelah mengatakan itu, Hayati menutup mata untuk selamanya.
Zainudin makin sedih dan depresi. Ia merasa bahwa Hayati meninggal adalah
kesalahannya.Zainudin menjadi sering sakit-sakitan dan kurang produktif lagi
dalam menulis roman. Enam bulan kemudian Zainudin meninggal. Zainudin
dimakamkan disebelah makam Hayati.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Zainuddin dan Hayati. Ada pun tokoh
pendungkungnya yaitu Azis suami dari Hayati, Khadijah adik dari Azis, Muluk
sahabat Zainuddin, Mak Base pengasuh Zainuddin, Mande Jamilah bibi yang
rumahnya ditumpangi Zainuddin, Pendekar Sutan Ayah Zainuddin, Ninik
Mamak Hayati, dan Ibunya Muluk.

4. Di Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka


a. Identitas Buku
Judul Buku : Di Bawah Lindungan
Ka’bah
Pengarang : Hamka
Penerbit : PT Bulan Bintang
Tahun Terbit : 1938
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 80 Halaman
ISBN : 979-418-063-7
b. Sinopsis
Hamid adalah seorang anak yatim, ayahnya meninggal ketika ia berusia empat
tahun. Kemudian hidup Hamid dan ibunya sangat menderita. Ayah Hamid
sebelumnya adalah seorang yang kaya, hingga perdagangannya jatuh dan
bangkrut, sahabat dan sanak saudara yang dulu banyak, tidak ada lagi yang
datang. Karena merasa sudah tidak dihargai keberadaannya, sudah tak
terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid
beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di
tempat itulah ayah Hamid meninggal.
Ketika Hamid berusia enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada
ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi. Ada tetangga
baru di dekat rumah hamid terdapat sebuah rumah besar yang berpekarangan
luas, awalnya rumah itu adalah rumah kosong yang pemiliknya orang belanda.
Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama
Pak Paiman. Tetapi kini, rumah itu dibeli oleh Haji Jakfar. Isterinya bernama
Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Mak Asiah sering membeli kue-kue jualan Hamid. Pada waktu itu juga ia ditanya
oleh Mak Asiah tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid
menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya
datang ke rumahnya.
Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah, persahabatan mereka menjadi
lebih akrab, Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Akhirnya Hamid dibiayai oleh haji Jakfar, untuk sekolah bersama Zainab
anaknya, yang usianya lebih muda daripada Hamid. Hubungan Hamid dengan
Zainab sudah seperti kakak dengan adik. Setelah tamat dari SD, Hamid dan
Zainab pun sama-sama melanjutkan sekolahnya ke Mulo.
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab.
Keduanya sebenarnya telah saling jatuh cinta. Namun Hamid sadar akan
statusnya. Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke
sekolah agama di Padang Panjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang
teman laki-laki yang bernama Saleh.
Suatu hari, Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, Hamid kemudian bertemu
dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kuburan haji Jakfar. Pada
pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya
pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak
dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak
Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk
Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan sanak keluarga dari Haji Jakfar yang
pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh
Zainab dengan alasan ia belum ingin menikah.
Namun sebenarnya Penolakan itu disebabkan Zainab mencintai Hamid. Hamid
pun mencintai Zainab namun tidak bisa mengungkapkannya. Karena itulah,
sebenarnya permintaan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi
karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka ia menuruti permintaan
tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia
tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan
kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Di
Medan Hamid mengirim surat kepada Zainab, ia berpesan agar Zainab mengikuti
kemana hatinya ingin pergi. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab
yang dalam kesepian.
Di kota suci Mekah, Hamid bertemu dengan Saleh. Hamid menceritakan segala
perasaannya pada Zainab kepada Saleh. Mengenai cintanya yang tidak bisa
bersatu karena ibu Hamid sendiri melarang Hamid untuk mencintai Zainab, ibu
Hamid merasa tidak pantas. Sementara Ternyata Saleh adalah suami dari Rosna,
Rosna sendiri adalah sahabat Zainab. Rosna dan saleh saling bercerita,berkirim
surat tentang kisah Hamid dan Zainab. Zainab yang sedih berlebihan, karena
cinta yang tidak bisa bersatu dengan Hamid, akhirnya menjadi sakit hingga
akhirnya meninggal.
Karena terlalu cintanya Hamid pada Zainab, terlebih mendengar Zainab yang
meninggal dunia, Hamid pun tak kuasa menahan sedih.Selalu memikirkan
Zainab, hingga akhirnya Hamid jatuh sakit dan meninggal dibawah lindungan
ka'bah.
c. Tokoh
Tokoh utama dari cerita ini adalah Hamid dan Zainab. Sedangkan tokoh
pendukungnya ada Mak Asiah ibu dari Zainab, Haji Jakfar Ayah dari Zainab, Ibu
Hamid, Saleh teman Hamid, dan Rosna sahabat Zainab.

5. Dian yang Tak Kunjung Padam oleh Sutan Takdir Alisjahbana


a. Identitas Buku
Judul Buku : Dian yang Tak Kunjung
Padam
Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit : Balai Pustaka (Dian
Rakyat)
Tahun Terbit : 1932
Tebal Buku : 157 Halaman

b. Sinopsis
Yasin merupakan seorang pemuda yang berasal dari Uluan, ia hanya tinggal
dengan ibunya. Yasin jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Molek
yang merupakan anak dari Raden Mahmud bangsawan Palembang yang terkenal.
Molek pun juga jatuh cinta terhadap Yasin. Namun, hubungan cinta mereka tidak
mungkin dapat diwujudkan sebab perbedaan status sosial.
Pada suatu hari, Yasin bertekad untuk mengakhiri hubungan percintaan mereka
yang selalu dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. Yasin ingin melamar
Molek secara terang-terangan. Yasin memberitahukan niatnya kepada ibunya dan
kerabatnya. Namun, pada akhirnya kedatangan mereka ditolak oleh keluarga
Molek karena mereka berasal dari keluarga dusun yang miskin. Mereka bahkan
menghina dan menyindir keluarga Yasin, sehingga rombongan itu pulang dengan
membawa segudang rasa malu dan kesal.
Tak lama kemudian, Molek di lamar oleh Sayed, lelaki tua keturunan arab yang
kaya raya. Kemudian orang tua Molek menerima lamaran Sayed. Walaupun
Molek menolak lamarannya tetapi pernikahan antara Molek dan Sayed itu tetap
berlangsung.Molek tidak bahagia dengan pernikahannya. Ia pun mengetahui
kalau tujuan Sayed menikahinya karena Sayed ingin harta ayah Molek saja.
Selain itu, perlakuan Sayed terhadap Molek pun sangat kasar.
Itulah sebabnya ia selalu menceritakan kesedihan dan kerinduannya kepada
Yasin melalui surat-surat. Mendengar cerita menyedihkan dari Molek. Akhirnya,
Yasin menemui Molek di Palembang dengan menyamar sebagai seorang
pedagang nanas. Usahanya pun berhasil, dan ia pun bertemu dengan Molek.
Namun, pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir mereka. Karena Molek yang
sangat menderita akhirnya meninggal dunia. Setelah kematian Molek, Yasin
kembali ke desanya. Tak lama kemudian, ibunya pun juga meninggal dunia.
Semua musibah yang menimpanya, membuat lelaki itu memilih hidup menyepi
di lereng gunung Semenung dan ia pun akhirnya meninggal dunia di gunung
tersebut.
c. Tokoh
Tokoh utama dari cerita tersebut adalah Yasin dan Molek. Ada pun tokoh
pendukungnya yaitu Raden Mahmud yang merupakan ayah dari Molek, Ibu
Yasin, dan Sayed suami Molek.

6. Sukreni Gadis Bali Karya A.A Pandji Tisna


a. Identitas Buku
Judul novel : Sukreni Gadis Bali
Pengarang : A.A.Pandji Tisna
Penerbit buku : Balai Pustaka
Tahun terbit : 1936
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 100 halaman

b. Sinopsis
Men Negara adalah seorang wanita kaya yang berasal dari Karangasem. Namun,
karena mengalami permasalahan dengan suaminya, Men Negara datang ke Buleleng
dengan hanya membawa pakaian yang melekat di tubuhnya. Pada awalnya Man
Negara tinggal menumpang di rumah seorang haji yang mempunyai tanah dan kebun
yang luas. Namun, karena Men Negara rajin bekerja dan hemat, ia kemudian dapat
memiliki kebun sendiri.
Di Karangasem Man Negeri memiliki seorang anak yang ia tinggalkan. Dan kini
di tempat barunya ia memiliki anak laki-laki bernama I Negeri dan anak perempuan
bernama Ni Negari. Men Negeri memiliki sebuah Kedai. Kedai itu selalu ramai di
singgahi para pekerja pemetik kelapa karena kecantikan Ni Negari yang tiada duanya
di desa itu. Disamping itu, Men Negara pun pandai memasak sehingga masakannya
selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara mereka yang datang ke warung Men
Negara adalah I Gde Swamba, seorang pemilik kebun kelapa. I Nagari yang jatuh
hati kepada I Gde Swamba, akan tetapi I Gde Swamba tidak tertarik pada Ni Negari.
Suatu hari kedai Men Negara di datangi seorang pria bernama I Gusti Made
Tusan dia adalah seorang menteri polisi. Ia disegani dan ditakuti penduduk, karena
sudah banyak kejahatan yang berhasil ditumpasnya. Ini berkat kerjasamanya dengan
seorang mata-mata bernama I Made Aseman. Suatu hari Men Negara ketahuan oleh I
Made Aseman telah menyembelih seekor babi dan dilaporkan kepada I Gusti Made
Tusan. I Made Aseman berharap kalau Man Negeri ditangkap dan di adili agar kedai
iparnya dapat laku dan mengalahkan kedai Men Negara. Namun, hal itu tidak terjadi
karena I Gusti Made Tusan melihat Ni Negari dan terpikat oleh tutur kata dan
senyum Ni Negeri.
Suatu hari ada perempuan bernama Sukreni yang datang ke kedai Men Negara
untuk mencari I Gde Swamba karena persoalan warisan dengan kakaknya, I Sangia
yang telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali, jika seorang anak
beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima harta warisan. Kedatangan
Luh Sukreni membuat Men Negara dan Ni Negari cemburu dan iri hati. Lalu, suatu
hari ketika Luh Sukreni datang lagi untuk mencari I Gde Swamba. Tapi saat itu I
Gde Swamba sedang pergi ke Banyuwangi. Lalu Men Negara dan Ni Negari
memberi tawaran agar Luh Sukreni menginap di rumah mereka .
Men Negara bekerja sama dengan I Gusti Made Tusan untuk menjalankan siasat
jahatnya. Ketika malam hari, Luh Sukreni diperkosa oleh I Gusti Made Tusan.
Sejak kejadian itu Luh Sukreni sangat terpuluk dan pergi entah kemana. Namun
betapa terkejutnya Men Negara ketika dia mengetahui kenyataan sebenarnya bahwa
Luh Sukreni itu adalah anak kandungnya. I Sudiana teman Luh Sukreni, mengatakan
bahwa Ni Sukreni adalah anak kandung Men Negara sendiri. Ayah Ni Sukreni, I
Nyoman Raka telah mengganti nama Men Widi menjadi Ni Sukreni.
Mengetahui hal itu Man Negara dan Ni Negari sangat menyesali perbuatannya. Ni
Sukreni yang sangat malu, kemudian pergi mengembara. Setelah lama mengembara,
ia bertemu Pan Gumiarning, salah seorang sahabat ayahnya yang mau menerima Ni
Sukreni untuk tinggal di rumahnya. Tak lama kemudian. Ni Sukreni melahirkan
seorang anak dari hasil perbuatan jahat I Gusti Made Tusan. Anak itu diberi nama I
Gustam.
Tak lama setelah itu I Gde Swamba pergi mencari Ni Sukreni, kemudian mereka
akhirnya bertemu. I Gde Swamba berjanji akan membiayai kehidupan I Gustam
meski anak itu bukan anak kandungnya. I Gustam tumbuh menjadi seorang pemuda
yang memiliki sangat kasar, ia juga suka memukuli Ni Sukreni. Setelah dewasa, ia
mencuri di sebuah kedai sampai akhirnya masuk tahanan polisi selama 2 tahun.
Didalam tahanan, I Gustam justru banyak memperoleh pelajaran cara merampok dari
I Sintung, salah seorang perampok dan penjahat berat yang sudah terkenal
keganasannya, ahli dalam hal perampokan dan kejahatan.
Setelah dirinya bebas dari penjara I Gustam melanjutkan aksinya sebagai
perampok. Ia akan melakukan aksi perampokan di warung Men Negara. Rumah Men
Negara terbakar habis. Namun, perampokan di Men Negara mendapat perlawanan
dari polisi yang dipimpin oleh I Gusti Made Tusan. I Gusti Made Tusan berkelahi
dengan I Gustam. I Made Aseman kemudian memberi tahu bahwa I Gustam adalah
anak dari I Gusti Made Tusan. Namun, semua telah terlambat karena mereka telah
saling membunuh.
Sementara itu Men Negara berubah menjadi orang gila yang berkeliaran di
kampung dan kedainya. Sedangkan Ni Negari tinggal di Jembrana. Ia telah menikah
dengan I Ketut Raid dan sudah memiliki anak.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Luh Sukreni/Ni Widi, serta adapula Men
Negara ibu dari Luh Sukreni, Ni Negari dan I Negara anak dari Men Negara, I Gusti
Made Tusan, dan I Gde Swamba, I Gustam anak dari Luh Sukreni. Tokoh lainnya
adalah I Made Aseman, I Nyoman Raka ayah dari Luh Sukreni, dan I Sudiana teman
Luh Sukreni.
3. Angkatan Sastra Periode ’45

A. Riwayat Sastra Angkatan ’45


Sastra Angkatan 45 dimulai pada tahun 1942. Pada tanggal 9 Maret tahun 1942
yaitu pada saat pengambil alihan kekuasaan Jepang di Indonesia. Sejak tahun itu
terjadilah perubahan besar-besaran, revolusi kebudayaan dimulai tahun itu.
Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut
angkatan perang, angkatan kemerdekaan, angkatan Chairil Anwar dan lain-lain. Baru
pada tahun 1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama angkatan ’45.
Nama “Angkatan 45” baru diberikan pada tahun 1949 oleh Rosihan Anwar,
meski tidak disetujui banyak sastrawan. Ada 4 tokoh utama yang sering dianggap
sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil
seorang individualis dan anarkhis. Asrul aristokrat dan moralis. Idrus penuh dengan
sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai nihilis. Surat Kepercayaan Gelanggang adalah
pernyataan sikap dari beberapa sastrawan Indonesia yang kemudian hari dikenal
sebagai Angkatan '45. Di antara para sastrawan ini yang paling menonjol adalah
Chairil Anwar, Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat ini diterbitkan oleh majalah Siasat
pada tanggal 22 Oktober 1950.
Jika diruntut berdasarkan periodisasinya, angkatan ’45 bisa dikatakan sebagai
angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan balai pustaka
dan angkatan pujangga baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45 yang
dipelopori oleh Chairil Anwar ini memberi warna baru pada kesusastraan
Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa sastra Indonesia baru lahir
dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya pengarang
terdahulu seperti Amir Hamzah, Sanusi Pane, St.Takdir Alisjahbana, dan lain-lainnya
dianggap sebagai karya sastra melayu.
Segala hal yang mengingatkan budaya Barat harus dilenyapkan. Bahasa Belanda
tidak boleh dipergunakan lagi. Sebagai gantinya dipakai bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi di kantor-kantor dan surat-surat keputusan. Pada tahun itu Pujangga
Baru berhenti karena Jepang tidak menginginkan sifatnya yang kebarat-baratan.
Sastra Balai Pustaka juga terhenti karena pemerintah Belanda telah tumbang.
Dalam waktu yang singkat, Indonesia menghasilkan banyak karya sastra besar
pada angkatan ini. Sajak-sajak Chairil Anwar, roman-roman Pramoedya Ananta Toer,
Mochtar Lubis dan Achdiat Kartamihardja merupakan tonggak-tonggak penting
dalam perjalanan sastra Indonesia. Pengalaman kehidupan nyata merekalah yang
membuat karya-karya angkatan ini menjadi besar.
Karya sastra pada angkatan ini bercorak lebih realis dibandingkan karya sastra
Angkatan Pujangga Baru yang romantis dan idealis. Selain itu, karya sastra angkatan
ini diwarnai dengan pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya yang terjadi
di tengah bangsa Indonesia. Gaya dari sastra ini lebih bersifat ekspresif dan
revolusioner serta bersifat nasionalis. Sastrawan angkatan ini juga dikenal sebagai
sastrawan yang "tidak berteriak tetapi melaksanakan".
Sastra Indonesia pada zaman Jepang ini dibentuk sebuah Kantor Pusat
Kebudayaan pada bulan April 1943 atau disebut juga Keimin Bunka Shidoso dan
yang mengisi badan ini adalah para seniman-seniman dari berbagai daerah.
Dalam zaman Jepang terbitlah majalah-majalah baru yang dikelola oleh Pusat
Kebudayaan: Jawa Baru (1943—1945) dan Kebudayaan Timur (1943—1945), di
samping Panji Pustaka yang merupakan peninggalan Balai Pustaka, hanya
dipergunakan demi kepentingan Jepang.
Para sastrawan dalam Pusat Kebudayaan diminta menciptakan karya-karya
sastra yang mengandung cita-cita cinta tanah air, mengobarkan semangat
kepahlawanan dan semangat bekerja. Karya sastra harus membimbing masyarakat.
Indonesia harus memihak kebudayaan Timur, menjauhi kebudayaan Barat. Banyak
sajak dan cerpen dihasilkan pada masa ini.

B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan ’45


1. Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan menciptakan
bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
2. Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu bahasanya
pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan hakikat
hidup.
3. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang sedalam-
dalamnya.
4. Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih. Individualis, lebih
mengutamakan cara-cara pribadi.
5. Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa dalam
perjuangan keadilan dunia.
6. Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah melakukan segala
percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian
dunia.
7. Tema yang dibicarakan: humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan
rakyat, moral, keganasan perang dengan keroncongnya perut lapar.

1. Ciri Prosa Angkatan ’45


 Banyak alur sorot balik, meski ada juga alur lurus.
 Digresi dihindari, alurnya padat.
 Perwatakan/penokohan: analisis fisik tidak dipentingkan, yang ditonjolkan
analisis kejiwaan, tetapi tidak dengan analisis langsung, melainkan dengan
cara dramatik: dengan arus kesadaran dan cakapan antar tokoh.
 Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan.
 Gaya realisme dan naturalisme, menggambarkan kehidupan yang sewajarnya,
secara memetik.
 Mengemukakan masalah kemasyarakatan, di antaranya kesengsaraan
kehidupan, kemiskinan, kepincangan-kepincangan dalam masyarakat,
perbedaan kaya dan miskin, eksploitasi manusia oleh manusia (Eksploitation
del’homme parl’homme)
 Mengemukakan pandangan hidup dan pikiran-pikiran pribadi
untukmemecahkan sesuatu masalah.
 Latar cerita pada umumnya latar peperangan, terutama perang kemerdekaan
melawan Belanda, meskipun ada juga latar perang menentang Jepang. Di
samping itu, juga ada latar kehidupan masyarakat sehari-hari.

2. Pengarang Angkatan ’45


1) Chairil Anwar. Karya-karya Chairil Anwar antara lain: Deru Campur Debu
(kumpulan puisi), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus
(kumpulan puisi), dll.
2) Asrul Sani. Karya-karya Asrul Sani antara lain: Sahabat Saya Cordiaz
(cerpen), Bola Lampu (cerpen), Anak Laut (sajak), dll.
3) Sitor Situmorang. Karya-karya Sitor Situmorang antara lain: Surat Kertas
Hijau (1954), Jalan Mutiara (kumpulan drama), Wajah Tak Bernama (1956),
dll.
4) Idrus. Karyanya bersifat realis-naturalis (berdasarkan kenyataan dalam alam
kehidupan) dengan sindiran tajam. Karya-karyanya antara lain: Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma (novel), A K I (novel), Hikayat Puteri Penelope
(novel, terjemahan), Anak Buta (cerpen), Perempuan dan Kebangsaan, dll.
5) Achdiat Karta Mihardja. Karya-karyanya antara lain: Atheis (roman),
Bentrokan Dalam Asmara (drama), Keretakan dan Ketegangan (kumpulan
cerpen), dll.
6) Pramoedya Ananta Toer. Karya-karyanya antara lain. Keluarga Gerilja
(1951). Mereka yang Dilumpuhkan (1951), Perburuan (1950), dll.
7) Mukhtar Lubis. Karya-karyanya antara lain: Tak Ada Esok (roman), Jalan Tak
Ada Ujung (roman jiwa), Tanah Gersang (novel), Si Jamal (cerpen),
Perempuan (cerpen), dll.
8) Utuy Tatang Sontani. Karya-karyanya antara lain: Suling (1948), Bunga
Rumah Makan (1948), Awal dan Mira (1952), dll.
9) Usmar Ismail. Karya-karyanya antara lain: Permintaan Terakhir (cerpen),
Asokamala Dewi (cerpen), dll.
10) Rosihan Anwar. Karya-karyanya antara lain: Radio Masyarakat (cerpen), Raja
Kecil, Bajak Laut di Selat Malaka (roman), Manusia Baru (sajak), dll.

C. Prosa Angkatan ’45


1. AKI Karya Idrus
a. Identitas Buku
Judul Buku: Aki
Pengarang : Idrus
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1949
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 62 Halaman

b. Sinopsis
Aki adalah seorang pria berusia 29 tahun tapi terlihat sudah berumur 42
tahun, hal itu karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Walaupun memilki
penyakit Aki pria yang sangat rajin dan baik walau tidak rajin beribadah. Aki
merasa ia tidak akan lagi hidup lama di dunia ini, ia juga tidak takut kematian.
Walaupun dalam keadaan seperti itu, Sulasmi, istrinya tetap sabar merawat Aki.
Kedua anaknya, Akbar dan Lastri masih kecil sehingga tidak mengetahui
keadaan ayahnya.
Pada suatu hari, Aki terpaksa tidak dapat masuk ke kantor karena
penyakitnya kambuh dan bertambah parah. Aki t mengatakan kepada Sulasmi
bahwa ia baru akan mati setahun lagi pada tanggal 16 Agustus pukul tiga sore.
Sejak itu, mereka mempersiapkan segala keperluan untuk kematian Aki.
Hingga tibalah hari kematian Aki tanggal 16 Agustus. Aki sudah rapi
dengan pakaian terbagusnya. Pukul tiga kurang seperempat Aki berbaring
ditempat tidur ditemani istrinya. Tapi Sulasmi harus membelakangi agar tidak
melihatnya saat maut menjemput. Hampir setengah jam Sulasmi membelakangi
Aki. Sekitar pukul tiga lebih duapuluh menit, Sulasmi baru membalikkan dirinya
dengan cepat dan selintas pandang dia melihat mata Aki sudah tertutup, saat
dipanggil tidak menjawab, Sulasmi berpendapat Aki sudah meninggal. Dia
keluar kamar sambil menangis. Diluar pekarangan rumah banyak orang yang
datang, mereka adalah teman-teman kantor Aki dan teman-teman Sulasmi.
Melihat Sulasmi menangis, semua tamu berkeyakinan Aki sudah meninggal.
Saat orang-orang ingin melihat Aki, mereka smeua terkejut melihat Aki
masih hidup, sedang duduk dan merokok. Aki berkata bahwa tadi ia hanya tidur.
Kemudian ia berkata bahwa dia baru akan mati setelah berumur 60 tahun. Saat
Aki berumur 42 tahun, dia terlihat berumur 29 tahun. Dia diangkat menjadi
kepala kantor menggantikan sepnya dahulu karena sudah meninggal dan dia
kuliah di fakultas Hukum untuk mencapai gelar Master in de Rechten. Aki
berkata kepada Sulasmi ia tidak jadi mati pada umur 60 tahun, tapi mau hidup
seratus tahun.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Aki. Adapula tokoh pendukung
seperti Sulasmi istri Aki, Akbar dan Lastri anak-anak Aki, teman-teman kantor
Aki, dan teman-teman Sulasmi.

2. Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja


a. Identitas Buku
Judul Buku : Atheis
Pengarang : Achdiat
Karta Mihardja
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1949
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 309 halaman

b. Sinopsis
Hasan adalah anak dari Raden Wira, ia dibesarkan dalam lingkungan
agama islam yang kuat dan dalam yang mempelajari ilmu makrifat, tarekat,
hakekat. Suatu hari ketika dia sedang bekerja bertemu dengan teman masa
kecilnya Rusli dan seorang perempuan bernama Kartini ketika Rusli, Lewat
pertemuan satu saat itu Hasan tertarik dengan Kartini yang dia anggap mirip
dengan Rukmini, mantan pacar Hasan.
Hasan kemudian mengetahui bahwa Rusli dan Kartini penganut paham
merdeka (Atheis) ia ingin menyadarkan mereka berdua, suatu malam bertemu
dengan Kartini, pertemuan itu membuat Hasan semakin tertarik pada Kartini,
berawal dari pertemuan itu Hasan, Kartini, dan Rusli menjadi sering bertemu.
Suatu hari ketika mereka sedang makan siang bersama datang Anwar, teman
Rusli. Hasan menjadi cemburu kepada Anwar yang selalu memperhatikan
Kartini, tidak hanya itu ia juga cemburu kepada Rusli walaupun Kartini
menganggap Rusli seperti kakak sendiri. Mengetahui hal itu, Kartini secara
terang terangan meminta perlindungan kepada Hasan. Meskipun Hasan tidak
menyukai sikap Anwar terhadap Kartini namun dia tetap berteman dengan
Anwar. Suatu hari Hasan ingin pergi mengunjungi orang tuanya di
Panyederan dan Anwar mengatakan ingin ikut.
Sesampai di rumah Hasan, Anwar merasa Hasan menjadi orang yang
berbeda karena Hasan tidak ingin menyakiti hati orang tuanya. Pada malam
pertama karena tidak bisa tidur maka mereka berdua berjalan keluar dan
terlibat percakapan dengan peronda malam, dan sampailah mereka kepada
percakapan tentang Mbah Jambrong, hantu yang dipercaya oleh peronda itu
membuat istrinya meninggal karena Mbah Jambrong ingin menikahi istrinya.
Anwar menantang peronda dan juga Hasan untuk membuktikan kebenaran
dan keberadaan Mbah Jambrong di kuburan Garawangsa. Hasan yang
terpengaruh dengan apa yang dipikirkannya lari dan meninggalkan Anwar.
Di perjalanan pulang ke Bandung, Hasan mengaku menyesal telah menyakiti
hati orang tuanya dengan memberitahu mereka bahwa dia sudah tidak lagi
meyakini agamanya.
Setelah lebih dari tiga tahun menikah dengan Kartini, rumah tangga
mereka yang awalnya baik baik saja menjadi tidak harmonis. Bermula dari
surat yang di kirim oleh ayah Hasan yang isi nya mencela pernikahan Hasan
dengan Kartini dan memperingatkan Hasan bahwa Fatimah (adik pungut
Hasan) masih menunggu dan lebih layak untuk Hasan yang secara tidak
sengaja ditemukan oleh Kartini membuat Kartini sangat mudah tersinggung
dan Hasan pun menjadi sangat mudah naik darah. Pertengkaran hebat terjadi
ketika Hasan pulang kerja dan mengetahui bahwa Kartini sedang keluar
bersama Anwar. Hasan yang merasa cemburu memukuli Kartini.
Kartini yang memilih pergi dari rumah lalu bertemu dengan Anwar,
Kartini menceritakan tentang perkelahiannya dengan Hasan. Kartini setuju
dengan usul Anwar untuk bermalam di penginapan dekat dengan stasiun
kereta agar besok pagi bisa pergi ke tempat saudara Kartini untuk
menenangkan diri. Di penginapan Anwar mengatakan bahwa sebaiknya
Kartini mengakiri pernikahannya dengan Hasan karena Hasan tidak
menghargai dia sebagai Wanita, dan sebaiknya Kartini memulai hidup
barunya dengan Anwar. Anwar pun berusaha untuk memeluk Kartini yang
mengakibatkan Kartini memberontak dan akhirnya berhasil keluar dari
penginapan itu. Pergi entah kemana.
Dua bulan kemudian, Hasan yang masih berkabung karena ayahnya
meninggal, yang juga semakin kurus karena penyakit TBC memasuki
peginapan yang sama dan juga kamar yang sama dengan Kartini. Kemudian
Hasan mengetahui bahwa Kartini pergi dengan Dia tersulut emosi dengan
marah meninggalkan penginapan tersebut tidak peduli peringatan bahaya dari
Sirene yang mengaung nyaring dan Hasan terkena peluru darah keluar dari
pahanya, sesaat sebelum tidak bergerak dia mengucap “Allahu Akbar”
c. Tokoh
Tokoh utama dari cerita ini adalah Hasan, adapula Kartini istrinya, Rusli
teman Hasan, Anwar teman Hasan, Raden Wira ayah Hasan, Fatimah adik
pungut Hasan.

3. Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis


a. Identitas Buku
Judul Buku : Jalan Tak
Ada Ujung
Pengarang : Mochtar
Lubis
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1952
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 127 halaman

b. Sinopsis
Isa adalah seorang guru, oleh karenanya ia sangat dihormati oleh tetangga-
tetangganya. Akan tetapi, statusnya seperti tidak memihak kepadanya,
keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan. Fatimah istrinya, harus
kesana kemari meminjam uang hanya untuk kebutuhan makan. Selain itu,
karena tidak dapat memberikan kepuasan batin kepada istrinya, keharmonisan
rumah tangga mereka perlahan berkurang.
Tak hanya itu, kehidupan Isa selalu dilanda ketakutan. Setiap hari, setiap
malam, dan setiap saat ia merasa was-was ketika mendengar serdadu-serdadu
Inggris menyerbu. Ketakutannya berawal ketika guru Isa sedang berjalan kaki
menuju sekolahnya yang ada di Tanah Abang, ia mendengar tembakan untuk
pertama kalinya di gang Jaksa.
Isa kemudian bergabung dengan sebuah organisasi pemberontakan. Ia
diajak oleh saah satu temannya yang bernama Hazil, yang sangat pintar
bermain biola. Isa dan Hazil bertugas untuk mengambil senjata dan bom
tangan yang disimpan di daerah Asam Reges, setelah itu disimpan di
Manggarai, kemudian di selundupkan ke Karawang. Meskipun Isa sangat
ketakutan, penyelundupan itu berjalan lancar.
Fatimah, istri Isa yang merasa tidak bahagia kemudian berselingkuh
dengan Hazil. Isa tahu akan hal itu, tetapi ia lebih memilih untuk diam.
Serdadu Inggris kemudian meninggalkan Indonesia setelah adanya perjanjian
Linggar Jati. Akan tetapi, kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang
mengenakan. Beberapa saat setelah kepergian serdadu Inggris, serdadu
Belanda kemudian datang kembali ke Indonesia.
Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru Isa, Hazil, dan
Rakhmat, temannya, merencanakan untuk menyerang serdadu Belanda
disebuah bioskop rex. Mereka melemparkan bom tangan ke depan pintu
masuk bioskop. Beberapa serdadu Belanda terluka akibat ledakan bom
tersebut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke tempat masing-masing dan
tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama.
Hazil di temukan keberadaannya oleh polisi militer, ia mengakui apa yang
telah ia perbuat dan menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak
lama kemudian Isa menyusul Hazil ditangkap polisi. Mereka berdua disiksa.
Karena mereka tetap tidak mau mengaku di mana Rakhmat bersembunyi.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Isa, adapula tokoh pendukung seperti
Fatimah istri Isa, Hazil dan Rahmat teman Isa.

4. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma Karya Idrus


a. Identitas Buku
Judul Buku : Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pengarang : Idrus
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1948
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 176 halaman
b. Sinopsis
Novel ini berisi sekumpulan cerita pendek yang tidak saling berhubungan
tetapi memiliki latar yang sama, yaitu masa perjuangan Indonesia ketika
pendudukan Jepang sampai kedatangan Sekutu. Berikut sinopsis dari judul
cerita yang terdapat pada buku ini:
1) Ave maria
Sebuah keluarga tengah duduk di depan teras rumah, mereka sedang
menunggu kedatangan seseorang. Terlihat seorang pemuda dengan baju jas
yang robek-robek, yang dibagian belakang hanya tertinggal benang-
benang saja. Sambil tertawa, adik memberi hormat pada Zulbahri yang
sudah lama ditunggunya. Zulbahri kemudian menceritakan kisah cintanya
ketika menikah dengan Wartini. Ia dan istrinya sudah 8 bulan mereka
menikah tetapi belum mempunyai keturunan. Namun, ternyata Wartini
menyukai pria lain yakni Syamsu, adik Zulbahri. Zulbahri yang
mengetahui bahwa mereka berdua saling mencintai, kemudian
menceraikan Wartini dan menjodohkannya dengan Syamsu. Zulbahri pergi
ke medan perang untuk membela nusa dan bangsa.

2) Kejahatan Membalas Dendam


Ishak adalah seorang penulis dan penerbit buku, ia yang memiliki
tunangan bernama Satilawati. Ayah Satilawati, Sukroso tidak menyetujui
hubungan mereka. Suksoro yang merupakan penulis kalot dan kritikus
yang terkenal kejam. Suksoro memanggil seorang wanita tua yang sangat
sakti untuk memisahkan hubungan Ishak dan Satilawati. Wanita itu adalah
nenek Satilawati yang tidak setuju atas permintaan Suksoro dengan alasan
Satilawati yang sangat mencintai Ishak. Ishak kemudian di beri obat gila
oleh temannya sendiri yaitu Kartili. Akhirnya, ia berhasil disembuhkan
oleh wanita tua, dan hubungan mereka disetujui oleh Suksoro. Kartili yang
sempat membuat Ishak gila, akhirnya menjadi gila.

3) Kota Harmoni
Trem penuh sesak dengan orang-orang dan bau keringat ditambah bau
terasi yang sungguh tidak sedap. Kemudian seorang nona Indo-Belanda
mengeluh dengan bau terasi dari seorang Tionghoa. Wanita Tionghoa
marah-marah pada nona Indo-Belanda. Didalam term penuh sesak orang-
orang yang berdesakkan bahkan sulit untuk menghirup udara segar.
Orang-orang akan merasa lega ketika orang-orang turun dan kembali
berdesakkan ketika orang-orang naik lagi. Seorang Belanda datang dengan
kuasanya menyuruh orang minggir untuk memberi jalan yang membuat
seorang anak muda yang terlihat jengkel Kondektur meminta karcis saat
tiba di Harmoni, dan banyak orang yang kini sudah mendapatkan tempat
duduk. Beberapa orang naik lewat jendela termasuk orang Belanda.
Orang Indonesia yang melihat itu menegur orang Belanda itu dan akhirnya
mereka beradu mulut. Hingga datang seorang kenpetai yang memarahi
orang Belanda itu, sedangkan orang Indonesia merasa senang.

4) Jawa Baru
Ketika bahan-bahan pokok sangat mahal, orang-orang Indonesia
hanya mendapatkan beberapa bagian sedangkan orang-orang Belanda
mendapatkan lebih banyak. Walaupun dijalanan banyak orang kelaparan
lalu mati. Tetapi pemerintah Belanda seolah tak peduli, Jawa Hokaido
mengadakan rapat tentang penambahan pasokan bahan-bahan pokok tanpa
melihat keadaan orang-orang Indonesia. Orang-orang Jawa hanya bersabar
dan menerimanya dengan lapang dada.

5) Pasar Malam Orang Jepang


Orang-orang berlomba-lomba datang ke pasar raya dengan bantuan
Sendenbu, Sendenbu akan selalu menarik. Mereka berdesakkan di loket
pembelian tiket. Pasar malam dengan tempat gelap disiapkan untuk
pengunjung dan tempat tersang, di rumah makan terdengar suara musik,
diruangan barisan propoganda terlihat ban kapal tempur yang sengaja
diperlihatkan serta baju bagor, di ruang rolet banyak orang duduk berjam-
jam tak ada yang ribut seperti Gandi yang sedang main rolet hingga
hampir menjual semua pakaiannya dan pada akhirnya ia pun kalah.
Beberapa hari kemudian ia gantung diri.

6) Sunyo
Kadir adalah seorang penjual kacang goreng. Namun, jualannya
tidak laku. Ia hanya mendengarkan radio umum tentang pecah sebagai
ratna, pengangkatan Sanyo. Datang seorang penjual es lilin dan Kadir pun
merasa sombong. Lalu datang seorang laki-laki yang ingin membeli
kacangnya sebesar 3 sen. Kadir bertanya tentang arti sanyo pada lelaki itu,
lelaki itu melempar kacang ke Kadir lalu pergi. Kadir masih memikirkan
tentang sanyo, lalu ia berfikir bahwa sanyo adalah tukang catut.
Ditanyalah seorang laki-laki yang hendak membeli kacang. “Apakah
sanyo adalah tukang catut?” mendengar hal itu laki-laki tadi marah dan
membawa Kadir ke kantor polisi.

7) Fujinkai
Nyonya sastra terlihat sangat sibuk, ia akan mengadakan rapat di
kampung. Nyonya Sastra membuka rapat dan berbicara sangat lama,
membuat anggota merasa bosan, bahkan ada yang pulang karena kesal.
Para anggota yang masih di ruang rapat marah akan sikap Nyoya Sastra,
yang bebicara sangat lama dan pada akhirnya hanya meminta sumbangan
dari para anggota.

8) Oh… Oh… Oh…


Kereta dari Sukabumi telah berangkat menuju Jakarta, orang-orang
di kelas 2 duduk dengan nyaman tidak seperti orang-orang di kelas 3 dan 4
yang harus berdesak-desakkan. Kereta berhendi di stasiun kecil dan
beberapa anak muda tak berpakaian masuk ke kereta, mereka memeriksa
orang-orang yang membawa beras lalu memukulinya dan mengambil
berasnya. Sebungkus beras tak diambil karena punya seorang agen polisi,
anak-anak muda itupun pergi. Agen polisi meminta beras pada perempuan
disampingnya agar berasnya aman sampai Jakarta. Setelah tiba di Jakarta
agen polisi tidak mengembalikan beras perempuan itu, perempuan itu pun
menangis.

9) Heiho
Kartono adalah pemuda yang rajin di kantornya, ia tetap semangat
walaupun gajinya kecil. Kartono idak pernah membolos dan juga tak
pernah mendapatkan penghargaan. Kartono kemudian mencalonkan
menjadi Heiho. Opas pos memberi selembar kertas yang menyatakan
dirinya lulus menjadi Heiho dan teman-temannya memberi selamat. Di
asrama Heiho, Kartono mendapatkan pakaian Heiho. Ia pulang dengan
wajah gembira dan sesampainya di rumah Kartono menyampaikan pada
istrinya, Martini pun melepas suaminya untuk menjadi Heiho.

10) Sebuah Kisah Celana Pendek


Ketika Pearl Harbour diserang Jepang, saat itu Kusno merasa
senang karena mendapatkan celana kapar 1001 dari sang ayah. Kusno buta
akan politik, setelah mendapatkan celana baru Kusno melamar pekerjaan
dimana-mana. Pada akhirnya Kusno menjadi Opas pos yang digaji 10 sen
perbulan. Lama-lama celananya rusak dan ia berhenti kerja karena gaji
yang kecil. Kusno hidup dalam kelaparan dan ia berpikir kenapa selalu ada
perang.

11) Surabaya
Orang Indo-Belanda memasang bendera merah putih biru di hotel
Yamato dengan berani. Orang-orang Indonesia terkejut, lalu seorang
pemuda naik keatas tiang bendera dan merobek kain biru dari bendera itu.
Kemudian orang-orang Indo-Belanda menembaki orang-orang.
Pertempuran di Jakarta membara, orang-orang harus menyerahkan
senjatanya pada sekutu. Tetapi mereka tidak mau, akhirnya api membakar
gedung-gedung dan jiwa bangsa Indonesia. Jalan-jalan diluar kota penuh
dengan manusia, kebanyakan wanita, mereka berjalan sempoyongan.

12) Jalan Lain ke Roma


Open adalah seorang guru yang selalu direndahkan dan dihina oleh
teman-teman dan para murid-muridnya. Ia dikeluarkan dari sekolah
tempatnya mengajar karena memukul siswa yang menghinanya. Ia
menjadi berubah setelah ia membeli Al-Quran terjemahan Moh. Yunus,
dan menjadi seorang guru ngaji anak-anak. Open mengajar seorang anak
dari Jawa yang sulit mengatakan kata baqa, Open memukul anak itu. Ibu
Open ingin mempertemukan Open dengan Surtiah, tetapi Open
menolaknya karena malu. Ibu Open tidak peduli, akhirnya Open tetap
dikenalkan pada Surtiah. Lalu mereka menikah dan mereka tinggal di
Kota. Disana Open menjadi seorang penulis terkenal.
c. Tokoh
1. Tokoh cerita Ave Maria adalah Zulbahri, Adik, Wartini, dan Syamsu.
2. Tokoh cerita Kejahatan Membalas Dendam adalah Ishak, Satilawati,
Sukroso, Kartili, dan Wanita tua.
3. Tokoh Cerit Kota Harmoni adalah Nona Belanda, Wanita Tionghoa, orang
Belanda, Kondektur Trem, dan orang Indonesia.
4. Tokoh cerita Jawa Baru adalah orang-orang Indonesia, orang-orang
Belanda, Jawa Hokaido atau orang-orang Jawa.
5. Tokoh cerita Pasar Malam orang Jepang adalah Sendebu
6. Tokoh cerita Sunyo adalah Kadir, Penjual es lilin, Pembeli kacang.
7. Tokoh cerita Fujinkai adalah Nyonya sastra dan Anggota rapat.
8. Tokoh cerita Oh… Oh… Oh… adalah Anak muda, Agen Polisi, dan
seorang perempuan.
9. Tokoh cerita Heiho adalah Kartono dan Martini.
10. Tokoh cerita Sebuah Kisah Celana Pendek adalah Kusno
11. Tokoh cerita Surabaya adalah orang Indo-Belanda, seorang pemuda, dan
orang-orang Indonesia.
12. Tokoh cerita Jalan Lain ke Roma adalah Open, Ibu Open, dan Surtiah.

5. Keluarga Gerilya Karya Pramoedya Ananta Toer


a. Identitas Buku
Judul Buku : Keluarga Gerilya
Penulis : Pramoedya
Ananta Toer
Penerbit : Penerbit
Pembangunan Djakarta
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1950
Jumlah Halaman : 239 halaman

b. Sinopsis
Amilah, seorang wanita tua berusia 41 tahun, selalu menanti kedatangan
Sa’aman, anaknya yang ditangkap oleh polis Militer. Sa’aman adalah anak
kesayangan Amilah, dia menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja
sebagai tukang beca, Sa’aman mampu menghidupi ibu dan adik-adiknya.
Ketika Sa’aman ditangkap, kehidupan keluarganya berubah, Amilah menjadi
hilang akal dan adik-adiknya kehilangan tempat bergantung.
Salamah, seorang gadis berusia 19 tahun terpaksa menggantikan peran
Sa’aman , membantu adik-adiknya dengan mengharap belas kasihan dari
tunangannya, Darsono. Suatu hari Salamah meminta izin pada Amilah untuk
bekerja bersama adiknya, Patimah, agar dapat menghidupi keluarganya.
Dengan kasar, Amilah menolak.
Salamah teringat ketika kakaknya ditangkap, hari itu Sa’maan baru pulang
bekerja. Sa’aman membantu adik-adiknya mengerjakan tugas sekolah dan
memberi nasihat dan tiba-tiba ada ketukan di pintu. Ketika pintu terbuka,
sekelompok polis militer masuk, menangkap Sa’aman dan menanyakan
saudara gerilya lain, Canimin dan Kartiman. Setelah teringat pada kejadian
yang malang ini, Salamah pun tertidur.
Pada waktu yang sama, Kartiman dengan Canimin ingin membalas
dendam terhadap Belanda karena ayahnya mati tertembak oleh mereka.
Hingga ketika menjelang fajar, Canimin mendapat informasi bahwa akan ada
konvoi NICA yang datang. Canimin membuat rancangan untuk menyerang
konvoi ini, dan menyiapkan perajurit – perajuritnya. Serangan ini berhasil,
tetapi Kartiman terkena peluru. Sebelum Kartiman meninggal, dia memohon
abangnya untuk menjaga isterinya dan adik-adik mereka.
Di Jakarta, Amilah masih selalu menanti Sa’aman sambil membayangkan
kekasih pertamanya, Benni, seorang Manado. Sarsan Kasdan memberi pesan
bahwa Sa’aman akan dibebaskan pada siang hari pukul dua. Amilah tidak
mempercayainya, tetapi setelah diancam oleh Sarsan Kasdan akhirnya Amilah
terdiam. Amilah disuruh mengirimkan Salamah atau Patimah untuk
menjemput Sa’aman di tempat tahanan pada pukul dua petang.
Amilah curiga lalu mengusir Sarsan Kasdan tetapi segera menyesal dan
berlari ke jalan, memanggil Sarsan Kasdan seperti orang gila. Di sisi lain
Hadijah, seorang teman yang ingin mengantar Salamah dan Patimah bekerja
datang. Namun, atas rasa bertanggungjawab kepada adik-adik yang lain,
hanya Patimah yang diizinkan bekerja.
Setelah Hadijah dan Patimah berangkat, Salamah berusaha untuk
membantu adik perempuannya Salami mengerjakan tugas sekolah. Namun,
Kegiatan itu terhenti kerana ada tukang loak membawa adiknya yang terakhir,
Hasan. Hasan telah merusak sebuah wekker dan dia diminta untuk membayar
ganti rugi sebanyak lima belas rupiah. Namun, setelah melihat keadaan
keluarga dan mengetahui bahwa abang-abang Hasan berjuang untuk
kemerdekaan, tukang loak itu merasa kasihan dan memberi mereka uang
sepuluh rupiah untuk membeli beras.
c. Tokoh
Tokoh utama dari cerita ini adalah Sa’aman, adapula Salamah adiknya,
Amilah Ibunya. Ada beberapa tokoh lain seperti Kartiman dan Caminim,
Patimah, Hadijah, Hasan, Sarsan Kasdan dan tukang loak.
4. Angkatan Sastra Periode ’66

A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’66


Penamaan angkatan ‘66 dalam bidang kesusastraan diberikan oleh H.B.Jassin,
memperkuat pendapatnya, bahwa pada sekitar 1966, di dalam kesusastraan Indonesia telah
lahir sebuah generasi kesusastraan. Istilah angkatan ’66 sebenarnya diilhami oleh peristiwa
politik : kebangkitan generasi muda yang dipelopori oleh KAMI-KAPPI dalam
menumbangkan Orde Lama, beberapa bulan setelah meletusnya kudeta G-30S/PKI yang
gagal itu. Kebanyakan mereka adalah aktivis Orde Baru. Kelompok itu berjuang membela
kebenaran dan keadlan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, meruntuhkan kediktatoran
dan penyelewengan-penyelewengan politis yang menjurus ke komunisme.
Angkatan ’66 adalah istilah polotik. H.B. Jassin menransfernya kedalam dunia sastra
sehingga menjadi satu istilah sastra karena ia melihat adanya kaitan yang sangat erat antara
sastra dan perjuangan politik, sedangkan para sastrawan yang dimaksudkan berada di
bawah kubu angkatan ’66 memang ikut ambil bagian di dalam perjuangan tersebut, baik
secara langsung seperti yang dilakukan oleh Taufik Ismail, Sanditias, Slamet Sukirmanto,
Bur Rawanto maupun lewat karya sastra Orde Baru.
Para sastrawan angkatan ’66 telah berjuang dengan ide-ide keadilan dan kebenaran,
dengan tegas mendobrak kezoliman dan kemelut politik serta resesi ekonomi yang waktu
itu tengah melanda. Seiring berjalannya waktu PKI menghilang, dengan hilangnya PKI dan
Lekranya (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dari dunia politik kebudayaan para pengarang
yang pada 1964 lenyap dari peredaran mulai aktif menulis lagi. Terjadi pertentangan
pendapat antara Ajip Rosidi dan H.B Jassin dikarenakan Ajip Rosidi memproklamasikan
Angkatan Terbaru pada tahun 1950 sedangkan H.B Jassin menganggap bahwa sebutan
Angkatan ’66 lebih tepat.
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa sejarah awal pertumbuhan sastra Indonesia, para
pengarang sudah menunjukkan perhatian yang cukup serius terhadap dunia politik. Nama
angkatan 66 pertama kali digunakan oleh H.B.Jassin. dalam angkatan 66:Prosa dan Puisi.
Dalam buku ini pertama kali H.B.Jassin menyampaikan penolakannya terhadap angkatan
50 dengan mengutip pernyataan Ajip Rosidi dalam Simposium Sastra Pekan Kesenian
Mahasiswa di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1960.
H.B.Jassin mengkritisi semua konsepsi-konsepsi angkatan 50 dan angkatan terbarunya
Ajip Rosidi dengan nada emosional dan keras. Alasan utama penafsiran angkatan 50 dan
angkatan terbaru adasah kedekatn massa dengan angkatan sebelumnya yaitu angkatan 45
sehingga tidak ada konsep yang berlainan dengan angkatan sebelumnya tersebut (Jassin,
2013: 17-8). Sebelum munculnya nama sastra angkatan 66, WS Rendra dan kawan-
kawannya dari Yogya pernah mengumumkan nama sastra angkatan 50 pada akhir 1953.
Nama ini tidak popular dan kemudian dilupakan orang. Secara politis lahirnya angkatan ini
dilatarbelakangi oleh pergolakan politik dalam masyarakat dan penyelewengan-
penyelewengan pemimpin-pemimpin Negara yang tidak memiliki moral, agama, dan rasa
keadilan demi kepentingan pribadi dan golongan. Penyelewengan tersebut antara lain
pelanggaran terhadap Pancasila sebagai dasar Negara dan UUD 45 dengan memasukkan
komunis sebagai sebuah nilai keindonesiaan yang tentu saja melanggar sila pertama. Selain
itu, pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup tidak sesuai dengan prinsip
demokrasi. Hal-hal tersebut membuat Negara menjadi semakin terpuruk dan rakyat
menderita.
Akhirnya, dengan semangat kebangkitan, angkatan 66 masyarakat menolak kebudayaan
di dominasi oleh politik. Perlawanan ini dilakukan oleh semua kalangan yang diawali oleh
gerakan mahasiswa, selain pemberontakan-pemberontakan di daerah-daerah seluruh
Indonesia. Peristiwa politik tersebut berimplikasi pada paham sastra yang berkembangpada
masa tersebut. Terdapat dua kelompok, yaitu golongan penulis yang terkumpul dalam lekra
dan para seniman penandatangan manifest kebudayaan. Selain itu, terdapat sastrawan yang
tidak terkumpul pada keduanya yang tetap pada posisi netral. Lekra, mulanya bukan
lembaga budaya PKI. Menjadi salah satu media dalam metode penyerangan terhadap
berbagai bidang PKI yang agresif.
Serangan dilakukan pada orang-orang yang tidak bersedia mendukung PKI. Salah satu
tokoh yang diserang adalah Hamka. Maka pada awal Agustus 1963 di Bogor dan di Jakarta
diadakan pertemuan-pertemuan antara tokoh budaya, pengarang dan seniman lainnya untuk
membahas manifest kebudayaan.
Manifest kebudayaan adalah perlawanan-perlawanan yang dilakukan para budayawan
dan sastrawan akibat tekanan yang bertambah besar dari pihak komunis dan pemimpin
bangsa yang mau menyelewengkan negara. Hasil rumusan itu dibawa kedalam siding
lengkap pada tanggan 24 Agustus 1963. Selaku pimpinan sidang Gunawan Muhamad dan
sekretarisnya. Bokor Hutasuhut siding memutuskan naskah manifest kebudayaan yang
bunyinya sebagai berikut:
1) Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah
Manifes Kebudayaan yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik Kabudayaan
Nasional kami.
2) Bagi kami kebudayaan adalah perjuangan untuk menyempurnakan kondisi hidup
manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sector kebudayaan di atas sector
kebudayaan yang lain. stiap sector berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai
dengan kodratnya.
3) Dalam melaksanakan kebudayaan nasional kami berusaha menciptakan dengan
kesungguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan
mengembangkan martabat dari kami sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah
masyarakat bangsa-bangsa.
4) Pancasila dalah falsafah kebudayaan kami.Manifest kebudayaan ini pertama kali
dipublikasikan dalam surat kabar Berita Republik (Jakarta). Manifest tersebut
ditandatangani pada 17 Agustus 1963 oleh beberapa pengarang antar lain H.B.Jassin,
Zain, Trisno, Sumardjo, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasuhut, Wiratmo Soekito, dan
Soe hok djin.
Pasca diumumkan, manifest tersebut didukung oleh seniman-seniman di daerah.
Namun, Lekra tidak tinggal diam. Dengan menggunakan pengaruh dalam pemerintahan
dan semua media yang telah dikuasai oleh mereka, mereka menyerang manifest
kebudayaan dan orang-orang yang menandatanganinya.
Soekarno menyatakan bahwa manifest kebudayaan dilarang. Penandatanganan
manifest tersebut diusir dari tiap kegiatan, ditutup segala kemungkinan untuk
mengumumkan karya-karyanya, bahkan yang menjadi pegawai pemerintah dipecat dari
pekerjaannya. Terbitan yang menjadi tempat menulis dituntut untuk ditutup. Salah
satunya majalah Sastra yang didirikan H.B.Jassin. Angkatan 66 dalam sastra Indonesia
mencakup kurun waktu tahun 1963-1970-an. Disamping itu, karya tahun 1966 ini tidak
hanya bercirikan protes sosial, politik, ekonomi melainkan juga bercirikan agama. Hal
ini dimaksud pengarang untuk membedakan dirinya dari pengarang lekra yang
cenderung ateis.
B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Angkatan Sastra Periode ’66
1. Ciri Khas Karya Angkatan Sastra Periode ’66
Ciri-ciri sastra angkatan 66 dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Kelompok sastra 60 sampai dengan 66
Merupakan masa kejayaan sastrawan Lekra yang bernaung di bawah panji-panji
PKI. Sastrawan yang bersebrangan dengan PKI dapat dikatakan kurang berkembang,
apalagi manifest kebudayaan yang menjadi konsepsinya dicekal dan dilarang
pemerintah.
2) Kelompok sastra tahun 66 sampai dengan 70-an.
Masa ini didominasi oleh karya-karya yang berisi protes terhadap pemerintah. Dari
segi isi, konsepsinya adalah pancasila dan UUD 45. Dari protes sosial, ekonomi, dan
politik yang dikemukakan dengan berapi-api dan retorikanyasangat kuat beralih
kecurahan hati dan perasaan lega pengarang yangsekian tahun tertindas. Pada akhirnya
tema-tema agama menjadi warnanya.

Ciri-ciri lain sastra angkatan 66 disebutkan sebagai berikut:


1) Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
2) Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
3) Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian
yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
4) Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik
pemerintahan lebih banyak mengemuka.
5) Banyak terdapat penggunaan gayaretorik dan slogan dalam puisi.
6) Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang
banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.

2. Pengarang Angkatan Sastra Periode ’66


 Taufik Ismail. Karangannya: Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng,
Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, dll.
 Sutardji Calzoum Bachri. Karangannya: O, Amuk, Kapak, dll.
 Abdul Hadi WM. Karangannya: Meditasi (1976), Potret Panjang Seorang
Pengunjung Pantai Sanur (1975), dll.
 Sapardi Djoko Damono. Karangannya: Dukamu Abadi (1969)
 Goenawan Mohamad. Karangannya: Parikesit (1969), Interlude (1971), dll.
 Umar Kayam. Karangannya: Seribu Kunang-kunang di Manhattan.
 Nasjah Djamin. Karangannya: Hilanglah si Anak Hilang (1963), Gairah untuk Hidup
dan untuk Mati (1968), dll.
 Putu Wijaya. Karangannya: Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1973),
Stasiun (1977), dll.
 Iwan Simatupang. Karangannya: Ziarah (1968), Merahnya Merah (1968), dll.
 M.A Salmoen. Karangannya: Masa Bergolak (1968)
 Kuntowijoyo. Karangannya: Khotbah di Atas Bukit (1976)
 Leon Agusta. Karangannya: Monumen Safari (1966), Catatan Putih (1975), dll.

C. Prosa Angkatan Sastra Periode ’66


1. Ziarah Karya Iwan Simatupang
a. Identitas Buku
Judul Buku : Ziarah
Pengarang : Iwan Simatupang
Penerbit : Djambatan
Tahun Terbit : 1969
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 148 halaman

b. Sinopsis
Di sebuah negeri yang bernama Kotapraja, terdapat seorang pelukis yang, suatu
ketika lukisannya banyak dikagumi dan ia memperoleh banyak uang, ia malah
mencoba untuk bunuh diri karena merasa bingung. Pelukis mencoba bunuh diri
dengan melompat dari lantai hotel dan ketika terjun dia menimpa seorang gadis
cantik. Tanpa diduga si pelukis langsung mengadakan hubungan jasmani dengan si
gadis di atas jalan raya. Hal ini membuat orang-orang histeris dan akhirnya mereka
ditangkap oleh polisi dan dinikahkan.
Kehidupan bahagianya bersama sang istri hilang begitu saja saat dia tahu bahwa
istrinya mati, pelukis pun langsung pergi ke kantor sipil untuk mengurusi penguburan
istrinya tetapi tak ada tanggapan positif dari pengusaha penguburan. Itu terjadi
karena pelukis tak tahu apa-apa tentang istrinya. Yang dia tahu hanyalah
kecintaannya pada istrinya. Sehingga mayat istrinya terkatung-katung karena tak
memiliki surat penguburan yang sah.
Akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali perbuatannya dan dengan
keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis dikuburkan. Pelukis tidak
menyaksikan proses penguburan istrinya. Saat kembali ke gubuknya, dia melihat
wanita tua yang ternyata adalah ibu kandung dari istrinya. Ibu istrinya bercerita
panjang tentang masa lalunya yang suram. Dan sesaat kemudian pelukis
memandangi keadaan sekitar yang penuh karangan bunga, membuang bunga-bunga
tersebut ke laut kemudian membakar gubuknya sampai habis. Beberapa bunga yang
masih tersisa ia bawa ke kuburan istrinya. Ia titipkan karangan bunga pada centeng
perkuburan.
Ziarah tanpa melihat makam istrinya. Setelah itu hidup pelukis semakin tak tentu
arah. Ia seolah tak pernah percaya bahwa istrinya telah mati. Pagi harinya hanya
digunakan untuk menunggu istrinya di tikungan entah tikungan mana dan malam
harinya di tuangkan arak ke perutnya, memanggil Tuhannya, meneriakkan nama
istrinya, menangis dan kemudian tertawa keras-keras.
Hingga akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta dia mengapur tembok
perkuburan Kotapraja yang sebelumnya telah berbekas pamplet-pamplet polisi
bahwa dia dicari. Pelukis menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja
mengapur tembok perkuburan Kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya,
sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya. Pekerjaan baru
Pelukis ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh
negeri geger. Hingga Walikota akan memberhentikan opseter perkuburan. Tetapi
ketika mengantar surat pemberhentian kerja itu, Walikota malah mati sendiri karena
kata-kata opseter tentang proporsi.
Sebelumnya juga pernah terjadi kekacauan karena opseter pekuburan memakai
rasionalisme dalam kerjanya dan hanya memberi instruksi kerja pada selembar kertas
pada pegawainya. Pelukis kemudian ingin berhenti bekerja. Opseter kebingungan
tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu maksud opseter memperkerjakannya.
Bahwa selain untuk kepentingan opseter sendiri, opseter ingin pelukis dapat selalu
berziarah ke kuburan istrinya. Keesokan harinya opseter ditemukan gantung diri.
Berita kematian itu tersebar, tetapi hanya sedikit sekali empati dari pegawai-pegawai
pekuburan. Penguburan opseter berlangsung cepat. Setelah penguburan, pelukis
bertemu maha guru dari opseter yang kemudian menceritakan riwayat opseter. Pada
akhirnya pelukis pergi ke balai kota untuk melamar menjadi opseter pekuburan agar
ia dapat terus-menerus berziarah pada mayat-mayat manusia terutama pada mayat
istrinya
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah si Pelukis, Istri pelukis, Opester pekuburan, pengusaha
pekuburan, ibu istri pelukis, polisi dan walikota.

2. Merahnya Merah Karya Iwan Simatupang


a. Identitas Buku
Judul : Merahnya Merah
Pengarang : Iwan Simatupang
Penerbit : PT Djambatan
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1968
Tebal Buku : 167 halaman

b. Sinopsis
Tokoh Kita adalah seorang calon rahib. Pada masa revolisi, dia adalah seorang
komandan kompi. Di akhir revolusi, dia menjadi algojo pemancung kepala para
penjahat dan pengkhianat-pengkhianat. Kemudian dia masuk rumah sakit jiwa.
Kini Tokoh Kita menjadi gelandangan, ketika revolusi bersenjata dulu dia tahan tak
makan berminggu-minggu lamannya. Namun, pada masa modern dengan kebisingan
lalu lintas dan keriuhan manusia membuatnya tidak sanggup menahan rasa lapar
hingga akhirnya jatuh sakit.
Luka di pergelangan kakinya membuat ia tak kuat berjalan. Luka itu terjadi ketika
ia mengantarkan Fifi ke perkampungan kaum gelandangan. Fifi adalah seorang gadis
berusia 14 tahun, ia menjadi yatim piatu dan tidak punya tempat tinggal karena
keserakahan sekelompok orang-orang kejam. Hingga akhirnya sekarang Fifi terpaksa
menjadi seorang pelacur untuk bertahan hidup, namun tak berselang ia terkena razia.
Setelah keluar dari kantor polisi Fifi di tolong oleh Tokoh Kita dan dibawa ke Maria.
Maria adalah seorang penolong bagi Tokoh Kita, ia sangat perhatian terhadap
Tokoh kita. Walaupun terkesan galak tetapi Maria sebenarnya berhati baik,dalam
komunitas kaum gelandangan dia dianggap sebagai sebagai ibu dari sekian para
wanita di komunitas itu. Maria selalu bersedia menolong orang-orang yang berada
dalam kesusahan.
Dulu Maria bercita-cita menjadi seorang perawat. Namun, karena takut dengan
darah cita-citanya dia tanam dalam hati. Kemudian Maria bekerja sebagai pelayan
sebuah restoran Katolik. Akan tetapi, di restoran ini dia mengalami nasib sial, dia
diperkosa oleh seseorang yang tak dikenal. Akhirnya, seminggu setelah kejadian itu,
dia keluar dari restoranvsetelah menyaksikan seorang pastor bunuh diri.
Pada awalnya Maria tidak menyukai keberadaan Fifi dan tidak bersedia tidur
bersamannya. Namun karena dia terus didesak oleh Tokoh Kita dan Maria tidak bisa
melawan Tokoh Kita, karena ia memiliki perasaan khusus terhadanya. Akhirnya
Maria mau menerima Fifi. Kedekatan Tokoh Kita dan Fifi membuat hubungan Maria
dengan Tokoh Kita menjadi kurang harmonis padahal sebelumnya mereka sangat
mesra. Maria sangat dilemma dan cemburu.
Hingga suatu hari Fifi hilang dari lingkungan mereka. Upaya pencarian pun
dilakukan, Para anggota gelandangan dikerahkan mencari Fifi ke seluruh kota, tapi
mereka selalu pulang dengan keadaan nihil dan putus asa. Pak Centeng merupakan
orang yang paling kecewa tiap kali pulang dari mencari Fifi, ia merasa malu karena
dia jagoan yang terbilang paling disegani di seluruh kota dan sekitarnnya, untuk
pertama kalinya ia mengalami kegagalan.
Sudah satu bulan lebih Fifi tidak juga ditemukan. Telah sebulan lebih pula Tokoh
Kita tidak datang ke perkampungan gelandangan lagi. Tokoh Kita yang menghilang
secara tiba-tiba membuat Pak Centang merasa sedih dan bingung. Kedua kalinya
dalam hidupnya dia mengalami kegagalan.
Kemudian Maria juga tiba-tiba menghilang. Sebulan berlalu. Maria tidak juga
nampak batang hidungnya di perkampungan gelandangan itu. Para penghuni
kampung benar-benar riuh. Karena menghilangnya Maria dan Tokoh Kita sangat
berpengaruh terhadap hidup mereka, mereka benar-benar cemas.
Maria, adalah guru di perkampungan mereka. Tanpa Maria, perkampungan itu
kehilangan tumpuannya. Akhirnya Pak Centeng pun menyerahkan pencarian Maria
pada polisi. Hingga tiba-tiba Tokoh Kita kembali ke perkampungan. Namun ia
kembali seorang diri, tanpa Fifi atau Maria. Pak centeng beserta warga nampak benci
pada Tokoh Kita. Puluhan pertanyaan pun di lontarkan menyerbu di Tokoh Kita.
Semua mempertanyakan dimana Fifi dan Maria. Tokoh Kita menceritakan apa
sebenarnya telah terjadi.  Tentang cinta Fifi padannya. Tentang cinta Maria padanya.
Ternyata selama ini Fifi tidaklah menghilang, melainkan mati dibunuh Maria karena
ia merasa cemburu pada Fifi. Maria sendiri sekarang telah masuk biara, mencoba
mengakui dosa-dosanya pada Tuhan.
Mendengar penjelasan Tokoh Kita membuat Pak Centeng marah. Pak Centeng
mengambil goloknya dan mengarahkannya pada Tokoh Kita. Polisi di belakang Pak
Centeng mengacungkan pistolnya lurus ke arah kepalannya. Pak Centengkemudian
memenggal kepala Tokoh kita dengan goloknya, hingga Polisi pun terpaksa
mengambil tindakan dengan menembak kepala Pak Centeng. Tokoh Kita dan Pak
Centeng dikuburkan dengan upacara militer yang dihadiri sejumlah pejabat tinggi
negara.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Tokoh Kita, Maria, dan Fifi. Adapula tokoh
pendukung seperti Pak Centeng, penghuni perkampungan gelandangan, dan Polisi.
3. Gairah Untuk Hidup dan Mati Karya Nasjah Djamin
a. Identitas Buku
Judul : Gairah Untuk Hidup dan Untuk
Mati
Penulis : Nasjah Djamin
Penerbit : Pustaka Jaya
Tahun terbit : 1968
Tebal Buku :277 Halaman

b. Sinopsis
Taribu Sang atau Talib adalah seorang mahasiswa Jepang yang berasal dari
Indonesia. Peristiwa bunuh diri di Jepang memang sudah tidak asing lagi bagi
Taribu. Namun, Berita bunuh diri ganda yang melibatkan seorang perempuan Jepang
dan pengusaha asal Singapura, membuat ia sangat penasaran. Bersamaan dengan itu,
teman satu pondoknya Shimada Sang tiba-tiba menghilang.
Setelah hampir tiga bulan menghilang Shimada akhirnya kembali, ternyata kasus
bunuh diri ganda bersama pengusaha singapura itu adalah kakak perempuan
Shimada, Yuko Chiang. Shimada kemudian menceritakan kisah kakaknya itu. Kisah
Fuyuko ditulis dalam sebuah surat panjang dan surat itulah inti dari cerita novel ini.
Yuko Chiang atau Fuyuko adalah gadis yang sangat cantik. Ia bekerja di sebuah cafe
kecil untuk menghidupi dirinya dan membantu biaya kuliah Shimada Sang. Fuyuko
adalah anak-anak Jepang yang tumbuh setelah Perang Dunia II, pasca bom atom
yang meluluhlantakkan Jepang. Ayah mereka. yang menjadi serdadu Jepang, mati di
Indonesia.
Fuyuko yang jatuh dalam genggaman Hasan, merelakan dirinya. Tapi
hubungannya tidak didukung oleh Shimada. Karena ia melihat kejadian itu mirip
dengan kejadian yang menimpa ibunya dulu yang membuat ibunya merasa
kehilangan harga diri dan memutuskan untuk bunuh diri.
Ternyata Hasan telah memiliki seorang istri dan dua orang anak di Singapura.
Fuyuko merasa dikhianati. Kemudian ia melarikan diri ke pacingko yakni tempat
berjudi, hingga pergi ke klub malam. Di klub malam ia bertemu dengan Fukuda,
mereka pun melakukan sebuah hubungan yang tak seharusnya.
Kemudian di tempat pacingko ia bertemu dengan Yun, seorang mahasiswa miskin
dengan sifat yang sinis. Yun berpura-pura mengharapkan belas kasih Fuyuko, ia
hanya ingin menggagahi Fuyuko karena perempuan itu membangkitkan
kebenciannya terhadap kalangan kelas atas yang tercerminkan dari sosok Fuyuko,
yang saat itu berdandan mewah karena barang-barang pembelian Hasan. Setelah
kejadian itu Fuyuko memaafkan perbuatan Yun, dan memaklumi tindakannya karena
ia tahu bahwa Yun tengah mengalami masa yang sulit. Yun merasa bersalah dan
jatuh hati pada Fuyuko, lalu ia memutuskan untuk bunuh diri karena merasa
hidupnya sudah tidak layak dijalani.
Pertemuannya Fuyuko dengan Fukuda berlanjut pada sebuah liburan ke Atami. Di
Atami, ia bersedia menjadi model lukisan Fukuda, pada liburan itu pula ia
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, seperti yang ditulis dalam surat panjang
yang ia mulai tulis sejak mengetahui kebenaran Hasan telah beristri dan beranak.
Perasaannya yang masih mencintai Hasan membuatnya memutuskan kembali
pada Hasan karena mengetahui pujaan hatinya itu tengah sakit. Kembalinya Fuyuko
kepada Hasan tidak memperbaiki hubungan mereka berdua. Hasan terbakar api
cemburu dan pertengkaran keduanya tidak terhindarkan. Di tengah percecokan yang
terjadi, Hasan menubruk Fuyoko yang saat menggenggam pisau dapur untuk
menyiapkan makan malam. Karena kaget ,Hasan tertusuk dan mati.
Kasus itu kemudian membuat geger Jepang, dan menjadi bahan pembicaraan
banyak orang. Istri Hasan menuntut Fuyuko untuk dihukum seumur hidup tetapi
karena pembelaan massa, Fuyuko hanya dijatuhi tujuh tahun penjara. Kawan
lamanya, Masako pun ikut serta dalam pembelaan kasus itu lewat tulisan di media
massa.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Fuyuko atau Yuko Chiang, Taribun, Shimada, Hasan,
Fukuda, Yun dan Masako Chiang.

4. Masa Bergolak M. A. Salmoen


a. Identitas Buku
Judul               : Masa Bergolak
Penulis             : M. A. Salmoen
Penerbit           : Balai Pustaka
Tahun Terbit       : 1968
Tebal buku : 194 halaman

b. Sinopsis
Mulyadi merupakan seorang insinyur teknik yang pernah bekerja sebagai pengawas
bangunan dan pabrik di Kota Bandung. Ia adalah tentara dengan pangkat sersan
mayor. Ketika bertempur melawan Belanda, ia menderita luka di pahanya. Setelah
sembuh dari luka, Ia berhasil menyelamatkan seorang gadis bernama Mintarsih, yang
merupakan intel Republik. Melalui informasi yang diberikan gadis itu ia tahu bahwa
ayahnya telah diculik gerombolan orang yang menggunakan kendaraan Pontiac
hitam.
Kemudian Mulyadi memutuskan tinggal di Bogor bersama dengan ibunya, ia pergi
dengan menyamar sebagai setoker di kereta api berkat bantuan Mintarsih. Sebelum
berangkat ke Bogor, Mulyadi ikut serta dalam penyerbuan ke Hotel Savoy Homann
tempat perwira Inggris. Selama menjadi setoker, Ia mengetahui tentang kerja sama
sekelompok pekerja Kereta Api dalam bekerja mendukung kepentingan Republik.
Mulai dari penggagalan pengiriman senjata hingga menyelundupkan tentara republik.
Selama di Bogor, Mulyadi tinggal di rumah kakeknya. Dalam penyelidikan untuk
mencari gerombolan penculik ayahnya, ia berjumpa dengan Barnas, intelejen yang
menyamar sebagai tukang loak. Mereka kemudian sepakat untuk mencari
gerombolan tersebut. Kemudian Mulyadi kembali ke Bandung dan bergabung
dengan kesatuannya pada Maret 1946. Bersama dengan pasukannya, ia melakukan
sabotase untuk merugikan Belanda. Selain itu ia juga berhasil membrantas
Gerombolan Arjalin, gerombolan yang selalu memeras rakyat atas nama perjuangan.
Pada April 1946 ia ditugaskan untuk membebaskan tawanan di Tanjung. Ia diberi
tahu bahwa ayahnya juga ditawan ditempat itu. Setelah tim terbentuk ia berangkat ke
Bogor menghadap komandan Divisi III. Selanjutnya ia melakukan penyerbuan dan
berjalan gemilang. Para tawanan termasuk ayah Mulyadi-Rade Waluya.
Pertempuran Mulyadi masih terus berlanjut. Ia dan anak buahnya masih harus
menangkap gerombolan Amat Sengkek. Pengejaran terhadap gerombolan ini sangat
sengit. Mulyadi dan pasukanya meyerbu ke sarang Ahmad  Sengkek di
Ranjamandala. Dengan bantuan lurah dan rakyat setempat ia berhasil menumpas
gerombolan itu. Selanjutnya, Mintarsih dan Mulyadi kembali ke Bandung untuk
melanjutkan perjuangan kemerdekaan.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Mulyadi, tokoh pendukungnya Mintarsih,
Barnas, Raden waluya dan para anak buah Mulyadi

5. Hilanglah Si Anak Hilang Karya Nasjah Djamin


a. Identitas Buku
Judul Buku : Hilang Si Anak Hilang
Pengarang : Nasjah Djamin
Penerbit : Nusantara
Tahun Terbit : 1963
Kota Terbit : Bukittinggi
Tebal buku : 130 halaman

b. Sinopsis
Kuning adalah seorang anak bungsu dari keluarga yang menganut adat dan taat
beragama. Centhani atau Ani, kakak perempuannya, sangat menyayangi Kuning. Di
tempat tinggalnya, ia selalu dihormati warga kampung, karena dialah yang mengajar
anak-anak mereka mengaji dan sembahyang. Namun, Kuning pergi merantau ke
Yogyakarta sebagai seniman meninggalkan saudara-saudaranya. Kepulangan Kuning
kali ini memang sangat diharapkan oleh keluarganya. Udin, kakaknya,
menelegramnya untuk segera pulang.
Ibunya Kuning ingin menjodohkannya dengan Meinar, seorang gadis yang juga
didikan Ani. Ketika pulang, orang yang pertama kali ditemuinya adalah Utih,
pamannya. Lalu, tak berapa lama kemudian, Kuning bertemu dengan ibunya. Ketika
tengah malam, abangnya, Akbar, yang bekerja di percetakan, tiba. Besoknya, Kuning
bertemu dengan Ani. Semua saudaranya mempunyai tujuan yang sama yaitu
menikahkan Kuning.
Namun, Kuning menolak keinginan mereka. Akbar sangat tersinggung meliht
sikap adiknya malam itu. Karena, selama ini ia mengetahui cara hidup Kuning yang
bebas tanpa menginginkan adanya suatu ikatan, seperti hubungannya dengan Marni.
Kuning dan Marni hidup tanpa melalui ikatan yang sah. Ani juga sangat tak senang
mengetahui cara hidup adiknya yang dianggap melakukan dosa. Itulah sebabnya, Ani
ingin meluruskan jalan hidup adiknya.
Ani berharap jika Kuning menikah dengan Meinar cara hidup Kuning dapat
berubah. Akan tetapi, Kuning tetap pada pendiriannya. Akhirnya, perselisihan pun
terjadi dalam keluarga itu. Kuning tetap keras kepala pada pendiriannya serta Akbar
dan Ani tetap memaksakan kehendak mereka. Jika Kuning menikah dengan Meinar,
setidaknya nama keluarga yang telah dicemari Kuning, dapat terangkat kembali
sebab Meinar seorang gadis yang taat dan berbudi pekerti baik.
Namun kepada Kuning, Meinar mengaku bukanlah gadis suci sebagaimana
anggapan Ani. Ia pernah dekat dengan seorang pemuda dan telah memaksa pemuda
itu untuk melakukan perbuatan terlarang. Kemudian, pemuda yang sebenarnya
moralis itu tak tahan terhadap dirinya sendiri yang telah melakukan perbutan dosa.
Rasa berdosa terus menggelayutinya, sampai pada akhirnya ia bunuh diri.
Kuning merasa iba mendengar pengakuan Meinar. Bahkan, Meinar juga
mengatakan bahwa memiliki penyakit dan hidupnya tak akan lama lagi. Kuning
memutuskan akan secepatnya kembali ke Yogyakarta. Namun sebelum
meninggalkan keluarganya, ia sempatkan pamit kepada Marni. Sayang, Marni tidak
mau ditemuinya lagi.
Seminggu setelah Kuning tiba di kotanya, Yogyakarta, ia menerima telegram dan
sepucuk surat. Telegram itu datang dari Pak Kadir, orang yang selama ini
memelihara Marni, mengabarkan bahwa Marni telah meninggal dunia karena
meminum obat tidur yang melampaui dosis. Surat dari Meinar, mengatakan sebelum
Marni meninggal, ia ia sempat menemui Marni. Bagi Kuning, segala pengalamannya
itu justru telah membuat dirinya semakin dewasa.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Kuning, adapula tokoh lainnya seperti Marni,
Meinar, Ani, Ibu Kuning, Utih paman Kuning, Akbar kakak laki-laki Kuning, dan
Pak Kadir.
5. Angkatan Sastra Periode ’70-‘80

A. Riwayat Angkatan Sastra Periode’70-‘80


Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak
dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik
di bidang puisi, prosa, maupun drama. Pergeseran ini mulai terlihat setelah gagalnya
kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan Damai Toda menamai sastra Indonesia modern
pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Dalam periode 70-an pengarang berusaha
melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas berupa kemungkinan bentuk baik prosa,
puisi, drama semakin tidak jelas. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra
Indonesia sesudah angkatan ‘45 dengan nama angkatan ‘80. Perbedaan esensial antara
kedua versi tersebut hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan,
yaitu: Keduanya tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB. Jassin.
Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ’45. Keduanya
memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan Sastra Indonesia Modern
sesudah angkatan ’45.
Kelahiran karya sastra angkatan 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari
konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok. Konsep tersebut telah
menitik beratkan pada kata, tetapi Danarto justru tetap pada pendirianya. Hal ini sangat
menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-
an. Pada periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik
khususnya pada kata. Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan
pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra. Periode 80-an ini merupakan
sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju
kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional. Periode 80-an lahir dari konsepsi
improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru
dari konsep yang menentang pada satu kehidupan.
B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’70-‘80
1. Ciri Khas Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’70-‘80
Angkatan ini didominasi oleh karya sastra puisi, prosa, dan drama. Penuh semangat
eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh
keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas. Muncul para pembaharu sastra
Indonesia dengan karya-karyanya yang unik dan segar seperti Sutarji Calzoum Bachri
dan Yudhistira Ardi Noegraha dalam puisi, Iwan Simatupang dan Danarto dalam prosa
fiksi, Arifin C. Noer dan Putu Wijaya dalam teater. Puisi yang dihasilkan bercorak
spritual religius. Misalnya, Kubakar Cintaku karya Emha Ainun Najib. Pada sajak
cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme. Para sastrawan
menggunakan konsep improvisasi. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah
konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan. Bahasa yang digunakan realistis,
bahasa yang ada di masyarakat, dan romantis. Dalam karya sastra terdapat konsepsi
pembebasan kata dari pengertian aslinya. Struktur fisik Romannya telah lepas dari ciri
konvensional , menggunakan pola sastra ” absurd ” dalam tema , alur , tokoh maupun
latar. Menampakkan ciri latar kedaeraan ” warna lokal ”.Didominansi oleh roman
percintaan. Karya yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana
tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh
antagonisnya.

2. Pengarang Angkatan Sastra Periode ’70-‘80


1) Putu Wijaya, karyanya antara lain: Orang-orang Mandiri (drama), Lautan Bernyanyi
(drama), Telegram (novel), Aduh (dram), Pabrik (novel), Stasiun (novel), dll.
2)    Iwan Simatupang, karyanya antara lain adalah Merahnya Merah (roman), Kering
(roman), Ziarah (roman), Kooong (roman), dll.
3) Danarto, karyanya antara lain adalah Godolb (kumpulan cerpen), Adam ma’rifat
(kumpulan cerpen), dll.
4) Budi Darma, karyanya antara lain adalah Solilokui (kumpulan essai), Olenka (novel),
Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen), dll.
5) Sutardji Calzoum Bachri, karyanya antara lain adalah O (kumpulan sajak), Amuk
( kumpulan sajak), Kapak (kumpulan sajak), dll.
6) Arifin C. Noer, karyanya adalah Kapai-kapai (drama), Kasir Kita (drama satu babak),
Orkes Madun (drama), dll.
7) Darmanto Jatman, karyanya adalah Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak), Dalam
Kejaran Waktu (novel), dll.
8) Linus Suryadi, karyanya adalah Langit Kelabu (kumpulan sajak), Pengakuan
Pariyem (novel), Perang Troya (cerita anak), dll.
9) Nh. Dini, karyanya adalah Pada Sebuah Kapal (1972),  La Barka (1975) atau 
Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dll.  
10) Mira Widjaja, karyanya adalah di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi (1980). 
11) Ahmadun Yosi Herfanda, karyanya adalahLadang Hijau (Eska Publishing, 1980),
Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997). Sajak
Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990), dll.

C. Prosa Angkatan Sastra Periode’70-‘80


1. Telegram Karya Putu Wijaya
a. Identitas Buku
Judul buku : Telegram
Pengarang : Putu Wijaya
Tahun Terbit : 1973
Penerbit : Pustaka Jaya
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Halaman : 144 halaman

b. Sinopsis
Tokoh Aku adalah seorang pemuda asal Bali yang lemah tapi keras, ia belum
menemukan jati dirinya, ia sering kehilangan kesadaran dan banyak berkhayal. Kisah
ini berawal ketika Tokoh Aku yang tinggal Di Jakarta, mempunyai firasat akan
menerima telegram dari kampung asalnya, ia gelisah karena merasa bahwa telegram
selalu membawa berita buruk seperti kabar kecelakaan, kematian, dan kabar
menakutkan lainnya, benar saja kini telegram itu membawa kabar kematian ibunya.
Setelah membaca telegram, ia segera bersiap-siap untuk pulang ke kampung
halamannya. Ia ketakutan saat membayangkan bagaimana kelanjutan hidupnya,
ibunya meninggal, sebagai anak tertua ia harus berperan sebagai kepala keluarga,
sehingga semua yang berurusan dengan pemakaman ibunya ia yang menanggung,
juga dengan tanah dan rumah yang ibunya tinggalkan.
Lalu tiba-tiba ia berkhayal bahwa Sinta yang merupakan anak angkatnya ingin
tahu isi dari telegram itu, sebagai seorang ayah yang bijaksana tidak memberitahu
Sinta mengenai isi telegram itu, sehingga ia berbohong kepada Sinta. Namun Sinta
sebenarnya sudah tahu isi dari telegram itu.
Tokoh Aku dan Sinta kemudian bersiap untuk segera pulang ke Bali. Namun,
dengan tiba-tiba ibu kandung Sinta ingin meminta Sinta kembali bersamanya. Tokoh
Aku menolak karena ia yang membesarkan Sinta, mereka kemudian membuat
kesepakatan dan menyerahkan keputusan kepada Sinta.
Beberapa saat kemudian muncul lagi khayalan dibenaknya, ia khawatir jika
penyebabnya adalah penyakit kotor yang ditularkan wanita penghibur yang pernah
tidur bersamanya, ia takut akan mengalami hal yang sama seperti temannya.
Tokoh Aku tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan.
Kadang ia sadar bahwa semua yang terjadi adalah khayalan semata, namun itu hanya
terjadi sementara, hingga kemudian ia masuk kedunia khayalannya lagi
Dalam Khayalannya kali ini ia berpisah dengan kekasihnya yang bernama Rosa,
padahal sosok Rosa itu tidak nyata ada. Rosa hanya khayalannya saja seperti ia
mengkhayalkan tentang telegram itu.
Tiba- tiba di tengah khayalannya, ada orang yang datang ke rumahnya, ia bangkit
dan membuka pintu, ternyata bibi pemilik kontrakan yang datang, membawa sepucuk
telegram, Tokoh Aku segera membuka isinya dan isinya adalah kabar bahwa ibunya
telah meninggal dunia, telegram itu nyata dan benar terjadi, itu fakta bukan khayalan,
itu kenyataan yang sebenarnya, sedangkan seluruh cerita sebelumnya hanyalah
khayalan Tokoh Aku semata.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Tokoh Aku, Sinta, Rosa, Ibu kandung Sinta, dan bibi
pemilik kontrakan.

2. Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini


a. Identitas Buku
Judul Novel     : Pertemuan Dua Hati
Pengarang       : Nh. Dini
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Tahun Terbit    : 1986
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku:     : 85 Halaman

b. Sinopsis
Bu suci adalah seorang guru yang tinggal di desa Purwodadi. Ia adalah guru yang
bijak serta sangat mencintai keluarganya. Namun, karena pekerjaan suaminya, bu
Suci dan keluarga terpaksa pindah ke kota Semarang. Disana ia tinggal dengan suami
dan ketiga anaknya serta dengan bibinya yang menjaga anak-anak bu Suci. Suaminya
merupakan pria yang sangat pengertian terhadap keluarganya. Dia selalu
mendukung pekerjaan bu Suci.
Di tempat tinggalnya yang baru, bu Suci Ingin mencari pekerjaan sebagai guru
lagi, kemudian ia mengajar di sekolah anaknya. Hari pertama mengajar dilalui bu
Suci dengan baik. Namun, ia mulai merasa ada suatu kejanggalan yang terjadi pada
kelas tersebut. Seorang murid bernama Waskito ternyata telah menarik perhatiannya.
Setiap kali ditanya tentang murid tersebut, semua anak seolah terdiam dan tidak ingin
memberi jawaban pada bu Suci.
Namun, akhirnya bu Suci pun mendapatkan jawaban atas semua yang terjadi.
Waskito adalah murid yang nakal, dan selalu membuat keonaran. Semua murid yang
di kelas takut padanya. Menurut cerita yang ada, Waskito seringkali memukul dan
menjahili temannya yang ada di kelas. Entah kenapa bu Suci merasa ada hal yang
perlu ia selesaikan dan ia ingin terlibat jauh pada masalah itu. Dorongan hati yang
kuat membuat bu Suci semakin ingin membantu Waskito menyelesaikan
masalahnya.
Sementara itu, anak kedua bu Suci telah di vonis oleh dokter mengidap penyakit
ayan, sehingga kesehatannya perlu dijaga serta ia tidak boleh banyak beraktivitas.
Suatu hari bu Suci pun mendatangi kediaman kakek dan Nenek Waskito untuk
mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin. Ia pun mendapatkan informasi
bahwa Waskito sebenarnya merupakan anak yang baik, namun orang tuanya
memperlakukannya dengan buruk sehingga ia menjadi murid yang nakal.
Ayahnya seringkali memukul Waskito tanpa alasan yang jelas jika Waskito
melakukan suatu kesalahan, sementara ibunya selalu memanjakannya sehingga
Waskito tidak pernah tahu mana yang baik dan buruk. Selama tinggal bersama
neneknya ia menjadi anak yang baik, namun setelah orangtuanya memintanya
kembali, ia berubah menjadi nakal.
Bu suci mencoba membantu permasalahn yang dihadapi oleh Waskito. Ia
perlahan mencoba mendekati Waskito. Ia meminta Waskito untuk mengantar
makanan pada anak keduanya yang sakit. Bu suci mencoba menggambarkan pada
Waskito bahwa ia masih beruntung diberi kesehatan sehingga ia tidak perlu
melakukan sesuatu yang tidak berguna untuk hidupnya. Selama ini semua murid
yang ada di kelas menganggap Waskito hanya sebagai biang onar dan keributan
sehingga keberadaanyya tidak diinginkan dan dibutuhkan. Namun, sekarang bu Suci
mencoba membuat semua hal tersebut musnah.
Waskito kemudian tinggal bersama bibinya, sehingga ia mulai mengerti arti
sebuah kasih sayang. Terutama dari keluarga bibinya, yang selalu rukun meskipun
keadaan ekonomi mereka sulit. Waskito senang tinggal di sana. Ibu Suci merasa lega
dengan semua perubahan yang mulai Waskito tunjukkan.
Namun suatu hari ia kembali mengamuk karena ada seorang yang menghina
tanaman yang ia tanam. Waskito sampai membawa Cutter untuk menyakiti temannya
itu, namun dengan berani bu Suci merampas Cutter tersebut. Kemudian semua guru
di sekloah tersebut sepakat untuk mengeluarkan Waskito dari sekolah karena sikap
Waskito sudah keterlaluan.
Bu Suci meminta agar diberi waktu untuk membimbing Waskito, jika ia gagal ia
rela dipecat.. Sejak saat itu bu Suci dan Waskito semakin dekat dan akhirnya sedikit
demi sedikit Waskito mau berbagi cerita dan mau untuk mnerima nasihat bu Suci.
Akhir semester Waskito naik kelas dan keluarganya sangat berterimakasih karena
mereka tidak menyangka bahwa Waskito dapat merubah sikapnya dan dapat pula
naik kelas. Waskito dan keluarga bu Suci pun berlibur ke desa mereka di Purwodadi
sesuai dengan janjinya kepada Waskito.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Bu Suci dan Waskito, adapula tokoh lain seperti
anak dan suami Bu Suci, Kakek dan Nenek Waskito, Ibu, Ayah, dan Bibi Waskito,
serta Para Guru dan Murid Sekolah.

3. Olenka Karya Budi Darma


a. Identitas Buku
Judul Buku    : Olenka
Pengarang : Budi Darma
Tahun Terbit      : Tahun 1983
Penerbit           : Balai Pustaka
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 183 halaman

b. Sinopsis
Fanton dan Olenka tinggal di apartemen yang sama Tulip Tred, yang berada di
Kota Illinois. Karena sering bertemu, akhirnya mereka menjadi akrab. Fanto jatuh
cinta pada Olenka, walaupun Fanton sudah tahu bahwa Olenka sudah mempunyai
suami, yaitu Wayne Danton, seorang penulis amatir. Hubungan Fantod an Olenka
semakin lama semakin dekat. Mereka sering berdiskusi dan berkunjung ke unit
apartemen masing-masing. Bahkan tak jarang mereka bercinta di tempat tidur, seperti
suami istri. Tentu saja, itu semua mereka lakukan tanpa diketahui Danton dan anak
Olenka, Steven.
Fanton dan Olenka kemudian berpisah. Fanton begitu gelisah dan tak tahan
ditinggal Olenka. Dia akhirnya berkelan mencari Olenka ke beberapa kota di
Amerika. Dia kejar Olenka ke Indiana, Kenthucky, dan kembali ke Illinois lagi.
Namun usahanya sia-sia, ia tak berhasil menemukan Olenka. Di tengah
pencariannya, di Chicago dia bertemu gadis bernama Mary. Sebagai usaha
menghilangkan bayangan Olenka, membuatnya menyatakan cinta pada Mary, tapi
Mary menolak cintanya.
Mary mengaku tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Fanton sakit hati, ia
sering menulis surat untuk Mary, tapi tak pernah ia kirim. Surat itu hanya ia simpan
dan dibalasnya sendiri solah-olah surat itu sudah dibalas Mary. Begitulah ia lakukan
berulang-ulang. Cukup lama ia berlaku aneh dan betapa gembiranya saat sepucuk
surat dari Olenka datang.
Olenka menuliskan bahwa dia lebih mencintai Fanton daripada Danton. Ia
terpaksa menikahi Danton karena ingin hidup seperti wanita normal, karena dia
merupakan seorang lesbian. Sebelumnya Olenka mempunyai pasangan wanita yang
bernama Manifred. Mengetahui cerita Olenka, Fanton malah semakin jatuh cinta
pada Olenka. Setiap hari ia menunggu datangnya surat dari Olenka, tapai surat itu tak
pernah datang lagi. Dalam usaha menghilangkan Olenka dari hati dan pikirannya.
Fanton mencari Mary
Usahanya berhasil, ia menemukan Mary. Namun, Mary telah cacat akibat
kecelakaan pesawat terbang. Meski begitu Fanton tetap menawarkan Mary untuk
menikah dengannya. Lagi-lagi Mary menolak Fanton, karena ia tak mau Fanton
nantinya menyesal, padahal sebenarnya Mary sudah lama cinta dengan Fanton sejak
pertemuannya di Chicago.    
Sepulang dari rumah Mary, Fanton membaca surat kabar. Betapa kagetnya ia,
dalam Koran tersebut dikabarkan bahwa Olenka telah mealsukan karya lukisan orang
lain. Dan Olenka dikabarkan masuk rumah sakit karena terlalu banyak minum obat
tidur. Fanton langsung mencari rumah sakit dimana Olenka dirawat. Di rumah sakit
ia mendapat informasi bahwa Olenka telah pergi beberapa  saat sebelumnya lewat
pintu rumah sakit. Fanton tidak merasa kecewa saat dirinya tidak berhasil bertemu
Olenka kali ini. Ia sadar kalua dia dan Olenka tidak pernah ditakdirkan bersatu.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Fanton dan Olenka, ada pun tokoh
pendukungnya seperti Mary, Danton, dan Steven anak Olenka.

4. Seribu Kunang-kunang di Manhattan Karya Umar Kayam


a. Identitas Buku
Judul Buku : Seribu kunang - kunang di
Manhattan
Pengarang : Umar kayam
Penerbit : PT pustaka Utama Grafiti
Tahun terbit : 1972
Tebal Buku : 272 halaman

b. Sinopsis
Buku ini terdiri dari 5 (lima) cerita pendek, berikut adalah synopsis dari judul-judul
ceritanya:
1. Seribu Kunang-kunang di Manhattan
Menceritakan tentang dua sejoli yang tengah berpacaran, yakni Jane dan Marno.
Jane adalah seorang wanita yang tinggal terpisah dengan suaminya. Dan Marno,
seoran pria yang terpisah dengan istri dan tanah kelahirannya. Mereka berdua
berpacaran. Kemuan Marno teringat dengan istrinya dan lampu - lampu yang
berkelipan mengingatkan ia pada ratusan kunang - kunang yang suka bertabur
malam - malam di sawah desa tempatnya tinggal.
2. Istriku, Madame Schlitz, dan Sang Raksasa
Menceritakan tentang sepasang suami istri yang pindah ke kota New York. Disana
mereka tidak berinteraksi dengan orang lain. Mereka tinggal di sebuah
apartement. Sang istri mulai kesepian, hingga akhirnya ia memiki tetangga
bernama madame schitz. Ketika madame bertamu ke rumah mereka, ia
menceritakan kehidupannya. Madame schlitz hidup dengan anjing, dan melatih
anjingnya bernyanyi dan berlatih yoga. Hingga tiba-tiba suatu hari madame schlitz
menghilang entah kemana.
3. Sybil
Menceritakan tentang Sybil, seorang anak berusia 15 tahun. Sybil mempunyai ibu
yang selalu pulang malam dalam keadaan mabuk. Terkadang ibunya juga suka
membawa laki - laki pulang kerumah. Hal ini menyebabkan mental dan
kepribadian Sybil menjadi tidak terkontrol. Sybil menjadi anak yang tidak
bertanggung jawab. Saat tetangga Sybil menitipkan anaknya , yang bernama
Susan, Sybil mengajaknya pergi ke taman naik bus. Sybil mengajaknya bermain
petak umpet. Lalu ia meninggalkan Susan disana sendirian. Setelah Ibu Sybil
mengetahui kejadian itu, Sybil pun dimarahi Ibunya.
4. Secangkir Kopi dan Sepotong Donat
Menceritakan tentang kehidupan di kota New York dalam sebuah Caffe house.
Setiap pukul 10.00, seperti hari - hari biasa Peggy melayani para pembeli kopi dan
donat. Ini sering di sebut dengan "Jam ngopi", berarti orang minta kopi sampai
pukul sebelas. Lalu, tiba-tiba tadi malam bapaknya mabuk-mabukkan dan
memukul ibunya. Akibatnya, Peggy gagal menepati janji dengan pacarnya.
Terdapat pula sosok Jim, yang merupakan pelanggan Caffe house. Suatu hari Jim
tidak memesan donat dan coffe, ia hanya memesan air es saja. Kemudian, tiba -
tiba Jim sakit. Saat Jim kembali, rutinitas Caffe pun kembali seperti sedia kala.
5. Chief Sitting Bull
menceritakan tentang seorang kakek bernama Charlie yang hidup di Central Park.
Setiap harinya, ia selalu bermain carousel. Ia seorang tokoh chief sitting bull, yang
dulu pernah mengalahkan Buffalo Bill. Suatu hari Kakek Charlie pergi menemui
pacarnya yang bernama Martha. Nenek Martha dan Kakek Charlie menaburkan
makanan untuk burung dara yang berkumpul. Kemudian Nenek Martha
menceritakan kembali tentang sikapnya yang buruk pada menantunya.
c. Tokoh
1) Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Seribu Kunang - Kunang Di Manhattan”
adalah Jane dan Marno.
2) Tokoh yang terdapat dalam cerpen “Istriku, Madame schlitz, dan Sang Raksasa”
adalah sepasang suami istri dan Madame Schlitz.
3) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Sybil" adalah Sybil, Susan, dan Ibu Sybil.
4) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Secangkir Kopi dan Sepotong Donat" adalah
Peggy, Jim, Bapak dan Ibu Peggy.
5) Tokoh yang terdapat dalam cerpen "Chief Sitting Bull" adalah Kakek Charlie dan
Nenek Martha.

5. Khotbah di Atas Bukit Karya Kuntowijoyo


a. Identitas Buku
Judul buku : Khotbah di Atas Bukit
Penulis : Kuntowijoyo
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 1976
Tebal Buku :173 halaman

b. Sinopsis
Barman adalah seorang laki-laki tua yang sejak muda hidupnya selalu berpindah-
pindah tempat tinggal, ia tinggal bersama anaknya yaitu Boby, sedangkan istrinya
telah meninggal dunia ketika Boby masih kecil. Setelah istrinya meninggal dunia,
dengan kehidupan yang sangat mewah dan serba kecukupan, Barman sering hidup
bersama pelacur untuk bersenang-senang, baginya wanita adalah dunia yang sangat
mengasyikan.
Setelah pensiun sebagai Diplomat di Paris, Barman kembali ke tanah airnya. Ia
membuka usaha bidang percetakan. Suatu hari Boby menyarankan agar Barman
pergi ke bukit bersama Popi wanita yang telah dipilih oleh Boby. Kehidupan Barman
dan Popi sangat bahagia, karena Popi selalu setia mendampingi Barman. Tetapi
Barman justru merasa gelisah karena ia selalu gagal dalam menikmati malam
bersama Popi, terutama setelah ia bertemu dengan Human.
Barman dan Human sangat akrab hingga mereka menjalin persahabatan antara dua
laki-laki yang mempunyai postur tubuh yang sama. Suatu ketika Human mengatakan
sesuatu yang membuat gelisah Barman, Ia berkata bahwa milikmu adalah
belenggumu. Setelah lama ia berpikir, Barman pun merasa bersalah karena
meninggalkan Popi. Tak lama kemudian Human meninggal.
Setelah kematian Human, Barman memperoleh warisan yang berupa rumah yang
ditempati Human dulu. Ia merasa cukup bahagia tinggal di tempat itu. Pada saat ia
merasakan kebahagiaan itu ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang pasar, ia
selalu berkata, “Berbahagialah engkau”. Mendengar kabar yang membahagiakan itu,
mereka berdondong-bondong mengunjungi rumah Barman untuk meminta
kebahagiaan. Ketika orang-orang datang ke Bukit, Barman justru merasa bingung
harus berbicara apa dengan orang-orang itu. Akhirnya ia hanya mampu mengucapkan
khutbahnya dengan berkata bahwa “Hidup ini tidak berharga untuk dilanjutkan,
bunuh dirumu”. Barman kemudian bunuh diri tanpa sepengetahuan orang-orang
disekitarnya. Ia terjun ke jurang dan mengakhiri hidupnya.
Setelah peristiwa kematian Barman, seorang bernama Pak Jaga tiba-tiba
menghilang. Hal inilah yang membuat seluruh orang pasar menjadi gempar, mereka
berbondong-bondong mencari keberadaan mayat Pak Jaga, namun sayangnya mereka
tetap tidak mampu menemukan mayat Pak Jaga. Suasana pasar benar-benar ricuh.
Pada akhirnya Popi pun meninggakan rumah itu. Ia menemui sopir truk dan ia segera
melepaskan hasratnya yang selama ini ia pendam pada orang yang disayanginya.
c. Tokoh
Tokoh utama dalam cerita ini adalah barman, ada pula tokoh lainnya seperti Boby,
Popi, Human, orang-orang Pasar, dan Pak Jaga.
6. Angkatan Sastra Periode ’2000-an

A. Riwayat Angkatan Sastra Periode ’2000an


Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun
2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal
tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun
2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie
ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi
pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik
yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra puisi,
cerpen, dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema
sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam
Noer, dan Hartono Benny Hidayat, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Reformasi di Indonesia ditandai dengan jaruhnya rezim Soeharto. Secara tidak
langsung dengan lengsernya Soeharto dari jabatannya sebagai presiden maka berakhir pula
sebuah tirani, yang selama ini menjadi belenggu yang terikat lekat di kaki setiap rakyat
Indonesia. Reformasi diharapkan dapat memfalitasi rakyat Indonesia dalam memperoleh
kebebasan yang selama ini mereka harapkan.
Lahirnya reformasi ini menandakan kebebasan bagi para sastrawan yang selama ini
selalu terkungkung dalam lembah kelam. Bagi mereka yang memiliki sifat revolusioner,
kehadiran reformasi ini merupakan momok yang selalu diidam-idamkan. Akan tetapi,
kenyataaannya malah membuat mereka semakin radikal.
Berikut adalah beberapa pengarang prosa dan hasil karya dari Angkatan Sastra
Periode ’200an.
 Ahmad Fuadi, Karyanya adalah: Negeri 5 Menara (2009) dan Ranah 3 Warna
(2011)
 Andrea Hirata, Karyanya adalah: Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006),
Edensor (2007), dll.
 Ayu Utami, Karyanya adalah: Saman (1998) dan Larung (2001).
 Dewi Lestari, Karyanya adalah: Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh
(2001), Supernova 2: Akar (2002), Supernova 3: Petir (2004), dll.
 Habiburrahman El Shirazy, Karyanya adalah: Ayat-Ayat Cinta (2004), Diatas
Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Dalam Mihrab Cinta (2007),
dll.
 Herlinatiens, Karyanya adalah: Garis Tepi Seorang Lesbian (2003), Dejavu, Sayap
yang Pecah (2004), Jilbab Britney Spears (2004), dll.
 Raudal Tanjung Banua, Karyanya adalah: Pulau Cinta di Peta Buta (2003) dan
Ziarah bagi yang Hidup (2004).
 Seno Gumira Ajidarma, Karyanya adalah: Atas Nama Malam,Sepotong Senja
untuk Pacarku dan Biola Tak Berdawai.

B. Ciri Khas Pengarang dan Karya Sastra Angkatan Sastra Periode ’2000an
Karya periode 2000-an memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Tema yang ada dalam karya sastra periode ini adalah sosial-politik, romantik, dan
seluruh aspek kehidupan.
2) Terdapat revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung pada puisi
konkret, puisi yang dihasilkan tidak cenderung pada verbal namun juga pada visual.
3) Adanya penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut dengan
“antromofisme” yaitu gaya bahasa sebagai penggantian tokoh manusia sebagai ‘aku
lirik’ dengan benda-benda.
4) Genre yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel, drama, film, dan
sandiwara.
5) Ciri-ciri bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari.
6) Pembaharuan terhadap model sastra lisan yang mengembalikan realitas fiktif pada
realitas dongeng.
7) Karya yang dihasilkan pada periode ini cenderung vulgar.

C. Prosa Angkatan Sastra Periode ’2000an


1. Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
a. Identitas Buku
Judul Buku      : Laskar Pelangi
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang Pustaka
Kota Terbit : Yogyakarta
Tanggal terbit   : 2005
Tebal Buku : 529 halaman

b. Sinopsis
Terdapat sepuluh orang anak Belitung yang tergabung dalam Laskar Pelangi
mereka adalah Mahar, Ikal, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong,Trapani, Borek,
Kucai dan satu-satunya wanita yaitu Sahara . Cerita ini mengisahkan tentang
kehidupan di pedalaman Belitung yang kontras dan yang kaya akan timah, namun
masyrakatnya tidak mampu memenuhi kehidupannya sehari-hari. Menceritakan
tentang semangat juang dari anak-anak kampung Belitung untuk mengubah nasib
mereka melalui sekolah. Walau sebagian besar orang tua mereka lebih senang
melihat anak-anaknya membantunya dari pada belajar di sekolah.
Kesulitan terus menerus terjadi pada sekolah di kampung itu, sekolah yang
dibangun atas pengabdian dua orang guru yaitu seorang Kepala Sekolah yang
bernama bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda yang bernama ibu
Muslimah Hafsari yang juga sangat miskin berusaha mempertahankan semangat
besar pendidikan.
Sekolah itu pernah nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel
karena kekurangan murid itu terselamatkan berkat seorang anak yang sepanjang
masa bersekolah tidak pernah mendapatkan rapot. Sekolah itu dihidupi lewat uluran
tangan donator dikomunitas marjinal. Gedung sekolahnya yang sudah roboh, ruang
kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya dan pada malam
hari dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal
bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan
sekian kilo beras, sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan
cara lain.
Kepala sekolah bekerja dengan mencangkul sebidang kebun dan ibu guru
menerima jahitan. Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari disekolah
yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh itu. Semuanya terjadi
karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda
yang hanya berijazah SKP ( Sekolah Kepandaian Putri ). Mereka berdua saling
bahu membahu membesarkan hati anak-anak tadi agar percaya diri, berani
berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang
sangat penting dalam hidup ini. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung
sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu
mengasah bakat beberapa murid lainnya.
Pak Harfan dan buk Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat
menyayangi kesepuluh muridnya. Kedua guru miskin itu member julukan
kesepuluh murid itu sebagai laskar pelangi. Keajaiban juga terjadi ketika sekolah
muhammadiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai
karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga
orang anak anggota laskar pelangi yaitu ( Ikal, Lintang, dan Sahara ) berhasil
menjuarai lomba cerdas pangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-
sekolah negeri. Taayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah
muhammadiyah ketika Lintang sisiwa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus
berhenti sekolah padahal Cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus
berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarganya, sebab
ayahnya sudah meninggal dunia.
Meskipun awal tahun 90-an sekolah muhammadiyah itu akhirnya ditutup karena
sudah tidak bisa membiayai diri sendiri, tapi semangat, integritas, keluruhan budi
dan ketekunan yang diajarkan pak Harfan dan buk Mus tetap hidup dalam hati
laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sepuluh
orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang
menjadi research and development manager disalah satu perusahaan multi nasional
paling penting di negeri ini, dan juga ada yang mendapatkan beasiswa internasional
kemudian melakukan research di University the paris surbonne dan lulus S2 dengan
predikat with distinction dari sebuah universitar termuka di Inggris semua itu berkat
dari pendidikan dan akhlak kecintaan intelektual yang diajarkan oleh pak Harfan
dan buk Mus. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari
pulau diujung paling selatan Sumatra itu.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan,
Kucai, Borek, Trapani, Harun, Bu Muslimah, Pak Harfan, Flo, dan A Ling.

2. Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy


a. Identitas Buku
Judul Buku : Ayat Ayat Cinta
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika
Tahun terbit : 2004
Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 420 halaman
b. Sinopsis
Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah seorang mahasiswa Universitas Al-azhar,
Mesir. Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan ke empat temannya yang juga
berasal dari Indonesia. Mereka tinggal di apartemen sederhana. Mereka mempunyai
tetangga yang sangat baik dan akrab dengan mereka, yaitu keluarga Tuan Boutros.
Tuan Boutros memiliki istri bernama Madame Nahed, dan dua orang anak bernama
Maria dan Yousef. Keluaraga Tuan Boutros adalah keluarga Kristen Koptik yang
sangat taat. Putri sulung mereka yang bernama Maria, ia gadis yang unik. Maria
seorang Kristen Koptik, namun mengagumi Al-Quran, dan mengagumi Fahri.
Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayangnya cinta Maria hanya tercurah
dalam diary saja.
Selain mempunyai tetangga yang baik, Fahri juga mempunyai tetangga yang
sangat galak dan kasar. Kepala keluarga itu bernama Bahadur. Bahadur mempunyai
istri bernama madame Syaima dan putri bernama Noura. Bahadur selalu bersikap
kasar kepada Noura. Malam itu Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi
bulan-bulanan oleh Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta
bantuan Maria, akhirnya Maria mau menolong Noura.
Suatu hari ketika Fahri pergi ke Shubra El-Kaima untuk talaqqi pada Syaikh
Utsman Abdul Fattah. Ia pergi kesana naik metro, dan disitulah awal Fahri bertemu
dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha. Aisha bukanlah orang Mesir,
melainkan gadis asal Jerman yang sedang belajar di Mesir.
Dulu Fahri pernah menaruh hati pada Nurul anak seorang Kyai terkenal yang
juga mencari ilmu di Al-Azhar. Sayang rasa mindernya yang hanya anak keturunan
petani. Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak sanggup
mengungkapkan perasaanya kepada Fahri. Hingga pertemuannya dengan Aisha, si
mata Indah yang menyihir Fahri, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan
kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri, dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi
hatinya.
Fahri dan Aisha menikah, dijodohkan oleh pamannya Aisha. Mereka hidup
bahagia. Beberapa bulan kemudian Aisha dinyatakan mengandung. Tak lama
kemudian, Fahri dapat kabar kalau Maria koma. Belum sempat menjenguk Maria,
malapetaka datang menghampiri rumah tangga mereka. Noura menuduh Fahri telah
memperkosanya. Semua orang tahu bahwa itu adalah fitnah. Fahri diseret, dan
dimasukkan ke penjara. Kunci semua ini adalah Maria yang sedang koma. Dia
mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya.
Keluarga Boutros mendatangi Fahri di penjara, mereka berniat mengunjungi
Fahri dan juga ingin meminta bantuan kepada Fahri untuk menyadarkan Maria dari
komanya, dengan menrekam suara Fahri dan nantinya akan didengarkan ke Maria.
Kata dokter hanya orang yang dicintai Maria yang dapat menyembuhkannya. Tak
kunjung sadar juga, akhirnya dokter dan madame Nahed mneyuruh Fahri untuk
menyatakan cintanya kepada Maria. Sebelumnya Fahri tidak mau melakukan itu,
lalu Fahri meminta izin kepada Aisha, akhirnya Aisah menyetujuinya. Setelah itu,
Fahri langsung menikahi Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar.
Pada sidang penentuan, Maria tiba disana. Dia mengatakan apa yang sebenarnya
terjadi pada malam itu. Akhirnya Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur
dimasukkan penjara. Begitu divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit
yang sama dengan Maria untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria
belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria
mengigau kalau dia ingin masuk surga, tapi tidak diperbolehkan. Lalu ia terbangun
dan menceritakan itu semua pada Aisha dan juga Fahri. Fahri tau apa yang
dimaksudkan oleh Maria, lalu ia membopong Maria ke kamar mandi dan Aisha
membantu untuk mewudhui Maria. Selesai itu Maria kembali dibaringkan di atas
kasur seprti semula. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia
melafalkan syahadad. Tak lama kemudian, kedua matanya tertutup rapat dan
akhirnya Maria meninggal dunia.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Fahri, Aisha, Maria, Tuan Boutros, Madame Nahed,
Noura, Syaima, Nurul, Paman Aisha, dan Bahadur

3. Supernova; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh Karya Dewi Lestari


a. Identitas Buku
Judul : Supernova
Penulis : Dewi “Dee” Lestari
Mangunsong
Penerbit : Truedee Books
Kota Terbit : Bandung
Terbit Tahun : 2001
Tebal Buku : 231 halaman

b. Sinopsis
Diceritakan terdapat dua pria yang mengalami penyimpangan perilaku seksual,
gay (homo) selama 10 tahun, Dhimas dan Ruben namanya. Untuk merayakan ke
sepuluh tahun hubungan mereka, Dhimas dan Ruben berencana akan membungkus
karya populis yang bisa dibaca banyak orang. Sebuah roman sains, romantis, puitis.
Mereka ingin membuat kisah cinta yang luar biasa, kontroversial, ada pertentangan
nilai moral dan sosial. Ruben dan Dimas pun mulai beraksi, berdua mereka
berdiskusi perihal apa, siapa, dan bagaimana cerita ini akan berjalan.
Di sudut pandang yang lain, berlatar kota Jakarta. Cerita masterpiece Reuben
dan Dimas ter-refleksi di dunia nyata (barangkali). Karakter pertama pun keluar,
adalah Fere seorang pengusaha muda, sukses, kaya dan tampan-identik dengan
figur seorang Ksatria yang tanpa diduga bertemu dengan seorang wartawati cantik
bernama Rana, seekor kupu-kupu putih menjadi tanda pertemuan. Dalam sebuah
interview singkat keduanya memiliki gaya tarik-menarik yang cukup kuat, Rana
dengan ideologinya berhasil mencuri hati beku seorang Fere. Bagi Fere sosok Rana
sangat identik dengan figur seorang putri. Putri dalam dongeng yang membentuk
prinsip hidupnya.
Sayangnya kisah cinta mereka tidak berjalan mulus, tak disangka Rana telah
menikah dengan seorang lelaki turunan ningrat bernama Arwin, namun Fere
terlanjur jatuh hati pada Rana. Begitupun Rana, ia adalah tipe istri yang kurang
bahagia karena telah menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai. Keduanya pun
menjalin kasih dalam diam, tanpa siapapun tahu, kecuali Ale, sahabat Ferre.
Arwin, suami Rana yang berasal dari keturunan ningrat, sama sekali tidak
menaruh curiga pada sang istri, ia terlalu cinta pada Rana. Wanita bersuami yang
mengalami ketidakpuasan dalam berumah tangga ini pun mencoba mencari
kepuasan lain dari Ferre dan diceritakan hubungan mereka begitu mesra.
Suatu waktu Rana dihadapkan pada kenyataan bahwa Ia harus memilih antara
Ferre, pria yang menjanjikan kepuasan namun tidak memberikan rasa aman saat
bersamanya atau Arwin, pria mapan yang membosankan namun dapat memberikan
rasa aman saat bersama Rana. Saat Rana merasa yakin akan Ferre, ternyata Arwin
datang dengan sebongkah harapan bahwa ia akan membahagiakan Rana kelak.
Bahkan ketika Arwin tahu Rana tak mencintainya dan lebih memilih Ferre, Arwin
malah meminta maaf karena tidak pernah menjadi sosok yang diinginkan Rana.
Rana pun goyah dan memutuskan hubungannya dengan Ferre .
Ferre yang sudah terlalu mencintai Rana sedih setengah mati karena harapan yang
sudah Ia bangun malah dilanda badai yang tak Ia duga, sempat ia berfikir untuk
bunuh diri. Namun tiba-tiba datang seorang wanita yang akan menyelamatkan Ferre
dari keputusasaannya tentang hidup.
Diva, si Bintang Jatuh adalah model bertarif dolar yang laris manis di pasaran, 28
tahun, sangat cerdas, ia tahu segala sesuatu yang dapat digolongkan sebagai
seorang wanita berwawasan sangat luas, cantik, kaya, mapan dan berpikiran maju.
Ia memang seorang pelacur kelas kakap yang hanya menerima bayaran besar dalam
bentuk dolar, dan tanpa seorang mucikari oleh karena itu ia ingin dikenal sebagai
seorang enterpreuneur sejati. Pelanggannya pun hanya orang-orang berkantong
tebal.
Ternyata Diva adalah tetangga seberang rumah Ferre, setiap malam sebelum
mereka tidur dari jendela masing-masing mereka mengucapkan selamat tidur dan
sepercik kekaguman terhadap pribadi masing-masing. Ferre pun berteman dekat
dengan Diva dan berangsur-angsur pulih dari pengalaman pahitnya.
Diva tahu segala sesuatu, ia pun paham detail kisah cinta Ferre, Rana, Arwin,
karena mereka bertiga berkonsultasi dengan Diva di dunia virtual, dunia
Supernova. Diva yang membuat Ferre lepas dari bayang-bayang bunuh diri karena
putus cinta. Divalah si bintang jatuh yang bisa mengabulkan keinginan mereka
bertiga. Ia memiliki kekuatan merangkum sinkronitas Ruben, Dhimas, Rana, Ferre,
Arwin. Ternyata Ruben dan Dhimas digerakkan molekul pikirannya untuk menjadi
dalang dari cerita ini. Jadi, sebenarnya mereka berdua hidup di molekul pikiran
Supernova.
c. Tokoh
Tokoh dari cerita ini adalah Dhimas, Ruben, Rana, Ferre, Diva, Arwin dan Ale.
4. Saman karya Ayu Utami
a. Identitas Buku
Judul Buku : Saman
Nama Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : Gramedia
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2002
Jumlah Halaman : 198 halaman

b. Sinopsis
Athanasius Wisanggeni. Wis, begitulah ia biasa dipanggil. Wis beragama
Katolik, dan mengabdikan dirinya sebagai Pastor. Ia ingin ditugaskan menjadi
pastor di Perabumulih, daerah masa kecilnya yang menyimpan banyak misteri.
Kemudian Wis ditugaskan sebagai Pastor paroki Parid yang melayani kota kecil
Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang. Sebelum sampai
pada tempat tugasnya, ia menyempatkan diri ke bekas rumahnya 10 tahun silam.
Setelah beberapa kali ke rumah itu, dan akrab dengan sang pemilik rumah, ia
mendapat kepercayaan untuk tinggal di situ selama pemiliknya ke Jakarta untuk
melahirkan.
Ketika tinggal di rumah itu, Wis kembali bisa merasakan hawa-hawa aneh
seprti masa kecilnya. Ia juga bisa mendengar suara adik-adiknya serta bercakap-
cakap dengan bahasa masing-masing. Tiba-tiba Wis mendengar suara minta gadis
tolong dan iapun berlari ke sumber suara sampai di sebuah sumur di tengah hutan.
Setelah itu Wis berteriak minta tolong pada warga sekitar. Wis memberanikan diri
menolong Upi. Ia dan gadis itu selamat. Gadis itu bernama Upi. Ia adalah manusia
yang keejiwaanya terganggu dan tidak mengerti bahasa manusia. Ketika Wis
mengembalikan Upi kepada orang tuanya, baru ia ketahui bahwa Upi diasingkan
oleh ibunya di rumah pemasungan yang sangat kecil, tidak lebih dari baik dari
kandang kambing.
Karena rasa kasihan dan rasa sayang dihatinya untuk Upi, ia membuatkan
rumah pasung baru untuk Upi yang lebih besar dan nyaman. Tidak hanya itu yang
ia lakukan. Melihat keadaan perkebunan di sana ia merasa prihatin. Kemudian
dengan izin dari Uskup untuk berkarya di perkebunan, Wis membuat tempat
pengolahan karet sederhana untuk wilayah Lubukrantau itu dan membuat
pembangkit listrik.
Suatu hari, kerusuhan terjadi. Pembangkit listrik buatan Wis dirusak orang. Dan
ternyata orang tersebut adalah orang suruhan perusahaan kelapa sawit yang ingin
membeli lahn perkebunan karet. Karena Wis dan Keluarga Upi enggan menjual
lahan, para pembeli itu merasa geram, mereka mengumpulkan perempuan dan anak
kecil dalam surau kemudian membakar seluruh rumah warga dan menculik Wis
penjara pengasingan.
Wis disiksa habis-habisan dan dipaksa mengakui apa yang tidak ia lakukan. Ia
terpasa mengarang cerita untuk mengurangi penyiksaan bahwa ia adalah komunis
yang hendak mengkristenkan para petani Lubukrantau, membuat Sorga di bumi dan
ingin mengganti presiden. Ia terus melakukan itu sampai suatu hari, tempat
penyekapannya itu terbakar. Ia merasa terjebak oleh api, namun setelah mendengar
suara-suara masa kecilnya, tanpa ia ketahui caranya, ia selamat dari lahapan api itu.
Ia dibawa ke rumah sakit. Ia mengganti namanya menjadi Saman.
Selain itu, Wisanggeni juga pernah terlibat dengan kehidupan empat orang gadis
yang bersahabat. Shakuntala, seseorang yang membenci ayahnya. Yasmin,
seseorang yang membenci guru dan Laila yang membenci laki-laki. Sementara,
Cok tidak bisa menemukan apa yang harus ia benci. Kebencian Laila pada laki-laki
lenyap ketika ia jatuh cinta pertama kali pada Wisanggeni yang kala itu sebagai
mahasiswa seminari yang ditugaskan membimbing rekoleksi tentang kesadaran
sosial di SMP mereka. Semakin berjalannya waktu, semuanya tengah berubah.
Laila tidak lagi mencintai Wisanggeni yang sudah mengganti nama menjadi Saman.
Kali ini ia mencintai Sihar, seseorang yang sudah beristri. Laila paling kuat
mempertahankan keperawanannya dibanding ketiga sahabatnya. Dia juga satu-
satunya yang belum menikah.
Posisi Saman di Indonesia sudah tidak aman lagi setelah kejadian di Medan.
Persahabatan itu juga yang kemudian menyelamatkan Saman. Ia dikirim ke New
York oleh Yasmin dan Cok. Dari kejadian itu dan kejadian sebelum keberangkatan
Saman, akhirnya mereka sering berkomunikasi lewat dunia maya. Saman sangat
dekat dengan Yasmin, didukung dengan kesamaan kepercayaan mereka dan
Yasmin pula orang pertama yang menenggalkan jejekanya Pastor Saman. Di akhir
cerita, Yasmin berselingkuh dengan Saman.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Saman, Laila, Yasmin, Cok, Upi, Kakak dan Ibu Upi,
Sihar, dan Orang tua saman.

5. Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi


a. Identitas Buku
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama
Kota Terbit : Jakarta
TahunTerbit : 2009
Tebal Buku : 423 Halaman
ISBN : 978-979-22-4861-6

b. Sinopsis
Alif adalah seorang wartawan yang bekerja di Washington DC, Amerika, hingga
suatu hari dia mendapat pesan dari Atang teman satu pondoknya dulu. Kemudian
cerita berlanjut menjadi kilas balik kehidupan Alif waktu itu, dimana dulu ia adalah
seorang anak pedalaman dari sumatera yang ketika baru lulus Madrasah
tsanawiyah, ia ingin melanjutkan pendidikan ke SMA. Namun, sang ibu tidak
menyetujuinya. Setelah melalui perdebatan yang panjang, Akhirnya dengan
setengah hati, alif mengikuti permintaan ibunya untuk sekolah agama, dan memilih
sebuah pesantren bernama pondok madani di jawa timur.
Di Pondok Madani, Alif berteman dengan lima anak baru seusianya yang juga
melanjutkan pendidikan disana, mereka berkumpul dengan latar belakang yang
berbeda-beda ada Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Mereka berenampun memulai
kehidupan yang baru dengan segala macam problematike kehidupan pondok, mulai
dari disiplin yang ketat hingga penggunaan Bahasa inggris dan arab yang
diwajibkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan khas mereka adalah berkumpul di samping Menara Masjid Pondok
Madani pada sore hari. Di Menara itulah mereka berimajinasi dan bercerita
mengenai impian-impian mereka yang berbeda-beda tujuan dan tempat. Dengan
mantra ajaib man jadda wa jadda, mereka yakin akan bisa menggapai impian
mereka masing-masing.
Konflik pun bermunculan di pertengahan cerita dimana Baso meninggalkan
pondok untuk selamanya dan pulang ke Gowa untuk meraih impiannya sendiri,
serta pergulatan batin Alif yang takut tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke
universitas. Namun, hal itu dapat teratasi karena ayahnya meyakinkan bahwa alif
masih bisa mengikuti ujian penyetaraan untuk masuk universitas negeri setelah
lulus dari Pondok Madani.
Cerita kemudian ditutup dengan berkumpulnya Alif, Atang dan Raja yang telah
dewasa dan sukses di kota London. Juga tentang kisah suksesnya para sohibul
dalam menggapai impian mereka yang tiap sore selalu dibicarakan disamping
Menara.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Alif, Raja, Atang, Dulmajid, Baso, Said, Amak dan
Ayah Alif, Sarah, Kiyai Rais, Ustad Salman, Ustad Torik, Ustad Khalid dan
pengajar pondok lainnya serta ada pak Etek Gindo.

7. Karya Prosa Fiksi Anak

A. Pengertian prosa Fiksi Anak


Prosa adalah bentuk karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri
atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu
kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-kelompok yang merupakan alinea-
alinea.
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita. Prosa fiksi adalah
kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita.
Prosa fiksi anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas rangkaian bait demi
bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan merangkaikan unsur
unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur peristiwa, pelaku berdasarkan
tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif.

B. Ciri Khas Prosa Fiksi Anak


1) Latarnya dikenal anak.
2) Alurnya maju dan tunggal.
3) Penokohan dari kalangan anak.
4) Memiliki tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pesan atau ajaran.
5) Memiliki fungsi menghibur, kejiwaan, dan menyampaikan nilai-nilai kebenaran.
6) Temanya tentang kehidupan sehari-hari, petualangan, olahraga, dan keluarga.

C. Batasan dalam Karya Prosa Fiksi Anak


1) Latar cerita dikenal oleh anak, yakni cerita yang dipelajari berlatarkan
lingkungan yang mereka temui dalam permainan sehari-hari.
2) Alurnya bersifat tunggal dan maju karena mudah dipahami anak, bukan plot
majemuk dan beralur maju-mundur atau sorot balik.
3) Pelaku utama cerita adalah dari kalangan anak-anak dengan jumlah sekitar 3-4
orang dan karakter pelaku dilukiskan secara konkret sehingga mudah dipahami
oleh anak dan sesuai perkembangan moral anak.
4) Tema cerita sederhana dan sesuia tingkat perkembangan individua-sosial anak
seperti kejujuran, patuh pada orangtua, benci pada kebohongan dan sebagainya,
amanat atau pesan cerita dapat membantu siswa memahami dan menyadari
perbedaan sikap yang baik dan tidak baik serta nilai-nilai positif yang dapat
membentuk kepribadian dirinya.
5) Bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh anak; kosa katanya dipahami dan
struktur kalimatnya sederhana.

D. Karya Prosa Fiksi Anak


1. Raja Rokan Karya Sulistianti
a. Identitas Buku
Judul buku : Raja Rokan
Penulis : Sulistianti
Penerbit : Badan
Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa
ISBN : 978-979-
069-284-8
Tebal Buku : 61 halaman

b. Sinopsis
Menceritakan tentang kisah Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Puteri
Sangka Bulan yang berputra tujuh orang. Anak pertama Sutan Seri Alam.
Sutan Seri Alam menjadi seorang putra mahkota yang berwajah tampan dan
berbadan tegap namun memiliki tabiat yang buruk, angkuh, sewenang-
wenang terhadap rakyat kecil dan suka mencuri. Kelakuan buruk Sutan Seri
Alam semakin sangat meresahkan hati ibunya. Suatu hari, Sutan Seri Alam
berniat pergi jauh meninggalkan istana Pagaruyung. Ibunya, Puteri Sangka
Bulan sangat sedih tetapi berusaha tabah menghadapi kenakalan Sutan Seri
Alam.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Puteri Sangka Bulan dan Sutan Seri Alam
2. Bawang Merah dan Bawang Putih Karya MB. Rahimsyah. AR
a. Identitas Buku
Judul buku : Bawang
Merah Bawang Putih
Penulis : MB.
Rahimsyah. AR
Penerbit : Lingkar
Media
Tahun Penerbit : 2015
Tebal Buku : 32 halaman

b. Sinopsis
Di sebuah desa terdapat satu keluarga yang memiliki seorang anak
perempuan bernama bawang putih yang sangat cantik yang. Tapi sayangnya
ibunya sedang sakit dan ayahnya sibuk dengan pekerjaannya. Pada suatu hari
bawang putih sedang mencuci pakaian di sungai, namun setelah ia sampai
dirumah, tiba-tiba dia melihat banyak orang yang sedang menuju rumahnya,
ternyata ibunya telah meninggal dunia.
Beberapa bulan kemudian ayahnya pun menikah dengan salah satu
tetangganya yaitu ibu bawang merah. Tanpa sepengetahuan ayahnya, ibu
bawang merah sangat kejam memperlakukan bawang putih sebagai anak
tirinya.
Suatu hari, ayah bawang putih mengalami kecelakaan dan pada akhirnya
ayahnya meninggal. Sejak saat itu mulailah penderitaan bawang putih. Suatu
ketika bawang putih disuruh mencuci ke sungai. Pada saat mencuci bawang
putih mendengar suara minta tolong, lalu bawang putih mencari sumber
suara itu dan bawang putih menemukan seekor ikan mas yang meminta
tolong. Singkat cerita ibu bawang merah mengetahui hal tersebut. Lalu
mereka menangkap ikan mas tersebut dan kemudian menggorengnya,
kemudian bawang putih menguburkan tulang ikan tersebut, dan tak lama
kemudian tumbuhlah sebuah pohon yang berbatang perak dan berdaun emas
yang sedang dicari-cari oleh seorang pangeran.
Tak lama kemudian pangeran beserta pengawalnya meminta pohon
tersebut untuk dijadikan obat. Setelah itu bawang putih dibawa ke istana dan
dijadikan permaisurinya dan akhirnya mereka hidup bahagia.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Bawang Putih, Bawang Merah, Ibu Bawang
Merah, Ayah Bawang Putih, Ibu Bawang Putih, Pangeran dan pengawal.

3. Timun Emas Karya Aryasata Ikanegara


a. Identitas Buku
Judul buku : Timun Emas
Penulis : Aryasata
Ikanegara
Penerbit : Lingkar
Media
Tahun terbit : 2007
Tebal buku : 28 halaman

b. Sinopsis
Dahulu kala ada seorang janda bernama Mbok Rondo, ia tidak mempunyai
anak. Kemudian setelah ia berdo’a, ia berjalan dihutan dan berjumpa raksasa
dan diberi biji timun emas. Raksasa akan mengabulkan do’a Mbok Rondo
agar mempunyai anak tetapi ia harus memberikannya lagi kepada raksasa
apabila anak tersebut sudah remaja. Mbok rondo  pun menyanggupinya. Tak
lama kemudian biji timun emas yang ditanam Mbok rondo berbuah besar
dan diberi nama Timun Mas. Setelah 17 tahun berlalu dengan sangat
menyenangkan, raksasa pun kembali menemui Mbok Rondo untuk
mengambil Timun Mas. Hati Mbok Rondo pun tak tega mengetahui anaknya
akan segera menjadi santapan raksasa. Ia menyuruh anaknya pergi dengan
membawa 4 senjata yang diberi oleh petapa untuk mengancurkan raksasa
tersebut. Satu per satu Timun Mas melempar senjatanya namun raksasa
tersebut masih bias lolos. Lalu dengan senjata terakhir, Timun Mas
melempar terasi yang seketika menjadi kubangan lumpur, raksasa pun
tenggelam. Dan Timun Mas hidup bahagia dengan Mbok Rondo.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah Timun Mas, Mbok Rondo, dan Raksasa.
4. Ayam jantan dari Timur
a. Identitas Buku
Judul buku : Ayam Jantan
dari Timur
Penulis : Dad Murniah
Penerbit : Badan
Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa
ISBN : 978-979-
069-008-0
Tebal Buku : 75 halaman

b. Sinopsis
Bercerita tentang perjalanan I Mallombassi yang bergelar Sultan Hasanuddin
dari Kerajaan Goa Sulawesi Selatan. Kisah ini diawali dengan keberadaan
kerajaan kembar, yaitu Gowa dan Tallo. Raja Gowa XV adalah Sultan
Malikussaid yang memiliki putra bernama I Mallombassi dan I Sani. I
Mallombassi dan I Sani senang mendengar cerita yang disampaikan
neneknya, inang pengasuh, dan pamanny auntuk mengambil pelajaran dari
cerita yang disampaikan. I Mallombassi memiliki sifat tegas, berani,
mandiri, pintar dan mahir berdiplomasi yang terinspirasi dari berbagai cerita
yang didengarnya sejak kecil hingga dewasa. I Mallombassi juga sering ikut
dalam kegiatan ayahnya dalam urusankerajaan.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah I Mallombassi, Sultan Malikussaid, I Sani,
Nenek, Inang Pengasuh, dan Pamannya.

5. Kancil dan Buaya


a. Identitas Buku
Judul :
Kancil dan Buaya
Penulis :
Tedi Siswoko
Penerbit
: Kids JP (Lini
Penerbitan JP Books)
Surabaya
Tahun Terbit : Mei 2009

b. Sinopsis
Si kancil sedang berjalan menuju hutan untuk kembali setelah mencari
makan di ladang pak tani. Di tengah jalan ia harus menyebrangi sungai yang
dihuni banyak sekali buaya yang sangat lapar. Kawanan buaya sangat senang
melihat kancil, tapi si kancil mensyaratkan harus dihitung terlebih dahulu.
Buaya menyetujui dan si kancil memulai menghitung jumlah buaya.
Akhirnya tipu daya kancil berhasil, buaya tercengang karena si kancil yang
cerdik berhasil memperdaya buaya. Si kancil langsung pergi setelah
menghitung buaya terakhir di ujung sungai. Si kancil pun langsung berlari ke
dalam hutan dan bebas dari cengkraman buaya lapar.
c. Tokoh
Tokoh dalam cerita ini adalah si Kancil dan Buaya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Balai_Pustaka
http://www.belajaraktif.com/2016/01/ciri-ciri-karya-sastra-priode-angkatan_69.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novelsiti-nurbaya/
http://anindanurzuhra.blogspot.com/2016/05/resensi-novel-salah-asuhan.html
http://jejecrstna31.blogspot.com/2018/03/resensi-novel-azab-dan-sengsara-judul.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-salah-pilih-karya-nur-sutan-iskandar/
http://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-darah-muda.html
https://hydnast.wordpress.com/2016/09/28/resensi-novel-sengsara-membawa-nikmat/
https://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-asmara-jaya.html
https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-pujangga-baru.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Pujangga_Baru
http://wendaamelya9.blogspot.com/2015/03/resensi-novel-layar-terkembang.html
https://dickyfranswijaya.wordpress.com/tag/resensi-novel-belenggu-pengarang-armijn-pane/
http://gudanginfodantugas.blogspot.com/2018/05/resensi-tenggelamnya-kapal-van-der-
wijck.html
http://andirna.blogspot.com/2016/04/resensi-novel-dibawah-lindungan-kabah.html
https://lathifaayu.blogspot.com/2018/09/resensi-novel-dian-yang-tak-kunjung.html
http://taniagoei.blogspot.com/2016/11/resensi-novel-sukreni-gadis-bali.html
http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/12/periode-angkatan-45-1940-1955.html
https://www.academia.edu/35229146/M_A_K_A_L_A_H_SASTRA_ANGKATAN_45_DAN_
ANGKATAN_66_Fakultas_Keguruan_dan_Ilmu_Pendidikan
https://www.academia.edu/7119339/Sinopsis_novel_aki
https://masasamamasa.wordpress.com/2019/03/20/resensi-novel-atheis-oleh-achdiat-karta-
mihardja/
http://www.quadraterz.com/2016/08/resensi-novel-jalan-tak-ada-ujung-karya.html
http://kejueducation.blogspot.com/2014/08/resensi-dari-ave-maria-ke-jalan-lain.html
https://www.academia.edu/8578540/Novel_Keluarga_Gerilya_-_Ulasan
https://sajakpenaanakdesa.blogspot.com/2017/02/pengertian-sastra-latar-belakang.html
https://www.academia.edu/19576504/MAKALAH_SEJARAH_SASTRA_ANGKATAN_66
https://denisalsabila.wordpress.com/2014/12/14/sinopsis-dan-resensi-novel-karya-iwan-
simatupang/
http://kehendaklah.blogspot.com/2015/09/resensi-buku-novel-merahnya-merah-1968.html
http://www.kelanawisnu.net/2016/12/gairah-untuk-hidup-dan-untuk-mati.html
http://www.rumpunsastra.com/2014/10/sinopsis-novel-masa-bergolak.html
http://andriew.blogspot.com/2011/04/hilangnya-si-anak-hilang-karya-nasjah.html
http://ilal-nurhilalia.blogspot.com/2014/02/karya-sastra-angkatan-70-dan-80-an.html
http://diramayanti.blogspot.com/2014/05/sejarah-sastra-angkatan-70-80.html
http://vildapuspittaloka2407.blogspot.com/2019/09/sejarah-sastra-angkatan-70-dan-80.html
https://www.academia.edu/33227073/SINOPSIS_NOVEL_TELEGRAM
https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-pertemuan-dua-hati-nh-
dini/
https://www.academia.edu/33227068/SINOPSIS_NOVEL_OLENKA
http://chitynurjanah.blogspot.com/2013/12/resensi-kumpulan-cerpen-seribu-kunang.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-khutbah-di-atas-bukit-karya-kuntowijoyo/
http://arkhaluthfi.blogspot.com/2013/12/sastra-angkatan-2000-reformasi.html
https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-2000-an.html
https://hamidcell.wordpress.com/kumpulan-makalah/resensi-novel-laskar-pelangi/
https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/06/11/contoh-resensi-novel-islami-resensi-ayat-ayat-
cinta/
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-supernova-ksatria-puteri-dan-bintang-jatuh/
https://starlovesifasa.wordpress.com/2012/05/17/saman/
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-negeri-5-menara/
https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Balai_Pustaka
http://www.belajaraktif.com/2016/01/ciri-ciri-karya-sastra-priode-angkatan_69.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novelsiti-nurbaya/
http://anindanurzuhra.blogspot.com/2016/05/resensi-novel-salah-asuhan.html
http://jejecrstna31.blogspot.com/2018/03/resensi-novel-azab-dan-sengsara-judul.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-salah-pilih-karya-nur-sutan-iskandar/
http://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-darah-muda.html
https://hydnast.wordpress.com/2016/09/28/resensi-novel-sengsara-membawa-nikmat/
https://www.rumpunsastra.com/2015/06/sinopsis-novel-asmara-jaya.html
https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-pujangga-baru.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Pujangga_Baru
http://wendaamelya9.blogspot.com/2015/03/resensi-novel-layar-terkembang.html
https://dickyfranswijaya.wordpress.com/tag/resensi-novel-belenggu-pengarang-armijn-pane/
http://gudanginfodantugas.blogspot.com/2018/05/resensi-tenggelamnya-kapal-van-der-
wijck.html
http://andirna.blogspot.com/2016/04/resensi-novel-dibawah-lindungan-kabah.html
https://lathifaayu.blogspot.com/2018/09/resensi-novel-dian-yang-tak-kunjung.html
http://taniagoei.blogspot.com/2016/11/resensi-novel-sukreni-gadis-bali.html
http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/12/periode-angkatan-45-1940-1955.html
https://www.academia.edu/35229146/M_A_K_A_L_A_H_SASTRA_ANGKATAN_45_DAN_
ANGKATAN_66_Fakultas_Keguruan_dan_Ilmu_Pendidikan
https://www.academia.edu/7119339/Sinopsis_novel_aki
https://masasamamasa.wordpress.com/2019/03/20/resensi-novel-atheis-oleh-achdiat-karta-
mihardja/
http://www.quadraterz.com/2016/08/resensi-novel-jalan-tak-ada-ujung-karya.html
http://kejueducation.blogspot.com/2014/08/resensi-dari-ave-maria-ke-jalan-lain.html
https://www.academia.edu/8578540/Novel_Keluarga_Gerilya_-_Ulasan
https://sajakpenaanakdesa.blogspot.com/2017/02/pengertian-sastra-latar-belakang.html
https://www.academia.edu/19576504/MAKALAH_SEJARAH_SASTRA_ANGKATAN_66
https://denisalsabila.wordpress.com/2014/12/14/sinopsis-dan-resensi-novel-karya-iwan-
simatupang/
http://kehendaklah.blogspot.com/2015/09/resensi-buku-novel-merahnya-merah-1968.html
http://www.kelanawisnu.net/2016/12/gairah-untuk-hidup-dan-untuk-mati.html
http://www.rumpunsastra.com/2014/10/sinopsis-novel-masa-bergolak.html
http://andriew.blogspot.com/2011/04/hilangnya-si-anak-hilang-karya-nasjah.html
http://ilal-nurhilalia.blogspot.com/2014/02/karya-sastra-angkatan-70-dan-80-an.html
http://diramayanti.blogspot.com/2014/05/sejarah-sastra-angkatan-70-80.html
http://vildapuspittaloka2407.blogspot.com/2019/09/sejarah-sastra-angkatan-70-dan-80.html
https://www.academia.edu/33227073/SINOPSIS_NOVEL_TELEGRAM
https://saranghaeindonesia.wordpress.com/2012/04/11/sinopsis-novel-pertemuan-dua-hati-nh-
dini/
https://www.academia.edu/33227068/SINOPSIS_NOVEL_OLENKA
http://chitynurjanah.blogspot.com/2013/12/resensi-kumpulan-cerpen-seribu-kunang.html
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-khutbah-di-atas-bukit-karya-kuntowijoyo/
http://arkhaluthfi.blogspot.com/2013/12/sastra-angkatan-2000-reformasi.html
https://melyahdwilestari.blogspot.com/2016/07/sejarah-sastra-angkatan-2000-an.html
https://hamidcell.wordpress.com/kumpulan-makalah/resensi-novel-laskar-pelangi/
https://pojokpakdani.wordpress.com/2013/06/11/contoh-resensi-novel-islami-resensi-ayat-ayat-
cinta/
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-supernova-ksatria-puteri-dan-bintang-jatuh/
https://starlovesifasa.wordpress.com/2012/05/17/saman/
https://www.tulismenulis.com/resensi-novel-negeri-5-menara/
http://maulidiana064.blogspot.com/2017/07/resensi-bawang-merah-dan-bawang-putih.html
http://deknurhasanah.blogspot.com/
https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Konten/BahasaSastra/157
https://duniaspesial.blogspot.com/2017/08/ringkasan-dongeng-si-kancil-dan-buaya.html
http://maulidiana064.blogspot.com/2017/07/resensi-bawang-merah-dan-bawang-putih.html
http://deknurhasanah.blogspot.com/
https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Konten/BahasaSastra/157
https://duniaspesial.blogspot.com/2017/08/ringkasan-dongeng-si-kancil-dan-buaya.html

Anda mungkin juga menyukai