Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah sastra adalah ilmu yang menyelidik perkembangan cipta sastra


sejak awal pertumbuhan nya hingga perkembangan sekarang. Sejarah sastra
mengkaji sastra menggunakan kriteria ekstrinsik, hal-hal yang berasal dari luar
sastra. Seperti identifikasi peristiwa kehidupan politik, sosial budaya beserta
pengaruhnya terhadap karya sastra. Sejahtra sastra adalah salah satu bagian dari
kajian ilmu sastra, kata sejarah berasal dari bahasa Arab, sejarah yang berarti
pohon. Pohon menggambarkan adanya akar, cabang, dan ranting yang
memperlihatkan adanya proses susunan peristiwa secara kronologis. Sejarah itu
sendiri mempunyai arti yang sama, yaitu rekaman perjalanan kehidupan manusia
dari masa lampau sampai masa-masa berikutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian teori sastra

C. Tujuan

1. supaya bisa memahami tentang sejarah sastra

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Sejarah sastra


Masalah sejarah sastra adalah masalah berkaitan dengan periodisasi
sastra. Sejarah sastra berkaitan erat dengan kondisi kreatif dan karya
kreatif karya sastra pada zamannya. Sejarah sastra Indonesia modern
menandai adanya pembatas antara sastra tradisional atau sastra lama.
Seperti yang telah disebutkan di artikel sebelumnya tentang sastra lama
(berkaitan dengan puisi lama), sejarah sastra Indonesia modern ditandai
dengan adanya penerbit Balai Pustaka. Balai Pustaka sebagai penerbit
yang menerbitkan karya-karya sastra pada tahun 1920 menandai tahun
penting lahirnya sastra Indonesia.

B. Sejarah sastra indonesia


Sebelumnya masih belum ada sastra Indonesia. Yang ada adalah
sastra daerah atau sastra melayu. Meskipun sebelumnya sudah ada karya
sastra yang dihasilkan jadi, sejarah sastra Indonesia modern dimulai
ketika ada karya sastra yang dibuat oleh orang Indonesia, dengan
menggunakan bahasa indonesia dan di jiwai oleh rasa ke indonesiaan.
Jadi, itu pengertian sastra indonesia yang kaitannya erat dengan sejarah
sastra indnesia. Setelah lahir, Sastra Indonesia Modern maka sejak itulah
sejarah sastra dimulai. Ditandai dengan adanya pebagian dan
perkembangan proses dan karya kreatif. Para ahli membagi sastra indonsia
pada tahapan-tahapan atau angkatan-angkatan sastra. Masing-masing
angkatan sastra dan sastrawan mengisi plot perkembangan sastra indonesia
modern menjadi satu kesatuan yang utuh. Dimulai dari angkata Balai
Pustaka atau angkatan 20-an. Penamaan 'angkatan 20' merujuk pada tahun
mulai lahirnya sastra indonesia. Penamaan angkatan 'Balai Pustaka'
merujuk pada satu-satunya penerbit atau penerbit pertama yang
menerbitkan karya sastra Indonesia di masa Penjajahan Belanda.
Karakteristik angkatan 20-an ini bisa disebut sebagai transisi antara sastra
indoensia modern dan sastra daerah. Bisa dijelaskan sebagai berikut.

2
Angkatan 20-an tema yang diangkat adalah tema pertentangan. Mencoba
mendobrak budaya dan alam pengetahuan tradisional melalui karya sastra.
Misalnya dalam masyarakat masih ada kawin paksa, dalam karya sastra
ditunjukkan bahwa kawin paksa itu menyakitkan dan sudah tidak relevan.
Akan tetapi dalam karya sastra ini, masih dipengaruhi oleh cara-cara dan
beberapa karakter karya sastra lama.
Misalnya, masih bersifat didaktis. Masih banyak berupa gaya
penceritaan seolah-olah bertutur atau mendongeng. Ini menanadai bahwa
angkatan 20-an sudah mulai modern tetapi masih mengakomodasi model
sastra Persamaan dan Perbedaan antara sastra lama dan sastra modern
angaktan 20-an atau angkatan Balai Pustaka dapat disimpulkan sebagai
berikut. Sastra Lama istana sentris, Maksudnya pusat kisah dan cerita
selalu berkaitan dengan raja-raja. Pangeran dan sekitar istana kerajaan.
Bisa dirunut kisah Damarwulan Kisa Hulu Balang Raja. Sastra modern
angkatan 20-an atau angkatan Balai Pustaka sudah tidak berpusat pada
kerajaan, sudah berpusat mengisahkan kisah masyarakat bawah yang
bukan raja. Sastra Lama bersifat mempertahankan tradisi, melalui cerita
dan ajaran. Sastra Indonesia moderna sudah mulai membahas tentang
penolakan terhadap tradisi yang dianggap kolot.
Sastra lama bersifat didaktis atau menggurui. Sama dalam sastra
Indonesia modern angaktan 20-an juga masih bersifat didaktis. Dalam
pernceritaan sastra lama diselingi pantun dan syair sama dalam sastra
angkatan 20-an. Roman atau novel juga memuat pantun dan syair yang
tidak sedikit. Periodisasi Sastra dala Sejarah Sastra Indonesia Modern
selanjutnya adalah adanya angkatan 33-an merujuk pada tahun 1933. Ada
pula yang menyebut sebagai angkatan 30-an. Ada pula yang menyebut
angkatan Pujangga Baru (Pujangga Baru) karena merujuk pada majalah
Sastra Pujangga Baru. Dalam periode ini 'Perlawanan' terhadap sastra lama
semakin terasa. Mulai bekembang puisi yang tidak lagi terikat ada pun jika
terikat sudah mulai muncul pencampuran antara pola satu dengan yang
lain. Hal ini ditandi dengan lahirnya puisi 'Bukan Beta Bijak Berperi'.

3
Puisi tersebut memiliki kemiripan dengan bentuk pantun sekaligus bentuk
puisi.
Dalam puisi Bukan Beta Bijak Berperi, bait selalu terdiri dari
empat baris. Bedanya dengan pantun, semua baris adalah isi, jadi seoalah-
olah itu adalah syair. Tetapi bedanya dengan syair, puisi tersebut
menggunakan rima sejak akhir abab, seolah-olah pantun. Bedanya
angkatan Pujangga Baru dengan Angkatan Balai Pustaka adalah Pujangga
Baru lebih berani menunjukkan ke indonesian dan nasionalisme. Maklum
semangat kemerdekaan saat itu sudah mulai memuncak. Beda dengan
tahun 1920-an yang semangat nasionalisme masih 'baru tumbuh'.
Ditambah lagi Balai Pustaka merupakan lembaga pemerintah penjajah.
Tidak mungkin tidak, pasti melakukan sensor terhadap karya sastra yang
hendak diterbitkan. Periode Sejarah Sastra indonesia selanjutnya adalah
angkatan 1945. Ciri-ciri angaktan ini adalah adanya sikap yang tegas
dalam indonesia.
Nasionalisme menjadi salah satu tema wajib dalam angkatan ini.
yang menjadi Pelopor adalah Chairil Anwar. Karena karyanya yang
membawa warna baru dalam puisi indonesia. Baik dari segi tema maupun
bentuk dan wujud karya kreatif. Dalam periode sejarah sastra ini, karya
sastra yang dihasilkan adalah karya sastra yang mendukung semangat
perjuangan dan mendukung kemerdekaan indonesia. Tidak sedikit pula
sastrawan yang terlibat aktif dalam upaya dan proses perang kemerdekaan.
Maka banyak pula karya sastra dengan tema perang dan perjuangan.
Periode Sastra selanjutnya adalah angkatan 66 atau angkatan 60-an.
Sejarah Sastra Indonesia ini disusun berkaitan dengan kecenderungan
karya sastra yang dihasilkan. Karya sastra pada masa ini berisi tema-tema
politik. Dengan gaya penceritaan yang semakin tegas dan beragam. Dalam
masa periodisasi sejarah sastra indonesia ini, ditandai juga dengan
perselisihan antar sastrawan perselisihan dan pertentangan bahkan berupa
penyerangan karakter muncul seiring perbedaan pilihan politik dan sikap
politik para sastrawan. Pada masa ini ditandai dengan adanya lembaga-
lembaga sastra yang berafiliasi dengan partai politik.

4
Ada lembaga kebudayaan rakyat (Lekra) yang berafiliasi dengan
PKI. Ada pula Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia)
berafiliasi dengan Partai NU. Selanjutnya, periodisasi sejarah sastra
Indoensia Modern adalah angkatan 80-an. Dalam angkatan ini Puisi
kembali menemukan pola baru. Dengan represi pemerintah yang sangat
kuat, maka puisi menjadi penyalur aspirasi yang sangat efektif. Selain
dengan bahasa bersayap yang tidak bisa dimaknai satu arah, puisi juga
efektif untuk mengkritik pemerintah. Terlebih pada periode ini muncul
puisi kontemporer yang seolah olah kembali ke bentuk awal puisi sebagai
mantra. Bedanya puisi kontemporer mengambil tema kekinian dan ditulis
dalam bentuk kekinian. Mesekipun pola penulisannya ada yang mirip
dengan mantra. Selanjutnya ada pula yang menyebut adanya angkatan
sastra indonesia di tahun 2000 dan menyebut 'Angkatan 2000. Meskipun
ada pula yang mengkritik bahwa tidak ada angkatan 2000 karena tidak ada
pola karya yang menonjol dibandingkan dengan angkatan sebelumya.
Masalah periodi sastra ini muncul karena seolah tidak ada kritik
sastra yang kuat mampu 'dianut' atau 'dikritik' oleh pelaku sastra yang lain.
Tetapi, pernah terbit buku 'Angkatan 2000. Di tahun 2000 juga muncul
sastra poskolonial. Karena berkaitan dengan penguasa dan karya sastra
yang baru bisa terbit pada tahun 2000 meskipun ditulis jauh sebelum itu.
Pada tahun 2000-an juga mulai muncul sastra novel yang berupa 'buku
Motivasi'. Ada dan berkembang pula sastra lendir, yang mengeksplorasi
seksualitas secara berlebihan yang sebelumnya dianggap tabu. Pada tahun
2000-an pula muncul novel-novel 'pesantren'. Novel yang ditulis oleh
santri dengan latar pesantren dan penceritaan sekitar pesantren itulah
periode-periode sastra indonesia berkaitan dengan sejarah sastra indonesia.
Jika merujuk pada pola urutan waktu dapat ditelah sebagai berikut.
Lahir tahun 1920
Angkatan 1930 (selisih dangan angkatan sebelumnya 10 tahun).
Angkatan 1945 (selisih dengan angakatan sebelumnya 15 tahun)
Angkatan 1966 (selisih dengan angakatan sebelumya 20 tahun) Angkatan
1980-an (Selisih 20-an tahun) Angkatan 2000-an (selisih 20-an tahun).

5
Melihat pola ini sejarah sastra Inodnesia harusnya memiliki
angkatan baru pada tahun 2020 atau 2025. Tetapi akan ada apa di tahun
2020 atau 2025. Akan muncul karya fenomenal yang menjadi mercusuar
dan ditiru oleh gerakan para penulis yang lain, mungkin bisa jadi. Atau
sejarah sastra Indonesia akan berakhir begini-begini saja. Periodisasi sastra
berhenti pada 1980 seperti pada kurikulum pendidikan di sekolah. Karena
sejarah selalu berkaitan dengan waktu dan hanya bisa dijawab dengan
jawaban klasik.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

6
Sejarah sastra adalah cabang ilmu sastra yang menyelidiki perkembangan
ciptasastra sejak awal pertumbuhannya hingga perkembangannya sekarang.
Seperti identifikasi peristiwa kehidupan politik, sosial-budaya beserta
pengaruhnya terhadap karya sastra. Sejarah sastra adalah salah satu bagian dari
kajian ilmu sastra.

Daftar Pustaka

http://kamus-sastra.blogspot.com/2017/04/sejarah-sastra-indonesia-modern.html

7
8

Anda mungkin juga menyukai