PENDAHULUAN
KOMPETENSI DASAR
Saudara Mahasiswa, dalam bab ini Anda akan membaca berbagai informasi
tentang berbagai masalah yang terkait dengan sejarah sastra, khususnya sejarah
sastra Indonesia. Bacalah uraian di bawah ini dengan saksama dan pahamilah
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah angkatan dan peridisasi Sejarah
ahli
1
URAIAN MATERI
Sebagaimana kita ketahui, wilayah studi sastra dibagi atas tiga bidang
utama, yaitu teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Teori sastra adalah
bidang studi sastra yang memberikan pengetahuan tentang pengertian sastra pada
umumnya, mengenai arti, asal, bentuk, isi, pemakaian rima, gaya bahasa, aliran-
aliran dalam sastra dan sebagainya. Kritik sastra adalah bidang studi sastra yang
dan pertimbangan atau sasran-saran atas hasil karya sastra. Sejarah sastra berarti
masa lampau tanpa ada hal yang ditinggalkan. Begitu pula ketika kita
pernah terjadi di Indonesia harus dijabarkan secara terinci tanpa ada yang
Indonesia melahirkan karya sastra sampai saat ini, baik lisan maupun tulis.
dalam dunia sastra Indonesia. Kita dapat mengaca bagaimana reaksi masyarakat
ketika ada upaya untuk menamakan ‘Angkatan 45’ atau ‘Angkatan Chairil
Anwar’ dan beberapa tahun kemudian muncul perdebatan lagi masalah lahirnya
2
‘Angkatan 50’ atau ‘Angkatan Sesudah Chairil Anwar’ atau ‘Angkatan Terbaru’;
kemudian muncul lagi perdebatan ketika ada yang berusaha memberi nama
‘Angkatan 66’. Istilah periodisasi lebih mengacu pada tahun atau periode lahirnya
sekelompok karya sastra yang memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri
Perdebatan terjadi karena sebagaimana setiap masalah, pasti ada yang pro
(setuju) dan ada yang kontra (menolak). Dan masing-masing pihak mempunyai
alasan-alasan yang dapat diterima, tetapi tetap saja tidak diperoleh kata sepakat.
pada akhirnya istilah tersebut dipakai saja. Namun, akhirnya masyarakat pemakai
Jika kita telaah, perdebatan terjadi karena tidak pernah dijelaskan terlebih
sastra, atau lebih tepat lagi para penelaah sejarah sastra. Perdebatan terjadi
sebagian besar disebabkan oleh adanya pengarang yang ikut di dalamnya. Apabila
Secara garis besar, apabila kita berbicara angkatan dalam sastra, dapat
dibagi dalam dua golongan, yaitu: (1) mereka yang menafsirkan masalah
pengarang), dan (2) mereka yang melihatnya secara objektif berdasarkan karya-
3
karya sastra yang nyata. Kedua pihak berdebat tak kunjung selesai karena mereka
dalam berdialog tidak menyadari bahwa kata dan istilah yang mereka gunakan
adalah suatu golongan yang diikat oleh ‘satu ikatan jiwa, kesatuan semangat
dalam rangkuman tempat, masa, dan lingkungan yang sama’. Sikap ini
ditunjukkan oleh Asrul Sani dan Idrus ketika menyikapi lahirnya ‘Angkatan 45’.
Sikap ini seolah-olah mengandung arti bahwa urusan pengarang lah untuk masuk
Sebagai wakil dari golongan kedua yang objektif adalah Rachmad Djoko
Pradopo. Menurutnya angkatan dalam sastra adalah suatu bagian waktu yang
dibatasi oleh suatu sistem norma-norma yang tersangkut dalam proses sejarah itu
dan tak dapat dipisahkan darinya. Sepuluh tahun kemudian, Boejoeng Saleh
mengatakan hal yang hampir sama, tetapi istilah yang digunakan adalah period.
Dia mengatakan bahwa ‘pembagian period-period sastra itu berdasarkan atas pola-
cara berpikir dan merasa serta cara mengungkapkan kepada pikiran dan perasaan
mengartikan istilah angkatan yang sama dengan arti period atau periode (Rosidi,
1988:15).
4
1.2 Pembagian (Periodisasi) Sejarah Sastra Indonesia
(modern) dengan patokan yang jelas, bukan suatu hal yang mudah. Pemisahan ini
dan kesusastraan Indonesia sesudah perang. Hal ini karena sifatnya yang sangat
relatif. Sampai sekarang, pengetahuan kita tentang sejarah sastra Indonesia terbagi
atas tiga periode, yaitu: Sastra Indonesia Lama (Klasik), Sastra Peralihan, dan
berusaha menyusunnya. Dan antara satu ahli dengan yang lain terjadi perbedaan
terdapat tiga periode atau pembabakan dalam sejarah sastra Indonesia. Untuk
5
3. Sastra Islam : ± 1450 s.d. ± 1800
B. Sastra Peralihan (disebut juga masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi):
C. Sastra Indonesia Baru (Sastra Modern): ± 1908 s.d. sekarang, yang terdiri:
1945
diawali dari sejak adanya bangsa Indonesia, walaupun ketika itu belum bernama
Indonesia (baca=Nusantara). Dan Nusantara ketika itu diwakili oleh berbagai suku
6
bangsa yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, yang identik dengan istilah
Sastra Daerah sesuai dengan jumlah suku-suku bangsa yang ada di Nusantara.
Meskipun masyarakat ketika itu belum mengenal bahasa tulis, tetapi diyakini
penduduk Nusantara sudah mengenal sastra yang merupakan salah satu bentuk
kebudayaan yang mempunyai nilai sangat tinggi yang pada awalnya dalam bentuk
sastra lisan.
kehidupan sastranya. Dan setiap periode memiliki ciri khas yang berbeda dengan
Maksudnya, kehidupan sosial politik yang terjadi pada kurun waktu tertentu
sangat berpengaruh pada kehidupan bersastra masyarakatnya. Hal ini wajar karena
sastra dapat dikatakan sebagai cermin kehidupan masyarakat pada suatu zaman
kebudayaan masyarakat yang sangat jujur. Hal ini karena adanya keterkaitan yang
sangat erat antara sastra, pengarang, dan masyarakat. Pengarang sebagai bagian
dari masyarakat ikut melihat, mengalami, dan merasakan apa yang dilihat,
dialami, dan dirasakan oleh masyarakat ketika itu. Melalui kelebihannya dalam
7
dunia yang mencerminkan dunia yang sesungguhnya. Pengarang mempunyai
Dunia baru yang dihadirkan pengarang dapat sama, mirip, atau berbeda sama
PERTANYAAN PERLATIHAN
1. Jelaskan yang Anda ketahui tentang perbedaan teori sastra, kritik sastra,
8
RANGKUMAN
Wilayah studi sastra dibagi atas tiga bidang utama, yaitu teori sastra, kritik
sastra, dan sejarah sastra. Masing-masing bidang memiliki ciri khas. Istilah yang
Masalah angkatan merupakan masalah yang peka dalam dunia sastra Indonesia.
Secara garis besar, apabila kita berbicara angkatan dalam sastra, dapat
dibagi dalam dua golongan, yaitu: (1) mereka yang menafsirkan masalah
pengarang), dan (2) mereka yang melihatnya secara objektif berdasarkan karya-
karya sastra yang nyata. Masing-masing memiliki alasan yang kuat untuk
mempertahankan pendapatnya.
atas tiga periode, yaitu: Sastra Indonesia Lama (Klasik), Sastra Peralihan, dan
Sastra Indonesia Baru (Modern). Masing-masing periode memiliki ciri khas yang
TUGAS PENGAYAAN
Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam bab ini. Bacalah berbagai buku sumber
9
BAB II
KOMPETENSI DASAR
berbagai keterangan tentang pengertian sastra klasik atau sastra daerah atau sastra
Nusantara, yang dalam beberapa sumber disebut dengan istilah Sastra Indonesia
Lama. Anda juga diharapkan dapat menjelaskan empat sastra daerah yang
tergolong besar, yang memiliki pengaruh yang besar pula dalam khasanah
perkembangan sastra Nusantara. Keempat sastra daerah itu adalah Sastra Jawa,
Sastra Sunda, Sastra Melayu, dan Sastra Bali. Di samping itu, Anda juga akan
Secara khusus setelah membaca uraian dalam bab ini diharapkan Anda
dapat:
2. Menyebutkan empat sastra daerah yang tergolong besar dalam khasanah sastra
3. Menjelaskan ciri khas karya sastra pada masa Purba beserta contoh karyanya
4. Menjelaskan tugas pawang dan penglipur lara pada masa sastra Purba
10
5. Menjelaskan ciri khas sastra pada masa Hindu dan contoh pengarang-
6. Menjelaskan ciri khas sastra pada masa Islam dan contoh pengarang-pengarang
7. Menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan sastra zaman Peralihan beserta
tokohnya
URAIAN MATERI
2.1 Pengantar
bersifat kedaerahan dan dinamakan sastra daerah atau sastra Nusantara yang
bersifat klasik. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara
budayanya, maka karya sastra Nusantara ini sangat beragam jika dilihat dari segi
isi. Dengan demikian, seluruh karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang-
pengarang dari berbagai daerah yang ada di wilayah Nusantara dan isinya
bercirikan kedaerahan, digolongkan sastra Nusantara atau sastra klasik atau lebih
kita kenal dengan sebutan sastra Indonesia lama. Selain itu, sastra Nusantara atau
11
Berdasarkan uraian tersebut maka sastra Indonesia lama atau klasik terdiri
atas sastra Jawa, sastra Sunda, sastra Bali, sastra Melayu, sastra Aceh, sastra
Sasak, sastra Gorontalo, sastra Madura, dan sastra-sastra daerah lain yang dimiliki
oleh sejumlah suku bangsa yang ada di Indonesia yang telah memiliki budaya
bersastra. Oleh karena setiap daerah memiliki bahasa daerah dan kebudayaan yang
berbeda maka sastra daerah tersebut juga memiliki ciri tersendiri. Sebagai contoh,
gurindam, legenda, mite, sage, dongeng, hikayat dan sebagainya. Sastra Sunda
Sastra Nusantara atau Sastra Daerah meliputi berbagai bentuk sastra daerah
yang dimiliki oleh sejumlah suku bangsa di Nusantara ketika itu, tidak hanya
bentuk-bentuk sastra yang dimiliki oleh suku Melayu sebagaimana kita ketahui
selama ini.
beberapa daerah yang tergolong besar dalam khasanah Sejarah Sastra Indonesia.
Kita sebut saja Sastra Jawa, Sastra Melayu, Sastra Sunda, dan Sastra Bali.
Keempat sastra daerah tersebut digolongkan sastra besar baik karena usianya yang
sudah sangat tua, dari jumlah karya, maupun karena pengaruhnya terhadap
Sastra Jawa merupakan sastra paling tua dan paling kaya di Nusantara. Kaya
dalam arti jika dilihat dari segi jumlah dan ragam karya sastranya. Selain itu,
12
sastra tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap sastra lain. Sebagi
contoh, genre khas sastra Jawa yang bernama macapat, telah mempengaruhi
sastra daerah Sunda dan sastra daerah Madura sehingga sastra Sunda dan Sastra
Madura juga mengenal bentuk macapat. Contoh lain, genre sastra yang bernama
dengan baik di dalam masyarakat Tagalog dan Campa. Dan kisah Epos
Mahabharata dan Ramayana telah diakui para ahli sebagai karya yang jauh lebih
Dalam sejarahnya, sastra Jawa memang paling tua. Hal ini dibuktikan
dengan telah dilaluinya berbagai periode. Sastra Jawa dalam pertumbuhan dan
b. Berbentuk kakawin
13
3. Sastra Jawa Baru, memiliki ciri0ciri:
b. Berbentuk macapat
(puisi) dan gancaran (prosa). Dan dari segi isi, sangat beragam, termasuk
pengaruh berbagai ajaran agama ke dalam isi karya sastra. Dalam hal ini yang
Sastra Melayu juga merupakan sastra yang tua dan memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan sastra daerah lain bahkan
sastra Indonesia modern di kemudian hari. Sastra Melayu sangat kaya dari segi
jumlahnya dan dari segi isinya sangat bagus. Banyak sastrawan Melayu yang
namanya sangat besar dalam khasanah sejarah sastra Indonesia karena karya-
karyanya yang besar. Kita telah mengenal nama-nama Nuruddin Ar-Raniri, Raja
Ali Haji, Hamzah Fansuri, Tun Sri Lanang Datuk Bendahara Raja, dan Abdullah
bin Abdul Kadir Munsyi. Mereka adalah tokoh-tokoh sastra Melayu yang akhirnya
14
turut mewarnai khasanah sastra Indonesia dan kebesaran nama mereka karena
Sastra Sunda juga merupakan sastra yang tua dan kaya pula. Namun, pada
zaman dahulu kurang mendapat perhatian dari para ahli atau peneliti sastra. Hal
ini jika dibandingkan dengan perhatian yang diberikan kepada sastra Jawa.
Dengan demikian, masih sangat banyak naskah-naskah kuna yang berupa sastra
yang belum diteliti. Sastra Sunda mulai tertulis sejak zaman Padjadjaran (abad
XIX) dan sebelumnya masih berupa sastra lisan. Kita mengenal kisah-kisah dalam
Kusumah,dan lain-lain.
kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Hal ini dapat kita maklumi karena isinya
terdapat pula karya asli Bali yang kita kenal dengan judul Layonsari dan
Jayaprana. Kisah ini senada (seversi) dengan kisah Roro Mendut dan Pronocitro
dalam khasanah sastra Jawa. Dan dalam lingkup universal, kita mengenal karya
karya sastra dari daerah lain. Penulis percaya, sastra daerah lain juga tidak kalah
besar dan menariknya. Namun, untuk kepentingan saat ini, dirasa contoh keempat
15
Yang perlu diketahui adalah bahwa sastra daerah tersebut sebagian besar
kesusastraan modern) dan berkisah tentang negeri antah berantah yang berbentuk
kerajaan (istana sentris). Para tokoh utama berkisar pada keluarga kerajaan, yaitu
bisa sang raja, sang ratu atau permaisuri, pangeran, puteri, atau binatang yang
misalnya, ada seorang puteri yang dikutuk oleh penyihir menjadi bangau, dan
akan kembali menjadi puteri jika bertemu dengan seorang pangeran yang tampan
dan baik hati serta mencintainya dengan tulus atau dapat pula terjadi sebaliknya.
tatakehidupan masyarakat lama. Karena itu, sastra lama bergantung pada sifat-
(1990:3) meliputi:
3) Bersifat statis menurut ukuran masyarakat sekarang yang serba dinamis, yaitu
keluarga kerajaan
16
6) Bersifat didaktis, yaitu memberikan ajaran/didikan kepada pembaca baik yang
perlambang
berlaku
tetap saja
Sastra masa Purba adalah sastra yang tumbuh dan berkembang sejak zaman
nenek moyang bangsa indonesia yang mendiami tanah air Indonesia mulai
beradab sampai kedatangan agama Hindu. Bentuk sastra pada masa purba adalah
sastra lisan karena waktu itu masyarakat belum mengenal tulisan. Sastra masa
Hasil karya sastra purba pada mulanya tidak digunakan orang untuk
yang menurut anggapan masyarakat ketika itu bersarang di mana-mana. Jadi hasil
karya sastra saat itu dijadikan sebagai alat untuk memperoleh kekuatan gaib. Oleh
karena itu bentuk sastra pada masa itu berupa mantra-mantra atau doa-doa
yang bersifat lisan. Hal itu karena masyarakat masa purba selalu hidup dalam
ketakutan pada roh-roh nenek moyang. Guna membina hubungan dengan roh-roh
17
nenek moyangnya, orang mempergunakan mantra-mantra atau doa-doa dengan
kata-kata pilihan dan bentuk-bentuk yang tetap agas kekuatan gaibnya tidak
hilang.
Untuk tiap-tiap keperluan ada mantra atau doa tertentu, dan tidak sembarang
tersebut dipercaya memiliki hubungan erat dengan roh-roh nenek moyang atau
yang biasanya dikenal dengan nama pawang. Dengan demikian, tugas pawang
dongeng.
antaranggota masyarakat.
Sastra pawang itulah yang dianggap sebagai permulaan sastra purba dan
menjadi bentuk seni rakyat yang sejati. Lama-kelamaan bentuk sastra masa purba
18
mengalami perubahan. Kekuatan gaib bukan lagi merupakan hal terpenting
melainkan kesenangan diri yang labih utama. Dalam hal ini pusat perhatian orang
mulai diarahkan pada ahli-ahli cerita yang dinamakan penghibur hati atau
penglipur lara.
binatang yang berlaku sebagai manusia, cerita jenaka, dongeng keajaiban alam.
menarik hati bagi yang mendengarnya, dan karena terhibur sehingga terlupa akan
kedukaan hidupnya. Cerita itu dapat menghibur hati yang sedang lara, karena
Cerita pelipur lara tersebut berlangsung lama sekali dan disampaikan atau
diwariskan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi. Setelah masyarakat
agama Islam masuk ke Indonesia. Cara penglipur lara bercerita selalu didahului
kata-kata bahwa ceritanya itu menurut cerita orang zaman dahulu yang diturunkan
yang telah digariskan oleh leluhurnya. Di samping itu, dapat juga dimaknai
mereka ingin lepas dari tanggung jawab dari segi isi cerita. Kebiasaan semacam
ini terus berlangsung sampai Islam masuk, seperti pada penggunaan kalimat: wa
bihi nasta’inu billahi ala; ini hikayat orang dahulu kala; kata sahibulhikayat; dan
19
Adapun bentuk-bentuk cerita sastra pada masa purba dapat digolongkan
Kiai Ageng Sela, Nyai Rara Kidul, dongeng tentang gempa, dongeng tentang
gerhana, dongeng tentang terjadinya padi, jagung, dongeng tentang kancil dan
buaya, kancil dan lembu, kancil dan harimau, gagak denga ketam, gagak dengan
Malin Kundang; (3) cerita-cerita jenaka, misalnya: si Luncai, Cerita Pak Kadok,
Pak Pandir, Pak Belalang, lebai Malang; (4) cerita pelipur lara, misalnya:
Hikayat Malim Deman, Hikayat Anggun Cik Tunggal, Hikayat si Miskin, Kaba
Kira-kira pada tahun 500 di Indonesia sudah mulai kelihatan adanya sastra
tertulis. Masyarakat sudah mulai mengenal tulisan setelah bangsa Hindu datang ke
Indonesia. Namun, pada saat itu yang mengenal tulisan hanyalah orang-orang
terentu saja, misalnya para raja dan keluarganya serta kaum bangsawan lainnya
yang jumlahnya hanya sedikit. Masyarakat umum yang jumlahnya sangat banyak
Sejak itu kebudayaan berpusat pada lingkungan keraton, dan sebagai dampaknya
20
dalam kehidupan sastra pun bersifat istana sentris. Dengan demikian, sastra
1. Mahabharata
(wiracarita) yaitu cerita tentang kehidupan pahlawan. Wiracarita ini tumbuh dan
berkembang kira-kira 800 tahun, yakni mulai tahun 400 sebelum Masehi sampai
Epos Mahabharata terdiri aas 100.000 seloka (tiap seloka terdiri atas dua
baris dan tiap baris terdiri atas 16 suku kata) dan terbagi atas 18 jilid (parwa)
tahun 1000, yakni pada zaman pemerintahan raja Darmawangsa; dan pada abad
Perang Pandawa Lima, Hikayat Sang Boma, dan Hikayat Langlang Buana.
21
2. Ramayana
(wiracarita). Cerita ini dalam bentuk gubahan seni yang sangat indah, yang
yakni sejak tahun 200 sebelum Masehi sampai tahun 200 sesudah Masehi.
Epos ramayana terdiri atas 24.000 seloka, yang terbagi atas 7 jilid
beda.
3. Pancatantra
dunia. Pada awalnya, cerita Pancatantra hanya hidup di lingkungan keluarga raja.
Namun, akhirnya menjadi bacaan umum karena isinya penuh dengan pedoman
Menurut kisah, cerita ini berasal dari India. Raja Kisra Anu Syirwan dari
ke dalam bahasa Persi. Kemudian, pada tahun 672, cerita Pancatantra dari bahasa
22
Persi masuk ke dunia Barat. Seorang ahli yang menyelidiki pengaruh Pancatantara
terkenal adalah Hitopadeça. Dalam sastra Indonesia terdapat dua macam cerita
yang bersumber dari Pancatantra, yaitu Hikayat Panca Tanderan dan Hikayat
Kalilah dan Daminah. Hikayat Panca Tanderan disadur oleh Abdullah bin Abdul
Kadir Munsyi dari Pancatantra yang berbahasa Hindu pada 12 Oktober 1835
dengan bantuan seorang sahabatnya dari India yang sangat paham bahasa Hindu
Anekaçakti) sangat sedih karena ketiga puteranya itu sangat membenci buku.
Akibatnya, ketiganya tidak dapat menjadi orang pandai. Kemudian raja mencari
enam bulan sehingga mereka menjadi orang yang sempurna ilmunya. Dalam
23
d. Cerita tentang orang yang telah kehilangan harta benda yang telah
4. Syukasaptati
Dalam sastra Indonesia, cerita ini lebih dikenal dengan nama Hikayat
Bayan Budiman. Cerita ini berisi tujuh puluh cerita bayan atau burung nuri, yaitu
cerita berbingkai yang isinya tentang sepasang burung nuri yang dapat berbicara
dan berlaku seperti manusia. Burung jantan akhirnya dapat mencegah perbuatan
majikannya yang mau berbuat serong dengan laki-laki lain dengan jalan bercerita
yang sangat menarik sampai 70 malam, sampai sang suami majikannya pulang
dari berdagang. Intinya, cerita tersebut digubah sebagai bahan renungan budi
pekerti.
Nakhsyabi pada tahun 730 Hijriyah ke dalam bahasa Parsi dengan judul Tuti
Nameh. Kemudian, terjemahan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Turki oleh Sari
Abdullah Effendi, dan pada 1801 diterjemahkan ke dalam bahasa Hindustani oleh
Haidari.
Hikayat ini juga terkenal dalam sastra Jawa dan Bugis, bahkan ada
terjemahnnya di Eropa. Hikayat ini diterjemahkan dalam bahasa Jawa oleh Kali
Hasan pada tahun Dal 773 atau diselesaikan pada 25 Rabiulawal 1269 bertepatan
hari Jumat pukul delapan. Dalam sastra Indonesia, hikayat tersebut masuk melalui
sastra Parsi, yaitu Tuti Nameh, dan dikenal dengan judul Hikayat Khojah
24
Maimun, Hikayat Khojah Mubarak, dan Cerita Taifah. Pada 1934 Bayan
dimasukkan juga cerita-cerita Jawa asli yang disebut dengan Cerita Panji.
Walaupun cerita-cerita tersebut bukan berasal dari India tetapi terasa di dalamnya
ada unsur-unsur Hinduisme. Cerita Panji berasal dari Jawa Timur, dan ceritanya
meliputi 4 kerajaan yakni Daha, Kahuripan, Gagelang, dan Singosari. Dari Jawa
Timur cerita Panji meluas ke Pulau Bali (dengan nama Malat), Lombok,
Cerita Panji banyak sekali macamnya, dan dalam sastra Indonesia dikenal
dengan berbagai judul, dalam bentuk hikayat, syair dan bentuk lain. Contoh dalam
bentuk hikayat, antara lain: Hikayat Panji Kuda Semirang, Hikayat Panji
Semirang, Hikayat Naya Kusuma, Hikayat Cekel Waneng Pati, Hikayat Dalang
Indera Kusuma, Hikayat Prabu Anom, Hikayat Dewa Asmara Jaya, Hikayat
Anom Mataram, Hikayat Dalang Pudak Asmara, dan sebagainya. Dan dalam
bentuk syair, misalnya: Syair Panji Semirang, Syair Ken Tambuhan, dan dalam
bentuk lain, misalnya: Lelakon Mesa Kumitar, Undakan Agung Udaya, Cerita
Cerita Panji tergolong cerita komunal dan bersifat anonim, karena cerita
25
2.4 Sastra Masa Islam
Malaka. Pada saat itu Malaka merupakan pusat perdagangan baik yang dari dalam
maupun luar negeri. Oleh karena itu banyak saudagar asing yang datang ke kota
tersebut dan membawa pengaruh dalam hal kebudayaan yang mereka bawa dari
nagara asalnya. Kebudyaan Islam, terutama yang menyangkut agama dan bahasa
hati orang-orang Melayu. Dengan demikian, pengaruh Islam pun mulai masuk ke
adalah sastra Indonesia yang sudah terpengaruh agama Islam. Islam masuk ke
Gujarat. Itulah sebabnya dalam sastra bercorak Islam sering masih terasa adanya
masyarakat Indonesia masih terasa; hanya pemegang peranan dalam sastra bukan
Dampak lain dari pengaruh Islam adalah pada sifat sastra Melayu yang
sebagai huruf milik sendiri sehingga dinamakan huruf Jawi atau Arab-Melayu.
Sayang sekali perkembangan sastra yang maju pesat pada waktu itu tidak dapat
26
bertahan lama karena pada tahun 1511 Angkatan Laut Peringgi (Portugis)
Sultan digantikan oleh anaknya yang bergelar Sultan Alaudin Syah II dan
perlawanan kepada Portugis tetapi selalu gagal. Peristiwa ini menyebabkan sisa-
pujangga untuk mengadakan penulisan ulang atau membuat lagi buku-buku yang
sudah lenyap itu. Akhirnya dari Johor lah sekarang kita dapat menyelidiki sastra
Adapun para pujangga istana yang termasuk masa sastra Islam dapat
27
Buku ini mulai ditulis tahun 1612, tetapi karena berbagai peristiwa yang
b. Hamzah Fansuri
Tokoh ini adalah ahli suluk (sufi) termashur yang telah mengunjungi
manusia tidak dapat diterima oleh ulama Islam pada waktu itu. Akibatnya,
Syair Perahu
Syair Dagang
c. Syamsuddin al-Sumatrani
Tokoh ini merupakan murid Hamzah Fansuri dan yang mempunyai nama
dan ahli suluk yang hidup di istana raja Aceh bernama Sultan Iskandar
28
Buku-bukunya meskipun banyak dibakar, tetapi sempat banyak disalin
adalah:
Mir’at al Mu’minin
Mir’at al Iman
d. Nuruddin ar-Raniri
Tokoh ini adalah ahli agama dari Gujarat (India) yang berpegang teguh pada
agama Islam yang kolot. Dialah yang dengan keras menentang ajaran ahli-
Islam pada waktu itu. Polemiknya terhadap mereka ditulis dengan judul
29
Bustanussalatina (Taman Raja-raja)
e. Bukhari al-Jauhari
Tokoh ini adalah seorang ulama Isalam Johor yang menetap di Aceh pada
Tokoh ini adalah seorang pujangga yang masih merupakan saudara sepupu
Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau pada 1844-1857. Buah penanya
adalah:
g. Siti Saleha
Tokoh wanita ini adalah saudara Raja Ali Haji. Menurut H. Von de Wall,
dialah yang mengarang buku Syair Abdul Muluk tetapi menurut pengakuan
Raja Ali Haji sebagaimana dalam suratnya kepada Roorda van Eysinga
Perlu diketahui, buku-buku sastra masa Islam ditulis dalam corak prosa dan
syair. Mula-mula sastra Islam bercorak ajaran-ajaran Islam, riwayat para nabi,
30
ketatanegaraan. Setelah itu barulah bercorak sejarah, pelipur lara, dan
simbolis/didaktis.
PERTANYAAN/PERLATIHAN
(2) Sebutkan empat sastra daerah yang tergolong besar dalam khasanah sastra
(3) Jelaskan ciri khas karya sastra pada masa Purba beserta contoh karyanya
(4) Jelaskan tugas pawang dan penglipur lara pada masa sastra Purba
(5) Jelaskan ciri khas sastra pada masa Hindu dan contoh pengarang-
(6) Jelaskan ciri khas sastra pada masa Islam dan contoh pengarang-pengarang
(7) Jelaskan berbagai hal yang terkait dengan sastra zaman Peralihan beserta
tokohnya
(8) Simpulkan ciri khas sastra pada masa klasik secara umum
RANGKUMAN
yang akhirnya disebut juga dengan sastra Nusantara atau sastra klasik. Dalam
31
berbagai buku sejarah, sastra tadi disebut dengan sastra Indonesia Lama. Disebut
demikian karena sastra-sastra tersebut lahir dan bercirikan kedaerahan baik dari
Indonesia, terdapat empat daerah yang karya sastra tergolong besar. Hal ini dilihat
dari segi jumlah dan keragaman karya serta pengaruhnya pada sastra daerah lain
bahkan negara lain. Keempat sastra daerah tersebut adalah Sastra Jawa, Sastra
Dalam sejarahnya, setiap sastra lahir dipengaruhi oleh keadaan sosial dan
budaya masyarakatnya, begitu pula yang terjadi dalam karya sastra klasik. dalam
ajaran agama tertentu bahkan sebelum dikenal nama agama, masyarakat kita
hal ini, sastra klasik dibagi menjadi beberapa periode, yaitu sastra masa purba,
sastra masa Hindu, dan sastra masa Islam. Dan setiap periode menghasilkan
TUGAS PENNGAYAAN
(1) Bacalah salah satu karya sastra klasik dari Jawa dan buatlah rangkuman serta
32
(2) Bacalah salah satu karya sastra klasik dari Sunda dan buatlah rangkuman
(3) Bacalah salah satu karya sastra klasik dari Melayu dan buatlah rangkuman
(4) Bacalah salah satu karya sastra klasik dari Bali dan buatlah rangkuman serta
BAB III
SASTRA PERALIHAN
33
KOMPETENSI DASAR
pengetahuan tentang sejarah sastra Indonesia yang Anda ketahui. Dalam bab ini
dan bagaimana kiprah sang pelopor sehingga dia disebut tokoh zaman peralihan
Secara lebih khusus, setelah membaca bab ini Anda diharapkan dapat:
keluarganya
2. Menjelaskan kepeloporan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dalam hal sastra
zaman peralihan
4. Memberi contoh karya-karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang berupa
karya sastra
5. Memberi contoh karya-karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang berupa
URAIAN MATERI
34
Sastra peralihan dipelopori oleh seorang tokoh sastra Melayu yang bernama
merupakan masa beralihnya dari satu zaman ke zaman lain, yakni dari zaman
klasik ke zaman modern. Maksudnya adalah bahwa pada waktu itu terjadi
mengalami perubahan, yakni dari sastra yang berciri klasik ke sastra yang baru
yang tidak lazim ada sebelumnya. Peralihan ini tentu masih membawa beberapa
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi lahir pada 1796 di Malaka. Beliau adalah
mendapat julukan peranakan Melayu (anak Jawi pekan). Karena itu pula, pada
masa anak-anak dia harus mempelajari tiga bahasa, yaitu bahasa Melayu, bahasa
Arab, dan bahasa Keling. Dan untuk keperluan pekerjaannya kelak dia harus
mempelajari bahasa Inggris, bahaa Belanda, dan bahasa Cina. Oleh karena
banyak orang berguru padanya dan akhirnya mendapat gelar Munsyi yang berarti
guru bahasa.
dan ahli bahasa yang berasal dari Yaman (Arab). Mula-mula ia menetap di Nagore
di tanah Keling (India) dan menikah dengan perempuan Keling. Dari perkawinan
tersebut lahirlah kakek Abdullah. Kakek Abdullah akhirnya pergi ke timur dan
menetap di Malaka sebagai guru bahasa. Di sana dia menikah dengan perempuan
anak seorang alim yang terkenal pada masa itu. Nenek Abdullah adalah seorang
35
terpelajar juga dan menjadi guru kela pada suatu sekolah di Malaka yang paling
Dari perkawinan itu, lahirlah ayah Abdullah yang juga menjadi guru agama
sekaligus guru bahasa. Selain itu, ia menjadi pembantu (asisten) Marsden, seorang
peneliti bahasa berkebangsaan Inggris. Dan dari perkawinannya yang kedua kali,
Syeh Abdulkadir mempunyai lima orang anak laki-laki, dan Abdullah merupakan
anak bungsu. Keempat saudara Abdullah telah meninggal ketika mereka masih
anak-anak.
sastra Indonesia baru, karen dialah yang pertama menerobos benteng sastra lama.
berkarya sastra. Dia berani meninggalkan bentuk-bentuk ikatan lama dan menulis
dengan cara lain pada masa itu. Hal itu terjadi karena pengaruh dari pergaulannya
lain-lain. Dari mereka Abdullah mengenal berbagai bentuk sastra Barat dan
yaitu: (1) apa yang dijadikan pokok pembicaraan, dan (2) bahasa yang digunakan.
Pada hal yang pertama, para pengarang sebelumnya selalu mengarang tentang
istana (istana sentris). Hal ini dapat dimaklumi karena kehidupan pengarang tidak
dapat bebas, mereka bergantung pada raja. Oleh karena mereka digaji oleh
kerajaan dan merupakan pegawai raja, maka mereka hanya menulis hal yang baik-
baik saja dari raja dan keluarganya serta tidak pernah menulis yang buruk-buruk
36
tentang mereka. Abdullah sudah menceritakan sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Ditulisnya juga kisah tentang orang yang
riwayat hidupnya sendiri dengan tidak menyembunyikan hal-hal yang kurang baik
mencari kekuatan ekspresinya pada kata-kata biasa yang sering dipakai dalam
kehidupan sehari-hari.
prosa dalam bentuk hikayat dan menulis puisi dalam bentuk syair. Oleh karena
itu, pantaslah jika Abdullah disebut sebagai tokoh peralihan, yakni beralihnya
1. Hikayat Abdullah
disalin dalam huruf Arab dan diterbitkan di Leiden oleh H.C. Klinkert
37
pada 1882. Pada 1953 melalui Penerbit Jambatan, diterbitkan lagi dengan
sehingga lebih tepat jika buku ini digolongkan buku sejarah suatu masa.
2. Sejarah Melayu
Buku ini terbit pada 1831 berdasarkan naskah Sejarah Melayu susunan
Oktober 1835 dengan bantuan sahabatnya dari India yang bernama Tambi
Matu Virabattar.
syair, yaitu tentang suasana kebakaran besar yang terjadi ketika itu. Buku
38
5. Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan
Buku ini terbit pada 1838, berisi tentang berbagai peristiwa yang dialami
Oleh karena berisi peristiwa yang dilihat dan dialami sang tokoh dalam
adalah ternyata beliau tidak hanya menulis dalam bentuk karya sastra. Karya-
karyanya ada pula yang dalam bentuk nonsastra. Adapun kegiatan Abdullah lain
4. Menyalin Alquran
39
5. Menerjemahkan Injil dalam bahasa Melayu
PERTANYAAN PERLATIHAN
Anda mengenai isi dalam bab ini maka jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah
(1) Jelaskan pelopor sastra pada zaman peralihan dan latar belakang
keluarganya
(2) Jelaskan kepeloporan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dalam hal sastra
zaman peralihan
(3) Jelaskan perbedaan karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dengan karya-
(6) Berikanlah pendapat Anda tentang Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari
RANGKUMAN
40
Sastra peralihan dipelopori oleh seorang tokoh sastra Melayu yang bernama
merupakan masa beralihnya dari satu zaman ke zaman lain, yakni dari zaman
klasik ke zaman modern. Peralihan dari kebiasaan dalam menulis karya sastra
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi berasal dari keluarga berilmu, dan sejak
kecil dia telah keras mencari ilmu sehingga dia menguasai banyak bahasa dan
mendapatkan julukan Munsyi yaitu guru bahasa. Pada masa dewasa dia banyak
bergaul dengan tokoh-tokoh penting Eropa dan mengenal berbagai karya sastra
Eropa. Dari pergaulan dan pengenalannya dengan bangsa Barat inilah yang
penulisan baru dalam berkarya sastra yang tidak lazim di masa sebelum dia, yakni
bahkan dia menulis kisahnya sendiri, yang akhirnya orang mengenal dengan nama
meninggalkan seluruh ciri sastra lama, terbukti dia juga menulis karyanya dalam
bentuk syair.
TUGAS PENGAYAAN
Saudara, untuk memperkaya wawasan Anda tentang zaman peralihan ini, bacalah
41
berbagilah tugas dengan teman Anda, yaitu membagi tugas membaca. Satu anak
membaca satu karya. Jika Anda sudah membaca, buatlah rangkumannya dan
BAB IV
KOMPETENSI DASAR
Anda tealah membaca uraian yang terdapat dalam bab 1, bab 2, dan bab 3.
42
bertambah terutama yang berkaitan dengan sastra klasik. Dalam bab ini Anda
antara sastra Indonesia dengan bahasa Melayu? Jika Anda ingin mendapatkan
jawabannya, bacalah uraian dalam bab ini dengan saksama. Dengan demikian,
secaa umum Anda diharapkan memiliki pengetahuan tentang latar sosial politik
lahirnya sastra Indonesia modern. Secara khusus, setelah membaca uraian materi
modern
pemerintah jajahan
4. Menjelaskan dampak positif dan negatif dari pelaksanaan politik etis bagi
bangsa Indonesia
43
8. Menjelaskan berbagai peristiwa penting yang memicu dipilihnya bahasa
URAIAN MATERI
Majapahit, Pajajaran, Sriwijaya, Malaka, Pasai, dan lain-lain yang pada abad-abad
daerah jajahan atau wilayah kekuasaan penjajah dari bangsa Eropa. Pada awalnya
44
setahap demi setahap akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Dan pada awal abad ke-
20, dengan selesainya perang Aceh, seluruh kepulauan Indonesia takluk kepada
pemerintahan Belanda.
perlawanan dari berbagai wilayah, oleh banyak tokoh. Namun, semuanya dapat
dengan mudah ditumpas oleh Belanda (kecuali Aceh yang paling sulit
ditaklukkan). Hal ini dapat dipahami karena ketika itu perlawanan yang dilakukan
masih bersifat kedaerahan dan sporadis. Dengan kata lain, belum adanya kesatuan
Dan salah satu cara yang dilakukan Belanda untuk mempermudah pekerjaan
Belanda.
Baru pada awal abad ke-20 para pemimpin kita mulai menyadari
kelemahan diri dan kekuatan lawannya. Maka karena adanya perasaan senasib
kebudayaan bahasa, adat-istiadat, dan watak. Ketika itu mulai sadar untuk melihat
penjajah. Dan puncaknya lahirnya ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang
45
Pertama : Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah
Bahasa Indonesia
seluruh wilayah yang pada masa itu dikenal dengan sebutan ‘Nederlandsch Indie’
politik kaum penjajah kepada Indonesia yang sangat keras. Semua itu dilakukan
menjadi-jadi, dan menimbulkan reaksi positif dari beberapa gelintir orang yang
berasal dari bangsa Belanda sendiri. Atas perjuangan mereka ini lalu lahir politik
Di atas kertas, tujuan politik etis sangat bagus, tetapi kenyataannya tidak
mengubah keadaan sama sekali. Gerakan ini tidak mengurangi sifat penjajah yang
sangat tamak. Tetap saja mereka mengangkut hasil-hasil bumi Hindia Belanda ke
negaranya. Namun, di sisi lain, penjajah mulai memberikan perhatian pada nasib
46
Dalam politik etis, sesungguhnya tercermin tujuan yaitu membuat bangsa
Indonesia merasa “dekat” dengan bangsa Belanda. Oleh karena itu anak-anak
ilmu pengetahuan, moral, dan bahasa Belanda. Bahasa Belanda menjadi bahasa
bangsa Melayu sebagai bahasa nasional. Bahasa Melayu yang sudah dikenal sejak
lingkungan Syarikat Islam selalu menggunakan bahasa Melayu. Namun, pada saat
itu penggunaan bahasa Melayu tidak disadari benar pentingnya. Baru setelah
1920, pemakaian bahasa Indonesia mulai dilakukan secara sadar (Rosidi, 1986:3).
tokoh lain yang kita kenal misalnya Haji Agus Salim, Abdul Muis, Tan Malaka,
maupun dalam pidato-pidatonya. Tak kelah pentingnya adalah jasa Soekarno yang
47
telah membuat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang hidup, lincah,
lentuk, sehingga mudah dicerna bukan saja oleh orang-orang yang berasal dari
Kepulauan Riau atau Sumatera, melainkan juga oleh orang-orang yang berasal
berasal dari kebudayaan Eropa modern. Lahirnya bahasa Indonesia dan sastra
Indonesia adalah hasil pertemuan bahasa dan sastra Melayu dengan paham-paham
yang berasal dari kebudayaan Eropa modern itu. Akan tetapi, pertemuan dan
pengaruh dari kebudayaan Eropa modern itu tidak hanya dialami oleh bahasa dan
sastra Melayu melainkan seluruh bahasa dan sastra daerah lain yang terdapat di
serperti soneta, roman, kritik, esei, dan cerita pendek kemudian banyak diikuti
pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu merupakan karunia besar bagi bangsa
sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Perasaan
persatuan ini akhirnya sangat penting dalam pembentukan rasa nasionalisme yang
Bandingkan dengan masa sebelumnya yaitu kurang lebih 350 tahun berada dalam
48
penjajahan. Segala perlawanan anak bangsa seakan sia-sia, kenyataannya penjajah
semakin berkuasa, karena tidak adanya rasa persatuan maka mudah saja ditumpas.
dan salah satu sarana menggapai rasa persatuan adalah dengan bahasa Indonesia.
Melayu yang dipilih oleh seluruh masyarakat Indonesia?” bahkan secara aklamasi
tanpa ada yang protes seluruh bangsa (yang memiliki beragam bahasa)
Melayu sebagai bahasa nasional dari bangsa yang bersuku-suku dan identik
Kita mengerti bahwa tidak mudah menerima secara bulat hati tentang satu
hal yang sangat penting bagi bangsa yang beragam. Kita bisa membaca sejarah
daerahnya menjadi bahasa nasional. Di India, di Filipina, pada masa lalu pernah
perlu diketahui adalah bahwa jumlah suku bangsa yang ada di dua negara tersebut
tidak sebanyak suku bangsa yang ada di Indonesia. Apa yang terjadi jika masing-
dipaparkan pada uraian di atas tidak terjadi pada bangsa kita. Tentu saja, untuk
49
mencapai sepakat tersebut didahului oleh peristiwa-peristiwa panjang yang
mendukung.
1. Peninggalan Bersejarah
Telah kita ketahui bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu,
yang ternyata dari berbagai peninggalan bersejarah telah dikenal masyarakat jauh
sebelumnya. Sejarah bahasa Melayu mulai dikenal ± pada 680 Masehi. Bahasa
Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia dekenal sebagai bahasa Melayu-
Johor. Nama Melayu kali pertama dikenal sebagai nama kerajaan di daerah
Dari informasi yang terdapat dalam sastra Tiongkok disebutkan bahwa pada
kurun waktu tertentu banyak ilmuwan negerinya yang menuntut ilmu ke negeri
Sriwijaya. Nama salah seorang ilmuwan itu adalah I Tsing. Buku tersebut
menjelaskan bahwa ketika itu Sriwijaya merupakan pusat ilmu pengetahuan. Dan
ketika itu bahasa Melayu menduduki tempat tertinggi karena menjadi bahasa ilmu
pengetahuan dan bahasa resmi kerajaan adalah bahasa Melayu tua. Bahasa terebut
abad ke-7, Melayu pun di bawah kekuasaan Sriwijaya. Namun, kerajaan Sriwijaya
yang besar ini akhirnya dikalahkan oleh kerajaan Colamandala dari India pada ±
50
Selanjutnya, bermacam-macam piagam yang ditemukan di berbagai wilayah
Nusantara juga turut mendukung pendapat bahwa bahasa Melayu sudah dikenal
(berangka tahun ± 604 tarikh Syaka atau ± 683 tarikh Masehi) dan di Talang Tuo
(berangka tahun ± 606 tarikh Syaka atau ± 684 tarikh Masehi). Piagam ditemukan
juga di Jambi tepatnya di Karangbrahi di dekat Sungai Musi (tanpa angka tahun).
Piagam ditemukan juga di dekat Pulau Bangka tepatnya di Kota Kapur (± tahun
mengakui sebagai bahasa Melayu tertua yang ditemukan di dalam rumpun bahasa
608 ding pratipada syuklapaksya 608 pada pertama hari setengah bulan
Yang bhûmi jawa tida bhakti ka Tanah jawa (yang) tidak takluk kepada
Syriwijaya Sriwijaya
51
Masehi) – berdasarkan ahsil penyelidikan Dr. Y.G. Casparis. Pada tahun 1380
ditemukan prasasti di Aceh, antara Sungai Pasai dan Jambu Air, dan bertuliskan
2. Semenanjung Malaka
Pada tahun 1400 Masehi kota Malaka merdeka, dan menjadi kota besar.
Kota ini menjadi pusat perdagangan. Oleh karena itu bahasa Melayu banyak
dikenal dan dikuasai masyarakat yang berasal dari berbagai negeri terutama
pedagang. Dari para pedagang inilah bahasa Melayu dikenalkan dan disebarkan ke
berbagai wilayah asal mereka. Dan ketika itu bahasa dan kesusastraan Melayu
mendalami ajaran agama Islam. Sayang sekali, pada tahun 1511 Malaka direbut
Hasil-hasil sastra turut dibakar oleh Portugis. Kelak keturunan sultan yang
mendirikan kerajaan Johor dan ketika itu kehidupan sastra Melayu berkembang
kembali dan menghasilkan salah satu karya sastra yang terkenal yaitu Sejarah
52
Pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa resmi mula-mula oleh Kompeni,
agama Kristen, dilakukanlah penyalinan terhadap kitab suci Injil (Bijbel). Salah
satu salinan Bijbel ke dalam bahasa Melayu yang tekenal adalah yang dilakukan
1985:1-3).
pertama kali berdiri dengan tujuan untuk memajukan budaya masyarakat Jawa.
Ketika itu menurut pengamatan beliau yang sudah mendapatkan pendidikan Barat,
kebudaan Jawa dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
dianggap kolot menyebabkan masyarakat Jawa sulit maju; padahal jika diberi
kesempatan yang sama maka masyarakat Jawa juga dapat maju (pandai)
itu mengalami kemajuan yang pesat terutama pada salah satu bidang organisasi
yang menangani kepemudaan. Bidang kepemudaan itu pada mulanya diberi nama
53
Tri Koro Darmo, tetapi karena selalu dicurigai pemerintah Belanda dalam segala
Pergerakan pemuda Jong Java ini maju pesat, dan dalam perkembagannya
anggotanya tidak hanya kalangan pemuda dari Jawa, melainkan pemuda dari
Akhirnya gerakan ini menjadi pemicu lahirnya Jong-jong dari suku bangsa lain
sehingga kita mengenal Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, dan
lain-lain. Pergerakan para pemuda inilah yang kelak melahirkan Sumpah Pemuda.
Sebuah ikrar sebagai satu bangsa meskipun berasal dari berbagai suku bangsa dan
bahasa serta adat istiadat. Perasaan bersatu ini yang akhirnya memicu kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu atau bahasa nasional. Dan semangat
sebagai mencintai bangsa sendiri itu yang disebut dengan istilah nasionalisme.
Sebenarnya cita-cita kesatuan nasional yang sudah diawali pada masa Budi
Utomo itu kemudian berkembang pada Mei 1918 dengan berdirinya Dewan
nasional, yakni bahasa Melayu. Perasaan nasional ini yang kemudian mencapai
itu kemudian diikuti dengan terbitnya surat-surat kabar yang dipimpin oleh para
wartawan Indonesia. Para wartawan itu adalah: A. Rivai, Haji Agus Salim, dokter
M. Amir, Parada Harahap, Adinegoro, Cindarbumi, Mr. Muh. Yamin, dan Mr.
Sumanang.
54
5. Balai Pustaka dan Pujangga Baru
Peristiwa penting yang turut memicu dipilih dan diterimanya bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional adalah lahirnya Balai Pustaka. Lembaga milik pemerintah
Belanda ini memeiliki dua fungsi, yaitu sebagai sebuah penerbitan dan sebagai
masyarakat. Yang kedua, sebagai penghasil karya sastra Indonesia yang memiliki
ciri khas sehingga menjadi sebuah angkatan atau periodisasi dalam khasanah
sastra Indonesia.
maka lembaga ini telah turut menyebarkan ilmu pengetahuan. Di satu sisi,
Hal ini wajar, karena buku-buku yang diterbitkan tersebut sebagian besar
berbahasa Melayu. Di sisi lain, hasil karya sastra sebagian besar juga
menggunakan bahasa Melayu. Hal ini juga wajar karena sebagian besar pengarang
pada masa itu berasal dari Sumatera yang identik menguasai dan menggunakan
sastra tersebut maka semakin luas pula wilayah sebaran bahasa Melayu.
Peristiwa yang sama juga terjadi pada masa Pujangga Baru. Banyaknya
karya sastra yang ketika itu terbit menggunakan bahasa Melayu (yang sudah
55
bangsa. Puncak perjuangan bangsa Indonesia yang terwujud dalam proklamasi
sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara, kedudukan bahasa Melayu tidak
dapat digantikan oleh bahasa lain karena terdapat dalam UUD 1945 pasal 36.
Sejak itu bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yakni sebagai bahasa
PERTANYAAN PERLATIHAN
2. Jelaskan yang Anda ketahui tentang kebijakan tanam paksa yang dicanangkan
3. Jelaskan yang Anda ketahui tentang politik etis dan bagaimana pelaksanaanya
4. Jelaskan dampak positif dan negatif dari pelaksanaan politik etis bagi bangsa
56
7. Jelaskan pentingnya peristiwa Sumpah Pemuda bagi bangsa dan
RANGKUMAN
berbagai wilayah, oleh banyak tokoh, tetapi semuanya dapat dengan mudah
ditumpas. Hal ini dapat dipahami karena ketika itu perlawanan yang dilakukan
Baru pada awal abad ke-20 para pemimpin kita mulai menyadari kelemahan
diri dan kekuatan lawannya, muailah timbul kesadara nasional. Tujuan yang
tersirat dari politik etis membuat para pemimpin nasional Indonesia semakin giat
Dipilihnya bahasa Melayu oleh segenap bangsa Indonesia, tentu tidak begitu
57
Malaka yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, juga pernah
menjadi pusat perdagangan sehingga Bahasa Melayu semakin dikenal. Pada masa
tersebut memiliki wilayah sebaran yang lebih luas. Pergerakan Budi Utomo yang
hati masyarakat. Lahirnya Balai Pustaka dan Pujangga Baru juga memperkuat
yaitu tidak hanya sebagai bahasa nasional melainkan sebagai bahasa negara.
BAB V
(PERIODE 1920-1933)
Kompetensi Dasar
bab-bab sebelumnya. Sekarang, dalam bab ini Anda akan mendapatkan gambaran
tentang salah satu periode sejarah sastra Indonesia, yakni periode Balai Pustaka.
58
Secara umum Anda diharapkan dapat menjelaskan berbagai peristiwa yang
pengarang serta karya-karyanya. Secara lebih khusus setelah membaca bab ini
Belanda
59
URAIAN MATERI
Sejarah telah menyebutkan bahwa pada abad ke-19 telah terjadi pemerasan
Hampir seluruh kekayaan bumi Nusantara yang ketika itu bernama Hindia-
pembatasan itu meliputi bidang militer, politik, dan ekonomi dengan berntuknya
antara lain berupa: (1) kekuasaan raja-raja Jawa (Jogjakarta dan Surakarta)
dibatasi; (2) tanah rakyat dijual kepada orang asing untuk membuka perkebunan;
(3) kewajiban menanam kopi (tanam paksa); (4) mewajibkan kerja rodi bagi
Belanda dipegang oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch, dengan beberapa
ketentuan tambahan, yaitu: (1) masyarakat yang mempunyai ladang atau sawah
(sejumlah 1/5 dari luas tanah atau ladang); (2) apabila sudah panen, pemilik sawah
harus menyerahkan hasil 1/5 itu kepada pemerintah, (3) sisanya harus dijual
kepada pemerintah pula dengan harga yang ditentukan sendiri oleh pemerintah.
terutama kepada rakyat yang dinilai masih kuat secara fisik. Mereka diharuskan
60
bekerja untuk membuka atau menebang hutan-hutan belantara di luar Pulau Jawa
yang akan digunakan untuk ladang-ladang atau perkebunan. Selain itu, sebagian
misalnya jalan raya, rel-rel kereta api beserta stasiunnya, pembangunan irigasi.
Tidak jarang mereka dipaksa bekerja terus-menerus tanpa diberi makan dan
istirahat yang cukup. Akibatnya, banyak di antara mereka yang sakit bahkan
Akibat berikutnya yang terjadi pada masyarakat dapat kita duga, yaitu: (1)
kehidupan rakyat semakin sengsara, (2) kemiskinan meraja lela, (3) tidak ada
hukum perlindungan terhadap rakyat, (4) kesehatan merosot, (5) ladang sendiri
biasa terjadi sehari-hari. Palaksanaan kerja rodi dan tanam paksa jelas sangat
membangun negeri Belanda yang sesungguhnya secara geografis negeri itu sangat
miskin alamnya karena sebagian besar wilayahnya ketika itu berupa lautan.
Akibat kekejaman yang dilakukan pemerintah melalui kerja rodi dan tanam
sebagai alasan bagi pemerintah untuk semakin memeras rakyat Indonesia. Dengan
61
di berbagai wilayah (khususnya ketika Perang Diponegoro), maka pemerintah
kenal di antara mereka adalah Baron van Hoevel, E. Douwes Dekker, dan Mr. C.
Th. Van Deventer. Edwar Douwes Dekker yang mempunyai nama samaran
Multatuli telah menulis buku dengan judul “Andai Aku Jadi Orang Belanda”
kebijakan tanam paksa dan kerja rodi. Dan akibat tulisannya itu sebagian besar
dicanangkan politik etis atau yang lebih dikenal dengan istilah politik balas budi.
Politik etis dimulai pada awal abad ke-20, yang pelaksanaannya meliputi
dari sekolah golongan lain, misalnya ELS (khusus untuk anak-anak bangsa
keturunan Arab, dan sebagainya. Dan yang perlu diketahui, sekolah untuk anak-
anak bumiputera dibagi atas dua kelompok, yaitu Sekolah Kelas Satu (Jw=
Sekolah Angka Siji) untuk anak-anak bumiputera dari kalangan priyayi atau
62
bangsawan dan pedagang kaya, sedangkan Sekolah Kelas Dua (Jw=Sekolah
Angka Loro) untuk bumiputera dari golongan rakyat jelata yang miskin.
tataran paling rendah pada strata sosial. Tujuan utamanya sangat jelas, yakni agar
bangsa Eropa. Penanaman mental psikologis semacam ini sangat penting bagi
sangat kuat bagi bangsa kita, bahkan sampai era sekarang bangsa ini selalu merasa
sesuatu yang berasal dari luar negeri terutama yang berasal dari Barat (Eropa).
Mental semacam ini sampai sekarang masih kita rasakan, dan sulit untuk dikikis
sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang konsumtif (pemakai), bukan produktif
(penghasil). Hal ini karena rasa percaya diri tidak atau kurang dimiliki oleh
bangsa kita meskipun kita sudah merdeka selama lebih dari 50 tahun.
yang menempati peringkat paling bawah tersebut jelas tidak sesuai dengan cita-
cita nasional atau rasa nasionalisme yang ketika itu sudah mulai didengungkan
63
(2) INS Kayutanam oleh Mohammad Syafe’i pada 1926 di Padang
Sumatera Barat
pihak mereka. Dengan adanya rakyat yang bisa membaca dan menulis itu
Politik etis di bidang irigasi, pelaksanaannya juga tidak sesuai dengan janji
ditanami dengan baik, pada akhirnya yang dapat menikmati hasil pertanian dan
sebenarnya adalah mengirimkan tenaga muda yang ada di Pulau Jawa unutuk
bekerja di luar Pulau Jawa untuk membuka hutan-hutan belantara yang akan
64
dijadikan ladang-ladang dan perkebunan. Dengan dibukanya ladang dan
perkebunan akan ditanami tanaman yang memiliki nilai ekonimis yang tinggi,
misalnya kopi. Banyak pula rakyat yang telah terdidik dijadikan pegawai untuk
Pada akhirnya diketahui bahwa dibangunnya jalan-jalan raya, rel-rel kereta api
ke Batavia (Jakarta). Dari sisi ini jelas yang mendapatkan keuntungan tetap pihak
pemerintah penjajah.
kertas sebagai usaha balas budi atau membalas kebaikan rakyat Indonesia karena
Namun, pada akhirnya diketahui bahwa semua itu sebagai kamuflase dari sifat
Seberapa pun ada sisi-sisi negatif dari pelaksanaan politik etis oleh
banyak rakyat yang tadinya tidak dapat baca-tulis akhirnya ‘melek huruf’.
65
mereka juga sangat senang, karena wawasan mereka jadi bertambah dibandingkan
sebelumnya.
Sudah lazim terjadi jika seseorang sudah dapat baca-tulis, orang tersebut
kata lain, rakyat menjadi ‘haus bacaan’, banyak yang memiliki kegemaran
membaca. Mulai terbit berbagai bacaan baik yang berbahasa Belanda maupun
berbahasa Melayu dan bahasa daerah. Surat kabar yang berbahasa Melayu tidak
hanya terbit di Jakarta dengan nama Bianglala (mulai 1867) melainkan juga
Padang terbit Pelita Ketjil (mulai 1882). Ada juga roman yang ditulis oleh
Peranakan Indo yang berjudul Nyai Dasima (1896) oleh G. Francois. Sampai
1986: 14).
Pada awal abad ke-20 di Bandung terbit surat kabar Medan Prijaji yang
memuat cerita-cerita bersambung atau roman dan ditulis dalam bahasa Melayu.
Pada masa itu ditulis juga sebuah roman yang berjudul Hikayat Siti Mariah oleh
sehari-hari dan ditulis dalam bahasa Melayu yang hidup. Di samping itu terbit
roman dengan judul Busono (1910) dan Nyai Permana (1912) oleh Raden Mas
(Djokonomo) Tirto Adhisurjo. Pengarang lain yang juga produltif pada masa itu
66
(1919), dan Rasa Merdeka (1924). Penulis lainnya adalah Semaun dengan judul
pengarang itu sebagian besar berpaham kiri. Semaun misalnya, adalah pemimpin
dia melarikan diri ke Rusia dan baru kembali ke Indonesia setelah proklamasi
kemerdekaan.
beberapa orang atau kelompok lembaga tertentu untuk menulis dan menerbitkan
buku-buku tanpa mengindahkan isinya. Dari orang atau penerbit semacam ini
dari kalangan Tionghoa. Mereka melihat dari unsur keuntungan ekonomis semata
pembacanya.
kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Tulisan semacam ini oleh pemerintah
Dua jenis tulisan itulah yang pada akhirnya dinamakan sebagai ‘bacaan
pemerintah (karena tidak melalui dewan sensor). Oleh karena dianggap liar, maka
67
sebenarnya tidak boleh terbit. Bacaan-bacaan semacam ini tidak dapat diterbitkan
tahun 1917 berubah nama menjadi Kantor Bacaan Rakyat (Kantoor voor de
Volkslectuur) atau Balai Pustaka yang diketuai oleh Dr. G.A.J. Hazeu.
pengajaran itu boleh juga mendatangkan bahaya, kalau orang yang telah tahu
membaca itu mendapat kitab-kitan nacaan yang berbahaya dari saudagar kitab
yang kurang suci dan dari orang-oang yang bermaksud hendak mengacau. Oleh
sebab itu bersama-sama dengan pengajaran itu maka haruslah diadakan kitab-
kitab bacaan yang memenuhi kegemaran orang kepada membaca dan mamajukan
68
(a) Mengadakan pengumpulan dan pencatatan cerita-cerita rakyat
adalah:
pemerintah
BALAI PUSTAKA. Hal ini karena pengarang harus merelakan apabila tulisannya
diubah oleh dewan redaksi agar karyanya dapat diterbitkan. Contoh karya yang
(a) Salah Asuhan oleh Abdul Muis, menurut pengakuan pengarangnya telah
(b) Belenggu oleh Armjn Pane, tidak dapat lolos sensor Balai Pustaka
(c) Tenggelamnya Kapal van der Wijck oleh HAMKA, tidak dapat lolos
69
5.4 Jenis Terbitan dan Cara Bekerja Balai Pustaka
(a) Kesusastraan
berikut.
diterbitkan
karangan yang lahir pada satu periode dengan periode sebelumnya. Perbedaan ini
70
meliputi: isi cerita, masalah yng dikupas, dan bahasa yang digunakan dalam
karya.
contoh Marah Rusli yang dikenal sebagai pengarang Balai Pustaka, tetapi juga
menulis “Anak dan Kemenakan” yang terbit pada 1950. Karya tersebut dilihat dari
isi dan bahasa yang digunakan bercirikan Balai Pustaka. Contoh lain, Sutan
Takdir Alisyahbana (STA), yang menulis “Tak Putus Dirundung Malang” (1929)
dan “Dian yang Tak Kunjung Padam” (1932). Dari segi isi, masalah, dan bahasa
yang digunakan jelas bercirikan Balai Pustaka meskipun dia pelopor Angkatan
Pujangga Baru. STA juga menulis “Grotta Azzura” pada 1970. Satu lagi contoh
adalah Hamka yang berkarya di masa Balai Pustaka, tetapi menurut A. Teeuw
angkatan karena karya sastranya. Dalam hal ini meliputi: (a) bentuk fisiknya, (b)
masalah yang dikupas, (c) latar dan tema, serta (d) gaya bercerita. Dan untuk
angkatan Balai Pustaka terdapat berbagai nama lainnya yaitu Angkatan Siti
Angkatan Siti Nurbaya karena pada masa itu karya terbesar (terkenal) adalah yang
71
angkatan ini muncul atau lahir sebelum Pujangga Baru ada. Dan diberi nama
Angkatan Dua Puluhan karena angkatan ini lahir pada tahun 1920-an.
masyarakat yang bergolak, yaitu yang tetap mempertahan adat dan yang
menentang.
(4) Gaya bercerita masih berciri sastra klasik, yaitu penuh dengan pepatah-
petitih (bahasa klise) dan berbentuk syair, pantun, dan penuh nasihat.
Berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam cerita yaitu adat, dalam hal
ini dimaksudkan adanya pertentangan antara golongan tua dan golongan muda.
Jika dicermati, dalam mengatasi persoalan tersebut terdapat tiga tipe pemecahan,
yaitu:
(a) Cerita yang memenangkan golongan tua, misalnya Salah Asuhan, dan
Pertemuan Asmara.
72
(c) Cerita yang akhirnya berdiri di tengah-tengah (netral), misalnya: Karena
(a) Balai Pustaka mengumpulkan dan membukukan sastra lisan yang ada di
daerah-daerah Nusantara
bakat tulisnya
Melayu
(a) Dengan adanya Nota Rinkes maka tidak ada kebebasan pengarang untuk
dijelaskan di atas
73
5.8 Politik Bahasa
bahasa Belanda menjadi bahasa resmi atau bahasa pengantar di negeri ini tetapi
mengalami kegagalan. Hal ini karena adanya bahasa Melayu yang dianggap lebih
nasionalis. Ketika itu ada semacam kehendak yang sangat besar dari masyarakat
Melayu sebagai bahasa pengantar oleh masyarakat karena adanya politik etis.
untuk itu antara lain agar karyanya lolos sensor maka harus digunakan bahasa
Melayu Tinggi dan bukan bahasa Melayu Rendah. Maksudnya agar tidak banyak
banyak orang yang mampu menulis, karena yang menguasai bahasa Melayu
Tinggi hanya kalangan terbatas, misalnya para guru bahasa dan masyarakat
Sumatera yang menguasai kaidah-kaidah. Dan dampak dari usaha ini adalah
Sumatera.
Karya-karya puncak pada masa Balai Pustaka adalah Siti Nurbaya oleh
Marah Rusli, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, dan Belenggu oleh Armyn Pane.
74
Telah disinggung di atas bahwa pengarang Balai Pustaka didominasi oleh
beserta karya-karyanya yang terbit pada masa Balai Pustaka. Berbagai nama
pengarang dan karyanya ini sekaligus menjadi bukti bahwa mereka layak disebut
sebagai pelopor Angkatan Balai Pustaka. Dalam uraiannya akan dibagi atas
Pernah bekerja sebagai pegawai tata usaha di Rumah Sakit Umum Negeri
menjadi sastrawan terkemuka pada waktu itu. Ciri khas/ gaya penceritaannya
75
a. Siti Nurbaya
c. Pulau Sumbawa
d. Lahami
masyarakat luas bahkan menjadi ikon (karya puncak) dari Angkatan Balai
Ayah Abdul Muis dari Minangkabau dan ibunya dari Jawa. Dia tamat
pergerakan dan wartawan yang ulung. Dia juga pernah pergi ke Belanda
1923. Jadi selain sebagai pengarang dan wartawan, dia juga sebagai ahli
politik.
a. Salah Asuhan
b. Pertemuan Jodoh
c. Surapati
76
Karyanya yang banyak mendapat sambutan dari masyarakat adalah yang
Dia pernah bekerja sebagai Guru Bantu di Muarabliti dan Padang, kemudian
a. Hulubalang Raja
c. Salah Pilih
d. Karena Mentua
e. Cobaan
f. Mutiara
i. Neraka Dunia
Selain itu, dia juga menulis karya yang berupa saduran, yaitu:
b. Dewi Rimba
d. Abunawas
77
Nur Sutan Iskandar juga menulis karya berupa terjemahan, yaitu:
(5) Jamaluddin/Adinegoro
masalah adat setempat tetapi sudah meluas tentang kesatuan bangsa. Selain
a. Darah Muda
b. Asmarajaya
dan tampak terpengaruh (bukan plagiat) oleh pengarang Mesir, yaitu Mustafa
Luthfi al Manfaluti.
78
Adapun buah karyanya adalah:
c. Karena Fitnah
d. Merantau ke Deli
e. Tuan Direktur
f. Terusir
g. Keadilan Illahi
h. Lembaga Hidup
i. Revolusi Agama
j. Ayahku
k. Adat Minangkabau
l. Negara Islam
sangat halus. Buku pertama yang diterbitkan dalam bahasa Minang berjudul
sekarang, bahkan dicetak ulang di Malaysia. Dan begitu dia keluar dari
79
Pendapat Hamka yang patut direnungkan adalah bahwa pada waktu
yang dihasilkan manis sekali. Selain itu, semua tulisan yang ditulis dengan
(7) Hamidah
Louis. Pengarang ini termasuk langka, karena ketika itu jarang sekali ada
wanita yang mengarang. Sebagai pengarang wanita yang masih jarang ketika
itu, pengarang ini patut diacungi jempol, meskipun dilihat dari bahasanya
(8) Sariamin/Selasih/Seleguri
Pengarang ini lahir di Talu (Sumatera Barat, Juli 1909). Setelah menamatkan
berbagai surat kabar. Dalam menulis dia selalu menggunakan nama samaran
(lebih dari sepuluh nama). Selain sebagai sastrawan dia juga sebagai guru
yang berbentuk syair, gurindam meskipun isinya tidak berciri lama. Menurut
A. Teeuw, bahasanya lancar tetapi isinya dangkal dan tidak ada pertentangn
80
a. Syair-syair, gurindam, dan cerpen (dumuat di berbagai majalah)
c. Pengaruh Keadaan
Pengarang ini lahir di Bengkalis, Riau, 1904 kemudian masuk Sekolah Kelas
Normaalschool di Langsa. Pada 1923 dia menjadi guru bahasa Melayu pada
HIS di Siak Indrapura, kemudian menjadi Kepala Sekolah Kelas Dua di Pasir
sastra.
a. Kawan Bergelut
b. Percobaan Sertia
Tidak banyak yang dapat diceritakan dari pengarang ini selain ceritanya yang
b. Muda Teruna
81
c. Pemandangan dalam Dunia Kanak-kanak
f. Kekhilafan Hakim
Pengarang ini lahir di Sepayang, Solok, Sumatera Barat pada 1895. Dia
b. Pertolongan Dukun
d. Menebus Dosa
f. Rusmala Dewi
82
Pengarang ini lahir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 1898. Dia berijazah
Guru Banti dan bekerja di Balai Pustaka sebagai korektor serta meninggal
(1) A.A. Panji Tisna atau I Gusti Panji Tisna (dari Bali)
Pengarang ini lahir di Singaraja, Bali, 8 Februari 1908. Dia anak sulung dari
tenaganya unutk soal rekonstruksi di Bali. Dia adalah sosok yang tidak
Ciri khas karanganya adalah dijiwai oleh karma. Bahasanya kurang dikuasai,
dan daya lukisannya kurang kuat sehingga banyak diperbaiki oleh Balai
Pustaka.
d. I Made Widiadi
83
(2) M.R. Dayoh (dari Minahasa, Sulawesi Utara)
lama tetapi tidak sesuai dengan zaman, dan sifatnya jauh lebih kolot. Selain
roman juga sajak yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru. Prosanya selalu
b. Pahlawan Minahasa
c. Putra Budiman
Buah penanya berjudul Kasih Ibu, yaitu sebuah roman kekeluargaan, dan
Buah penanya berjudul Cinta dan Kewajiban yaitu buku yang bercirikan:
84
menggambarkan adat-istiadat Sulawesi dengan bahasa yang baik. Menurut
a. Pembalasan
Pengarang dari jawa ini menulis buku dengan judul Andang Teruna pada
1941. Menurut Teeuw, buku ini gagal karena isinya cengeng. Namun,
menurut Zuber Usman, bahasanya mendekati bahasa Armyn Pane yaitu bahsa
unsur-unsur baru dan segar. Di samping itu, jalan ceritanya lancar dan penuh
PERTANYAAN PERLATIHAN
Belanda
85
5. Jelaskan pengertian ‘bacaan liar’ dan mengapa muncul istilah tersebut
perkembangan sastraIndonesia
RANGKUMAN
meskipun dapat ditumpas. Namun, peristiwa itu dijadikan alasan yakni untuk
bangsa Belanda sendiri sehingga lahir kebijakan baru yaitu politik etis atau politik
dalam bidang pendidikan ternyata mampu membawa perubahan besar bagi bangsa
masyarakat haus bacaan sehingga banyak terbit buku-buku yang disebut sebgaai
86
‘bacaan liar’. Untuk mengantisipasi beredarnya buku semacam itu maka
dan agar dapat diterbitkan maka pengarang harus memenuhi persyaratan dan
karya-karya sastra angkatan ini memiliki ciri-ciri tertentu pula. Ciri-ciri itu
meliputi: (1) masalah yang diangkat adalah adat-istiadat dengan latar belakang
masyarakat yang bergolak; (2) menggunakan bahasa Melayu Tinggi; (3) bersifat
mendidik dan mengajarkan sesuatu; (4) gaya bercerita masih berciri sastra klasik,
yaitu penuh dengan pepatah-petitih (bahasa klise) dan berbentuk syair, pantun,
adalah (1) dikumpulkan dan dibukukannya sastra lisan yang ada di daerah-daerah
diterbitkan untuk memupuk kegemaran membaca bagi masyarakat dan para siswa
bahasa Melayu
Angkatan Siti Nurbaya, Angkatan Pra-Pujangga Baru, dan Angkatan Dua Puluhan
,masing-masing dengan alasan yang logis. Pada masa itu terjdai upaya pemerintah
87
untuk membuat bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, tetapi mengalami
Dan dengan karena faktor bahasa ini pula yang menyebabkan angkatan Balai
TUGAS PENGAYAAN
Untuk menambah wawasan Anda tentang Angkatan Balai Pustaka, bacalah karya-
karya para pengarangnya terutama karya puncak. Bagilah kelas Anda, masing-
Setelah itu, buatlah makalah tentang karya tersebut dengan berbekal pengetahuan
Anda tentang Teori Sastra. Dengan kata lain, kajilah karya tersebut kemudian
sampaikan kepada teman Anda di depan kelas. Diskusikan dengan baik sampai
88
89