Anda di halaman 1dari 5

Hikayat Banjar

IV. Hubungan Hikayat Banjar dengan Cerita-ceritan Melayu dan Jawa yang Lain
Mitos Melayu tentang Asal-usul: Putri yag Muncul dari Buih
Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan mengenai perbedaan dari dua versi Hikayat
Banjar yang ditemukan, yaitu resensi 1 dan resensi 2. Pada Bab ini J.J Ras menyandingkan
naskah Hikayat Banjar dengan teks-teks yang lain, khususnya teks-teks Melayu dan Jawa.
Menurut Ras unsur yang sangat terlihat dalam Hikayat Banjar salah satunya adalah munculnya
putri Junjung Buih dari buih dan perkawinannya dengan Raden Putra (Maharaja Suryanata).
Kedua tokoh ini merupakan nenek moyang mitikal dinasti Banjar. Dalam bukunya mengenai
Hikayat Banjar, cense berpendapat motif seperti ini banyak juga ditemukan pada teks-teks
Melayu lainnya, walaupun dengan cerita yang berbeda. Seperti yang terlihat pada cerita-cerita
diantaranya:
Dalam Cerita mengenai Salasilah Kutai ini terdapat cerita yang menceritakan asal mula
dari masyarakat Kutai. Yaitu mengenai Aji Betara Agung Dewa Sakti yang datang dari langit
yang merupakan utusan tujuh Dewa dan Puteri Junjung Buih yang keluar dari buih seekor ular
di Sungai Mahakam.Yang selanjutnya kedua tokoh ini bertemu dan menikah. Cerita seperti ini
juga dianggap sebagai asal-usul nenek moyang masyarakat Kutai.
Dalam cerita Sukadana juga terdapat cerita mengenai puteri yang muncul dari semaksemak pada saat raja Brawijaya dari Majapahit sedang berburu, namanya puteri Buton.
Kemudian Brawijaya mengawini putri ini. Brawijaya juga mengawini putri yang muncul datri
bunga-bunga air., namanya putri Lindung buih. Ini juga merupakan sebuah cerita asal-usul yang
bermotif sama dengan cerita-cerita sebelumnya. Masih banyak motif cerita asal-usul seperti ini
yang ditunjukkan J.J Ras, diantanta dalan naskah Sejarah Melayu, Hikayat MarongMahawangsa,
Hikayat raja-raja Pasai, dan Hikayat Aceh.
Suatu unsur penting yang sama dalam semua cerita diatas adalah berlaku untuk teks-teks
yang bersifat sejarah atau separuh sejarah. Cerita tentang putri dan putra yang muncul secara
mistik dari sesuatu merupakan komponen sejarah awal dinasti suatu kerajaan. Menurut Winstedt,

persamaan cerita ini merupakan campuran yang diserap dari cerita-cerita rakyat, cerita
Ramayana dan Cerita Panji.
Satu Sifat penting yang sama didapati dalam cerita Hikayat Banjar, dan salasilah Kutai.
Cerita mengenai asal-usul puteri Junjung Buih diceritakan dengan terperinci dan merupakan
tema pusat cerita. Ini berbanding terbalik sdengan cerita yang terdapat dalam sejarah Melayu,
cerita mengenai asal-usul hanyalah sebuah satu bagian cerita kecil. Itu karena cerita Salasilah
Kutai dalam bentuk kuno. Cerita mengenai Puteri Junjung Buih masih berfungsi sebagai mitos
asal-usul yang sangat sakral dan merupakan dasar berbagai upacara adat. Itulah menunjukkan
Salasilah Kutai dan Hikayat Banjar adalah teks yang dianggap suci dan berlaku untuk jangka
waktu yang lama.
Cerita mengenai asal-usul ini menunjukkan bahwa tujuan mitos Melayu tentang asal-usul
adalah penciptaan satu penyatuan antar dua unsur kosmik yang berbeda, misalkan air (dunia
bawah) dengan matahari(dunia atas) yang bersatu melalui perkawinan dan penyatuan yang
bersifat mitos ini digambarkan untuk asal-usul raja atau dinasti suatu tempat dan asal-usul
seluruh masyarakat tersebut.
V. Hubungan Hikayat Banjar dengan Cerita-ceritan Melayu dan Jawa yang Lain
Mitos Melayu Tentang Asal-usul dan Cerita Rama Melayu
Cerita di dala hikayat Seri Rama mengandung beberapa ciri unsur penting yang sama
dengan mitos Melayu tentang asal-usul, ceritanya bermula dari pembukaan lahan baru ,
kemudian bertemu dengan seorang putri yang muncul dari buluh yang kemudian dinikahi oleh
raja. Perkawinan Wira Rama dan Sita merupakan penyatuan dua unsur kosmik yaitu air dan
matahari , sama seperti perkawinan Aji Betara Agung Dewa Sakti dalam Salasilah Kutai dan
Suryanata dalam Hikayat Banhar dengan seorang putri dari buluh atau buih.
Selain itu dengan membandingkan cerita Seri Rama ini, J.J Ras menjelaskan beberapa
perbedaan yang terdapat dalam cerita Salasilah Kutai dan Cerita Hikayat Banjar. Disini J.J Ras
menunjukkan perbedaan antara kedua naskah ini diantaranya perbedaan peran tokoh
Mangkubumi Lambu Mangkurat dalam Hikayat Banjar dengan Lembu Ajaib dalam Salasilah
Kutai.

J.J Ras juga menunjukkan bahwa Hikayat Banjar juga mendapat pengaruh dari cerita
Rama dari Jawa yag terdapat dalam Serat Kanda. Pengaruh ini juga terlihat dari peran tokoh
Ampu Jatmaka dan putranya Lembu Mangkurat yang bersifat ambivalen, yaitu sebagai seorang
rakyat dan seorang raja.
Dari pemaparan di atas menyimpulkan bahwa Hikayat Banjar secara tidak langsung suatu
penyimpangan dari cerita-cerita lama yang digabungkan denga teratur menjadi suatu cerita baru
oleh pengarang tunggal sehingga membentuk suatu cerita asal-usul atau hikayat yang
mengemukakan legenda mengenai permulaan Banjar.
VI. Hubungan Hikayat Banjar dengan Cerita-ceritan Melayu dan Jawa yang Lain
Hikayat Banjar dan Sejarah Melayu
Pada Bab ini J.J Ras membandingkan bagian pertama hikayat Banjar dengan bagian
pertama sejarah Melayu. Perbandingan ini akan menguatkan kesimpulan pada bab 4 dan 5
mengenai mitos asal-usul dan pengaruh naskah lain

pada Hikayat Banjar. Selain itu

perbandingan ini juga mungkin menghasilkan pandangan-pandangan baru yang berguna untuk
analisa mengenai hikayat Banjar. Hikayat Banjar mempunyai relevan dalam kajian teks-teks
sejrah Melayu secara umum.
Pertama J.J Ras membandingkan dan meneliti satu persatu tokoh yang terdapat dalam
kedua cerita. Diantaranya tokoh putri yang muncul dari buih, pendiri dinasti, tokoh
Mangkubumi, Putra raja dari Negeri Cina, Raja Iskandar Dzulkarnaen, Nabi Khadir/Khidzir,
Raja Keling, dan Raja Negeri di bawah Laut.
Dalam analisis tokoh ini didapatkan kesimpulan yang menguatkan kesimpulan pada Bab
4 dan 5, yaitu mengenai mitos asal-usul Melayu, tetapi dengan berbagai perubahan peran tokoh
dalam kedua cerita tersebut juga membuktikan bahwa kedua teks juga sudah mengalami
perubahan berkali-kali. Mungkin untuk kemanfaatan dan penyesuaian suatu masa.
Selanjutnya J.J Ras menjelaskan unsur yang juga sangat penting dalam kedua cerita, yaitu
mengenai unsur-unsur Iskandar dalam cerita sejarah Melayu dan Hikayat Banjar. Disini muncul
tokoh-tokoh seperti Raja Iskandar Zulkarnaen dan Nabi Kidzir dengan peranannya di dalam
cerita. Dari analisis ini didapatkan kesimpulan bahwa alasan hadirnya tokoh Raja Iskandar

Dzulkarnain dan Nabi Kidzir dalam kedua cerita bukanlah disebabkan keinginan para Raja yang
ingin menghubungkan garis keturunannya dengan kedua tokoh mashur tersebut, melainkan
keinginan untuk memberikan warna keislaman dalam cerita mengenai asal-usul suatu
masyarakat, karena masyarakat pada masa itu sudah banyak menganut agama islam sehingga
cerita tersebut sesuai untuk dibawa masuk ke dalam zaman Islam.
VII. Hubungan Hikayat Banjar dengan Cerita-ceritan Melayu dan Jawa yang Lain
Cerita Ampu Jatmaka dan Kisah Raja Awab dalam Serat Kanda
Ada dua jenis Serat Kanda yang kita kenal yaitu serat Kanda yang mengandung cerita
Watu Gunung dan Rama, dan juga Serat Kanda yang mengandung cerita mengenai Maharaja
Awab, didikuti dengan cerita Panji, dan cerita dinasti raja-raja Jawa selanjutnya.
Cerita Awab dalam serat Kanda memperlihatkan beberapa kesamaan dengan cerita Ampu
Jatmaka dalam Hikayat Banjar. Yaitu diantaranya tantang perginya seorang mahkota untuk
mencari tempat baru untuk dijadikan kerajaan. Tetapi persamaan antara kedua cerita ini tidak
terlalu kuat. Setelah dilihat persamaan keduanya hanya sebatas pada kulitnya. Ini menyimpulkan
bahwa cerita Ampu Jatmaka bukanlah dipinjam dari Serat Kanda. Cerita ini sebenarnya
mewakili cerita iskandar palsu yang leih lama yang telah dipegaruhi oleg cerita Awwab.
Dalam Serat Kanda juga terdapat cerita Panji. Disini J.J Ras menunjukkan hubungan
Hikayat Banjar yang juga terdapat unsur panji dengan unsur Panji yang terdapat dalam serat
Kanda.
Dari serangkaian analisis interteks Hikayat Banjar ini, J.J Ras ingin menunjukkan posisi
naskah Hikatyat Banjar ini. Yaitu dengan melihat persamaan dan perbedaannya dengan naskahnaskah senafas akan diketahui perkembangan , posisi, fungsi suatu naskah. Dengan serangkaian
analisis interteks dari bab 4 sampai dengan bab 7 J.J Rass berpendapat bahwa Hikayat Banjar
pertama-partama menerima unsu-unsur Ramanya dahulu, kemudian diikuti unsur-unsur Iskandar
dan barulah diikuti unsur-unsur Panji.
Kemudian untuk unsur-unsur Iskandarnya dengan membandingkan dengan sejarah
melayu, hanya pada resensi dua yang mengemukakan raja Iskandar, nabi Khidzir dan Raja
Keling. Akan tetapi pada resensi 1 hanya menyebutkan Raja Keling. Ini membuktiakan bahwa

islam pada mulanya masuk ke Kalimantan Tenggara dibawa oleh negeri-negeri Melayu di
sebelah Barat. Memandang pada resensi 1 yang hanya memuat Raja Keling, ini memungkinkan
bahwa islam yang masuk ke Kalimantan ini berbentuk Syiah. Karena tokoh seperti Raja
Iskandar dan Nabi Kidzir merupakan bidah Syiah, sehingga ditolak oleh pengarang istana
Kraton Banjarmasin. Begitu juga unsur-unsur panji, Betara Bisnu, Betara Bisnu dari cerita Rama
yang juga ditolak.

Anda mungkin juga menyukai