Anda di halaman 1dari 20

UAS MATA KULIAH TEORI SEJARAH SASTRA

Dosen Pengampu :Elly Prihasty M.Pd

Nama : MELI MIRANDA TAMBUNAN


NIM : 2202111001
Kelas : REG-C

SOAL
1. Deskripsikan minimal 2 pendapat ahli tentang prinsip dasar periodesasi sastra?
2. Uraikan periodesasi sastra menurut Ajib Rosidi?
3. Siapa tokoh-tokoh yang ada di sastra angkatan 70, dan sebutkan contohnya masing-
masing satu contoh!
4. Bagaimana tanggapan Anda ketika HB Yasin diadili dalam topik “pengadilan puisi”
5. Jelaskan pro dan kontra tentang penamaan angkatan 45?
6. Bagaimana pandangan aliran strukturalisme dalam sastra (kaji berdasarkan teori)?
7. Menurut Abarams ada 4 pendekatan dalam karya sastra yaitu, objektif, mimetik,
ekspresif, dan pragmatik. Sebagai bentuk perkembangan teori sastra, pendekatan tersebut
bisa kita padukan dengan teori kontemporer misalanya dengan psikologi, sosiologi,
feminis, ekologi, dan poskolonila. Pertanyaanya bagaimana konsep yang bisa kita
gunakan untuk memadukan teori tersebut? Silakan Saudara menuliskan salah satu konsep
elaborasi antara pendekatan dengan teori sastra tersebut (boleh dengan pendapat ahli atau
dengan contoh penerapandalam karya sastra, misalnya pendekatan objektif dengan
sosiologi sastra atau yang lainnya)!

1). 2 pendapat ahli tentang prinsip dasar periodesasi sastra adalah:

 Periodisasi H.B. Jassin, 1953

1. Sastra Melayu Lama: karya sastra pada periode ini disebarkan secara lisan.

2. Sastra Indonesia Modern, meliputi:


 Angkatan 20: awal dimulainya sastra Indonesia, tetapi masih menggunakan bahasa
Melayu tinggi.
 Angkatan 33: berbarengan dengan berdirinya penerbit bentukan Belanda, yaitu Balai
Pustaka. Pujangga Baru: angkatan yang protes terhadap sensor Balai Pustaka.
 Angkatan 45: karyanya dipenuhi semangat kebangsaan dan nuansa kemerdekaan.
 Bakri Siregar
 Periode pertama masa abad 20 sampai 1942: awal berkembangnya dunia sastra,
dimulai dari sastra melayu klasik sampai pujangga baru.
 Periode kedua 1942-1945: perkembangan sastra menjelang kemerdekaan. Sastrawan
mulai menyelipkan semangat kebangsaan pada karya-karyanya.
 Periode ketiga 1945-1950: perkembangan sastra setelah kemerdekaan. Karya
sastrawan lebih ekspresif dan menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya.
 Periode keempat 1950-sekarang: periode yang dipenuhi improvisasi dan kebebasan
dalam berkarya.

2). Periodisasi sastra menurut Ajip Rosidi :

A. Masa Kelahiran :

1. Periode awal tahun 1933


2. Periode 1933 - 1942
3. Periode 1942 - 1945
B. Masa Perkembangan :

1. Periode 1945 - 1953

2. Periode 1953 - 1960

3. Periode 1960 - sekarang

 Periodisasi sastra pada masa kelahiran :


 Periodisasi sastra awal tahun 1933
Periodisasi ini sering disebut juga zaman balai pustaka. Padamasa ini prosa (roman, novel,
cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam
dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan untuk
mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi
politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-
Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa
Batak dan bahasa Madura.
 Periodisasi sastra tahun 1933 s.d 1942
Periodisasi ini merupakan karya sastra Indonesia setelah zaman balai pustaka. Masa ini ada
dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
o Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah
o Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
 Periodisasi sastra tahun 1942 s.d 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan
Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga
baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang
perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan
angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang".
Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam
kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa
Indonesia.
 Periodisasi sastra pada masa perkembangan :
 Periodisasi sastra tahun 1945 – 1953
Angkatan 50 ini sendiri ditandai oleh terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B.Jassin.
angkatan ini didominasi oleh cerita pendek. Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam lembaga kebudayaan rakyat (lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Muncul perpecahan dan polemik yang berkepanjangan
dikalangan sastrawan.
Nama angkatan 50 itu sendiri dikemukakan pertama kali oleh Rendra beserta kawan kawan
dari jogja pada akhir 1953. Nama ini diberikan bagi sastrawan yang mulai menulis pada
tahun 50 –an. Ajip rosidi menulis naskah yang berjudul “sumbangan terbaru sastrawan
indonesia kepada kesusastraan Indonesia.
 Periodisasi sastra tahun 1953 – 1960
Istilah angkatan ‘66 yang dikemukakan oleh H.B. Jassin melalui antologinya mendapat
beberapa tanggapan dari berbagai pihak pengarang, diantaranya adalah Ajib Rosidi. Ajib
menganggap bahwa penamaan dan pengajuan tesis mengenai angkatan ‘66 itu kurang dapat
dipertanggungjawabkan. H.B. Jasssin sendiri berpendapat bahwa angkatan ‘66 ini sejalan
dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh
KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura. H.B. Jassin merumuskan bahwa sastra
angkatan ‘66 adalah sastra yang diwarnai oleh protes dan perjuangan menegakkan keadilan
berdasarkan kemanusiaan.

Pada saat menjelang tahun 1970-an sastra perotes sudah tidak bergema lagi seperti
awal tahun 1960-1966. Sastra protes tersebut tercermin pada kumpulan sajak Taufik Ismail,
yaitu: Tirani dan Benteng. Awal tahun 70-an mulai berkembang sastra populer dan
bermunculan majalah hiburan, majalah wanita, majalah profesi. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa gema angkatan ‘66 tidak dimulai pada tahun 1966 tetapi pada
tahun 1966 justru angkatan ‘66 mulai berakhir.

3). Tokoh-tokoh yang ada di sastra angkatan 70, dan sebutkan contohnya
masing-masing:

1. Putu Wijaya
a)   Orang-orang Mandiri (drama);
b)   Lautan Bernyanyi (drama);
c)   Telegram (novel);
2.Iwan Simatupang
a)   Merahnya Merah (roman);
b)   Kering (roman);
c)   Ziarah (roman);
3. Danarto
a)    Godolb (kumpulan cerpen);
b)   Obrok owok-owok, Ebrek ewek-ewek (drama);
c)    Adam ma’rifat (kumpulan cerpen);
4. Budi Darma
a)    Solilokui (kumpulan essai);
b)   Olenka (novel);
c)    Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen);
5. Sutardji Calzoum Bachri
a)    (kumpulan sajak);
b)   Amuk ( kumpulan sajak);
c)    Kapak (kumpulan sajak).
6.  Arifin C. Noer
a)    Kapai-kapai (drama);
b)   Kasir Kita (drama satu babak);
c)    Orkes Madun (drama);
7. Darmanto Jatman
a)    Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak);
b)   Dalam Kejaran Waktu (novel);
c)    Bangsat (kumpulan sajak);
8. Linus Suryadi
a)    Langit Kelabu (kumpulan sajak);
b)   Pengakuan Pariyem (novel)
c)    Syair-syair dari Jogja (kumpulan sajak);

4). Tanggapan saya ketika HB Yasin diadili dalam topik “pengadilan puisi”
adalah :
Bahwa HB Jassin adalah pusat studi berbagai kalangan. Pada tahun 1974, sekelompok
penyair muda membuat sebuah sidang sastra besar, didasari oleh kenyataan bahwa kritikus sastra
yang ada, HB Jassin dan kawan-kawan tidak mampu lagi mengikuti perkembangan kesusastraan
Indonesia. Para redaktur majalah sastra waktu itu, terutama Sapardi Djoko Damono juga
dituntut. Peristiwa “sandiwara” ini dinamai “Pengadilan Puisi”, yang tadinya hanya disiapkan
hanya untuk peringatan saja. Hans bersikap keras. Ia anggap pengadilan puisi ini sebagai mainan
kanak-kanak yang lucu, meskipun ia tidak memungkiri bahwa ini juga bagus buat perkembangan
sastra Indonesia ke depan. Mulai saat itu, posisi Hans mulai meredup sebagai seorang
budayawan dan muncul generasi-generasi yang baru.

5). Pro dan kontra tentang penamaan angkatan 45:

Penamaan angkatan ’45 membuat pengarang adu pendapat sehingga terdapat pro dan kontra
dengan penamaan tersebut. Nama angkatan ’45 sebenarnya baru terkenal mulai tahun 1949 pada
saat Rosihan Anwar melansir istilah angkatan ’45 dalam suatu uraiannya dalam majalah Siasat
tanggal 9 Januari 1949.
(KONTRA) :
Sedangkan mereka yang setuju atau pro dengan penamaan angkatan ’45 membantah alas an-
alasan tersebut di atas.
Beberapa tanggapan mereka adalah sebagai berikut. :
 Dalam menilai suatu peristiwa, kitab harus dapat membedakan yang pokok dengan yang
tidak. Pembunuhan dan penculikan adalah soal kecil jika dibandingkan dengan masalah
perjuangan merebut dan memperetahankan kemerdekaan. Kemerdekaan adalah syarat mutlak
untuk perkembangan-perkembangan kebudayaan suatu bangsa, termasuk perkembangan
sastra itu sendiri. Dengan demikian, pennamaan angkatan dengan nama tahun ’45 tetao
memiliki nilai yang luhur, tidak perlu harus dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang rendah.
 Walaupun memang ada puisi-puisi ciptaan penyair bangsa kita yang pada saat itu yang
memiliki interpretasi negative, akan tetapi apabila kita teliti benar-benar dan kita resapkan
sungguh-sungguh banyak puisi ciptaan Chairil Anwar dan beberapa penyair lain yang
mengandung pikiran-pikiran yang mempunyai banyak peranan bagi perjuangan
kemerdekaan. Kita ingat saja puisi karawang-Bekasi karya Chairil Anwar. Di samping itu,
harus diingat bahwa perjuangan kemerdekaan tidak harus selalu dalam hubungan dengan
dengan perjuangan fisik atau senjata, melainkan memiliki pengertian yang luas.
 Tidak hanya penamaan yang menggunakan angka tahun yang mudah menimbulkan sifat
kekolotan, akan tetapi setiap penamaan akan menjadi bersifat kolot apabila sudah timbul
angkatan atau generasi baru.

6). Pandangan aliran strukturalisme dalam sastra (kaji berdasarkan teori)


adalah :
Dalam strukturalisme, form (bentuk) adalah bagian dari struktur, dan struktur fakta (dalam
teks sastra) memuat struktur masalah sebagai bagian dari totalitas masalah yang ada dalam fakta
sastra. Dalam konteks ini, strukturalisme berusaha untuk mengeksplorasi hubungan antara sistem
sastra dan budaya yang merupakan bagian darinya. Strukturalisme juga mendekati dunia teks
yang senantiasa mempertimbangkan aspek semantik dari setiap fitur tekstualnya.
Selain itu, strukturalisme dapat mengklaim tempat istimewa dalam penelitian sastra, karena
ia berusaha untuk membangun sebuah model dari sistem sastra itu sendiri sebagai referensi
eksternal bagi penelitian individu. Ide strukturalisme adalah ide sistem, yang lengkap, yang
mengatur diri sendiri, ia adalah entitas yang menyesuaikan dengan kondisi baru dengan
mengubah fitur-fiturnya dan tetap mempertahankan struktur sistematis. Setiap unit sastra dari
kalimat individu - untuk urutan seluruh kata - dapat dilihat dalam kaitannya dengan konsep
sistem.
Pandangan tentang strukturalisme dari perspektif yang lain juga dapat dilihat pada
formula yang diusulkan oleh Barthes, yang mengatakan bahwa strukturalisme adalah modus
tertentu yang berfungsi menganalisis artefak budaya yang berasal dari metode linguistik
kontemporer. Jadi, konsep linguistik Saussure yang sistematis, secara umum, dianggap sebagai
strukturalis (Jefferson, 1987:94). Dalam perspektif linguistik Saussure bahasa adalah sistem di
mana semua elemennya sesuai satu sama lain, dan di mana nilai dari suatu elemen bergantung
pada koeksistensi simultan keseluruhan yang lain (Saussure, 1983:113).
7). Konsep elaborasi antara pendekatan dengan teori sastra:
Konsep yang harus dapat digunakan dalam memadukan antar kedua teori sastra adalah :
a. Peneliti harus menguasai/memahami secara benar teori yang akan digunakannya,caranya
pelajari dengan saksama terlebih dahulu teori yang akan digunakan.
b. Peneliti mengamati dengan benar objek penelitiannya (bahasa, sastra, budaya),mencatat
secara rinci karakteristik objek penelitiannya.
c. Peneliti mengidentifikasi masalah pada objek penelitiannya, tidak terbatas satumasalah,
dari banyak masalah yang ditemukan dapat dipilih satu atau dua masalahyang benar-benar
potensial akan dipecahkan dalam penelitian.
d. Peneliti merumuskan tujuan penelitian berdasarkan hasil identifikasi masalah,karena
masalah dan tujuan penelitian inilah yang akan dijawab sebagai simpulan.
e. Peneliti berusaha memperoleh informasi yang seluas-luasnya atas objekpenelitiannya,
penelitian yang sejenis, penelitian yang relevan, atau penelitian yangtelah ada sehingga
peneliti mampu menentukan pilihan teori yang diaplikasikan.
“ANALISIS PENDEKATAN OBJEKTIF DAN SOSIOLOGI SASTRA PADA CERPEN
BERJUDUL PENA YANG DIPUNGUT AYAHKU MENJADIKANKU SEORANG
SARJANA”

NAMA MAHASISWA : MELI MIRANDA TAMBUNAN

NIM : 2202111001

DOSEN PENGAMPU : ELLY PRIHASTY S.Pd., M.Pd

MATA KULIAH : TEORI DAN SEJARAH SASTRA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucakan kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat
dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis masih dapat membuat tugas Mini Riset (MR)
ini siap pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu ELLY PRIHASTY S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu.
2. Kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta
nasehat kepada saya.
3. Dan terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan, baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Dan saya
berharap semoga makalah tentang teori dan sejarah sastra ini bermanfaat dan memberikan
inspirasi kepada pembaca ataupun mahasiswa. Akhir kata, saya ucapkan perhatiannya.

Medan, Desember 2020

Meli Miranda
1. PENDAHULUAN namun dengan pendekatan objektif, unsur
1.1 Latar Belakang yang diteliti hanyalah unsur intrinsik.
Pendekatan merupakan cara meng- Mengenai unsur intrinsik karya
hampiri objek. Tujuan pendekatan untuk sastra, khususnya dalam prosa yang
pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek meliputi: novel, cerpen, cerbung. Agaknya
ilmu pengetahuan itu sendiri. Pendekatan para ahli sastra belum ada kesepakatan
dalam karya sastra menurut Abrams melalui mengenai bagian apa saja yang harus
Teeuw (1984: 50) mengungkapkan ada dianalisis dalam unsur intrinsik
empat macam pendekatan terhadap karya tersebut. Menurut Ratna (2011:93), unsur
sastra, yaitu: objektif, mimetik, pragmatik, intrinsik prosa meliputi: tema, peristwa atau
dan ekspresif. kejadian, latar atau setting, penokohan tau
Menurut Ratna (2011:73), perwatakan, alur atau plot, sudut pandang,
pendekatan objektif merupakan pendekatan dan gaya bahasa. Menurut Saad dalam
yang terpenting sebab pendekatan apapun Lukman Ali (1967:116-120), unsur intriksik
yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas prosa meliputi: Tokoh, alur, latar, dan pusat
karya sastra itu sendiri. Pendekatan objektif pengisahan. Menurut Harjito (2007:2-11),
memusatkan perhatian semata-mata pada intrinsik prosa meliputi: tema, tokoh dan
unsur-unsur yang dikenal dengan analisis penokohan, alur dan pengaluran, latar dan
intrinsik. Dengan pendekatan objektif, karya pelataran, dan pusat pengisahan.
satra dianggap sebagai sesuatu yang otonom, Mengenai bagian dari unsur intrinsik
berdiri sendiri, lepas dari hal yang berada di prosa, menurut  Endraswara (2008:52)
luar unsur intrinsik. Konsekuensi yang meliputi: ide, tema, plot, latar, watak, tokoh
ditimbukan dari pendekatan objektif adalah dan gaya bahasa. Menurut Nuryatin (2010:4)
menolak segala unsur ektrinsik seperti aspek unsur intrinsik cerpen mencakup: tema,
ekonomi, sosial, politik, dan unsur-unsur penokohan, alur, latar, pusat
yang lainnya. Walaupun antara unsur pengisahan/sudut pandang, dan gaya cerita.
intrinsik dan unsur ekstrinsik sama-sama Dari berbagai pendapat para ahli ilmu sastra
berperan dalam membangun karya sastra, di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur
intrinsik cerpen adalah: tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, amanat, dan gaya Sebagai referensi untuk mengetahui
bahasa. unsur objektif yang terdapat dalam sebuah
Cerpen “Pena yang dipungut ayahku karya cerpen terutama cerpen berjudul “Pena
menjadikanku seorang sarjana” merupakan yang dipungut ayahku menjadikanku
Bahwa pengarang menciptakan sebuah seorang sarjana” dengan kaidah bahasa
Cerpen ingin menyampaikan agar setiap indonesia yang baik dan benar.
anak termotivasi karena, Ia belajar dari kisah
hidupnya sendiri banyak anak milenial 1.5 Landasan Teori
sekarang yang patah semangat mengejar Pengertian cerpen menurut KKBI
cita-citanya karena keterbatasan ekonomi adalah kisahan pendek ( kurang dari 10.000
yang dimiliki orang tuanya. Ia ingin kata) yang memberikan kesan tunggal yang
menggambarkan bahwa seorang ayah dominan dan memusatkan diri pada satu
menginginkan anaknya untuk sukses , tokoh dalam satu situasi (pada satu artikel).
apapun akan dilakukan oleh seorang ayah Secara umum cerpen atau cerita pendek
demi anaknya. adalah jenis karya sastra yang berbentuk
prosa dan bersifat fiktif yang menceritakan
kisah yang dialami oleh tokoh secara ringkas
1.2 Rumusan Masalah
dan pendek disertai dengan berbagai konflik
Rumusan masalah dalam penelitian
dan terdapat penyelesaian atau solusi dari
ini adalah bagaimanakah analisis karya
masalah yang dihadapi. Cerpen disajikan
sastra dengan pendekatan objektif pada
secara pendek, ringkas dan singkat. Adapun
cerpen “Pena yang dipungut ayahku
ciri-ciri cerpen adalaah jumlah katanya
menjadikanku seorang sarjana”?
kurang dari 10 ribu, hanya terdapat satu alur
1.3 Tujuan
cerita saja, kata-katanya mudah dimengerti
Berdasarkan rumusan masalah, maka
serta penokohannya cenderung sederhana
dapat dirumuskan tujuan penelitian ini
dan umum. Struktur cerpen terdiri dari
adalah untuk mengetahui unsur ekstrinsik
abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi,
yang terdapat pada cerpen berjudul “Pena
resolusi dan koda.
yang dipungut ayahku menjadikanku
 UNSUR INTRINSIK
seoramg sarjana”
1. Tema

1.4 Manfaat
Nuryatin (2010:14) mengatakan tindakan”. Sejalan dengan pendapat tesebut
“tema adalah ide sentral sebuah cerita. Tema Nuryatin (2010:7), mengatakan  “tokoh
cerpen ialah dasar cerita, yaitu konsep atau  adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan
ide atau gagasan yang menjadi dasar hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik
diciptakannya sebuah cerita”. “Cerpen harus sebagai pelaku maupun penderita berbagai
mempunyai tema atau dasar. peristiwa yang diceritakan”.Berdasarkan
Dengan dasar itu pengarang dapat pendapat- pendapat tersebut, maka dapat
melukiskan watak-watak dari orang yang disimpulkan bahwa tokoh adalah seluruh
diceritakan dalam cerpen itu dengan maksud pelaku yang diceritakan dalam sebuah cerita
yang tertentu, demikian juga segala fiksi.
kejadian  yang dirangkaikan berputar kepada 3. Alur
dasar itu”, demikian yang dikatakan Lubis Alur ialah peralihan dari satu
dalam Nuryatin (2010:4). keadaan ke keadaan yang lain, demikian
Sejalan dengan pendapat tersebut yang dikemukakan Luxemburg dalam
menurut Nurgiyantoro (2010:25), tema Harjito (1986:8).
adalah sesuatu yang menjdi dasar cerita. Ia Menurut Santosa dan Wahyuningtyas
selalu berkaitan dengan berbagai (2010:4), secara sederhana alur dapat
pengalaman kehidupan, seperti masalah didefinisikan sebagai sebuah rangkaian
cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan cerita dalam cerpen yang menunjukkan
sebagaianya. hubungan sebab akibat.
2. Tokoh dan Penokohan Sejalan dengan pendapat tersebut
Tokoh ialah pelaku rekaan yang menurut Nuryatin (2010:10), “alur adalah
mengalami peristiwa atau berkelakuan di sambung sinambung peristiwa berdasarkan
berbagai peristiwa (Harjito, 2007:4). hukum sebab akibat. Alur tidak hanya
Abrams dalam Nurgiyantoro (2010:165), mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga
mengatakan “tokoh adalah orang-orang yang menjelaskan mengapa hal itu terjadi.
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau Dengan sambung sinambungnya peristiwa
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan ini terjadilah sebuah cerita”.
memiliki kualitas moral dan kecenderungan Berdasarkan pendapat-pendapat
tertentu seperti yang diekspresikan dalam tersebut, disimpulkan bahwa alur adalah
ucapan dan apa yang dilakukan dalam rangkaian sambung sinambung cerita yang
menunjukkan peralihan dari satu keadaan ke socialterjadinya cerita. Itu berarti bahwa
keadaan lain. latar terdiri atas latar tempat, latar waktu,
Nurgiyantoro(2010:116) mengatakan dan latar sosial. (1) latar tempat, menunjuk
”peristiwa, konflik, dan klimaks merupakan pada tempat atau lokasi terjadinya cerita, (2)
tiga unsur yang amat esensial dalam latar waktu atau masa menunjuk pada kapan
pengembangan sebuah alur/plot cerita.” atau bilamana cerita itu terjadi, dan (3) latar
Berdasarkan hukum Aristoteles, sosial menunjuk pada kondisi sosial yang
dalam Nuryatin (2010:10), “sebuah melingkupi terjadinya cerita.
alur/plot  terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap Berdasarkan pendapat tersebut,
awal (beginning), tahap tengah, (middle) dan disimpulkan bahwa latar dalam cerita
tahap akhir(end).” memiliki tiga jenis, (1) latar tempat, adalah
Sejalan dengan pendapat tersebut bagian cerita yang menunjukkan tempat
menurut Nuryatin (2010:10), pada tahap terjadinya peristiwa; (2) latar waktu, adalah
awal cerita biasanya disebut sebagai tahap bagian cerita yang menunjukkan waktu
perkenalan, berisi sejumlah informasi terjadinya peristiwa; (3) latar sosial, adalah
penting yang berkaitan dengan berbagai hal bagian cerita yang menunjukkan keadaan
yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya, sosial yang terjadi  di dalam peristiwa.
khususunya berkaitan dengan pelataran dan 5. Amanat
penokohan, serta konflik yang melibatkan Nuryatin (2010:5), mengatakan
tokoh. “amanat dapat diartikan sebagai pesan yang
4. Latar ingin disampaikan pengarang kepada
Harjito (2007:10), mengatakan “latar pembaca”. Menurut Sudjiman dalam Harjito
adalah segala petunjuk, keterangan, acuan (2007:4), “amanat merupakan ajaran moral
yang berkait dengan waktu, ruang, suasana atau pesan yang disampaikan pengarang di
terjadinya peristiwa.” dalam karya sastra”. Sejalan dengan
Menurut Nurgiyantoro (2010:227), “unsur pendapat tersebut menurut Nurgiyantoro
latar dapat dibedakan ke dalam tiga pokok, (2010:321), “moral dalam karya sastra dapat
yaitu tempat, waktu, dan sosial”. Sejalan dipandang sebagai amanat, pesan, message.
dengan pendapat tersebut menurut Nuryatin Bahkan, unsur amanat itu, sebenarnya,
(2010:13), Latar adalah gambaran tentang merupakan gagasan yang mendasari
tempat, waktu atau masa, dan kondisi penulisan karya itu, gagasan yang mendasari
diciptakannya karya sastra sebagai gaya bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal
pendukung pesan.” kebahasaan seperti pilihan kata, struktur
Berdasarkan pendapat-pendapat kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif,
tersebut, maka disimpulkan bahwa amanat penggunaan kohesi dan lain-lain. Menurut
adalah pesan berupa ajaran moral yang ingin Endraswara (2008:75), Gaya bahasa adalah
disampaikan pengarang kepada bahasa yang telah dicipta dan bahkan
pembaca. Pesan berupa ajaran moral direkayasa untuk mewakili ide sastrawan.
meliputi:  Berdasarkan beberapa pendapat
1. Religius. tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
2. Sikap baik. bahasa adalah pilihan kata yang digunakan
3. Keadilan. sastrawan atau pengarang untuk
4. Kejujuran menuangkan ide dalam karya sastra.
5. Kerendahan hati
Penyampaian amanat bisa dilakukan 1.6 Metodologi
pegarang secara tersurat maupun tersirat. A. Objek Material
Yaitu sejalan dengan pendapat Nuryatin Pada penelitian ini, peneliti
(2010:5), cara pertama amanat disampaikan menggunakan objek material berupa cerpen
secara tersurat. Maksudnya pesan yang yang berjudul “Pena yang dipungut ayahku
hendak disampaikan oleh penulis ditulis menjdikanku seorang sarjana” karya Anang
secara langsung di dalam cerpen. Biasanya Satria Metere.
diletakkan pada bagian akhir cerpen, dalam
hal ini pembaca dapat langsung mengetahui B. Objek Formal
pesan yang disampaikan oleh penulis. Objek formal dalam
6. Gaya Bahasa penelitian ini berupa pendekatan/unsur
Menurut Abrams dalam Objektif yang ada dalam Cerpen yang
Nurgiyantoro (2010: 276) gaya bahasa berjudul “Pena yang dipungut ayahku
adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, menjadikanku seorang sarjana” karya
atau bagaimana seorang pengarang Anang Satria Metere.
mengungkapkan sesuatu yang akan
dikemukakan. Sejalan dengan pendapat
C. Teknik Analisis
tersebut, menurut Nurgiyantoro (2010:276),
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunkan metode membaca (kualitatif) b. Penokohan
yaitu untuk mendapatkan data dan informasi Penokohan dalam cerpen “Pena yang
yang diperlukan. dipungut ayahku menjadikanku seorang
sarjana” dapat dilihat pada kutipan berikut.
1) Tokoh Aku
2. PEMBAHASAN
Penokohan Aku digambarkan pada
1. Tema kutipan berikut:
Dalam cerpen ini diceritakan tokoh Berawal dari pelulusan di SMA
aku yang berhasil menjadi seorang sarjana ku, di hari itu semua jantung penuh debar
atas kerja keras ayahnya. Untuk menentukan aliran darah sangat cepat mengalir rasa
tema cerpen dilakukan dengan cara a) cemas melanda semua murid kelas 12, tapi
persoalan yang paling menonjol, b) semua masih bisa melampiaskan rasa cemas
persoalan yang paling banyak menimbulkan mereka kepada orangtua mereka yang turut
konflik, c) persoalan yang banyak serta hadir dalam kegiatan pelulusan itu, dan
memerlukan waktu penceritaan. hanya akulah yang tidak didampingi oleh
kedua orangtuaku. Hal itu disampaikan
2. Tokoh dan Penokohan pengarang secara tersurat.
a. Tokoh
1) 1.Tokoh Utama 2). Tokoh Ayah
Tokoh utama ditentukan dengan cara Penokohan Ayah digambarkan
melihat (a) intensitas keterlibatan tokoh pada kutipan berikut:
dalam peristiwa-peristiwa yang membangun Ayahku hanya berpesan kepadaku untuk
cerita yang sering muncul dan (b) tokoh memberi tanda di depan pintu rumah lulus
yang banyak berhubungan dengan tokoh lain atau tidaknya aku dalam menempuh sekolah
melalui petunjuk yang diberikan pengarang. di SMA, pesan itu sangat unik dan
2) Tokoh Bawahan membuatku sadar akan apa yang akan terjadi
Tokoh bawahan dalam cerpen “Pena bila keputusan kelulusan sudah dibacakan,
yang dipungut ayahku menjadikanku ayah berkata: jika kamu lulus nak
seorang sarjana” gantunglah baju seragammu di depan pintu
(a) Tokoh Ayah tapi kalo tidak lulus gantunglah sayur daun
ubi di depan pintu, itu menandakan bahwa Latar tempat dapat dilihat pada
kamu harus berjualan sayur keliling kutipan berikut. “Ayahku hanya berpesan
3. Alur kepadaku untuk memberi tanda di depan
Analisis alur dalam cerpen “Pena yang pintu rumah lulus atau tidaknya aku dalam
dipungut ayahku menjadikanku seorang menempuh sekolah di SMA, pesan itu
sarjana” meliputi awal. Alur awal meliputi sangat unik dan membuatku sadar akan apa
perkenalan tokoh, latar, dan awalan konflik, yang akan terjadi bila keputusan kelulusan
yaitu saat tokoh aku lulus di SMA , di hari sudah dibacakan, ayah berkata: jika kamu
itu semua jantung penuh debar aliran darah lulus nak gantunglah baju seragammu di
sangat cepat mengalir rasa cemas melanda depan pintu tapi kalo tidak lulus gantunglah
semua murid kelas 12, tapi semua masih sayur daun ubi di depan pintu, itu
bisa melampiaskan rasa cemas mereka menandakan bahwa kamu harus berjualan
kepada orangtua mereka yang turut serta sayur keliling.
hadir dalam kegiatan pelulusan itu, dan
hanya akulah yang tidak didampingi oleh 5. Amanat
kedua orangtuaku. Berpikirlah positif , selalu optimis
atas apa yang kita cita-citakan , yakin setiap
4. Latar
perjuangan itu akan ada hasil dan
Analisis latar dalam cerpen
berbaktilah kepada orang tua karena setiap
“Pengemis dan Shalawat Badar” karya
susah maupun senang hanya orang tualah
Ahmad Tohari meliputi latar waktu, tempat,
yang paham atas apa yang kita rasakan .
dan sosial.
Jangan malu punya orang tua yang miskin
a) Latar Waktu
malulah ketika kita berpura-pura kaya
Latar waktu diketahui pada kutipan
dimata orang lain.
berikut: “Karena aku lulus sayur daun ubi
yang sudah saya siapkan saya masak sendiri 6. Gaya Bahasa
dan baju seragam sudah saya gantung di Mengenai gaya bahasa yang
depan pintu, saya sudah tau kabar ayah dan digunakan pengarang dalam cerpen “Pena
ibu saya akan pulang tepat pukul 03:00 sore. yang dipungut ayahku menjadikanku
seorang sarjana”, dapat dilihat di sebagian
b) Latar Tempat besar teks cerpen tersebut. Misalnya pada
kutipan :
“ Nah sekarang aku sudah semester tujuh gaya bahasa yang santai, langsung bercerita
persiapan pengajuan judul skripsi, kebiasaan pada poin yang ingin disampaika.
teman kuliah penaku itu suka hilang Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan
dipinjamlah tidak dikembalian atau tercecer, bahwa gaya bahasa yang digunakan
tapi tenang di gelas kosong di rumah ada pengarang adalah model gaya bahasa santai
banyak pena yang disediakan ayahku, aku dan bercerita langsung pada poin yang ingin
mengajukan judul tentang pedangang kaki disampaikan.
lima (PKL). yang aku teliti itu adalah  UNSUR EKSTRINSIK
ayahku sendiri, dan di situ baru aku tau 1). Biografi Pengarang : Pengarang
bahwa pena yang ada di gelas yang selalu ( Anang Satria Metere)
aku ambil bila penaku hilang adalah pena
Anang Satria Metere atau Anang
yang dipungut ayahku di tempat sampah
merupakan anak ketiga dari pasangan
ketika dia pulang berjualan di MTs, dia
Suhardin Metere dan Tri Suryani. Anang
mendatangi semua tempat sampah yang ada
baru saja menyelesaikan pendidikan S1 di
di setiap kelas memilih yang masih bisa
Universitas Sembilanbelas November (USN)
digunakan, di sinilah aku sadar bahwa pena
Kolaka, jurusan administrasi publik,
yang dipungut ayahku bisa menjadikanku
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
sarjana, dan betul kata dia bahwa sekolah itu
Setelah dinyatakan lulus sidang skripsi,
hanya butuh pena.
Anang langsung menghampiri ayahnya yang
Dengan tidak sadar aku berlari sedang berjualan siomay di sebuah sekolah.
memeluknya dan mengatakan berhenti ayah Anang kemudian memeluk ayahnya dengan
mencari pena di tempat sampah pena di perasaan haru. Sepulang dari menemui
rumah masih cukup untuk menjadikan aku ayahnya, Anang juga memeluk ibunya
seorang sarjana, aku sarjana karena pena dengan tangis bahagia. Bagi Anang,
yang dipungut ayahku. keberhasilannya lulus sidang skripsi tak bisa
lepas dari perjuangan kedua orangtuanya
Eksis dengan model gaya bahasa yang yang bersusah payah menyekolahkannya
wajar digunakan untuk menceritakan sebuah hingga ke bangku perkuliahan.
kisah. Ditambah lagi dengan penggunaan Pak Suhardin adalah seorang pedagang
preposisi “aku” “ku” memperkuat kesan siomay keliling di Kolaka, Sulawesi
bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah Tenggara. Setiap harinya, ia hanya mendapat
penghasilan sebesar 50-100 ribu. Meski Tidak ada dicantumkan pada cerpen
begitu, Pak Suhardin selalu berusaha agar kondisi masyrakat pada cerpen Pena yang
Anang meneruskan pendidikannya. Gerobak dipungut Ayahku Menjadikan Seorang
siomay yang digunakan Pak Suhardin Sarjana.
berjualan selama ini, kondisinya sudah
3)Latar Belakang Penciptaan:
sangat memprihatinkan. Keinginan untuk
mengganti gerobak yang lebih layak ia tunda Bahwa pengarang menciptakan sebuah
demi Anang. Uang penghasilannya selama Cerpen ingin menyampaikan agar setiap
ini ia gunakan untuk membiayai kuliah anak termotivasi karena, Ia belajar dari kisah
anaknya. Pak Suhardin ingin anaknya bisa hidupnya sendiri banyak anak milenial
lebih baik dari dirinya yang hanya tamat SD. sekarang yang patah semangat mengejar
Keadaan ekonomi yang sulit membuat cita-citanya karena keterbatasan ekonomi
Anang berusaha keras untuk bisa yang dimiliki orang tuanya. Ia ingin
melanjutkan pendidikan hingga mendapat menggambarkan bahwa seorang ayah
gelar sarjana. Beberapa kali Anang ingin menginginkan anaknya untuk sukses ,
berhenti kuliah karena merasa kesulitan, apapun akan dilakukan oleh seorang ayah
baik secara ekonomi maupun mental. demi anaknya.
Namun, Suhardin, ayah Anang, selalu
3. PENUTUP
menyemangatinya. Ia selalu memberikan
semangat untuk Anang hingga ia akhirnya 3.1 Simpulan
bisa menyelesaikan pendidikannya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan pendekatan objektif dalam
Selama 6 tahun kuliah, Anang memiliki cerpen “Pengemis dan Shalawat Badar”
cerita yang unik. Ia tidak pernah membeli dapat disimpulkan bahwa :
pulpen. Anang selalu diberikan pulpen bekas 1. Tema dari cerpen ”Pena yang dipungut
oleh Pak Suhardin. Pulpen bekas itulah yang ayahku menjadikanku seorang sarjana”
menjadi penyemangat tersendiri untuk adalah Perjuangan Seorang Ayah untuk
Anang sekalipun berada dalam kondisi cita –cita anaknya.
ekonomi yang sulit.
2. Tokoh-tokohnya meliputi, tokoh aku,
2). Kondisi Masyarakat : tokoh Ayah.
Penokohannya:
1. Tokoh Aku adalah seorang yang : Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
pesimis, mudah menyerah , telah Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
menyesali kesalahan yang telah ia Gadjah Mada Press.
perbuat. Nuryatin, Agus. 2010. Mengabdikan
2. Ayah adalah optimis , pekerja keras, Pengalaman dalam cerpen.
penyayang terhadap anakdan seorang Semarang: Yayasan  Adhigama
yang sabar. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode,
3. Alurnya adalah alur maju. Dapat dilihat dan Teknik Penelitian Sastra.
dari ceritanya seperti: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Latar waktu : sore hari. Latar tempat : di Tohari, Ahmad. 2005. Senyum Karyamin.
SMA, di MTSN, dan dirumah.  Jakarta: PT Gramedia Pustaka
5. Amanat atau pesan moral yang terdapat Utama.
pada cerpen “Pena yang dipungut ayahku
menjadikanku seorang sarjana” adalah pesan
moral 1) religius, 2) sikap baik, dan
6. Gaya bahasanya santai dan bercerita
langsung pada poin yang ingin disampaikan.
3.2 Saran
Demikianlah laporan ini dibuat
sebagai hasil kerja yang saya lakukan. Saya
mengharapakan kritikan dan saran yang
konstuktif dari pembaca agar lebih baik
dalam penyusunan laporan ini pada
kesempatan selanjutnya. Semoga hasil
laporan penelitian ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Harjito. 2007. Melek Sastra. Semarang:


IKIP PGRI Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai