2. Sasatra Nusantara
Kata Nusantara sendiri merujuk pada periode khusus ketika Indonesia dikuasai
oleh Majapahit, khususnya ketika kerajaan ini berada di bawah kendali patih besarnya,
Gajah Mada. Majapahit adalah negara kesatuan Indonesia di masa silam (Vlekke, 1958 :
15).
Bahasa tanpa sastra bagaikan jasat tanpa ruh. Bahasa tidak punya semangat jika
tidak ada muatan sastra. Sastralah yang membuat bahasa menjadi hidup. Dalam sastralah
terkesan harapan dan cita-cita masyarakatnya (Hamidy, 1994 : 7). Sastra
Nusantara tidak berdiri sendiri, ia terbentuk dari sinkretis antar daerah-daerah di wilayah
nusantara. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamaris (2001 : 151) bahwa dalam Sastra
Nusantara terdapat sastra Jawa, sastra Sunda, sastra Bali, sastra lombok, dan sastra
Madura seperti Babad Tanah Jawi, Babad Blambangan, Cerita Dipati Ukur, Sejarah Suka
Pura, Babad Buleleng, Babad Lombok, dan Babad Madura.
3. Sastra Indonesia
Sastra indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra
yang berada di indonesia. Sastra indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di
wilayag kepulauan indonesia. Sering juga secara luas dirujuk pada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan pada bahasa Melayu ( dimana Bahasa Indonesia adalah turunnya). Jehamun. 2015.
“Makalah Kesusastraan 2”
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia, berdasarkan garis besar nya sastra berarti bahasa yang indah atau tertata
dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca nya.
Namun sering kali kita tidak mengerti apa yang di maksud dengan sasta, kebanyakan
orang menyamakan antara sastra dan bahasa. Dalam sastra Indonesia sendiri, benyak
sekali bagian-bagianya. Secara garis besar sastra indonesia terbagi menjadi dua yaitu
sastra lama dan sastra baru/modern. Dari sekian banyak sastra contoh nya seperti
puisi, cerpen, novel, pantun, gurindam prosa dan sebagai nya dan di antara jenis-jenis
karya sastra tersebut memiliki ciri masing-masing, dan tidak bisa di katakan sama. Maka
untuk lebih jelas nya di sini akan kita bahas mengenai defenisi nya masing-masing.
4. Sastra Se-Indonesia
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia, berdasarkan garis besar nya sastra berarti bahasa yang indah atau tertata
dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca nya.
Namun sering kali kita tidak mengerti apa yang di maksud dengan sasta, kebanyakan
orang menyamakan antara sastra dan bahasa. Dalam sastra Indonesia sendiri, benyak
sekali bagian-bagianya. Secara garis besar sastra indonesia terbagi menjadi dua yaitu
sastra lama dan sastra baru/modern. Dari sekian banyak sastra contoh nya seperti
puisi, cerpen, novel, pantun, gurindam prosa dan sebagai nya dan di antara jenis-jenis
karya sastra tersebut memiliki ciri masing-masing, dan tidak bisa di katakan sama. Maka
untuk lebih jelas nya di sini akan kita bahas mengenai defenisi nya masing-masing.
6. Sastra Kalasik
Sastra Klasik adalah karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum masuknya
unusur-unur modernisme ke dalam sastra itu sendiri (Bambang, 2018:”Materi Bahasa
Indonesia” :blogspot.com).
Satra Klasik sering di sebut juga sastra melayu lama.
Ciri-ciri sastra melayu lama adalah masih menggunakan bahasa melayu, cerita
seputar istana sentris, dan hal-hal tahayul, pengarang anomim, dan masih sangat terikat oleh
aturan-aturan dan adat istiadat daerah. Karena belum ada media cetak dan elektronik, sastra
klasik berkembang secara lisan
Sastra Lama istana sentris, Maksudnya pusat kisah dan cerita selalu berkaitan
dengan raja-raja. Pangeran dan sekitar istana kerajaan. Bisa dirunut kisah Damarwulan,
Kisa Hulu Balang Raja.
Sastra Lama bersifat mempertahankan tradisi, melalui cerita dan ajaran. Sastra
Indonesia moderna sudah mulai membahas tentang penolakan terhadap tradisi yang
dianggap kolot.
Dalam pernceritaan sastra lama, diselingi pantun dan syair. Sama. Dalam sastra
angkatan 20-an. Roman atau Novel juga memuat pantun dan syair yang tidak sedikit.
Satra klasik ada yang berbentuk puisi dan ada juga yang berbentuk prosa, berikut
dalah contoh-contohnya:
Contoh Pantun:
Sikap sinohong
Gelana ikan duri
Bercakap bohong
Lama-lama mencuri
3) Pantun Berkait
Pantun berkait disebut juga pantun berantai atau seloka. Pantun berkait adalah
pantun yangg terdiri atas beberapa bait, bait yang satu dengan yang lainnya
sambung menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai
kembali pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua. Demikianlah pula
hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
4) Talibun
Adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris.
Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yaitu terdiri atas sampiran dan isi.
Jika talibun itu enam baris, maka tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga
baris berikutnya merupakan isi.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
5) Pantun Kilat
Pantun kilat atau Karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama
merupakan sampiran dan baris kedua isinya.
Contoh Pantun Kilat
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak dingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin
Sudah gaharu, cendana pula
Sudah tahu, bertanya pula.
6) Gurindam
Gurindam atau sajak pribahasa merupakan puisi yang bercirikan sebagai berikut:
- terdiri atas dua baris
- umus rima akhirnya /aa/
- baris pertama merupakan syarat, dan baris kedua berisikan akibat dari yang
disebutkan pada baris pertama.
- berisikan ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan.
Contoh Gurindam
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah artinya boleh berkat
Barang siapa berbuat fitnah
Ibarat dirinya menentang panah
7) Syair
Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan
Arab. Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- terdiri atas 4 baris
- tiap baris terdiri atas 8 sampai 10 suku kata.
- tidak memiliki sampiran dan isi, semuanya merupakkan isi.
- berima akhir a-a-a-a
contoh:
Diriku lemah anggotaku layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah kakanda berpulang dahulu
7. Sastra Lisan
Sastra lisan merupakan segala bentuk wacana yang disampaikan secara lisan dengan
mengikuti cara atau adat istiadat yang telah terpola dalam suatu masyarakat (Duijah, 2007:5).
Kandungan isi wacana tersebut yaitu (a) jenis cerita, (b) ungkapan seremonial, dan (c) ungkapan
ritual.
Sedyawati (1996:5) menyatakan bahwa dalam sastra lisan terdapat berbagai cerita
yang disampaikan secara lisan. Misalnya, genealogis, mitos, legenda, dongeng, dan cerita
kepahlawanan. Hutomo (1991:11) lebih mengarahkan definisi sastra lisan pada pendekatan
Antropologi. Bagi Hutomo sastra lisan mencakup enam hal yaitu (a) kesusastraan lisan, (b)
teknologi tradisional, (c) pengetahuan folk di luar pusat-pusat istana dan kota mitropolitan, (d)
unsur-unsur relegi dan kepercayaan folk di luar batas-batas formal agama-agama besar, (e)
kesenian folk, dan (f) hukum adat.
Prosiding Seminar: Moh. Badrih (2018)
International Good Practices in Education Diciplines and Grade Level
ISBN: 978-602-96824-0-3
8. Sastra Bandingan
Sastra bandingan merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam
ilmu sastra. Pendekatan sastra bandingan pertama kali muncul di Eropa awal abad ke-19. Ide
tentang sastra bandingan dikemukan oleh Sante Beuve dalam sebuah artikelnya yang terbit
tahun 1868 (Damono, 2005: 14). Dalam artikel tersebut dijelaskanya bahwa pada awal abad ke-
19 telah muncul studi sastra bandingan di Prancis. Sedangkan pengukuhan terhadap
pendekatan perbandingan terjadi ketika jurnal Revue Litterature Comparee diterbitkan
pertama kali pada tahun 1921.
Menurut Endraswara (2011) sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural.
Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra
menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan
dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra
bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini mempresentasikan bahwa sastra
bandingan memang cukup luas. Bahkan, pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra
bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini, guna
merunut keterkaitan antar aspek kehidupan
Bahan Rujukan
https://sastrawacana.id/pengertian-sastra-nusantara-menurut-para-ahli/
http://kamus-sastra.blogspot.com/2017/04/sejarah-sastra-indonesia-modern.html?m=1
http://bambangp682.blogspot.com/2013/03/sastra-klasik.html?m=1
https://www.gurupendidikan.co.id/sastra/ penulis Aris Kurniawan
https://www.academia.edu/32630494/RANGKUMAN_SASTRA_LISAN
https://www.academia.edu/10010711/Contoh_makalah_sastra