MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah Sastra
Nusantara Semester Dua yang Diampu oleh Drs. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.
DISUSUN OLEH :
2.
3.
4.
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sumber Hukum Islam ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sastra
Nusantara Prodi Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro , serta untuk menambah
wawasan mengenai pengertian, ciri, serta tujuan sumber hukum islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak Drs. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A. selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Sastra Nusantara.
2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Sastra Nusantara
3. Keluarga yang turut mendukung penulis.
4. Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan makalah “….”, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna baik
pada teknis penulisan ataupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Metode
BAB II
PEMBAHASAN
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta Sastra yang berarti
“teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata Sas yang berarti
“intruksi” atau “ajaran”. Maka sastra Batak merupakan sebuah frasa yang menunjuk
tentang karya-karya sastra dan hal yang terkait dengannya yang terdapat di suku
Batak atau sastra yang berkembang di suku Batak dengan menggunakan Bahasa
Batak. Batak adalah salah satu suku terbesar di Indonesia yang berada di provinsi
Sumatra Utara. Suku bangsa yang di kategorikan Batak adalah Angkola, Kalo,
Mandailing, Pakpak/Dairi, Simulungan, dan Toba. Namun sering sekali orang
menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba, padahal Batak tidak hanya
suku Toba.
Sastra Budaya Batak dapat digambarkan dalam ungkapan para tua-tua orang
Batak “Ansit do na halion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so dapotan
hata”. Artinya sangat menyakitkan jika seseorang tidak mendapat bagian dalam
bagian daging, tetapi lebih sakit lagi jika seseorang tidak mendapat kesempatan untuk
berbicara dalam pesta adat. Ungkapan ini menunjukan penting dan tingginya nilai
bicara dalam budaya Batak Toba. Ungkapan bijak orang Batak Toba memiliki ciri
tersendiri tercermin dari semua tulisan dan sastra yang dimiliki oleh suku Batak
B. Sejarah perkembangan Sastra Batak
Secara garis besar perkembangan sejarah sastra batak ditentukan oleh tiga
periode yang pertama yakni sebelum mendapat pengaruh asing atau pada zaman
purba, kedua sesudah mendapat pengaruh asing atau zaman penjajahan hingga
kemerdekaan Negara Indonesia, dan yang ketiga yaitu setelah kemerdekaan Negara
Indonesia.
Pada periode pertama Sastra Batak masih bersifat tradisional, diceritakan dari
mulut ke mulut, diturunkan secara lisan. Kisah dongeng, mitos, legenda, umpama
(perumpamaan) dan umpasa (peribahasa), sering diturunkan secara lisan dari satu
generasi ke generasi lainnya. Meskipun sudah berabad-abad penduduk Batak
memiliki tulisan sendiri namun mereka hampir tidak pernah menggunakan sistem
tulisannya sendiri untuk tujuan sehari-hari termasuk dalam hal karya sastra. Orang
Batak mayoritas hanya menggunakan sistem tulisannya untuk kepentingan tertentu
seperti ilmu kedukunan (hadatuon), surat-menyurat, dan ratapan hanya di Karo,
Simalungun, Angkola-Mandailing.
Pada periode kedua sesudah mendapat pengaruh asing atau zaman penjajahan
hingga kemerdekaan Negara Indonesia Sastra Batak semakin berkembang karena
orang-orang Batak dapat menempuh pendidikan pada zaman penjajahan Belanda.
Sehingga banyak orang Batak yang mampu untuk membaca serta menulis dengan
aksara latin. Dampak positifnya yakni sastra Batak mulai di terbitkan dengan aksara
latin seperti karya Arsenius Lumban Tobing tahun 1920 yang berjudul Si Aji Donda
Hatahutan dohot Pangulubalang dan juga karya W.M Hutagalung tahun 1926 yang
berjudul Pustaha taringot tu Tarombo ni Bangso Batak
Bentuk karya sastra Batak diantaranya terdapat prosa dan puisi. Prosa ialah sebuah
karya sastra berupa tulisan bebas yang tidak terikat dengan berbagai aturan yang
dalam penulisan nya seperti rima, diksi, irama, dan lain sebagainya. Sedangkan puisi
ialah suatu karya sastra yang berasal dari ungkapan atau curahan hati penyair. Karya
sastra ini dibuat berdasarkan ungkapan perasaan penyair, di dalamnya mengandung
makna, irama, rima, matra dan bait.
1. Mite
Mite ini berkaitan dengan keajaiban dan erat hubungannya dengan
kepercayaan terhadap dewa-dewa dalam masyarakat. Contoh mite dalam
prosa sastra Batak adalah Tuan Sormaliat, Tuan Rahat di Panei, Putri Ranting
Bunga, Begu Ganjang ‘Hantu’, Putri Dayang Bandir, Batu Keramat Marga
Sinaga, dan Gana-gana Na manjadi Anakboru.
2. Legenda
Berhubungan dengan asal-usul kejadian suatu tempat yang kebenarannya
diragukan, tetapi tidak dilakukan dan hilangkan. Contoh legenda dalam prosa
sastra Batak\ yaitu Turi-turian ni Dolok raja, Terjadinya Tambak Situri-turi,
Bah Sinuan, dan Terjadinya Kapung Tondang.
3. Fabel
Berisi tentang cerita berbagai jenis binatang. Contoh fabel dalam prosa sastra
Batak: Buaya dengan Beruk, Kancil dengan Siput, Dua Orang Bersaudara
dengan Monyet tunggal, dan Kancil dengan Rusa.
4. Cerita pendek jenaka
Juga terdapat cerita pendek jenaka suku Batak atau lebih tepatnya pada logat
Batak Simalungun. Contoh cerita pendek jenaka dalam prosa sastra Batak:
cerita tentang Si Marsingkam, cerita Seorang penyadap Enau, cerita Si
Galetang yang Tolol, dan cerita Si Lagamangan.
1. Umpasa
Umpasa merupakan cakupan berupa pantun, syair, dan bidal. Menurut isi dan
pemakaiannya terbagi atas: Umpasa ni dakdanak (pantun anak-anak) umpasa
ni na maposo (pantun orang muda), dan umpasa ni na matua (pantun orang
tua).
2. hutinta
Hutinta yang berarti 'teka-teki' dalam bahasa Indonesia merupakan bagian dari
Umpasa. Menurut isinya Hutinta terbagi atas: Hutinta biasa, hutinta umpasa,
dan hutinta turi-turian.
3. Salik
Salik adalah pantun untuk mengutuk seseorang atau sumpah serapah. Contoh
salik pada sastra Batak: Gana sirais dan gana sigadap
4. Anian
Anian adalah sejenis pantun yang mempunyai ekor. Contoh anian pada sastra
Batak: Ganjang bulung ni bulu, di robean pinggol tubu, dan tanduk ni ursa
5. Udoan
Udoan adalah pantun yang biasa diungkapkan sebagai suatu penderitaan.
Contoh udoan pada sastra Batak: Sinuruk simarombur, Nunga tunduk baoadi,
Ndang be terrarikkon
6. Umpama
Umpama atau sering dikenal juga sebagai kata pepatah.Contoh umpama pada
Sastra Batak yaitu Umpama ni pangandung, Umpama ni ampangardang
Selain bentuk dan juga jenis Sastra Batak tentunya ada berbagai keunikan yang
dimiliki oleh Sastra Batak itu sendiri antara lain yaitu sebagai berikut
4. Sanusi Pane
Sastrawan Indonesia yang berkarya melalui puisi dan drama. Sanusi Pane juga
penulis buku-buku Sejarah Indonesia. Sebagai penulis ia melahirkan esai dalam
Bahasa Indonesia dan Belanda. Ia dilahirkan di Muara Sipongi (Sumatera Utara),
tanggal 14 November 1905 dan meninggal di Jakarta 14 November 1968. Ia adalah
kakak dari Armijn Pane.
Berpendidikan di HIS (Padang Sidempuan dan Tanjung Balai), ELS Sibolga,
MULO (Padang dan Jakarta, tamat 1925), Sekolah Hakim Tinggi Jakarta (hanya satu
tahun), dan terakhir memperdalam pengetahuan mengenai kebudayaan Hindu di India
(1929-1930). Ia pernah menjadi guru di Kweek-School “Gunung Sahari” Jakarta, HIK
Lembang, HIK Gubernemen Bandung dan Sekolah Menengah Perguruan
Rakyat,Jakarta. Sebagai guru, ia pernah dipecat karena aktif dalam Partai Nasional
Indonesia.
Ia juga pernah ikut aktif dalam Jong Sumatera dan Gerindo. Selain itu, ia juga
pernah menjadi redaktur majalah Timbul (1931-1933), harian Tionghoa-Melayu
Kebangunan (1936), dan Balai Pustaka (1941). Karya-karyanya cenderung
berorientasi kepada budaya Timur, yaitu Indonesia dan India. Perhatiannya kepada
budaya timur itu dituangkan dalam sajak dan drama yang ia tulis.
5. Iwan Simatupang
Nama lengkapnya, Iwan Maratua Donga Simatupang. Iwan dianggap sebagai
tokoh “angkatan 70” dibidang prosa. Karya-karya prosa dan drama Iwan Simatupang
dianggap membawa corak filsafat barat, khususnya eksistensialisme. Sampai
sekarang,karya-karyanya itu masih menjadi bahan kajian yang menarik untuk dikaji
oleh peminat sastra.
Iwan Simatupang lahir di Sibolga,Sumatera Utara, tanggal 18 Januari 1928,
mninggal di Jakarta 4 Agustus 1970. Berpendidikan HBS Medan, Fakultas
Kedokteran di Surabaya (1953;tidak tamat). Iwan kemudian memperdalam
antopologi di Fakulteit der Letten, Rijkounversteit, Leiden atas beasiswa dari Sticusa.
Selain itu, ia belajar di Full Course International Institue for Social di Den Haag dan
Encole de 1’Europe tahun 1957. Ia mempelajari drama di Universitas Sorbone,Paris
antara tahun 1954-1958.
Iwan SImatupang pernah menjadi tentara, guru, dan wartawan. Ia menjadi
Komandan Pasukan TRIP di Sumatera Utara (1949), guru SMA Jalan Wijayakusuma
di Surabaya, dan terakhir menjadi redaktur Wartawan Harian (1966-1970). Beberapa
karyanya seperti Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dll.
6. Sabaruddin Ahmad
Sabbarudin lahir di Kampung Perak Sumatera Barat,7 Maret 1921. Ayahnua
Ahmad Karib bin Ma’rifatullah, ibunya Siti Kiram binti Muhammad Jamin. Sabar
adalah tokoh pendidik, tokoh pembina, dan pengembangan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Sumatera Utara dan Nasional.
7. Achmad Rivai Nasution
Nama pena dari penulis ini adalah Dev Vareyra. Ia dilahirkan di Pematang
Siantar, Sumatera Utara, tanggal 9 Februari 1935. Pernah menjadi pengawas Sekolah
Menengah Teknologi Atas. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Kande (1982), Dua
Kumpulan Puisi (1982, bersama Bachtiar Adany), Antologi Penyair Aceh (1986),
Tiatian Laut III (Kuala Lumpur,1991), Nafas Tanah Rencong (1992).
8. Amir Hamzah
Amir Hamzah dianggap sebagai Raja Penyair Pujangga Baru dan Pahlawan
Nasional (S.K. Presiden RI No. 106/TK/Tahun 1975, tertanggal 3 nopember 1975).
Dalam Khazanah Sastra Indonesia ia dianggap sebagai sastrawan angkatan pujangga
baru (1920-an). Pada tahun 1933, ia bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn
Pane menerbitkan Majalah Pujangga Baru. karyanya yang terkenal adalah kumpulan
sajak Nyanyian Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941).
Nama aslinya adalah Tengku Amir Hamzah,ia dilahrikan di Tanjung Pura,
Langkat, Sumatera Utara, tanggal 28 Pebruari 1911. Ia berasal dari keluarga
bangsawan dan ada hubungan darah dengan Sultan Langkat. Ia terbunuh dalam huru-
hara yang meletus pada 20 Maret 1946 di Sumatera Utara,dan ia bukan terbunuh oleh
sajak-sajaknya.
Pendidikannya dimulai dari HIS, selanjutnya melanjutkan ke MULO di
Medan dan kemudian pindah ke Jakarta bersekolah AMS-A atau sastra di Solo. Dari
AMS ia melanjutkan pendidikan pada Rechts Hoge School (Sekolah Hukum Tinggi)
di Jakarta sampai sarjana muda.
Perhatiannya pada pergerakan nasional telah terlihat sewaktu ia belia. Waktu
masih belajar di AMS Solo, ia memasuki Indonesia Muda dan diangkat sebagai
ketua. Pernah pula menjadi ketua Panitia Kongres Indonesia Muda di Solo tahun
1930.
Karya dari Air Hamzah adalah Sastra Melayu dan Raja-Rajanya (1942),Esai
dan Prosa (kumpulan esai dan prosa,1982), dan Padamu Jua(Kumpulan
sajak,2000),dll.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA