Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“SASTRA NUSANTARA DAN PERGOLONGANNYA


CERITA BINATANG, PELIPUR LARA, EPOS RAMAYANA DAN
MAHABHARATA”

Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Pada Mata Kuliah:


Bahasa Indoneia

Dosen Pengampuh:
Ernila Sari Harahap M.Hum

Disusun oleh kelompok 4


Nama anggota: 1. Nurul Indayani
2. Rahma Syafitri
3. Widia

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHSTAI


AL-HIKMAH MEDAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. Karena
berkat, dan rahmat Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “SASTRA NUSANTARA DAN GOLONGANNYA CERITA
DONGENG, CERITA PELIPUR LARA, EPOS RAMAYANA DAN
MAHABARATA ” dengan baik dan tepat waktu.
Kami peyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada
Ibu Ernila Sari Harahap M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini. Besar harapan kami semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan,
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, agar makalah kami kedepannya lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. SASTRA NUSANTARA ...................................................................... 2

B. Sastra Lisan ............................................................................................2

C. Sastra Tulis ............................................................................................ 3

D. Sastra Cetakan ....................................................................................... 3

E. PERGOLONGAN SASTRA NUSANTARA ........................................3

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 9

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sastra Nusantara diidentikkan dengan kawasan yang terdiri dari


berbagai pulau, yang menjadi wilayah Negara Republik Indonesia dan
budaya Melayu sehingga mencakup Malaysia Barat dan timur serta Brunei.
Termasuk juga Filipina selatan dan Mungthai selatan serta Timor Leste.
Sedangkan jika berbicara tentang dunia sastra, menunjukkan karya-
karya seni dan sastra yang dimana berbagai bahasa dari berbagai pulau yang
ada di Nusantara sebagai sarana utama identitas diri, pengungkapan rasa dan
karsa. Sastra Nusantara tidaklah sebatas karya-karya sastra yang ditulis
dalam bahasa Indonesia, melainkan dari berbagai bahasa etnik. Misalkan
karya-karya besar seperti I La Galigo dari tanah Bugis, Sansana Kayu
Pulang dari tanah Dayak, pantun-pantun, gurindam dan seloka Melayu,
karya-karya yang ditulis oleh warga dari etnik Tionghoa atau Indonesia
sebagai bagian dari sastra Nusantara dan bukan hanya membatasinya pada
karya-karya tertulis melainkan juga pada karya lisan.
Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi dan
drama, banyak pokok permasalahan yang dapat dijumpai dalam ketiga jenis
karya sastra tersebut, misalnya masalah yang mencakup sejarah, politik,
ekonomi, dan budaya.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Memahami Sastra Nusantara dan Golongannya?

2. Bagaimana Memahami Cerita dogeng, Pelipur lara, Epos Ramayana dan


Mahabarata ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Memahami Sastra Nusantara dan golongannya .

2. Untuk Mengetahui Cerita dogeng, Pelipur lara, Epos Ramayana dan


Mahabarata.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SASTRA NUSANTARA

Perjalanan kesusastraan yang berlangsung di Nusantara sudah


berlangsung sekian lama hingga di zaman modern ini, sastra mempunyai
warna yang berbeda-beda disinilah kesusastraan itu terlihat menarik karena
semuanya tidak terlepas dari budaya-budaya yang mempengaruhi di
sekitarnya.

B. Sastra Lisan

Dalam khazanah kesusastraan Nusantara sastra lisan adalah sebuah


karya sastra yang berbentuk abstrak dan disampaikan dengan cara oral.
Bentuk dari sastra lisan ini disampaikan oleh para tetua-tetua kampung atau
dalam suatu masayarakat yang disampaikan secara lisan dari orang ke orang
lain. Contohnya, cerita tentang Abu Nawasitu memiliki banyak versi di
setiap penceritanya, selain itu terkadang judul cerita sama tapi akan berbeda
ketika disampaikan oleh orang yang berbeda.

Dalam perjalanannya sastra lisan menemukan tempat dan bentuknya


masing-masing di tiap-tiap daerah pada ruang etnik dan suku yang
mengusung adat yang berbeda-beda. Hal ini juga menjadi suatu bentuk
ekspresi budaya masyarakat pemiliknya,sastra lisan tidak hanya
mengandung unsure keindahan (estetik) tetapi juga mengandung berbagai
informasi nilai-nilai kebudayaan tradisi yang bersangkutan. Sastra lisan
bertahan cukup lama dan menjadi semacam ekspresi estetik tiap-tiap daerah
dan suku yang ada di Nusantara.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dalam khasanah


kesusastraan dalam bentuk lisan, sastra tulis lebih mendominasi dan sastra
lisan mulai terpinggirkan bisa saja sampai terhapuskan. Hal ini mulai
berkembang ketika munculnya anggapan bahwa sastra tulis mempunyai
nilai yang lebih tinggi dibandingkan sastra lisan. Ditambah lagi oleh arus

2
modernisasi yang masuk dan membawa corak kebudayaan baru, maka
posisi sastra lisan di masyarakat semakin pudar dan akan menghilang. 1

C. Sastra Tulis

Sastra tulis yang membedakannya dengan lisan yakni memiliki


media penyimpan, yakni media tulis. Naskah-naskah kuno yang dimiliki
oleh setiap etnik atau suku bangsa Indonesia dapat dikategorikan ke dalam
khasanah pernaskahan Nusantara. Naskah tersebut berupa tulisan tangan
yang ditulis pada media yang relative tidak akan bertahan lama, seperti
lontar, nipah, kulit, bambu, dan berbagai jenis kertas lainnya.

Meninjau dari segi isi naskah, naskah-naskah itu merupakan


rekaman budaya masa lampau yang sangat berharga dan sebagai cagar
budaya bangsa yang tentunya patut diwariskan kepada generasi penerus.

D. Sastra Cetakan

Sejak ditemukannya mesin cetak pada abd ke-16 M, hampir semua


teks Nusantara yang telah diteliti para filolog Eropa diterbitkan dalam
bentuk teks cetak. Misalnya, Hikayat SI Miskin, Abunawas, Tajussalathin
dan sebagainya. Disamping itu,teks-teks lisan yang semula hanya berupa
cerita pada saat sekarang ini telah diterbitkan dalam bentuk cetakan baik
yang berupa hikayat maupun syair. Seperti Hikayat Putri Hijau, syair Putri
hijau dan lain sebgainya. Dibanding dengan dua bentuk teks sebelumnya,
teks cetak lebih memiliki kualitas yang lebih baik, yakni dari segi usia yang
lebih panjang dan hampir semua karakteristik yang dimiliki teks tulis juga
dimiliki oleh teks cetak.2

E. PERGOLONGAN SASTRA NUSANTARA

Sastra melayu klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka


waktu tertentu ( periode ) karena hasil karya sastra melayu klasik itu tidak
mencantum waktu penciptaan dan siapa penciptanya. Pergolongan yang
biasa, berdasarkan pengaruh asing.

1
Ikram, Achadiati, Filogia Nusantara, (PT. Dunia Pustaka Jaya : Jakarta 1997 ),h. 187
Ibid,h. 195
2

3
1. Pergolongan berdasarkan bentuk

Dalam pergolongan ini karya sastra melayu klasik digolongkan


dalam dua golongan yaitu: prosa: yang termasuk prosa lama banyak
jumlahnya, prosa melayu klasik ini umumnya banyak disebut hikayat,
karena pada umumnya judul prosa melayu klasik ini dimulai dengan
“hikayat ini” dan puisi yang termasuk puisi lama yaitu mantra, pribahasa,
pantun, syair, gurindam, talibun, dan lain-lain. 3

2. Pergolongan berdasarkan isi


a) Hasil sastra berisi undang-undang, yang dimaksud dengan
undang-undang disini bukanlah undang- undang yang dalam bahasa
inggris disebut “law” melainkan adat kebiasaan atau adat istiadat,
yang disebut customary law. Adat istiadat itu disajikan dalam bentuk
cerita, serta diselingi dengan pantun petatah- petitih, peribahasa dan
sebagainya. Dengan membaca hasil karya sastra yang berisi undang-
undang ini kita dapat mengetahui latar belakang cara berpikir dan
falsafah hidup masyarakat pada masa dahulu serta adat-istiadatnya,
adat raja- raja adat yang dilakukan dalam upacara tertentu. Misalnya
undang-undang malaka, undang- undang minangkabau dan lainnya.
b) Hasil sastra berisi sejarah, diantaranya yaitu Hikayat aceh,
Hikayat Raja- raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Banjar, Tambo,
Minangkabau, Hikayat Patani, Hikayat Moreong Mahawangsa.
c) Hasil sastra berisi petunjuk bagi raja. Hasil sastra yang berisi
petunjuk bagi raja atau pengusaha dalam menjalani pemerintahan,
yaitu Tajussalatin dan Bustanussalatin. Tajussalatin berarti mahkota
segala raja- raja yang ditulis oleh Bukhari Al-Johari di Aceh pada
tahun 1603. Demikian pula Bustanussalatin yang berarti taman
segala raja- raja yang ditulis oleh Nuruddin Ar-Raniri.
3. Pergolongan berdasarkan pengaruh asing, terdapat beberapa
pergolongan, diantaranya:
a) Sastra melayu asli

3
Liya Hayu Afderis , Buku Ajar Mata Kuliah Folkor, ( Yogyakarta : Deeppublish, Februari
2018 ),h. 7
4
Sastra melayu asli atau secara tradisional ialah suatu golongan
cerita yang hidup dan berkembang secara turun- menurun, dan
satu generasi kepada generasi berikutnya, istilah lain yang biasa
digunakan untuk menyebut golongan karya atau folklor karena
cerita ini hidup dikalangan rakyat.
b) Sastra pengaruh hindu
Pengaruh Hindu merupakan pengaruh asing pertama dan lama di
Nusantara ini. Bukti tertulis berupa piagam dapat ditemukan
sekitar abad kelima, diantaranya piagam raja Purnawarman. Di
Jawa Barat, sebagai bukti sudah berkarya pengaruh Hindu di
Nusantara. Hasil sastra Hindu yang terkenal seperti Ramayana,
Mahabarata dan Pancantantra, yang dalam sastra melayu dikenal
dengan judul Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima. 4

a. Cerita Dongeng

Dongeng merupakan cerita pendek yang tidak dianggap benar terjadi.


Dongeng diceritakan dengan tujuan untuk menghibur, melukis kebenaran,
pelajaran (moral) dan sindiran. Pada umumnya cerita dongeng memiliki
kalimat pembuka dan penutupnya yang bersifat klise seperti kalimat di awal
“ Pada suatu waktu hiduplah seorang ....” dan pada kalimat di akhir
“ akhirnya mereka hidup bahagia selamanya”. Cerita dongeng bermanfaat
bagi anak usia dini untuk perkembangan secara kognitif ( pengetahuan ),
afektif ( perasaan ), sosial, dan konatif ( penghayatan) anak. Dongeng
merupakan suatu cerita yang sifatnya fiksi dan bersifat menyenangkan
( menghibur ) bagi yang mendengarkannya di dalamnya sering terkandung
unsur- unsur petuah pula.

Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk


memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Dongeng dipandang

4
Ibid,h. 8
5
sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai dan untuk masyarakat lama itu
dapat dipandang sebagai satu- satunya cara.5

b. Cerita Pelipur lara

cerita pelipur lara, dan perumpamaan adalah tujuh jenis


dongeng.

1. Mitos: jenis dongeng yang menceritakan tentang peristiwa magis,


seperti cerita tentang dewa, peri, atau Tuhan

2. Sage: dongeng- dongeng kepahlawanan, keberanian, atau

kesaktian, seperti dongeng sakti Gajah Mada

3. Fabel: dongeng tentang binatang yang dapat berbicara atau


bertingkah laku seperti manusia

4. Legenda: jenis dongeng yang menceritakan tentang suatu


peristiwa tentang asal usul suatu benda atau tempat

5. cerita lucu: cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat


membangkitkan tawa

6. Cerita pelipur lara: biasanya berbentuk narasi yang bertujuan


untuk menghibur tamu di pesta dan kisah yang diceritakan oleh
seorang ahli dan

7. Cerita perumpamaan: bentuk dongeng yang mengandung kiasan


Mendongeng, atau menceritakan tentang "sesuatu", dapat dilakukan
dengan berbagai cara untuk membuat dongeng lebih menarik dan
hidup, seperti menggunakan animasi suara melalui teknologi
informasi atau menggunakan alat peraga tradisional.6

c. Epos Ramayana dan Mahabarata

5
Gege Dharma Gunawan, Cerita Dongeng sebagai media pendidikan karakter anak usia
dini 2019, Jurnal Tampung Penyang, Vol. 17 No. 1
6
Zainal, Mendongeng Cerita Legenda Lokal Meningkatkan Kemampuan Menulis Naratif
Teks Bahasa IndonesiaI, Jurnal : ilmiah Wahana Pendidikan 2022, Vol. 8 No. 1
6
Ramayana yang berasal dari kata Rama dan Ayana yang
berarti “Perjalanan Rama”. Ramayana merupakan sebuah kitab suci
yang telah Mempengaruhi kehidupan, pemikiran dan kebudayaan
jutaan orang sebelumnya sejak beribu-ribu tahunan akhirnya
mendasari ajaran yang bernama hindu.

Sejarah Rama, terdapat suatu perbedaan nyata antara konsep


dalam melihat dan memahami sejarah terutama cara melihat atau
konsep berfikir dalam masyarakat Barat dan masyarakat Timur
dalam hal ini Asia.

Dalam ke ilmuan hal ini disebut Epos, Legenda Mythos,


cerita rakyat atau apapun penamaan nya, pada wilayah masing-
masing peristiwa sejarah terlebih dahulu.

Dan oleh karena itu, dalam budaya masyarakat Timur dalam


hal ini Asia suatu kejadian atau sejarah dianggap memang telah
benar- benar terjadi

Terdapat satu lagi perbedaan antara konsep tentang sejarah


masyarakat Barat dan konsep tentang sejarah masyarakat Timur
dalam masyarakat Barat, waktu dilihat sebagai sesuatu garis linear
yaitu mempunyai titik permulaan dan titik terakhir.

Sebaliknya, waktu dalam konteks masyarakat Timurlah suatu


putaran yang tidak memiliki permulaan atau akhir. Itulah sebabnya
dalam Hinduisme, waktu dibagi kepada Yuga Manwantara dan
waktu yang tidak terkira.

Ramayana dan Mahabarata dikelompokkan sebagai “Itihasa”


yang berarti, karya- karya ini adalah suatu penceritaan tentang
sesuatu kejadian atau sejarah yang pernah terjadi dahulu. Kedua-
keduanya maha karya ini juga penuh dengan data- data astronomi
berhubungan dengan peristiwa- peristiwa penting. 7

7
Santo,Saba Salomo, Ramayana adalah Indonesia, ( Surabaya, Oktober 2017).h.6
7
BAB III
PENUTUP

Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam


bahasa Indonesia. Berdasarkan garis besarnya, sastra berarti bahasa yang
indah atau tertata dengan baik dengan gaya penyajian yang menarik,
sehingga berkesan di hati pembacanya. Namun kebanyakan masyarakat
tidak mengerti apa yang dimaksud dengan sastra. Kebanyakan orang
menyamakan antara sastra dan bahasa. Dalam sastra Indonesia sendiri
banyak sekali bagian-bagiannya. Secara garis besar sastra Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu sastra lama dan sastra baru/ modern.

Dari sekian banyak sastra, seperti puisi, cerpen, novel, pantun,


gurindam prosa dan sebagainya dan di antara jenis-jenis karya sastra
tersebut memiliki ciri-ciri dan definisi masing-masing.

1. Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar


terjadi atau fiktif. Fungsi dongeng adalah sebagai hiburan, dan sarana
untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Hal itu disebabkan karena
cerita dalam dongeng banyak yang melukiskan sebuah sindiran, dan
kebenaran berisikan pelajaran moral.

2. Cerita pelipur lara adalah jenis dongeng yang bertujuan sebagai


pelipur lara atau untuk menghibur tamu undangan dalam suatu acara
yang biasanya dibawakan oleh ahli cerita.

3. Ramayana dan Mahabharata adalah dua epos terbesar India yang


mempengaruhi cara berpikir dan sistem kepercayaan Hindu. Kedua
epos tersebut diyakini sebagian didasarkan pada peristiwa sejarah dan
dianggap sebagai "itihasa" dalam bahasa Sansekerta, yang
berarti teks sejarah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Achadiati, Ikram, Filogia Nusantara, (PT. Dunia Pustaka Jaya : Jakarta


1997 ),h. 187
Ibid,h. 195
Afderis Hayu Lia, Buku Ajar Mata Kuliah Folkor, ( Yogyakarta:
Deeppublish, Februari 2018 ),h. 7
Gunawan Dharma Gege, Cerita Dongeng sebagai media pendidikan
karakter anak usia dini 2019, Jurnal Tampung Penyang, Vol. 17 No. 1
Salomo Saba Santo, Ramayana adalah Indonesia, ( Surabaya, Oktober
2017).h.6
Zainal, Mendongeng Cerita Legenda Lokal Meningkatkan Kemampuan
Menulis Naratif Teks Bahasa IndonesiaI, Jurnal : ilmiah Wahana
Pendidikan 2022, Vol. 8 No. 1
Ibid,h. 8

Anda mungkin juga menyukai