Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

TEORI PENGKAJIAN SASTRA DAN SEJARAH SASTRA ARAB

Disusun oleh kelompok 2:

1. Akbar Fachreza (2002401002)


2. Nabilah (2010401010)

Dosen Pengampu: Ulil Albab, M.Pd

KELAS A
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN FATAH
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, segala puja


dan puji kita haturkan kepada Allah SWT. Karena berkat nikmat-Nya lah penulis bisa menyelesaikan
Makalah penghantar ilmu sastra dengan tema “Teori pengkajian sastra dan sejarah sastra Arab” ini
tanpa ada halangan apapun yang menghambat pemakalah. Sholawat serta salam senantiasa kita
haturkan kepada Junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah menuntun dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Dan pemakalah juga meminta maaf apabila audiens menemukan kesalahan
dalam penulisan makalah ini, karena pemakalah juga manusia dan manusia merupakan tempat lupa
dan salah.

Palembang, 11 Februari 2021

KELOMPOK 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................I
DAFTAR ISI .........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................III
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
2.1. Posisi Isim Majrur.................................................................................2-3
2.2. Tanda - Tanda Majrur.............................................................................4-5
2.3. Tabi’I Kepada Isim Majrur....................................................................6-8
BAB III PENUTUP......................................................................................................9
3.1. Kesimpulan..............................................................................................9
3.2. Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra sebagai cabang dari seni yang merupakan unsur kebudayan. Menyebarnya sastra
arab berkaitan dengan bersinarnya islam dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an. Mereka
yang berperan mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan islam berasal dari berbagai
suku bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia, Andalusia
dan masih banyak lagi. Walaupun berbeda bangsa namun mereka berbicara dan menulis
karya sastra serta kajian keilmuan dengan Bahasa Arab.

Para sastrawan sangatlah beragam dalam membagikan perkembangan sastra Arab, ada
sastrawan yang membagi sastra Arab secara terperinci atau rigit dan global. Secara rigit
sastra terbagi berdasarkan masa kepemimpinan, misalnya periode jahili, periode permulaan
islam, periode Umayyah dll.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sejarah sastra Arab?
2. Bagaimana

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dalam sastra Arab,
2. Untuk mengetahui teori dalam pengkajian sastra,
3. Dan untuk menambah wawasan dalam ilmu sastra.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pengkajian Sastra

Kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Majrur dalam ilmu nahwu yang dimaksud adalah isim berharokat jar (kasroh), tetapi
tanda-tandanya bukan hanya kasroh. Tanda-tanda isim majrur ada tiga;

 kasroh yang terletak pada isim mufrod, jama’ tafsir munsorif, jama’muannats salim,
 fathah yang trletak pada isim ghoiru munshorif/ tidak menerima tanwin,
 ya yang terletak pada asmaul khomsah, dan isim tasniyah.

Isim majrur adalah isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot. Macam-
macam isim majrur yaitu: isim yang didahului hurf jarr dan isim yang berkedudukan sebagai
mudhaf ilaih.

3.2 Saran

Demikian pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya. semua
ilmu itu sangat berkaitan dan tidak ada ilmu yang tidak berguna. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menjadikan amalan yang bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kritik dan
saran kami terima untuk perbaikan makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH SASTRA ARAB

Sejarah sastra adalah suatu ilmu yang membahas mengenai keadaan bahasa seperti puisi
dan prosa. Para tokoh terkemuka dari kalangan penulis dan ahli bahasa, yang melakukan
kritik terhadap karya-karya mereka, dan menjelaskan pengaruh mereka dalam ide,
penciptaan, dan gaya bahasa. Yang dicetuskan oleh penulis Itali pada abad ke-18M..

Di kawasan timur, sejarah sastra baru dikenal ketika pergaulan antara Kawasan Timur
dan Kawasan Barat semakin menguat. Orang yang pertama kali mentransfer ilmu mengenai
sejarah sastra ke dalam dunia sastra Arab ialah al-Ustadz Hasan Taufiq al-‘Adl, setelah
kepulangannya dari Jerman.

Sedangkan pengertian umumnya adalah ilmu yang mempelajari deskripsi kronologis sesuai
perjalanan zaman yang terhimpun dalam buku, tercatat dalam lembaran, dan yang terpahat
dalam batu prasasti, yang mengungkapkan perasaan, ide, pengajaran tentang ilmu atau seni,
pengabdian suatu cerita, suatu realitas, para filosuf, dan para pengarang, serta menjelaskan
referensi yang mereka gunakan, aliran-aliran yang mereka anut, dan posisi mereka dalam
bidang seni yang digeluti, yang semua itu akan menunjukkan kemajuan atau kemunduran
dari semua ilmu pengetahuan.

Sejarah sastra adalah ilmu yang mempelajari deskripsi kronologis sesuai perjalanan zaman
yang terhimpun dalam buku-buku, tercatat dalam lembaran-lembaran, dan yang terpahat
dalam batu-batu prasasti, yang mengungkapkan perasaan (emosi), ide, pengajaran tentang
suatu ilmu atau seni, pengabdian suatu cerita, suatu realitas, termasuk di dalamnya
penyebutan orang-orang yang muncul dan terkenal (terkemuka) dari kalangan para ilmuan,
para filosuf, dan para pengarang, serta menjelaskan referensi yang mereka gunakan, aliran-
aliran yang mereka anut, dan posisi mereka dalam bidang seni yang digeluti, yang semua itu
akan menunjukkan kemajuan atau kemunduran dari semua ilmu pengetahuan.

Secara garis besar, karya satra arab dibedakan menjadi dua genre, yaitu puisi dan prosa.
prosa diyakini lebih dulu muncul dari pada puisi, karena prosa merupakan karya sastra
bebas, tidak terikat aturan. Sedangkan puisi merupakan karya sastra yang terikat aturan.
Ungkapan atau bahasa arab pada dasarnya berbentuk prosa, kemudian orang-orang Arab
membutuhkan wahana khusus untuk membicarakan budi pekerti, mengenang kisah-kisah

4
kehidupan, menghormati keturunan , dan sebagainya. Wahana tersebut terwadahi dengan
menambahkan lagu-lagu sehingga bermunculan wazan-wazan yang kemudian desebut
dengan syair. Sedangakan menurut Thaha Husein seorang kritikus sastra arab, bahwa syair
lebih dulu hadir daripada prosa. Beliau beranggapan bahwa syair terikat dengan rasa sastra
dan imajinasi yang tinggi.

Pada masyarakat arab jahiliyah, tradisi penyampaian karya sastra dilakukan secara lisan dan
sangat mengandalkan kekuatan hapalan seorang penyair. Berikut syarat dalam penyampaian
syair secara lisan, yaitu:

1. At-tamatstsul, yaitu memberikan contoh pengungkapan karya sastra dengan susunan


yang baik.
2. Ad-diqqah, yaitu sifat ketelitian dalam penyampaian karya sastra.
3. Al-ada’, al-sadiid, yaitu penyampaian yang benar dengan meberikan penjelasan
tentang kata-kata asing dan penggunaan gaya bahasa dalam sastra.

Berdasarkan atas objek pengkajiannya, sejarah sastra arab mempunyai ruang lingkup seperti:

1. Sastra-sastra kronologis, yaitu sejarah sastra yang mengkaji karya-karya sastra


berdasarkan periodisasi atau babakan waktu tertentu.
2. Sejarah genre yaitu sejarah sastra yang mengkaji perkembangan karya-karya sastra,
seperti puisi dan prosa.
3. Sejarah sastra komparatif, yaitu sejarah sastra yang mengkaji dan membandingkan
beberapa karya sastra pada masa lalu, pertengahan dan masa kini. Aspek-asoek yang
dibandingkan meliputi beberapa hal, diantaranya: aspek bahasanya, estetiknya, latar
belakangnya, atau semua aspek yang menyertai karya tersebut.

Prosa dan puisi sastra arab ini memilki perubahan setiap masanya dari masa jahiliyah hingga
masa modern dengan berbagai tokoh dan karya-karyanya.

5
periodesasi kesusastraan dibagi sesuai dengan perubahan politik. Sastra dianggap sangat
tergantung pada revolusi sosial atau politik suatu negara dan permasalahan menentukan
periode diberikan pada sejarawan politik dan sosial, dan pembagian sejarah yang ditentukan
oleh mereka itu biasanya diterima. Di bawah ini akan dipaparkan bentuk penulisan
periodesasi yang dilakukan oleh para ahli kesusastraan Arab, antara lain:

 Hana al-Fakhuriyyah membaginya ke dalam lima periodesasi, yaitu:


a. Periode Jahiliyyah, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini dibagi atas dua
bagian, yaitu masa sebelum abad ke-5, dan masa sesudah abad ke-5 sampai dengan
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.
b. Periode Islam, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini berlangsung sejak
tahun 1 H/622 M hinggga 132 H/750 M, yang meliputi: masa Nabi Muhammad
SAW dan Khalifah ar-Rasyidin dan masa Bani Umayyah.
c. Periode Abbasiyah, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini berlangsung
sejak 132 H/750 M sampai 656 H/1258 M.
d. Periode kemunduran kesusastraan Arab (656-1213 H/1258-1798 M), periode ini di
mulai sejak Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan, pemimpin bangsa Mongol, pada
tahun 1258 M.
e. Periode kebangkitan kembali kesusastraan Arab; periode kebangkitan ini dimulai
dari masa pemerintahan Ali Pasya (1220 H/1805 M) hingga masa sekarang.

 Muhammad Sa'id dan Ahmad Kahil membagi periodesasi kesusastraan Arab ke dalam
enam periode sebagai berikut:
a. Periode Jahiliyyah, dimulai sekitar satu tengah abad sebelum kedatangan Islam dan
berakhir sampai kedatangan Islam.
b. Periode permulaan Islam, dimulai sejak kedatangan Islam dan berakhir sampai
kejatuhan Daulah Umayyah tahun 132 H.
c. Periode Abbasiyah I, dimulai sejak berdirinya Daulah Abbasiyah tahun 132 H dan
berakhir sampai banyak berdirinya daulah-daulah atau negara-negara bagian pada
tahun 334 H.
d. Periode Abbasiyah II, dimulai sejak berdirinya daulah-daulah dalam pemerintahan
Abbasiyah dan berakhir dengan jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Tartar atau
Mongol pada tahun 656 H.

6
e. Periode Turki, dimulai sejak jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Mongol dan
berakhir dengan datangnya kebangkitan modern sekitar tahun 1230 H.
f. Periode Modern, dimulai sejak datangnya kebangkitan modern sampai sekarang.

 Ahmad Al-Iskandari dan Mustafa Anani dalam Al-Wasit Al-Adab Al-Arobiyah Wa


Tarikhihi membagi periodesasi kesusastraan Arab ke dalam lima periode, yaitu:
a. Periode Jahiliyah, periode ini berakhir dengan datangnya agama Islam, dan rentang
waktunya sekitar 150 tahun.
b. Periode permulaan Islam, di dalamnya termasuk juga periode Bani Umayyah, yakni
dimulai dengan datangnya Islam dan berakhir dengan berdirinya Daulah Bani Abbas
pada tahun 132 H.
c. Periode Bani Abbas, dimulai dengan berdirinya dinasti mereka dan berakhir dengan
jatuhnya Bagdad di tangan bangsa Tartar pada tahun 656 H.
d. Periode dinasti-dinasti yang berada di bawah kekuasaan orang-orang Turki, di mulai
dengan jatuhnya Baghdad dan berakhir pada permulaan masa Arab modern.
e. Periode Modern, dimulai pada awal abad ke-19 Masehi dan berlangsung sampai
sekarang ini.
 Jami’at Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah (dalam Muzakki, 2006:62), sejarah
sastra arab dibagi menjadi enam periode, yaitu:
a. Zaman Jahiliyyah, dimulai dari satu setengah atau dua abad sebelum Islam sampai
munculnya Islam.
b. Zaman Permulaan Islam, dimulai dari datangnya Islam sampai berakhirnya masa
Khulafa ar-rasyidin, yaitu tahon 40 H.
c. Zaman Bani Umayyah, mulai dari berdirinya bani Umayyah (40H) sampai
kekuasaannya berakhir (132H).
d. Zaman Bani Abbasiyyah, mulai dari berdirinya bani Abbasiyyah (132) sampai
Baghdad runtuh akibat serangan Mongol (156H).
e. Zaman Pertengahan, zaman ini meliputi (a) zaman Mamluk danTurki Utsmani
(656H) sampai berakhirnya pemerintahan TurkiUtsmani pada permulaan abad 13H,
dan (b) munculnya gerakan reformasi di negara Arab.
f. Zaman Modern, mulai abad 13H sampai sekarang.

7
 Menurut beberapa ahli sejarah dan sastra telah membagi periodisasi kasusastraan Arab
dalam enam zaman yakni:
a. Zaman Jahiliyyah, dimulai sekitar 200 atau 500 abad sebelum permulaan Islam dan
berakhir sampai datangnya agama Islam.
b. Zaman Permulaan Islam, pada masa munculnya agama Islam(di Mekkah), dan
berakhirnya masa Khulaf ar-Rasyidin pada 40 H.
c. Zaman Umawiyah, dimulai dengan berdirinya berdirinya Daulah Umawiyah tahun
40 H. Dan berakhirnya dengan jatuhnya dinasti ini pada tahun 132 H.
 Zaman Abbasiyyah, dimulai dari dengan berdirinya Daulah Abassiyah tahun 132H dan
berakhir dengan penyerbuan Mongolia ke negeri Baghdad tahun 656 H.
 Periode Pertengahan, masa ini meliputi dua dinasti, yaitu Dinasti Mamluki da Utsmani.
Dimulai tahun 656 H dan berakhir dengan berakhirnya hukum Utsmani di negeri-negeri
Arab pada permulaan abad 13 H, dan munculnya gerakan-gerakan perbaikan di sejumlah
negeri Arab.
 Periode Modern, dimulai dengan munculnya gerakan-gerakan perbaikan di sejumlah
negeri Arab, dan bersamaan dengan permulaan abad 13 H (1900 Masehi) hingga saat ini.
6. Gibb (dalam Sutiasumarga, 2001:5) telah membagi zaman sastra Arab menjadi:
a. The Heroic Age (Zaman Heroik), tahun 500-622
b. The Age of Expansion(Zaman Ekspansi), tahun 622-750
c. The Golden Age (Zaman Keemasan), tahun 750-1055
d. The Silver Age (Zaman Perak), tahun 1055-1258
e. The Age of Mamluk, tahun 1258-1800.
 Akhmad Iskandari, Mustafa Inani dan Carl Brockelmann, sejarah kasusastraan Arab
terbagi menjadi lima masa:
 Masa Jahiliyyah, sekitar 150 tahun sebelum Islam datang hinggan datangnya Islam.
a. Masa Permulaan Islam, mencakup masa Naabi Muhammad SAW, khlula ar-
Rasyidin, dan Bani Umayyah. Dimulai sejak datangnya Islam dan berakhir pada
berdirinya Daulah Abbasiyah.
b. Masa Abbasiyyah, sejak berdirinya Daulah Abbasiyah dan diakhiri dengan jatuhnya
Baghdad kedalam kekuatan Tartar (656 H).
c. Masa Kekuatan Turki, disebut juga dengan masa kemunduran Sastra Arab, di mulai
sejak jatuhnya bAghdad dan diakhiri dengan permulaan masa Modern.

8
d. Masa Modern, masa ini dimulai pada permulaan abad 19 sampai sekarang.

Adanya Perbedaan istilah dalam penulisan periodesasi kesusastraan Arab seperti dua contoh
di atas, merupakan suatu hal yang wajar, seperti yang dikemukakan Teeuw bahwa perbedaan
itu disebabkan empat pendekatan utama, yaitu:

v Mengacu pada perkembangan sejarah umum, politik atau budaya.

v Mengacu pada karya atau tokoh agung atau gabungan dari kedua hal tersebut.

v Mengacu pada motif atau tema yang terdapat dalam karya sepanjang zaman.

v Mengacu pada asal-usul karya sastra.

Untuk mempermudahkan dalam mempelajari kasustraan Arab, para sejarawan


mengelompokkan menjadi tiga periode yaitu :

 Periode klasik yang mencakup masa jahiliyah, masa permulaan Islam dan masa
Bani Umayyah,
 Periode pertengahan yang mencakup masa Bani Abbas dan kekuasaan Turki,
 Periode modern mulai pertengahan abad ke-19 sampai sekarang.

9
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Sejarah sastra Arab adalah suatu ilmu yang membahas mengenai keadaan bahasa serta sastra
seperti puisi dan prosa yang diciptakan oleh anak-anak pengguna bahasa itu dalam berbagai
masa, sebab-sebab kemajuan dan kemudurannya, serta kehancuran yang mengancam kedua
produk sastra tersebut, serta mengalihkan perhatiannya terhadap para tokoh terkemuka dari
kalangan penulis dan ahli bahasa, serta melakukan kritik terhadap karya-karya mereka, dan
menjelaskan pengaruh mereka dalam ide, penciptaan, dan gaya bahasa (uslub). Karya satra
arab dibedakan menjadi dua genre, yaitu puisi (‫)الشعر‬, dan prosa (‫)النشر‬.

Berdasarkan atas objek pengkajiannya, sejarah sastra arab mempunyai ruang lingkup dapat
dibedakan menjadi sastra-sastra kronologis, sejarah genre, sejarah sastra komparatif.
Menurut Atmazaki(dalam muzakki, 2006: 25) ruang lingkup ilmu sastra meliputi: teori
sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.

Permasalahan seputar periodisasi sastra Arab ini dipaparkan oleh kasusastraan Arab yaitu
Hana al-Fakhuriyyah, Muhammad Sa'id dan Ahmad Kahil, Ahmad Al-Iskandari dan Mustafa
Anani, Jami’at Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah, Menurut beberapa ahli sejarah,
Gibb, dan Akhmad Iskandari, Mustafa Inani dan Carl Brockelmann.

10
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab. Semarang. Ega Acitya

Irawati, Retno Purnama dan Siminto. 2009. Pengantar Memahami Sastra. Semarang. ISBN

11
A. TEORI SASTRA

Kata teori sastra berasal dari dua kata, yaitu kata teori dan kata sastra.
Apakah teori dan apakah sastra, yang dimaksud dengan teori sastra ialah cabang ilmu sastra
yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra
secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan
sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati.
Teori berisi konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu
Karya sastra bukanlah karya yang ilmiah yang dapat dibenaran faktualnya sebagaimana
merunut kebenaran berita, surat kabar dan merunut berita yang diceritakan. Kebenaran pada
karya sastra bukanlah kebenaran yang bersifat faktual tetapi kebenaran yang bersifat
kemanusiaan. Dengan demikian teori sastra adalah ilmu yang mengungkapkan tentang sastra
sebagai karya yang memuat pengalaman batin manusia.
Teori sastra sudah banyak ditulis orang. Masing-masing teori berkembang sesuai dengan
sudut pandang yang berbeda. M.H. Abrams mencoba membanding-bandingkan model-model
teori sastra dan menyimpulkan bahwa teori tersebut beraneka ragam.. Untuk mempelajari
karya sastra, dia mencoba melihat situasi sastra dalam konteks keseluruhan. Diagram yang
dikemukakannya dalam melihat konteks sastra sebagai berikut.

Universe (realita)

Work (karya)

Artist (pencipta) Audience (pembaca)

Dalam diagramnya ada empat komponen utama yang merupakan sudut pandang dalam
mempelajari karya sastra menurut Abrams yaitu:

1. Universe (realita kehidupan)


sebagai objek faktual karya sastra. Karya sastra merupakan cermin kehidupan
masyarakat. Di dalam karya sastra ditemukan fenomena kehidupan nyata yang
menimbulkan kesan yang dalam bagi pembacanya. Karya sastra merupakan mimesis
kehidupan. Dari sudut pandang ini, teori mimesis dan pendekatan mimesis merupakan
teori dan sekaligus pendekatan yang digunakan dalam mengkaji karya sastra,

2. Work (karya sastra itu sendiri)


Karya sastra sebagai suatu karya yang telah dihasilkan, penulisnya memiliki struktur
sendiri yang membangun keutuhan dirinya. Sebagai suatu karya ia telah terlepas dari

12
pengarangnya. Dari sudut pandang ini, teori dan pendekatan struktural, atau pendekatan
objektif merupakan teori dan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari karya
sastra,

3. Artist (pencipta karya sastra).


sebagai seorang pengarang yang menghasilkan karya sastra dari berbagai ide, pemikiran,
perasaan, pandangan, gagasan serta hal lain yang menyebabkan ia akhirnya menulis
karya sastra. Ia mengekspresikan segala yang terdapat di dalam dirinya ke dalam bentuk
karya sastra. Dari sudut pandang ini, teori ekspresif dan pendekatan ekspresif merupakan
teori dan pendekatan yang digunakan dalam mempelajari karya sastra,

4. Audience (pembaca).
Pembaca adalah penikmat karya sastra. Pengarang menulis karya sastra tentunya untuk
dibaca, untuk dinikmati oleh orang lain. Dari sudut pandang ini, teori pragmatik dan
pendekatan pragmatik digunakan dalam mempelajari karya sastra, yaitu penekanan pada
aspek pembaca sebagai penikmat karya sastra.

Dalam pengkajian karya sastra, keempat pendekatan ini merupakan pendekatan yang
mendasar dari berbagai pendekatan lainnya yang berkembang sekarang ini.

Di sisi lain, Rahman Selden juga mengklasifikasikan teori sastra berdasarkan atas
kerangka diagram komunikasi linguistik Roman Jacobson. Skema komunikasinya adalah

Konteks

Pengirim Pesan Pendengar

Hubungan

Bagi Selden, karya sastra memuat pesan, hubungan, kode yang disampaikan pengarangnya.
Pendengar adalah orang yang menerima pesan tersebut sebagai penikmat karya sastra. Setiap
pembicaraan dari pengarang ada konteksnya, ada situasi berbahasa yang dikemukakan, ada
realita dalam pembicaraan. Pembicaraan tentang karya sastra tergantung kepada dari sudut
mana akan dilihat karya itu.

13
1) Jelaskanlah yang dimaksud dengan teori sastra!
Teori sastra adalah teori yang mengkaji prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya
sastra yang membedakannya dengan karya yang bukan karya sastra.
2) Apakah k.sastra dpt mengungkapkan informasi faktual sebagaimana k.ilmiah lainnya?
Karya sastra memuat informasi yang tidak sama dengan informasi faktual pada karya
yang bukan karya sastra. Informasi dalam karya sastra bersifat informasi kebenaran
kemanusiaan.
3) Sebutkanlah konsep pandangan M.H. Abrams dan Shelden dalam mengkaji karya sastra!
Konsep pandangan M.H. Abrams terdapat empat komponen yang melingkupi karya
sastra yang merupakan sudut pandangan dalam mengkaji karya sastra, yaitu realita, karya
sastra, pencipta karya sastra dan penikmat karya sastra. Selden melihat lingkup karya
sastra dari sudut komunikasi manusia, yaitu ada pesan sebagai karya sastra, ada konteks
yang dibicarakan dalam karya sastra, ada pengirim pesan sebagai pengarang, dan ada
penerima pesan sebagai pembaca
4) Jelaskan yang dimaksud dengan kritik sastra!
Konsep pandangan M.H. Abrams terdapat empat komponen yang melingkupi karya
sastra yang merupakan sudut pandangan dalam mengkaji karya sastra, yaitu realita, karya
sastra, pencipta karya sastra dan penikmat karya sastra. Selden melihat lingkup karya
sastra dari sudut komunikasi manusia, yaitu ada pesan sebagai karya sastra, ada konteks
yang dibicarakan dalam
5) Mengapa perlu kritik sastra?
Untuk memberikan masukan kepada penulis tentang keunggulan dan kelemahan
karyanya sehingga ia menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya
6) Pernahkah kritik sastra terjadi di Indonesia sebelum abad ke-20?
Untuk memberikan masukan kepada penulis tentang keunggulan dan kelemahan
karyanya sehingga ia menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya
7) Jelaskan yang dimaksud dengan sejarah sastra!
Untuk memberikan masukan kepada penulis tentang keunggulan dan kelemahan
karyanya sehingga ia menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya
8) Mengapa perlu dipelajari sejarah sastra?
Sejarah sastra perlu dipelajari untuk mengetahui perkembangan budaya daerah, atau
bangsa yang terdapat di dalam karya sastra.
9) Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan sebagai kegiatan sejarah sastra?

14
Istilah lain yang digunakan para pengkaji sastra ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis
sastra, dan penelitian sastra. Untuk membuat suatu kritik yang baik, diperlukan kemampuan
mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas
karya sastra, penguasaan dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan serta penguasaan
tentang teori sastra.

RANGKUMAN PBIN4104/MODUL 1 1.23

Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke
waktu. Di dalamnya dipelajari ciriciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang
mengisi arena sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan keilmuan
sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya sastra berdasarkan ciri,
klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang melatarbelakangin

Teori sastra

Teori sastra adalah bagian ilmu sastra yang membicarakan pengertian-pengertian dasar
tentang sastra, unsur-unsur pembangun karya sastra, macam-macam sastra, perkembangan,
dan kerangka pemikiran para ahli sastra tentang sastra. Teori sastra bergerak pada empat
paradigma yaitu penulis (pengarang), karya sastra (teks), pembaca, dan kenyataa(semesta).

15
Teori sastra adalah teori yang mempelajari kaidah-kaidah, hukum, kategori, kriteria yang
menyangkut aspek-aspek dasar dalam teks sastra dan bagaimana teks tersebut berfungsi
dalam masyarakat. Aspek-aspek dasar yang terdapat di dalam teks berupa aspek intrinsik dan
aspek ekstrinsik yang menyatu dalam membangun karya sastra menjadi suatu yang utuh.
Aspek intrinsik karya sastra meliputi konvensi bahasa sebagai sarana sastra, konvensi
budaya, dan konvensi sastra itu sendiri. Sedang aspek ekstrinsik berkaitan dengan hal-hal
yang melatar belakangi timbulnya karya sastra, seperti unsur budaya, aliran, psikologi,
filsafat, agama, dan politik. Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek
yang terdapat di dalam karya sastra baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya,
struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur,
latar, dan unsur luar lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Teori sastra
memberikan gambaran keutuhan karya sastra dari berbagai segi yang membedakannya
dengan karya nonsastra.

Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari
waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya
bangsa. Untuk mempelajari perkembangan sastra berbagai cara dilakukan peneliti sejarah
sastra. Teeuw mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti sejarah sastra,
antara lain:

1. dengan melihat pengaruh timbal balik antargenre sastra. Misalnya, bentuk syair dalam
sastra klasik sering ditulis kembali dalam bentuk prosa,
2. dengan melihat pengaruh antarkarya sastra. Misalnya, dalam hasil penelitian sastra
ditemukan terjadinya kesamaan tema cerita dengan pengembangan yang berbeda. Novel
Belenggu, misalnya memperlihatkan transformasi ide tentang keinginan wanita untuk
maju yang telah terungkap dalam novel Layar Terkembang pada waktu sebelumnya.
3. Korrie Layun Rampan mengemukakan pula cara untuk melihat perkembangan sejarah
sastra Indonesia yaitu dengan membandingkan wawasan estetik, ciri-ciri, karakter,
muatan tematik, setiap angkatan sastra. Dengan mempelajari hal tersebut, akan dapat
diketahui perkembangan angkatan karya sastra dari waktu ke waktu, dari periode ke
periode.

Dari uraian tersebut jelas diketahui bahwa diperlukan teori sastra untuk menentukan
perkembangan sejarah sastra. Untuk menentukan pengaruh timbal balik antargenre sastra,

16
perkembangan tematik, ciri-ciri, karakter karya sastra diperlukan teori sastra dalam
pengkajiannya. Sebaliknya, secara empiris, perkembangan karya sastra memberikan
sumbangan pula terhadap perkembangan teori sastra. Demikianlah, dalam perkembangan
sejarah sastra akan terjadi interaksi antara teori sastra dengan sejarah sastra.

PENGERTIAN SEJARAH SASTRA

Sejarah sastra adalah cabang ilmu sastra yang menyelidiki perkembangan cipta sastra sejak
awal pertumbuhannya hingga perkembangannya sekarang. Sejarah sastra mengkaji sastra
menggunakan kriteria ekstrinsik, hal-hal yang berasal dari luar sastra. Seperti identifikasi
peristiwa kehidupan politik, sosial-budaya beserta pengaruhnya terhadap karya sastra.

Sejarah sastra adalah salah satu bagian dari kajian ilmu sastra. Kata sejarah berasal dari
bahasa Arab, sajarun yang berarti pohon. Pohon menggambarkan adanya akar, cabang, dan
ranting yang memperlihatkan adanya proses susunan peristiwa secara kronologis.

Sejarah itu sendiri mempunyai arti yang sama, yaitu rekaman perjalanan kehidupan manusia
dari masa lampau sampai masa-masa berikutnya.

Karya sastra adalah salah satu bagian dari asset budaya suatu bangsa. Bangsa yang
berbudaya adalah bangsa yang tidak hanya memiliki hasil karya sastra bangsanya, tetapi juga
menghargai dan memberikan apresiasinya terhadap karya sastra sebagai hasil karya
bangsanya itu.

Sejarah sastra Indonesia adalah bagian dari kajian ilmu sastra yang mempelajari kesusastraan
Indonesia mulai munculnya kesusastraan Indonesia sampai masa-masa selanjutnya, dengan
segala persoalan yang melingkupinya.

Sebagai contoh : Di akhir abad ke-20, terbit novel Saman karya Ayu Utami yang
‘menghebohkan’ dunia sastra Indonesia. Tahun 70-an terbit novel-novel Trilogi Iwan
Simantupang, Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969) dan Kering (1970) yang dianggap
novel absurd, sarat filsafah, yang sulit dipahami, karena berbeda dengan pola-pola cerita
pada novel-novel tahun-tahun sebelumnya. Jauh sebelumnya, pada tahun 40-an terbit novel
Belenggu yang dianggap mengusik keindahan sastra dengan ‘menelanjangi’ kehidupan kaum
elit yang diwakili oleh keluarga dokter Sukartono. Pada tahun 20-an, lahir novel Sitti

17
Nurbaya yang sangat laris pada masa itu sehingga melampaui kelarisan novel-novel yang
lahir sebelumnya seperti Azab

Berbicara terntang sejarah perkembangan sastra, tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan
pengenai upaya menyusun priodisasi sejarah sastra sebagai salah satu kegiatan dalam
pengkajian sejarah sastra. Persoalan lain yang termasuk dalam pengkajian sejarah sastra
adalah mengadakan kajian terhadap genre sastra, lahirnya suatu gerakan sastra,
perkembangan suatu aliran tertentu, pengaruh sastra lama dan sastra asing terhadap sastra
modern (sastra modern), dan kajian tentang gaya bahasa. Dengan demikian persoalan-
persoalan yang menjadi bahan kajian sejarah sastra dapat dirinci sebagai berikut:

priodisasi sastra atau pembabakan waktu dalam perkembangan sastra

Perkembangan atau timbul tenggelamnya suatu genre sastra, seperti sejarah perkembangan
roman, novel, cerpen, puisi, drama

lahirnya suatu gerakan (angkatan) dalam sastra

perkembangan aliran-aliran yang ada pada suatu priode atau suatu angkatan

pengarus sastra lama dan sastra asing terhadap sastra modern (sastra nasional)

pertumbuhan dan perkembangan gaya bahasa.

18

Anda mungkin juga menyukai