Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TARIKH ADAB

“SASTRA ARAB PADA MASA JAHILIYYAH (PRA-ISLAM)”

Desen Pengampu : Muhammad Lukman Arifianto, S.S., M.A.

DISUSUN OLEH KELOMPOK I:

1. Churi Wardah Nihayati (190231611608)


2. Tsamrotul Ulya (190231611613)
3. Tsamrotun Roeihana Malik (190231611604)
4. Ulfah Nur Afifah (190231611607)

FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA ARAB

PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA ARAB

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan kehadiratnya, kami senantiasa bisa terus menyelami indahnya ilmu pengetahuan
di Universitas Negeri Malang.

Sholawat bertabur salam tercurah selalu kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah Al-qur’an “Al-amin” sehingga kita masih bisa merasakan “Dinul Islam”
benar-benar agama yang terbaik di dunia dan merupakan kekuatan sentral dari pada
pergerakan nalar dan fikiran untuk menjadi Islam yang kaffah.

Didalam makalah ini akan di bahas tentang “SASTRA ARAB PADA MASA
JAHILIYYAH (PRA-ISLAM)”. Kami menyadari masih banyak kekurangan dari makalah
ini, meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Untuk bisa memberi kontribusi pengembangan dalam pendidikan yang diperoleh dari
berbagai sumber, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah
ini bermanfaat dan sumbangan pikiran untuk masa yang akan datang. Akhirnya, kami
berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang telah di berikan kepada
kami. Aamin...

Malang, 21 Desember 2020

TIM PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Masyarakat Arab pada Masa Jahiliyyah ..................... 2
2.2 Perkembangan Sastra Arab pada Masa Jahiliyyah ................... 2
2.3 Tokoh-tokoh Penyair pada Masa Jahiliyyah............................. 4
2.4 Kutipan Karya Sastra Arab pada Masa Jahiliyyah.................... 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................ 14
3.2 Saran ....................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Arab adalah bahasa yang masih terjaga eksistensinya sampai saat ini.
Terjaganya bahasa Arab tidak lain karena kitab suci al-Qur‟an turun dengan menggunakan
bahasa Arab. Sehingga bahasa tersebut terus dipelajari untuk mempelajari, memahami dan
menafsirkan al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam. Namun, seiring berkembangnya zaman
ketertarikan untuk mempelajari bahasa dan sastra arab semakin menurun. Padahal jika
ditinjau lebih dalam, bahasa dan sastra Arab sangatlah berguna khususnya bagi umat muslim
untuk mengetahui tentang sejarah kebudayaan dan peradaban Islam, dimana hal tersebut
dapat dipelajari salah satunya dari sejarah sastra Arab khususnya sejarah sastra arab dari
zaman jahiliyah hingga sastra Arab zaman modern. Untuk itu, makalah ini disusun guna
memberikan wawasan kepada pembaca tentang Sastra Arab pada Jahiliyyah (pra-Islam) agar
eksistensi dan ketertarikan generasi muda terhadap Bahasa dan Sastra Arab tetap terjaga.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini dapat dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana kondisi masyarakat Arab pada masa jahiliyah? (Tsamrotun Roeihana
Malik)
1.2.2 Bagaimana perkembangan sastra pada masa jahiliyah? (Ulfah Nur Afifah)
1.2.3 Siapa saja tokoh-tokoh penyair pada masa jahiliyah dan kehidupannya? (Churi
Wardah Nihayati)
1.2.4 Bagaimana contoh kutipan sastra pada masa jahiliyah? (Tsamrotul Ulya)
1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui kondisi masyarakat Arab pada masa jahiliyah?


1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan sastra pada masa jahiliyah?
1.3.3 Untuk mengetahui tokoh-tokoh penyair pada masa jahiliyah dan kehidupannya?
1.3.4 Untuk mengetahui contoh kutipan sastra pada masa jahiliyah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Masyarakat Arab pada Masa Jahiliyyah

Kondisi masayarakat Arab pada masa jahiliyah yaitu masyarakat memiliki rasa
kebanggaan terhadap sukunya masing-masing. Kebanggan yang dimaksud dalam hal
tersebut yaitu sistem sosial mereka dalam memperhitungkan keturunan itu mengikuti garis
bapak sehingga di setiap akhir nama diikuti penyebutan nama bapak hal ini menunjukan
mereka bangga terhadap nenek moyang mereka. Selain itu juga pada masa jahiliyah terdapat
kelas masyarakat. Kelas masyarakat pada masa jahiliyah terbagi menjadi tiga yaitu: kelas
atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Kaum kelas atas diduduki oleh kaum bangsawan
yang selalu diprioritaskan dan dihormati, sedangkan kaum kelas bawah selalu dikucilkan dan
diperlakukan seperti budak.

Pada masa jahiliyah juga terkenal dengan tindak kekerasan, kekejaman, dan perilaku
tidak baik lainnya. Hal ini disebabkan karena letak geografis bangsa Arab yang gersang dan
panas sehingga lingkungan kehidupan ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter
dan menentukan watak seseorang. Namun, disamping perilaku negative tersebut, masyarakat
Arab memiliki sifat yang sangat mencintai Sastra.Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya
karya sastra seperti puisi, syair dan lain-lain. Adapun ide dalam pembuatan karya tersebut
menyangkut kehidupan nyata yang dialami masyarakat Arab tersendiri.

2.2 Perkembangan Sastra Arab pada Masa Jahiliyyah

Sastra Arab sudah muncul sejak masa jahiliyyah (pra-Islam) yaitu pada akhir abad ke-5
dan mencapai puncaknya pada paruh pertama abad ke-6. Adapun dalam sejarah kemunculan
sastra Arab terdapat banyak versi antara terlebih dahulu prosa atau syair. Menurut sejarah
kesusasteraan Arab, munculnya prosa lebih awal daripada syair, karena prosa tidak terikat
dengan aturan-aturan sebagaimana yang ada dalam syair. Sementara Ulama lughah dan para
kritikus sastra berpendapat bahwa keberadaan prosa lebih dulu daripada syair karena prosa
merupakan karya sastra yang bebas dan tidak terikat (muthlaq), sedangkan syair merupakan
karya sastra yang terikat dengan aturan (muqayyad). Dengan logika ini, keberadaan yang
muthlaq lebih dulu daripada yang muqayyad. Ibnu Rasyid mempertegas bahwa asalnya
bahasa atau ungkapan itu berbentuk prosa, kemudian orang-orang Arab membutuhkan lagu-
lagu yang membicarakan budi pekerti, mengenang memori kehidupan, dan sebagainya

2
sehingga muncullah wazan-wazan yang kemudian disebut dengan syair (Husein Al-Hajj).
Namun pernyataan ini berbanding terbalik dengan pernyataan dari Thaha Husein. Thaha
Husein berpendapat bahwa syair lebih dulu daripada prosa karena syair terikat dengan rasa
sastra dan imajinasi yang tinggi. Hal itu disebabkan karena prosa lebih membutuhkan
kepandaian menulis atau tadwin (pengumpulan), sementara keterampilan menulis baru
dikuasai oleh orang Arab pada masa-masa belakangan setelah Islam lahir. Dan hal ini tidak
terjadi pada puisi yang telah dicatat dalam ingatan para ruwât (pencerita) tanpa harus
mencatatnya dalam pengertian yang sebenarnya. Di samping itu, puisi merupakan bahasa
wujdân (emosi) dan imajinasi yang sifatnya lebih personal, sedangkan prosa lebih merupakan
bahasa intelek, dan lebih cenderung ke hal-hal yang bersifat kolektif. Dengan kata lain, puisi
lebih berdimensi psikologis, sementara prosa lebih bersifat sosiologis (Haeruddin).

Para ruwât (pencerita), merupakan para penghapal puisi dan silsilah para tokoh. dari
setiap kabilah Arab. Dengan begitu kelangsungan transmisi puisi itu bisa terjaga dari generasi
ke generasi. Diantara para pencerita yang dipandang memiliki hapalan paling kuat dari suku
Quraisy pada masa Jahiliyyah adalah Mukhrimah bin Naufal dan Khuwaitib bin Abdul Uzza.
Menurut pandangan sejarawan sastra Arab lama, hanya sedikit puisi Jahiliyyah itu yang dapat
direkam sejarah. Karya yang tidak tertulis dan kemudian hilang jauh lebih banyak. Hal itu
disebabkan karena sebagian besar karya sastra tersebut tidak sempat dikenal dan dihafal,
sementara yang telah dihafal oleh sastrawan lain juga hilang bersamaan dengan
meninggalnya mereka (Haeruddin).

Beberapa peneliti menjelaskan terkait sebab-sebab munculnya syair Arab. Pendapat


pertama mengatakan bahwa pola syair arab diambil dari irama yang terdengar dari bunyi unta
ketika menghentakkan kakinya di tanah, dan bunyi tersebut diikuti yang pada akhirnya
muncullah wazan-wazan syair. Pendapat kedua mengatakan bahwa pola-pola syair Arab
adalah saj’un, kemudian berkembang menjadi rajaz, dan barulah muncul bahar danbentuk-
bentuk yang lain. Sedangkan pendapat ketiga mengatakan bahwa pola-pola syair Arab
mengacu kepada lagu-lagu yang sering dinyayikan dipadang pasir. Kemudian potongan-
potongan lagu tersebut dikembangkan menajadi sya‟ir yang berpola (Abd Al-Aziz)

Adapun perkembangan kesusastraan Arab pada masa pra-Islam dipengaruhi oleh


banyak faktor. Menurut Hasyim (1968:23) di antara faktor yang menyebabkan perkembangan
kesusastraan pada masa pra-Islam yang paling dominan adalah adanya pasar (al-Aswâq) dan
Ayyâm al-‘Arab (hari orang Arab). Masyarakat Jahiliyyah sering mengadakan festival sastra

3
secara periodik. Ada festival sastra mingguan, bulanan, dan tahunan. Mereka juga membuat
apa yang yang sekarang disebut dengan pasar seni. Di pasar seni ini para pujangga saling
unjuk kemampuan dalam bersastra. Di antara pasar seni yang paling bergengsi pada zaman
Jahiliah adalah pasar Dzu al-Majaz, yang terletak di daerah Yanbu‟, dekat Sagar (kini
termasuk wilayah Madinah); pasar seni Dzu al-Majinnah di sebelah barat Mekkah, dan pasar
seni „Ukadz yang terletak di timur Mekkah, antara Nakhlah dan Tha‟if. Di tiga tempat ini,
masyarakat Jahiliah melangsungkan festival seni selasa selama 20 hari, sejak bulan
Dzulqaidah.

Di pasar „Ukadz para penyair berlomba mendendangkan karya-karya mereka di depan


dewan juri yang terdiri dari sejumlah pujangga yang telah memiliki reputasi. Karya-karya
puisi yang dinyatakan sebagai yang terbaik akan ditulis dengan tinta emas di atas kain yang
mewah, kemudian akan digantungkan di dinding Ka‟bah, yang kemudian dikenal dengan
istilah al-Mu’allaqât (puisi-puisi yang digantungkan pada dinding Ka‟bah). bait syair itu akan
dikenal oleh setiap orang yang melakukan thawaf. Dan kelak syair yang telah dihafal oleh
seseorang akan diajarkan kepada kaumnya, kemudian diteruskan secara turun-temurun
sehingga syair itu akan dihafal oleh beberapa generasi (Haeruddin).

2.3 Tokoh-tokoh Penyair pada Masa Jahiliyyah

Suku pertama yang mengenal syair Arab adalah suku Taglib. Penyair terkenal yang
berasal dari suku Taglib ini yaitu Muhail bin Rabi‟ah Al-Taghlibi Al-Ruba‟i. Beliau terkenal
sebagai orang pertama yang mengenal syair Arab, karena dari sekian syair jahili yang dapat
direkam dan dicatat hanya sampai kepada zamannya (dua abad masehi sebelum masehi). Para
penyair lainnya yang berasal dari suku ini diantaranya adalah Tharafah, al-Harits bin Hillizah,
al-A‟sya, dan Amr bin Kultsum.

Suku kedua yag mengenal syair Arab adalah suku Qais. Para penyair yang terkenal
dari suku ini adalah Al-Nabighah al-Dzubyani, Al-Nabighah al-Ja‟di dan Labid bin Rabi‟ah.
Dan suku ketiga adalah suku Tamim. Dari ketiga suku inilah syair-syair Arab diambil. Dari
ketiga suku inilah syair-syair arab diambil. Namun, bukan berarti suku lainnya tidak
mengenal syair Arab, seperti suku Madhar, Adnan, dan Qahthan.

Sebenarnya terdapat banyak penyair-penyair pada Bangsa Arab Jahiliyyah yang


mempunyai reputasi dan pengaruh tinggi. Namun hanya ada tujuh sampai sepuluh orang saja
yang paling terkenal akan keindahan syairnya, sebab karya mereka masih utuh dan terjaga

4
sampai sekarang. Berikut adalah nama tokoh-tokoh karya sastra pada zaman jahiliyah, kehidupan
penyair pada masa jahiliyah dan karya sastra yang mereka hasilkan:

1. Umru’ Al-Qais
Dikenal dengan nama Jandah bin Hujr al-Kindy dan dikenal sebagai pelopor
penyair zaman jahiliyah. Ia berasal dari suku Kindah yaitu suku yang pernah berkuasa
penuh di Yaman. Beliau merupakan anak dari raja Yaman yang bernama Hujur Al-
Kindy, raja dari kabilah bani Asad. Dan ibunya adalah Fatimah binti Rabi‟ah saudara
Kulaib dan Muhalhil Taghlibiyah putra dari Rabi‟ah, dua pewira arab yang amat terkenal
dalam peperangan Al-Basus (Zayat, 1996:37).
Sejak kecil penyair ini dibesarkan di Nejed di kalangan bangsawan yang gemar
berfoya-foya. Kebiasaan penyair ini adalah bermain cinta, mabuk dan melupakan
kewajibannya sebagai anak raja yang harus mawas diri dan berlatih memimpin
masyarakatnya. Karena itulah penyair ini sering dimarahi ayahnya dan bahkan sampai di
usir dari istana, disebabkan oleh buruk perangainya.
Selama pembuangannya, penyair ini sering pergi mengembara ke segala penjuru
jazirah Arabiah untuk menghabiskan waktunya bersama orang Badui.
2. Zuhair Ibn Abi Sulma

Nama lengkapnya adalah Zuhair Ibn Abi Sulma Rabi‟ah Ibn Riyah al-Muzany.
Beliau merupakan seorang dari tiga penyair jahiliyah setelah Imru‟ul Qais dan Nabighah
Zibyani. Bapaknya dari kabilah Muzainah. (Dhaif, 2011: 300).

Penyair ini amat sangat terkenal karena kesopanan kata-kata puisinya. Ia disenangi
oleh oleh segenap kaumnya kerena kepribadian dan budi pekertinya yang tinggi,
sehingga pendapat yang ia kemukakan diterima dengan baik oleh kaumnya.

Keistimewaan penyair ini adalah sering mendekati pembesar Negara. Dalam hal ini
orang yang paling disenangi adalah Haram Ibn Sinan, karena orang ini sering
memberikan hadiah padanya atas puisi yang di buat untuk menyanjung kebesaran dan
keagungan Haram Ibn Siram.

Kebanyakan ahli sastra arab berpendapat bahwa Zuhair Ibn Abi Sulma termasuk
tinggi sekali dan hampir serupa dengan puisi Imru‟ul Qais dan Nabighah Zibyani. Hanya
saja Zuhair mempunyai kelebihan dari mereka berdua dalam beberapa segi berikut :

a. Puisinya singkat, bahasanya mudah dan isinya padat.

5
b. Selalu memuji dengan keadaan sebenarnya.
c. Kata-katanya selalu sopan, tidak cabul seperti puisi jahiliyah yang lainnya.
d. Hampir kebanyakan isi puisinya selalu mengandung kata hikmat dan pemikiran yang
dalam.
3. Nabighah Zibyani
Nama asli penyair ini Abu Umamah Ziyad Ibn Muawiyah. Namun dia dia lebih
dikenal dengan panggilan Nabighah sebab sejak muda pandai berpuisi. Penyair ini sangat
dicintai oleh kabilahnya. Ia selalu mendekatkan dirinya dengan raja-raja dan orang-orang
besar dan menjadikan puisinya sebagai alat yang paling ampuh untuk mendapatkan
kedudukan dan kekakayaan. Oleh karena itulah penyair ini sering dihasut oleh lawannya.
Sebagian besar ahli sastra arab menundukkan puisi karya Nabighah pada deretan
ketiga sesudah Imru‟ul Qais dan Zuhair Ibn Abi Sulma. Hanya saja penilaian ini sangat
relatif sekali, karena setiap orang mempunyai pendirian masing-masing. Namun
walaupun demikian karya puisinya sangat tinggi nilainya, karena pribadi penyair ini
sangat berbakat dalam berpuisi. Tidak heran jika beliau diangkat sebagai dewan juri
dalam lomba pembacaan puisi setiap tahun di pasar Ukaz.
Keistimewaan penyair ini dibandingkan dengan kedua penyair sebelumnya adalah
puisinya yang lebih indah dan kata-katanya lebih mantab, serta bahasanya sederhana
sehingga dapat dimengerti oleh semua orang. Para penyair pun tidak jarang meniru cara
Nabighah maupun kata-katanya.
4. A’sya Ibn Qais
Nama asli penyair ini adalah Abu Bashir Maimun Ibn Qais Ibn Jundu Al-Qaisy.
Lahir dan besar didaerah Yamamah disebuah desa yang bernama Manfuhah. Belajar
puisi dari pamannya al-Musayyab ibn Alas. Beliau dianggap sebagai orang keempat
setelah tiga penyair yang telah disebutkan. Tidak ada petunjuk tentang masa kecil dan
perkembangan penyair ini, kecuali bahwa dia dilahirkan di Manfuhah wilayah Yamamah
dan bapaknya dijuluki qatilul ju’i (mati kelaparan). Karena bapaknya pernah berteduh
disebuah gua karena kepanasan, kemudian jatuh batu besar dari atas gunung dan
menutupi pintu gua, sehingga bapaknya mati karena kelaparan.
Diriwayatkan pada akhir tahun keenam hijriah (628 M), A‟sya berangkat ke
Madinah dengan membawa puisi pujian kepada Nabi. Para pemuka Quraisy sangat
ketakutan bila pujian ini sampai kepada Nabi akan membangkitkan Syiar dakwah Islam.
Sebelum sampai ke Madinah para pemuka Quraisy mengumpulkan hadiah besar dan
meyerahkannya ke A‟sya dengan syarat dia harus kembali ke Yamamah. A‟sya

6
kemudian mengurungkan niatnya menemui nabi dan kembali pulang. Namun, A‟sya
meninggal dalam perjalanan pulang.
5. Labid Ibn Rabiah
Namanya Abu Aqil Labid Ibn Rabiah Amiri, dilahirkan dari keluarga yang mulia
dan dermawan. Penyair ini adalah penyair jahiliyah yang panjang usianya. Dia berumur
145 tahun dan memeluk agama islam pada tahun 626 Masehi. Kemudian pindah ke kota
Kufah dan tinggal disana mengisi akhir hidupnya sampai meninggal tahun 661 Masehi.
Beliau sempat mendapatkan masa Islam. Namun, penyair ini tetap digolongkan
sebagai penyair jahiliyah karena sesudah masuk Islam penyair ini tidak lagi
mengucapkan puisi lagi kecuali hanya satu bait saja.
Bakat penyair ini sudah terlihat sejak masa kecilnya. Dalam suatu riwayat di
katakan bahwa penyair ini ketika masih kecil bertemu dengan Nabighah di majelisnya
Raja Nu‟man Ibn Munzir. Di majelis itu Nabighah sangat memperhatikannya. Nabighah
bertanya nama dan sukunya dan berkata padanya : “Hai anak kecil nampaknya kamu
berbakat dalam puisi, apakah kamu dapat mengucapkan puisi?”. Spontan Labid berpuisi
dengan baik sehingga Nabighah takjub dan berkata “Pergilah hai anak, sesungguhnya
kamu akan menjadi penyair suku Qias yang paling terkenal”.
Ketenaran penyair ini tidak menghalanginya untuk beriman kepada Nabi
Muhammad saw. dimana setelah beriman dia tidak lagi menyibukkan dirinya dalam
berpuisi kecuali beberapa bait saja, karena dia selalu sibuk mempelajari al-Qur‟an dan
berjihad bersama Rasulullah saw. Sejak jahiliyah penyair ini telah terpengaruh kepada
ajaran immortality atau percaya dengan hari pembalasan dari ajaran agama Nasrani dan
Yahudi yang masuk di jazirah Arabiah.
6. Amr Ibn Kaltsum
Nama asli penyair ini adalah Abu Aswad Amr ibn Kaltsum ibn Malik at Taghlibi.
mempunyai gelar Abu al-Aswaad (‫)أبو األسود‬. Sesuai dengan namanya dia termasuk
berkulit hitam. Amr Ibn Kaltsum adalah penyair yang masyhur dengan qasidah fakhrnya.
Ibunya adalah Laila binti Muhalhil saudara Kulaib. Lahir dan besar di jazirah
Euphrat, dari keluarga terkemuka dari Taghlib, sehingga ketika menginjak usia 15 tahun,
diangkat menjadi pemuka taghlib dan juga tokohnya. Beliau menjadi pemimpin perang
suku Taghlib dengan membawa banyak kemenangan dan salah seorang algojo arab yang
terkemuka dalam perang Al-Basus melawan suku Bakar.

7
7. Tharfah Ibn ‘Abd
Ia adalah Amr ibn Abdu al-Bakri pujangga jahiliyah yang paling pendek umurnya,
paling dermawan dan paling bagus tentang pensifatannya pada unta. Lahir didaerah
Khalij Al-Araby (daerah teluk arab). Ayahnya adalah seorang penyair dan pamannya
Mutalammis juga seorang penyair. Dari keluarga yang kaya, ayahnya meninggal sewaktu
dia masih kecil, kemudian diasuh oleh paman-pamannya.
Tharfah cenderung hidup nganggur, bermalas-malasan dan bersenang-senang,
mempelajari ketangkasan dan membaca puisi. Bahkan beliau suka mengejek harga diri
orang lain, termasuk mengejek kaum keluarga dirinya sendiri dan Amr ibn Hindun raja
Hirah. Ketika ejekan itu terdengar oleh Amru ibn Hindu maka dengkilah Amr
kepadanya. Akhirnya ia datang dengan pamannya untuk mengharap anugerahnya. Amr
menampakkan kegembiraannya dan kesenangan untuk memberikan kepercayaan kepada
mereka berdua dan meminta memberikan hadiah kepada keduanya. Namun dengan
syarat, mereka harus menunjukan surat yang ditulis raja kepada pembantunya gubernur
di Bahrai. Tatkala mereka ditengah perjalanan, ragulah Mutalammis akan surat tersebut,
maka dia meminta kepada seorang anak untuk membacakannya (dan pergilah Tharfah) .
Dalam surat tersebut ada perintah untuk membunuhnya maka ia lemparkan surat dan
bermaksud menemui Tharfah tapi tidak bisa dan larilah ia seorang diri ke raja Ghassan
sedangkan Tharfah terus pergi ke penguasa di Bahrain dan terbunuhlah ia disana sedang
umurnya kira-kira umurnya baru memasuki dua puluh tahunan.
8. Al-Haris ibn Hilza
Al-Haris ibn Hilza Al-Yasykari bil Bakri, diriwayatkan bahwa Amru ibn Hindi raja
Hirah ingin menjadi mediator perdamaian anatara kabilah Bakr dan Taghlib setelah
terjadi perang Al-Basus. Raja mengambil jaminan Sandra dari kedua kabilah tersebut.
Pada suatu hari raja memberi izin sandera dari kabilah Taghlib untuk keperluan mereka.
Ketika rombongan datang, suku Taghlib menyangka mereka adalah kelompok Bakar
yang akan mencari air kemudian di kepung sampai mati kehausan. Sedangkan kabilah
Bakar menyangka diberi minum kemudian ditunjukkan jalan yang menyesatkan sampai
meninggal.
Diriwayatkan bahwa umur al Haris sangat panjang dan dalam riwayat al Haris
membacakan puisi muallaqatnya pada umur 135 tahun.
9. Abid al-Abros al-Asadi
Penyair ini bernama Abid al-Baros al-Asadi yang sering mendatangi kerajaan hajr
al-Kindi bapak dari penyair Umrul Qais dan kerajaan Hirah. Diriwayatkan bahwa orang

8
dekat Hajr al-Kindi selalu melantunkan puisi yang diminta oleh Hajr al-Kindi. Dia selalu
membela pemuka kaumnya yang tidak mau membayar uang keamanan. Akan tetapi raja
tetap menawan mereka dan membunuh mereka dengan tongkat karena itu penyair ini
dikenal Abidul „Aso. Dia meninggal pada tahun 554 Masehi dibunuh oleh raja Al-
Mundir ibn Maissyama‟ pada hari sialnya.
10. Khansa’
Khansa‟ bernama lengkap Tumadir bintu Amrin as-Syarib yang tinggal diwilayah
utara Hijaz setelah daerah Nejed. Peristiwa kehidupan yang penting dalam sejarah
hidupnya adalah meninggalnya dua saudara laki-lakinya Muawiyah dan Shakhr.
Sehingga Khansa‟ menghiasi harinya dengan puisi duka dan tangisan atas mereka berdua
sampai buta. Penyebab kesedihannya atas kematian saudaranya yang bernama Shakhr
khususnya adalah karena dia menikah dengan seorang laki-laki yang kaya raya dan mulia
akan tetapi kemudian bangkrut. Khansa‟ mendatangi saudaranya Shakhr mengadukan
musibah dan kesulitannya. Kemudian Shakhr membagi dua hartanya dan memberikan
separuh hartanya pada Khansa‟.
Namun suaminya kembali menggunakan hartanya yang dia ambil dari saudaranya
dan menghabiskannya. Khansa‟ kembali lagi pada Shakhr dan membagi lagi hartanya
menjadi dua akan tetapi hartanya tersebut habis lagi dan Shakhr tetap membagi hartanya
dan seterusnya. Ketika Shakhr meninggal Khansa‟ merasakan kesedihan yang luar biasa.
Khansa‟ termasuk penyair jahiliyah yang paling besar, kata-kata fasih, puisinya
berupa potongan-potongan yang susunannya rapi dan indah. Puisi-puisinya didominasi
oleh puisi dan prosa, puisi dukanya memiliki ciri arti yang jelas, ungkapan perasaan yang
jujur dan pujian yang berlebih-lebihan terhadap saudaranya.

2.4 Kutipan Karya Sastra Arab pada Masa Jahiliyyah

1. Natsr atau Prosa.

Pada periode ini terdapat beberapa jenis Natsr, yaitu:

a. Khitabah (Retorika)

b. Rasa‟il (Korespondensi)

c. Amtsal (Perumpamaan)

d. Hikam (Kata Mutiara)

e. Washaya (Wasiat)

9
f. Maqamat (Cerita yang kalimatnya seperti sajak)

g. Qishash (Novel)

h. Masrahiyyah (Drama)

Contoh Khutbah :

Khutbah Hani‟ Bin Qobishoh pada Pertempuran Dzi-Qorin

‫ و إن الصبر من‬,‫ إن الحرز ال ًىخي من اللدز‬,‫ هالك معروز خير من هاج فسوز‬, ‫ًا معشس بكس‬

,‫ و الطعن في ثغس الىحىز‬,‫ اطحلبال املىت خير من اطحدبازه‬,‫ املىية وال الدهية‬,‫أطباب الظفس‬

‫ كاثلىا فما للمىاًا من بد‬: ‫ ًا أبا بكس‬,‫أهسم مىه في ألاعجاش و الظهىز‬


“Wahai sekalian kaum Bakr, orang yang kalah secara terhormat lebih baik dari orang yang
selamat kar‟na lari dari medan juang, sesungguhnya ketakutan tidak akan melepaskan
kalian dari ketentuan Tuhan, dan sesungguhnya kesabaran adalah jalan
kemenangan.Raihlah kematian secara mulia, jangan kalian memilih kehidupan yang hina
ini. Menghadapi kematian lebih baik daripada lari darinya, tusukan tombak di leher-leher
depan lebih mulia dibanding tikaman dipunggung kalian, wahai kaum Bakr…..
Berperanglah!!!! Karena kematian adalah suatu kepastian…”
Contoh Wasiat :

Wasiat Disaat Dzul Isba‟ Al-„adwani kepada anaknya Usaid

‫ وال جظحأثس‬,‫ وابظط لهم وجهك ًطيعىن‬,‫ وثىاضع لهم ًسفعىن‬,‫ألن جاهبك للىمك ًحبىن‬

‫ واطمح‬,‫أهسم صغازهم هما ثكسم هبازهم و ًكبر على مىدثك صغازهم‬,‫عليهم بش يء ٌظىدون‬

‫ وصن وجهك عن مظألة أحد‬,‫ وأهسم ضيفك‬,‫ و أعصش جازن وأعن من اطحعان بك‬,‫بمالك‬

‫ فبرلك ًحم طؤددن‬,‫شيئا‬


“Berlemah lembutlah kepada manusia maka mereka akan mencintaimu, dan bersikap
rendah hatilah niscaya mereka akan mengangkat kedudukanmu, sambut mereka dengan
wajah yang selalu berseri maka mereka akan mentaatimu, dan janganlah engkau bersikap
kikir maka mereka akan menghormatimu. Muliakanlah anak kecil mereka sebagaimana
engkau mencintai orang-orang dewasa diantara mereka, maka anak kecil tadi akan tumbuh

10
dengan kecintaan kepadamu, mudahkanlah hartamu untuk kau berikan, hormatilah
tetanggamu dan tolonglah orang yang meminta pertolongan, muliakanlah tamu dan
selalulah berseri ketika menghadapi orang yang meminta-minta, maka dengan itu semua
sempurnalah kharismamu.”

Contoh Hikmah:

‫آفة السأي الهىي‬


“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya.”

‫مصازع السجال ثحت بسوق الطمع‬


“Kehancuran seorang lelaki terletak dibawah kilaunya ketamakan“

Contoh Matsal :

‫طبم الظيف العرل‬

“Pedang telah mendahului celaan.”

Bermakna “nasi sudah menjadi bubur” dimana celaan tidak akan mampu mengubah
kejadian yang telah terjadi

2. Syair / puisi

Jenis-jenis syair pada masa jahiliyah :

a. Al-Madh atau pujian

b. Al-Hija’ atau cercaan

c. Al-Fakhr atau bangga

d. Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada


suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu

e. Al-Ghozal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih

f. Al-I’tidzar atau permohonan maaf

g. Ar-Ritsa’ atau belasungkawa

h. Al-Washf atau pemerian yaitu penjelasan perhadap sesuatu dengan sangat


simbolistik dan ekspresionistik

11
Contoh puisi pada masa ini adalah:

‫والسٍح جظأل من أها‬

‫أها زوحها الحيران أهكسوى الصمان‬

‫أها مثلها فى ال مكان‬

‫هبلى وظير وال اهتها‬

‫هبلى همس وال بلاء‬

‫إذا بلغىا املىحنى‬

‫خلىاه خاثمة الشلاء‬

‫فئذا فضاء‬
Angin bertanya, siapa aku

Aku adalah jiwanya yang bingung, diingkari zaman

Aku seperti dirinya, tidak punya tempat

Selalu berjalan, tanpa akhir

Selalu berlanjut, tanpa henti

Bila aku sampai di tikungan,

Aku mengira, itu adalah akhir penderitaan

Tapi, itu ternyata tanah lapang

3. Al-Mu’allaqat

Qasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliyah dalam
berbagai kesempatan dan tema.Sebagian Al-Mu’allaqot ini diabadikan dan ditempelkan
didinding-dinding Ka‟bah pada masa Jahiliyah. Dinamakan dengan Al-Mu‟allaqot (
Kalung ) karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan
oleh seorang wanita.

12
Contoh Syair Al-Mu’allaqot karya Zuhair Bin Abi Sulma,

‫ ال أبا لك – ٌظـأم‬-‫طئمت ثكـاليـف الـحياة ومن ٌعش ثـماهين حىال‬

‫وأعـلم مـا في اليىم وألامـع كبلـه ولكىني عن علم ما في غـد عـم‬

‫ومـن هـاب أطبـاب املـىاًـا ًىلـىه ولـى هـال أطباب الظـماء بظلــم‬

‫ومن ًجعل املعسوف في غير أهله ٌـعــد حـمـده ذمـا عــليه فيـىدم‬

‫ومهما ثكن عىد امسا من خـليلة ولى خالها ثخفى على الىاض جعلم‬

‫ألن لـظان الـمـسء مـفـحـاح ك ـلـبه إذا هى أبدي مـا ًـلىل من الـفـم‬

‫لظان الفتى هصف و هصف فؤاده ولم ًبم إال صـىزة اللحـم والدم‬
Aku telah letih merasakan beban kehidupan
Sungguh aku letih setelah hidup delapan puluh tahun ini
Aku tahu apa yang baru saja terjadi dan kemarin hari
Namun terhadap masa depan sungguh aku buta
Barang siapa yang lari dari kematian sungguh akan menemuinya
Walau ia panjat langit dengan tangganya
Barang siapa yang memuji orang yang tak pantas dipuji
Maka esok hari pujiannya itu akan disesali
Seorang manusia tentu memiliki tabiat tertentu
Walau ia sangka tertutupi pasti orang lain akan mengetahui
Itu karena lidah seseorang adalah kunci hatinya
Lidahnyalah yang menyingkap semua rahasia
Lidah itu adalah setengah pribadi manusia dan setengahnya lagi adalah hati
Tidak ada selain itu kecuali daging dan darah sahaja

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondisi masayarakat Arab pada masa jahiliyah yaitu masyarakat memiliki rasa
kebanggaan terhadap sukunya masing-masing, adanya kelas masyarakat, Terkenal dengan
kekerasan, kekejaman, dan perilaku tidak baik lainnya namun mereka sangat mencintai
sastra. Sastra Arab sudah muncul sejak masa jahiliyyah (pra-Islam) yaitu pada akhir abad ke-5
dan mencapai puncaknya pada paruh pertama abad ke-6. Sehingga tema puisi syair pada masa
pra-Islam secara umum menggambarkan keadaan hidup masyarakat yang kecenderungannya
sangat fanatik dengan kabilah atau sukunya. Adapun kelangsungan transmisi puisi bisa
terjaga dari generasi ke generasi karena adanya para ruwât (pencerita) yang merupakan para
penghapal puisi dan silsilah para tokoh dari setiap kabilah Arab. Sedangkan perkembangan
kesusastraan Arab pada masa pra-Islam dipengaruhi oleh banyak factor, namun yang paling
dominan adalah adanya pasar (al-Aswâq) dan Ayyâm al-‘Arab (hari orang Arab).

3.2 Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca tentang pembahasan makalah diatas untuk perbaikan dalam
penulisan selanjutya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Faesol Achmad.2010.Menggagas Perubahan Sosial Profetik.Malang.UMM

Muzakki A. 2006. Kesustraan Arab: Pengantar Teori Dan Terapan. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Istiqomah A. Makalah Tokoh-Tokoh Sasra Jahiliyah.


(http://arinaistiqomah.blogspot.com/2012/11/makalah-tokoh-tokoh-sastra-
jahiliyah.html), diakses 21 Desember 2020.

Jauhari Q. A. 2011 Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Jahiliyah. Lingua Scientia, (Online),
Vol. 3, No. 1, (http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/ls/article/view/2081)

Haeruddin.Karakteristik Sastra Arab pada Masa Pra-Islam.NADY AL-ADAB, Volume 12,


Nomor 1.Februari 2016 (https://journal.unhas.ac.id/index.php/naa/article/view/3231/1787)

The Facts About Bandung. 2015. Bahasa dan Sastra Arab di Zaman
Jahiliyyah.(http://thefactsaboutbandung.blogspot.com/2015/12/bahasa-dan-sastra-arab-di-
zaman.html), diakses 21 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai