Anda di halaman 1dari 10

TINGKATAN PARA PENYAIR PADA MASA ISLAM

Dipresentasikan dalam Forum Seminar Kelas Mata Kuliah


Tarikh Al-Adab Al-Araby II
Program Sarjana Prodi BSA Semester V

Oleh:
WANDI MAHARDIKA
(NIM 40100119097)
ALFIYAH
(NIM 401001191098)
ISMAIL
(NIM 40100119122)
AQILLA
(NIM 40100119125)

Dosen Pemandu:
Marwah Limpo, S.S., M.Hum

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt.

karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan petunjuk-Nya, sehingga makalah

ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, meskipun dalam bentuk yang

sederhana dan masih memerlukan perbaikan secara berkelanjutan.

Salawat dan taslim tidak lupa pula kami haturkan kepada junjungan Nabi

besar Muhammad saw. dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi’-tabi’in

sampai kepada orang-orang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai

saat ini bahkan sampai akhir zaman.

Adapun keberadaan isi makalah ini yang berjudul “Tingkatan Para

Penyair Pada Masa Islam” dalam memenuhi tugas mata kuliah “Tarikh Al-Adab

Al-Araby II” yang dibimbing oleh Ustadzah Marwah Limpo, S.S., M.Hum.

Terlepas dari kesalahan bahwa keberadaan makalah ini merupakan tugas yang

harus kami selesaikan, kami tetap berharap semoga isi makalah ini dapat

bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan.

Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa kami

harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.Akhirnya kepada Allah

SWT, jugalah kami mengembalikan segalanya dan semoga makalah ini dapat

bernilai ibadah di sisi-Nya.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala

pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan

makalah ini.

Aamin Ya Rabbal Alamin


Makassar, 1 November 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
I. PENDAHUALUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Syair pada masa islam............................................................................... 3
B, Para Penyair Pada Masa Islam Dan Contoh Syairnya ............................. 8
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
III. PENUTUP ..................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ............................................................................................... 7
B. Saran-saran ............................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut pandangan bangsa Arab, syair atau puisi adalah puncak

keindahan dalam sastra. Sebab syair atau puisi adalah suatu bentuk gubahan

yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal. Karena

itu, bangsa Arab lebih menyenangi syair atau puisi dibandingkan dengan hasil

sastra lainnya.

Bangsa Arab sangat mencintai syair atau puisi karena diwan (kumpulan)

yang melestarikan kebesarannya, mencatat keturunan, dan peristiwa-peristiwa

serta mempertajam semangat kepahlawanan dalam jiwanya. Masing-masing

suku memiliki satu orang penyair atau lebih yang mampu memperjuangkan

keagungan sukunya dan memperkuat kebesarannya serta mempertahankannya.

Setelah masuknya islam maka banyakpenyair dan syair yang berubah baik

dari segi pola dan tujuannya dimana penulis akan membahas lebih rinci pada
sub bab pembahasan berikut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah. Bagaimana

pembahasan para penyair pada masa Islam dan contoh syairnya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan ketiga rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini

bertujuan untuk Mengetahui pembahasan tentang para penyair pada Islam dan

contoh syairn

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syair masa islam

Zaman awal islam adalah zaman kedua dalam pembagian ketetapan


yang dibuat oleh para pengkaji sejarah kesusasteraan Arab. Zaman itu bermula
daripada kebangkitan Rasulullah SAW sebagai rasul dan pengembangan dakwah
di Mekah pada tahun 610 M. Selepas itu islam mulai berkembang dan
tersebar

Kedudukan syair pada zaman awal islam hakikatnya tidaklah pudar, justru
kedudukannya hidup subur dan berkembang selaras dengan perkembangan
suasana dan zaman munculnya islam pada saat itu. Islam tidak menerima
syair secara total dan juga tidak menolaknya secara total. Sebaliknya ia
menerima syair yang seiring dengan ajaran dan nilai-nilai murni yang
diajarkannya dan menolak syair yang menyeru kepada kebatilan, hawa nafsu
dan kehidupan pada masa jahiliyyah.

Setelah masuknya islam maka tujuan puisi berubah yaitu dengan ciri
sebagai sarana dakwah dan dorongan untuk jihad fi sabilillah, Puisi sebagai
jawaban/bantahan atas tantangan para penyair kafir. Makna (ma’ani al syi’r)
:Alquran dan Hadis sebagai rujukanMenjauhi hal-hal yang bersifat jahiliah dan
bertentangan dengan ruh keislaman.Style(uslub) dan ujaran (alfadh)
Ditinggalkannya lafaz-lafaz asing. Pemilihan lafaz cukup ketat karena merujuk
kepada Al-qur’an. Banyaknya penggunaan istilah-istilah keagamaan.

Hal tersebut dapat dipahami daripada firman Allah SWT (al-Syu’ara : 224-
227):

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.


Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah, dan
bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
mengerjakan(nya)?. Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan
berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan
setelah terzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-
orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali”.

Pada ayat tersebut memberikan gambaran bahwa ada dua tipe penyair
yaitu penyair yang baik dan penyair yang tercela.

B. Para Penyair Pada Masa Islam dan Contoh Syairnya

1. Al-Akhtal
3

Nama lengkapnya adalah Abu Malik Ghiyats al-Akhtal bin Ghauts


al-Tsaghlabi al-Nashrani. Dilahirkan di sebuah tempat bernama Hirah,
sebuah tempat di utara Siria. Dia tumbuh di bawah asuhan ibu tiri yang
justru tidak mendidiknya dengan baik, sehingga sejak kecil telah mengenal
khamar. Bahkan kepenyairannya sudah tampak sejak kecil dan ketika
sudah besar, dia disebut sebagai penyair yang selalu menang dalam perang
tanding syair ejekan.

Syairnya mengalir tanpa bebang sehingga mudah dipahami. Dia


sering meminta kritik untuk syair-syairnya agar menjadi lebih halusdan
bebas dari kecacatan dan bisa berkembang di tengah-tengah Bani
Tsaghlab. Diantara syair Al-Akhtal saat menyerang Jarir yaitu:

“Bila adan bertemu budak berlian dan sahayanya, anda akan


bertanya manakah yang budak belian? Orang yang memimpin para budak
adalah orang yang paling hina di alam semesta bagaimanapun juga,
walaupun mereka membenci menyebutnya mereka tetaplah budak”

2. Al-Farazdaq

Nama lengkapnya adalah Abu Firas bin Gholib. Lahir di


Yamamah, suatu tempat dekat dengan Bahsrah pada masa akhir
pemerintahan Umar bin Khattab. Ia berasal dari suku Mudjasyi dari klan
Bani Tamim. Dibesarkan dalam keluarga terdidik dan mulia yang nantinya
banyak tergambar dalam syair-syairnya. Al-Farazdaq memiliki talenta
berpuisi sejak usia masih kecil.

Syairnya dinilai kaya dengan ungkapan-ungkapan indah, diksinya


terpilih dan unik, memiliki kedalama serta makna cenderung mengikuti
gaya syair Jahiliyah yang murni. Adapun contoh syairnya yang
menggambarkan kehinaan suku Jarir yaitu:
4

“Walaupun gemintang malam dilempar dengan kehinaan Bani


Kualib, tidaklah bintang itu menjadi gelap sementara kehinaan mereka
tetap berlalu. Walaupun siang dilempar dengan kehinaan mereka, siang
tetaplah terang dengan kehinaan mereka semakin terjadi. Dan tidaklah
tetua Bani Kulaib bepergian kecuali untuk meminta kebutuhan pada
tetangga”

3. Jarir

Nama lengkapnya adalah Jarir bin Atiyyah bin Khahfy. Dilahirkan


di Yamamah, ditengah-tengah lingkungan para penyair pada masa
pemerintahan Usman bin Affan. Dia berasal dari keluarga miskin dalam
lingkungan masyarakat Badui. Bakat kepenyairannya telah tampak sejak
kecil ketika dia dapat mengalahkan penyair kaumnya yang menghina
keluarganya.

Syairnya mengalir ringan dengan diksi yang tersusun indah namun


tetap enak didengar. Hal inilah yang membedakan syairnya dengan syair
Al-Farazdaq yang dinilai berat karena bersandar pada diksi-diksi berat dan
makna yang dalam. Syair Al-Farazdaq hanya bisa dinikmati oleh ahli
sastra dan bahasa, sedangkan syair Jarir dapat diresapi oleh masyarakat
awam pada umumnya.

Adapun contoh syair Jarir saat Al-Akhtal mengejek moyangnya,


Jarir pun membalas ejekan Al-Akhtal dengan syair sebagai berikut:

“Walaupun suku Taghlib mengumpulkan mimpi-mimpi di hari


perlombaan, niscaya tidak akan bisa ditimbang berat. Kamu akan
mendapatkan mereka begitu lembut terhadap musuh-musuhnya dan pada
orang yang jujur mereka tampak sangat bodoh. Janganlah kalian
meminta kekerabatan pada suku Taghlibm, karena orang hitam
berbangsa Sudan lebih mulia daripada mereka”
5

4. Umar bin Abi Rabi’ah

Nama lengkapnya adalah Abu al Khitob Umair bin Abdillah bin


Abi Rabi’ah al Quraisy al Makhzumi, seorang penyair Quraisy dan salah
seorang penyair ghazal yang khusus menggambarkan tentang keadaan
perempuan. Dilahirkan di Madinah pada malam wafatnya Sayyidina Umar
bin Khattab ra. Ibunya seorang Nasrani dan ayahnya seorang pedagang
yang kaya dan bekerja pada Rasulullah Saw dan juga pada tiga khalifah
setelah Rasulullah.

Sejak kecil ia telah berpuisi dan memfokuskan diri pada bidang


ghazal. Dia sering menggambarkan keadaan perempuan, saling
mengunjungi perempuan, dan sering bergurau kepada mereka. Para
penyair pada masanya menjauhi jenis syair ini karena ingin mendekatkan
diri kepada Allah SWT. dan menjaga eksistensi sastra Arab Islam, akan
tetapi ia tetap berjalan pada jenis syair ini.

Adapun contoh syair dari Umar bin Abi Rabi’ah yaitu:

“Saya menulis kepadamu dari negaraku, surat yang membuatmu


bagaikan dalam arus kesedihan. Cukuplah kedua mataku dengan
penyesalanku sendiri. Yang membuatku tak dapat tidur sebab ketakutan
akan kerinduan antara paru-paru dan hati. Maka sentuhlah hatinya
dengan tangan dan usaplah matanya dengan tangan”

5. Al-Kumait

Dia adalah penyair yang mengkhususkan diri dalam hal cerita


tentang nasab. Nama lengkapnya Abu al-Mushasal al-Kumait bin Zais al-
Asadi al-Kufi, seorang penyair terkenal dari golongan syi’ah al-
Hasyimimah dan pendorong fanatisme Adnaniyah atas Qahthaniyyah.
6

Dia dilahirkan tahun 60 H dan tumbuh berkembang di Kufah di


antara kaumnya Bani Asad, yaitu salah satu kabilah Arab yang fashih dari
Bani Mudhor. Dia menerima bahasa Arab, tahu tentang sastra hikayat, dan
ilmu nasab Arab, dan sejak kecil sudah senang bersyair.

Al-Kumait termasuk dalam golongan penyair wilayah/daerah.


Syair-syairnya banyak menggambarkan tentang hajak pada musuh-musuh
Ali dan pujian pada ahli bait. Berikut ini contoh puisi Al-Kumait yang
berisi mengajak penduduk kota Murou untuk bangkit memberontak.

“Sampaikanlah kepada penduduk kota Murou, walaupun bagaimana


jauhnya. Sebuah pesan surat dari seorang pemberi nasehat yang
menghadiahkan ucapan selamat dan yang menyuruh kepada orang yang
bersungguh-sungguh. Janganlah kamu sampai mau dihina dan jangan
kamu rela dengan kehinaan (penindasan) dan janganlah kamu tertipu
oleh singa-singa itu. Hendaknya kamu angkat panji-panji hitam untuk
menumpas orang-orang yang tersesat dan musuh-musuh”1

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun para penyair pada masa Islam yaitu


1
H. Wildana Wargadinata, Lc., M.Ag, Laily Fitriani, M. Pd, “Sastra Arab Masa
Jahiliyah dan Islam”, h. 290-296
7

1. Al-Akhtal

2. Al-Farazhdaq

3. Jarir

4. Umar bin Abi Rabi’ah

5. Al-Kumait

B. Saran-saran

Setidaknya ada dua saran yang ingin penulis kemukakan terkait dengan

tugas penulisan makalah ini, yaitu:

1. Pentingnya mengetahui tentang tingkatan para penyair pada Islam dan

contoh syairnya

2. Sebaiknya untuk para pembaca, membaca lebih banyak refrensi.

DAFTAR PUSTAKA
Wargadinata, Wildana, Fitriani, Laily, “Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam”, Malang
: UIN MALIKI PRESS, 2018

Anda mungkin juga menyukai