Oleh:
WANDI MAHARDIKA
(NIM 40100119097)
ALFIYAH
(NIM 401001191098)
ISMAIL
(NIM 40100119122)
AQILLA
(NIM 40100119125)
Dosen Pemandu:
Marwah Limpo, S.S., M.Hum
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt.
karena atas segala limpahan rahmat, taufik dan petunjuk-Nya, sehingga makalah
Salawat dan taslim tidak lupa pula kami haturkan kepada junjungan Nabi
Penyair Pada Masa Islam” dalam memenuhi tugas mata kuliah “Tarikh Al-Adab
Al-Araby II” yang dibimbing oleh Ustadzah Marwah Limpo, S.S., M.Hum.
Terlepas dari kesalahan bahwa keberadaan makalah ini merupakan tugas yang
harus kami selesaikan, kami tetap berharap semoga isi makalah ini dapat
Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa kami
SWT, jugalah kami mengembalikan segalanya dan semoga makalah ini dapat
bernilai ibadah di sisi-Nya.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala
pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan
makalah ini.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
keindahan dalam sastra. Sebab syair atau puisi adalah suatu bentuk gubahan
yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal. Karena
itu, bangsa Arab lebih menyenangi syair atau puisi dibandingkan dengan hasil
sastra lainnya.
Bangsa Arab sangat mencintai syair atau puisi karena diwan (kumpulan)
suku memiliki satu orang penyair atau lebih yang mampu memperjuangkan
Setelah masuknya islam maka banyakpenyair dan syair yang berubah baik
dari segi pola dan tujuannya dimana penulis akan membahas lebih rinci pada
sub bab pembahasan berikut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
bertujuan untuk Mengetahui pembahasan tentang para penyair pada Islam dan
contoh syairn
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kedudukan syair pada zaman awal islam hakikatnya tidaklah pudar, justru
kedudukannya hidup subur dan berkembang selaras dengan perkembangan
suasana dan zaman munculnya islam pada saat itu. Islam tidak menerima
syair secara total dan juga tidak menolaknya secara total. Sebaliknya ia
menerima syair yang seiring dengan ajaran dan nilai-nilai murni yang
diajarkannya dan menolak syair yang menyeru kepada kebatilan, hawa nafsu
dan kehidupan pada masa jahiliyyah.
Setelah masuknya islam maka tujuan puisi berubah yaitu dengan ciri
sebagai sarana dakwah dan dorongan untuk jihad fi sabilillah, Puisi sebagai
jawaban/bantahan atas tantangan para penyair kafir. Makna (ma’ani al syi’r)
:Alquran dan Hadis sebagai rujukanMenjauhi hal-hal yang bersifat jahiliah dan
bertentangan dengan ruh keislaman.Style(uslub) dan ujaran (alfadh)
Ditinggalkannya lafaz-lafaz asing. Pemilihan lafaz cukup ketat karena merujuk
kepada Al-qur’an. Banyaknya penggunaan istilah-istilah keagamaan.
Hal tersebut dapat dipahami daripada firman Allah SWT (al-Syu’ara : 224-
227):
Pada ayat tersebut memberikan gambaran bahwa ada dua tipe penyair
yaitu penyair yang baik dan penyair yang tercela.
1. Al-Akhtal
3
2. Al-Farazdaq
3. Jarir
5. Al-Kumait
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Al-Akhtal
2. Al-Farazhdaq
3. Jarir
5. Al-Kumait
B. Saran-saran
Setidaknya ada dua saran yang ingin penulis kemukakan terkait dengan
contoh syairnya
DAFTAR PUSTAKA
Wargadinata, Wildana, Fitriani, Laily, “Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam”, Malang
: UIN MALIKI PRESS, 2018