Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan Kata Adab Dari Masa Ke Masa Dan Unsur-Unsur

Yang Menjalin Sastra Adab Serta Bentuk Bentuk Karya Sastra

Mata Kuliah: Madkhal ila Adabi

Dosen Pengampu: Drs. H. Abdul Hamid, M.Ag

Disusun Oleh:

Adi Satrio Joko (2111020122)

Pendidikan Bahasa Arab


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahrabbil’alamin, segala puji bagi dan syukur kami panjatkan kepada


Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah kita nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak nanti.

Penulis juga memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan, kesempurnaan serta pengetahuan sehingga
makalah mata kuliah ini yang berjudul Perkembangan Kata Adab Dari Masa Ke Masa
Dan Unsur-Unsur Yang Menjalin Sastra Adab Serta Bentuk Bentuk Karya Sastra , dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Serta terimakasih kami kepada Dosen Drs. H. Abdul
Hamid, M.Ag selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca pada umumnya, mudah-
mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bilamana
terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga
berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamu;alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kalianda, 31 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

A. Pengertian Kata Adab dari Masa ke Masa.............................................................5

1. Pengertian adab era jahiliah................................................................................5

2. Pengertian Adab pada Era awal Islam................................................................5

3. Pengertian Pada Era Dinasti Umayyah...............................................................6

4. Pengertian Pada Era Dinasti Abassiyah..............................................................6

5. Pengertian Pada Era Modern..............................................................................7

B. Unsur Dalam Sastra/ Adab.....................................................................................8

1. `Athifah (Emosi) atau Al Tajribah Al Syikriyah................................................8

2. Al Haqiqah atau Al Fikroh..................................................................................8

3. Al Khayal (Imajinasi).........................................................................................9

4. Al Ibrah atau Al Uslub......................................................................................10

C. Bentuk Karya sastra..............................................................................................11

1. Puisi/ Syair........................................................................................................11

2. Prosa/ Natser.....................................................................................................11

BAB III............................................................................................................................13

PENUTUP...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks


dialektis antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau
merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya
sastra. Sehubungan dengan ini sering dikatakan bahwa syair merupakan antologi
kehidupan masyarakat Arab (Diwān al-`Arab). Artinya, semua aspek kehidupan
yang berkembang pada masa tertentu tercatat dan terekam dalam sebuah karya
sastra (syair).

Sastra Arab yang sering disebut dengan Adab sudah berkembang


jauh sebelum masa islam datang. Pada masa Jahily bahkan orang Arab terkenal
dengan kemampuan mebuat syair-syair yang sangat indah. Ketinggian bahasa
sastra Jahily saat itu sudah tak diragukan lagi oleh banyak pengamat
kebudayaan, hal ini dikarenakan kondisi sosio-historis yang
melatarbelakanginya serta event pasar sastra dan ayyam al-arab turut
memberikan andil yang tidak sedikit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kata Adab Dari Masa ke Masa?
2. Bagaimana Unsur Unsur Sastra Adab?
3. Apa Saja Bentuk Sastra?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mengerti Pengertian kata adab dari masa ke masa.
2. Agar dapat menyebutkan Unsur Unsur Sastra Adab
3. Agar Mengetahui Bentuk Sastra Adab

iv
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Kata Adab dari Masa ke Masa

2. Pengertian adab era jahiliah


Sastra Jahiliyah (500-622 M) hampir tak pernah luput dari
pembicaraan. Berdasarkan studi komparatif antara sastra Arab pada periode
Jahiliyah dan periode-periode setelah munculnya Islam akan dapat
ditarik kesimpulan mengenai peran Islam yang begitu besar dalam perubahan
sosio kultural bangsa arab. Kita akan menyaksikan bagaimana sebuah bangsa
yang sekian lama terjerembab dalam paganisme dan dekadensi moral yang
demikian parah dapat diselamatkan oleh Islam menuju kehidupan yang
penuh petunjuk dan kemuliaan.
Karya sastra pada periode jahiliyah menggambarkan keadaan
hidup masyarakat di kala itu, di mana mereka sangat fanatik dengan
kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair yang muncul tidak jauh dari
pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Demikian juga khutbahyang
kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat berperang membela
kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode jahiliyah juga
tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti hikmah
dan semangat juang.
Hampir seluruh syair-syair dan khutbah pada masa jahiliyah
diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk ke dalam Al-
Mu’allaqat, hal ini disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak terbiasa
dengan budaya tulis menulis, umumnya syair-syair jahiliyah dimulai dengan
mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur. Berbicara tentang
hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam
tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya
sastra jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam bahasa arab
saat ini
3. Pengertian Adab pada Era awal Islam
Batasan sastra Arab pada masa sadr Islam dimulai dari masa kenabian
sampai berakhirnya  khulafaurrasyidin (1-38 H, 622-660 M). Sastra Pada
periode ini dengan jelas menggambarkan kepada kita tentang kehidupan
masyarakat Islam yang bergitu gemilang jauh dari kekacauan, sebuah lembaran
sejarah yang paling indah, kita baca baris-barisnya yang akan menghembuskan
aroma keikhlasan, memperlihatkan cahaya tauhid dan menampakkan sebuah
semangat yang mampu merontokkan gunung, dan menundukkan berbagai
macam kesulitan.
Lembaran sejarah itu telah ditulis dengan darah para syuhada yang kelak
pada hari kiamat akan menebarkan bau wangi bak minyak misik, baris-baris
mutiara itu ditulis oleh tangan-tangan yang suci dan hati yang sehat nan tulus.
sebuah masa dimana kehidupan begitu tentram dikarenakan keimanan yang ada
pada hati-hati mereka. Pada periode ini sastra pun berkembang sesuai dengan
ruh keislaman
4. Pengertian Pada Era Dinasti Umayyah

Ada beberapa aspek yang menjadi petunjuk terhadap perkembangan


kebudayaan literer secara umum pada periode ini, diantaranya pidato,
korespondensi dan puisi. Ketiga aspek itu merupakan bagian dari jenis sastra
yang berkembang saat itu, yang meliputi dua aspek utama, yaitu pidato dan
syair.

Perkembangan sastra arab pada masa umayyah tidak lepas dari peran
beberapa kota tempat tumbuh dan berkembangnya sastra. Diantara kota-kota
tersebut Hijaz, Najed dan Irak.

Dalam periode umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi


semakin meningkat. Ada dua factor yang menyebabkan perkembangan ini.
Pertama, penyebaran islam awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi
penduduk-penduduk non-arab, banyak dari mereka yang telah masuk islam.

2
Kedua, para khalifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka
member hadia-hadiah besar kepada para penyair yang menciptakan puisi-puisi
pujian bagi mereka atau yang menghasilkan puisi yang indah.

5. Pengertian Pada Era Dinasti Abassiyah


Berbicara mengenai periodesasi kesusastraan Arab, seringkali kita dibuat
bingung dengan adanya perbedaan penulisan periodesasi yang ditulis masing-
masing penulis sejarah kesusastraan Arab, baik dari segi peristilahannya maupun
dari segi waktunya. Pada umumnya, periodesasi kesusastraan dibagi sesuai
dengan perubahan politik. Sastra dianggap sangat tergantung pada revolusi
sosial atau politik suatu negara dan permasalahan menentukan periode yang
diberikan pada sejarawan politik dan sosial, dan pembagian sejarah yang
ditentukan oleh mereka itu biasanya diterima begitu saja tanpa dipertanyakan
lagi. Penentuan mulainya atau berakhirnya masa setiap periodesasi hanyalah
perkiraan, tidak dapat ditentukan dengan pasti, dan untuk mengetahui perubahan
dalam sastra itu biasanya akibat perubahan sosial dan politik.

Masa Abbasiyah dimulai dengan berdirinya daulah Abbasiyah dan


diakhiri dengan jatuhnya Baghdad ke tangan Turki pada tahun 656 H(750 –
1258 M). Masa Abbasiyah memiliki dua tahap, yakni Abbasiy satu dan Abbasiy
dua. Abbasiy satu dimulai sejak tahun 132-334 H.

6. Pengertian Pada Era Modern


Memasuki zaman modern, perseteruan antara sastra Arab dan sastra Barat
semakin menjadi-jadi. Dalam dunia puisi, terdapat dua aliran utama, yakni
konservatif dan modernis. Di kubu konservatif terdapat Mushthafa Shadiq Al-
Rafi’i, Mahmud Abbas Al-Aqqad dan kawan-kawan. Sementara di kubu
modernis terdapatAhmad Amin, Muhammad Husain Haikal, Taha Husain, dan
kawan-kawan. Dalam dunia puisi juga terdapat aliran konservatif dan modernis.
Aliran modernis memperkenalkan puisi bebas (puisi tanpa sajak). Beberapa
sastrawan aliran Romantik pada tahun

3
1930-an telah mendirikan kelompok penyair bernama Kelompok Apollo.
Satu perkembangan unik puisi di masa ini ialah munculnya ‫( شعر المقاومة‬Puisi
Perlawanan) yaitu puisi yang menggelorakan perlawanan Islam dan Arab
melawan Zionis Israel.

Kesusastraan Arab tidak hanya telah diramaikan oleh umat Islam. Beberapa
sastrawan nonmuslim, meskipun tidak banyak, telah diakui (minimal oleh dunia
Barat) sebagai bagian dari komunitas sastra Arab. Diantara mereka terdapat
Khalil Jibran (Kahlil Gibran), dengan karya terkenalnya ‫( األجنحة المتكسرة‬Sayap-
sayap Patah) dan‫( األرواح المتمردة‬Jiwa-jiwa Pemberontak).

7. Unsur Dalam Sastra/ Adab

1. `Athifah (Emosi) atau Al Tajribah Al Syikriyah


Adalah perasaan yang tumbuh dalam diri manusia, seperti gembira,
sedih, cinta, benci, sakit, dan marah. Macam Aathifah ini ada dua, yaitu al
A:thifah adz dzatiyah yang terikat dengan hubungan khusus, seperti sedih atas
kehilangan salah satu kerabatnya, senang karena bertemu dengan kekasih. dan
al A:thifah al Ghoyriyyat yang ditujukan kepada orang lain, tanah air atau
bangsa, nilai kemanusiaan yang mulia, seperti keimanan, cinta tanah air, dan
penderitaan orang-orang yang terzholimi. Pada dasarnya al Athifah ini ada
pada tiap manusia tetapi pada sastrawan dorongannya lebih kuat karena ia
biasanya sensitif. Athifah juga ada pada semua jenis seni sastra, tetapi yang
paling tampak adalah pada Syi'r al Wujdaniy.
2. Al Haqiqah atau Al Fikroh
Sebuah puisi memiliki inti pokok pembicaraan meskipun berbicara
banyak hal akan tetapi semua hal yang dibicarakan ataupun digambarkan harus
menuju pada inti pembicaraan pokoknya.
Gagasan /ma;na sering diartikan sebagai ide dasar dari puisi atau semua
bentuk karya.Gagasan menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi.
Munculnya Gagasan dalam puisi tertentu dalam pikiran penyair akan

4
memberikan dorongan yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai
Gagasan yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai Gagasan
tersebut. Misalnya, ketika muncul ide atau gagasan yang kuat berupa hubungan
antara penyair dan tuhan, maka puisinya akan berGagasan ketuhanan. Begitu
pula ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan persoalan sosial,
maka puisi nya akan bergagasan kritik sosial.

3. Al Khayal (Imajinasi)
Khoyal adalah kemampuan yang diberikan Alloh kepada manusia,
sehingga ia dapat menggambarkan segala sesuatu yang tidak ada,
Menghadirkan Ash Shuurot yakni deskripsi seakan-akan kita berada di
hadapannya dan dapat menciptakan segala sesuatu yang tidak ada. Dari mana
datangnya imajinasi? Jawabnya, sumber yang paling besar dalam imajinasi
pengarang adalah pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya dan
tersimpan di dalam pikirannya, segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya
dan berakar dalam dirinya. Imajinasilah yang membuat nilai puisi itu menjadi
lebih estetis dan tinggi.
4. Al Ibrah atau Al Uslub
Gaya bahasa atau majas adalah penggunaan bahasa yang bersifat seolah-
olah menghidupkan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan
bahasa figuratif. Beberapa macam-macam majas yang sering digunakan Pada
puisi misalnya seperti retorika, metafora, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
repetisi, anafora, antitesis, klimaks, antiklimaks, satire, paradoks dan lain-lain.

5
5. Bentuk Karya sastra

1. Puisi/ Syair
Pengertian syair – Syair merupakan karya sastra yang tergolong sebagai
puisi lama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata syair adalah
puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir
dengan bunyi yang sama.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) syair adalah puisi lama
yang tiap bait terdiri atas empat larik yang berakhir dengan bunyi yang sama.
Orang yang membacakan syair atau membuat syair disebut penyair atau
pujangga. Syair seperti dalam pengertiannya adalah bentuk yang terikat,
sehingga ia mempunyai aturan-aturan tersendiri.

Asal mula dari syair sebenarnya bukanlah puisi atau karya asli dari
Nusantara. Syair berasal dari tradisi Arab. Di asalnya sana, syair dikenal dengan
istilah Syi’ir atau Syu’ur yang berarti perasaan menyadari. Namun ada pula yang
mengartikan syair dari kata Syi’ru yang berarti puisi.

Meski bukan karya sastra asli Nusantara, seiring dengan perkembangannya


syair dimodifikasi sehingga kini bisa sesuai dengan budaya Melayu. Orang
Melayu mengenali syair seiring dengan penetrasi dan perkembangan ajaran
Islam, terutama tasawuf di Indonesia.

2. Prosa/ Natser
Istilah prosa berasal dari kata bahasa Inggris, yaitu prose. Menurut
Kamus Cambridge, prose memiliki arti sebagai sebuah bahasa tulisan dalam
bentuk karangan biasa yang berbeda dengan bentuk puisi.
Sementara itu, menurut Kamus Istilah Sastra karya Sudjiman, prosa
adalah cerita rekaan atau kisah yang mempunyai tokoh dan alur yang merupakan
hasil dari imajinasi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa prosa adalah karangan
biasa yang berbentuk cerita rekaan yang dihasilkan dari imajinasi seorang
pengarang.
3.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan sastra Arab dari masa ke masa tidak bisa lepas dari sejarah
kehidupan bangsa Arab. Yang mana dulu sastra timbul karena kerinduan orang
Arab akan kedamaian dalam hiruk-piruk kisruhnya peperangan. Islam telah
menggoreskan sejarah perubahan yang menyeluruh pada sistem kehidupan
manusia, baik dari segi spiritual, sosial, politik maupun sastra dan budaya,
perubahan tersebut tidak hanya terbatas bagi bangsa Arab saja, namun mencakup
seluruh bangsa yang tersentuh oleh dakwah islam.

Secara umum unsur-unsur intrinsik (al-anashir al-dakhiliyah) yang dapat


membanggun suatu karya sastra baik puisi , yaitu: rasa (athifah), imajinasi
(khayal), gagasan (fikroh) dan bentuk (uslub). Unsur-unsur intrinsik di atas adalah
unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra secara umum, artinya jika kita
membicarakan unsur-unsur intrinsik puisi (syi‟ir) secara spesifik, maka terdiri
dari:

 Athifah (Emosi)
 Al Haqiqoh atau Al Fikroh
 Al Khayal (Imajinasi)
 Al Ibroh atau Al Uslub
B. Saran

Telah selesai pembahasan saya tenteng sastra bahasa arab, yang membahas
tentang Pengertian adab dari masa ke masa, unsur dalam sastra/ adab, karya sastra
yang berupa puisi dan prosa dan kami membuka saran kepada pembaca untuk
menyempurnakan hasil tulisan saya.

C. Penutup

7
Maka cukup sekian dari yang dapat kita jelaskan pada kali ini dan kita
pamit untuk undur diri kepada pambaca sekalian sekian, terimakasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Irawati, Retno Purnomo, Mengenal Sejarah Sastra Arab, Semarang: Ega Editya, 2003

Irawati, Retno Purnomo dan Sarminto, Pengantar Memahami Sastra. Semarang, 2009

Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Luthfi Zuhdi, Muhammad, Islam Sejarah dan Budaya, Depok: Ulinuha Press, 2005.

Anda mungkin juga menyukai