A. PENDAHULUAN
Sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis
antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu
sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini sering
dikatakan bahwa syair merupakan antologi kehidupan masyarakat Arab (Diwān al-`Arab).
Artinya, semua aspek kehidupan yang berkembang pada masa tertentu tercatat dan terekam
dalam sebuah karya sastra (syair).
Penyair bukanlah satu-satunya komunitas yang amat peduli kepada pendidikan syair.
Secara umum anggota masyarakat juga memiliki kepedulian yang sama. Untaian kata-kata
dalam syair bagi masyarakat Arab bukanlah semata-mata bunyi yang disuarakan lisan yang
tanpa makna (absurd), melainkan sarana yang ampuh untuk membakar semangat, menarik
perhatian, dan meredam emosi yang bergejolak di tengah kehidupan masyarakat.
Bisa dipahami kalau masyarakat meyakini bahwa para penyair memiliki pengetahuan
magis yang terekspresikan dalam syair dan keberadaan syair ini sangat diperhatikan dan
dipatuhi substansinya karena ia merupakan realitas kehidupan kabilah. Nampaknya inilah
alasan yang diyakini masyarakat ketika mereka menempatkan para penyair pada posisinya
yang terhormat. Mereka menjadi simbol kejayaan suatu kabilah dan penyambung lidah yang
mampu melukiskan kebaikan dan kemenangan kabilah sebagaimana mereka mampu
mendeskripsikan kejelekan dan kekalahan perang yang diderita kabilah lain.
Dalam kajian keislaman, pengetahuan tentang sastra mempunyai posisi yang strategis,
hal itu karena sumber induk (Al-Qur‟an) menggunakan bahasa sastrawi yang begitu indah
membuat takjub sastrawan di kawasan itu, selain itu pemahaman terhadap sastra juga
merupakan salah satu kunci dalam memahami wahyu Allah, baik yang matluw (Al-Quran)
maupun ghair al-matluw (Hadis). Untuk memahami tentang sastra tentunya kita harus
memahami sejarah serta perkembangnya sehingga kita tidak ahistoris serta menghasilkan
pemahaman yang objektif.
B. PENGERTIAN SASTRA
Sastra yang dalam ungkapan arab di sebut al-Adab, pada awalnya merupakan
undangan untuk menyantap makanan. Tradisi semacam ini merupakan perbuatan yang terpuji
dan menunjukan moralitas yang tinggi. Sejalan dengan berjalannya waktu kata adab dipakai
sebagai kata yang mencakup pendidikan baik lisan atau budi pekerti sebagaimana dalam
hadis : Addabani Rabbi fa Ahsana Ta’dibi. Pada masa umayyah kata adab berarti pengajaran
selanjutnya pengertian adab diringkas menjadi sebuah tulisan yang indah dan mempunyai
makna puisi dan syair.
Dalam mendefinisikan adab (sastra) para Udaba‟ berbeda-beda :
االدب صياغة فنية لتجربة بشرية
ungkapan puitis tentang pengalaman manusia
sebagian mendefinisikan
االدب تعبًن عن احلياة وسيلتو اللغة
ungkapan puitis tentang pengalaman yang indah dengan menggunakan media bahasa
االدب من مولدات الفكر البشري املعربعنها أبسلوب فين مجيل
hasil pemikiran manusia yang diungkapkan dengan ungkapan yang mengandung seni dan
keindahan atau seni ungkapan yang indah.
C. PERIODESASI
Ada beberapa pendapat dalam membagi periode sastra, mayoritas membagi menjadi 5
periode, yaitu :
1. al-asr al-jahili, dimulai 2 abad sebelum islam lahir sampai islam lahir.
2. al-Shadr al-Islam, dimulai sejak islam lahir sampai runtuhnya bani umayyah 132 H.
3. al-Shadr al-Abbasi, sejak berdirinya dinasti abbasiyah samapai runtuhnnya kota Baghdad
tahun 656 H.
4. al-Shadr al-Turki al-Ustmani, sejak runtuhnya Baghdad samapai timbulnya kebangkitan
arab di abad modern.
5. al-Shadr al-Hadis (modern), sejak timbulnya nasionalisme bangsa arab.
D. MACAM-MACAM SASTRA
Sastra arab terbagi menjadi dua, syair dan natsar. Syair (puisi) adalah kata-kata yang
berirama dan berqafiyah yang mengungkapkan imajinasi nan indah dan bentuk ungkapan
yang mempunyai kesan mendalam.[8]Sedangkan prosa kebalikan dari puisi.
Jenis-jenis syair atau tujuan pengungkapannya pada masa jahiliyah :
1. Al-Madh pujian.
2. Al-Hija‟ ejekan.
3. Al-Fakhr membanggakan.
4. Al-Hammasah semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu
peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu
5. Al-Hikmah/ghazal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih
6. Al-I‟tidzar permohonan maaf.
7. Ar-Ratsa‟ belasungkawa
8. Al-Washf pemberian yaitu penjelasan perhadap sesuatu dengan sangat simbolistik dan
ekspresionistik.
TINGKATAN PENYAIR :
a) Jahili seperti , Umru al-Qais, Zuhair bin Abi Sulma
b) Mukhadramun, mereka yang dikenal dengan puisinya di masa jahiliyah dan Islam
seperti, Khansa‟ dan Hasan bin Tsabit.
c) Islamiyun, penyair yang hidup di masa islam tetapi masih memegang tradisi arab
seperti penyair-penyair pada masa umawi.
d) Muwalladun yaitu yang bahasanya telah rusak tetapi berusaha memperbaikinya seperti
penyair yang hidup di masa abbasiyah.
Jika di lihat dari sisi kualitas, penyair jahili terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Umru‟ al-Qais, Nabighah, Zuhair.
2. Al-A‟sya Qais, Labid bin Rabiah, Tharafah bin al-Abd
3. Antarah, Urwah bin al-Ward, Numair bin Taulab, Duraid bin Shammah dan Muraqqas
al-Akbar.
Sedangkan Natsr pada masa jahiliyah terdapat beberapa macam,: Khutbah, wasiat ,
Hikmah dan Matsal.
Khutbah: Yaitu serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan kepada
khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.
Sebab-sebab munculnya khutbah pada periode Jahiliyah
1. Banyaknya perang antar kabilah.
2. Pola hubungan yang ada pada masyarakat Jahiliyyah seperti saling mengucapkan
selamat, belasungkawa dan saling memohon bantuan perang.
3. Kesemrawutan politik yang ada kala itu.
4. Menyebarnya buta huruf, sehingga komunikasi lisan lebih banyak digunakan daripada
tulisan.
5. Saling membanggakan nasab dan adat istiadat.
Ciri khasnya
1. Kalimat yang ringkas
2. Lafadz yang jelas.
3. Makna yang mendalam.
4. Sajak (berakhirnya setiap kalimat dengan huruf yang sama).
5. Sering dipadukan dengan syair, hikmah dan matsaL.
Diantara Khutaba‟ yang terkenal adalah Ka‟ab bin Luai, Dzul Isbai al-Adwani, Khuwailid
bin Amr al-Ghatfani, Qais bin Kharijah, Qus bin Said al-Iyyadi.
Wasiat : yaitu nasihat seorang yang akan meninggal dunia atau akan berpisah kepada
seorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk mengerjakan sesuatu, seperti
wasiat Hasyim bin Abdi Manaf kepada kaum Quraisy untuk memuliakan jamaah haji.
Hikmah : Yaitu kalimat yang ringkas yang menyentuh yang bersumber dari pengalaman
hidup yang dalam, didalamnya terdapat ide yang lugas dan nasihat yang bermanfaat. Seperti:
آفة الرأي اهلوى
“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya
Matsal : Yaitu kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu,
digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau
peristiwa asal dimana matsal tersebut diucapkan. Seperti:
سبق السيف العذل
“Pedang telah mendahului celaan.”
E. Ciri Umum Sastra Jahily
Ketinggian bahasa sastra Jahily saat itu memang tak diragukan lagi oleh banyak
pengamat kebudayaan, hal karena dikarenakan kondisi sosio-historis yang
melatarbelakanginya serta event pasar sastra dan ayyam al-arab turut memberikan andil yang
tidak sedikit. Dari sisi makna sastra jahily adalah sebagai berikut :
1. Kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan tanpa ungkapan yang berlebihan.
2. susunan kalimat yang ringkas
3. sederhana dalam struktur kalimat hal ini dilatarbelakangi kondisi sosiologis, cara mereka
hidup menciptakan karakter manusia yang sederhana sehingga mempengaruhi ketika
menyusun sebuah ungkapan.
4. Romantis, bahasa yang romantis ketika mengungkapkan jiwa perasaan penyair.
5. al-Muhdhar menambahkan karakteristik sastra jahili adalah mengungkapkan kejantanan
dan keperwiraan, menceritakan pengalaman baik yang butuk maupun yang jelek.
Dari berbagai karakter di atas dapat disimpulkan bahwa corak sastra jahily sangaat sederhana
hal itu dipengaruhi cara hidup mereka yang sangat sederhana sehingga membentuk jiwa yang
sederhana, begitupun dalam mengungkapan sesuatu.
TARIKH ADAB MASA JAHILIYAH
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis
antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu
sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini sering
dikatakan bahwa syair merupakan antologi kehidupan masyarakatArab (Diwān al-`Arab).
Artinya, semua aspek kehidupan yang berkembang pada masa tertentu tercatat dan terekam
dalam sebuah karya sastra (syair).
Sastra Arab yang sering disebut dengan Adab sudah berkembang jauh sebelum masa
islam datang. Pada masa Jahily bahkan orang Arab terkenal dengan kemampuan mebuat
syair-syair yang sangat indah. Ketinggian bahasa sastra Jahily saat itu sudah tak diragukan
lagi oleh banyak pengamat kebudayaan, hal ini dikarenakan kondisi sosio-historis yang
melatarbelakanginya serta event pasar sastra dan ayyam al-arab turut memberikan andil yang
tidak sedikit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sastra
memiliki arti menghias diri dengan akhlak yang luhur seperti jujur, األدب Secara umum
“Robbku telah أدتني رتي فأحسن تأديثيamanah dan lain sebagainya, orang bijak mengatakan :
mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan.” Dalam definisinya, Al-Jurjani meletakkan
Adab sebagai sesuatu yang setara dengan Ma‟rifah yang mencegah pemiliknya dari
terjerumus kedalam berbagai bentuk kesalahan. Secara Khusus “Al-Adab” berarti :
سواء كان شعرا أم نثرا، الكالم االنشائي البليغ الذي يقصد بو إىل التأ ثًنيف عواطف القراء والسامعٌن
Artinya : “Yaitu perkataan yang indah dan jelas, dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka
yang mengucapkan atau mendengarnya baik berupa syair maupun natsr atau prosa. “
Dalam mendefinisikan adab (sastra) para Udaba‟(ulama‟ adab) memiliki banyak
pendapat, diantaranya:
االدب صياغة فنية لتجربة بشرية
Ungkapan puitis tentang pengalaman manusia
االدب تعبًن عن احلياة وسيلتو اللغة
Ungkapan puitis tentang pengalaman yang indah dengan menggunakan media bahasa
االدب من مولدات الفكر البشري املعربعنها أبسلوب فين مجيل
Hasil pemikiran manusia yang diungkapkan dengan ungkapan yang mengandung seni
dan keindahan atau seni ungkapan yang indah.
B. Sejarah perkembangan Adab/Sastra masa jahiliyah
1. PERIODESASI SASTRA
Sebelum membahas lebih rinci mengenai sejarah perkembangan Adab pada masa
Jahily, disini akan disebutkan terlebih dahulu mengenai periodesasinya. Ada beberapa
pendapat dalam membagi periode sastra, mayoritas membagi menjadi 5 periode, yaitu :
a. al-asr al-jahili, dimulai 2 abad sebelum islam lahir sampai islam lahir.
b. al-Shadr al-Islam,dimulai sejak islam lahir sampai runtuhnya bani umayyah 132 H.
c. al-Shadr al-Abbasi, sejak berdirinya dinasti abbasiyah samapai runtuhnnya kota Baghdad
tahun 656 H.
d. al-Shadr al-Turki al-Ustmani, sejak runtuhnya Baghdad samapai timbulnya kebangkitan
arab di abad modern.
e. al-Shadr al-Hadis (modern), sejak timbulnya nasionalisme bangsa arab.
Pada masa jahili (pra islam) sudah ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi
yakni bersyair dan penyair. Syair-syair yang dihasilkan pada masa ini disebut dengan
“muallaqat”. Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut
menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum
muallaqat mempunyai arti yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa
itu, pasti digantungkan di sisi Ka‟bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya.
Dan dari dinding Ka‟bah inilah nantinya masyarakat umum akan mengetahuinya secara
meluas, hingga nama penyair itu akan dikenal oleh segenap bangsa Arab secara kaffah dan
turun temurun. Karena bangsa Arab sangat gemar dan menaruh perhatian besar terhadap
syair, terutama yang paling terkenal pada masa itu. Seluruh hasil karya syair digantungkan
pada dinding Ka‟bah selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut Muzahabah yaitu
syair ditulis dengan tinta emas.
3. FAKTOR FAKTOR BERKEMBANGNYA SASTRA PADA MASA JAHILYAH.
Pada periode ini seperti yang telah dijelakan diatas, sastra arab cukup berkembang
dengan baik. Hal ini tidak lepas dari beberapa factor yang mendukungnya hal itu, antara lain:
Iklim dan tabi‟at alam
Ciri khas etnik bangsa Arab yang menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra
Peperangan
Agama
Ilmu pengetahuan
Politik
Interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya lain
Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mendukung perkembangan sastra, yaitu pasar sastra
(al-Aswaq) dan ayyam al-„Arab (hari-hari orang Arab).
Khutbah: Yaitu serangkaian perkataan yang jelas dan lugas yang disampaikan
kepada khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.
Sebab-sebab munculnya khutbah pada periode Jahiliyah
1. Banyaknya perang antar kabilah.
2. Pola hubungan yang ada pada masyarakat Jahiliyyah seperti saling mengucapkan selamat,
belasungkawa dan saling memohon bantuan perang.
3. Kesemrawutan politik yang ada kala itu.
4. Menyebarnya buta huruf, sehingga komunikasi lisan lebih banyak digunakan daripada
tulisan.
5. Saling membanggakan nasab dan adat istiadat.
Ciri khasnya
1. Ringkasnya kalimat.
2. Lafaznya yang jelas.
3. Makna yang mendalam.
4. Sajak (berakhirnya setiap kalimat dengan huruf yang sama).
5. Sering dipadukan dengan syair, hikmah dan matsal.
Contoh Khutbah :
Khutbah Hani‟ Bin Qobishoh pada Pertempuran Dzi-Qorin
و إن الصرب من, إن احلذر ال ينخي من القدر, ىالك معذور خًن من انج فرور, اي معشر بكر
أكرم منو, و الطعن يف ثغر النحور, استقبال املوت خًن من استدابره, املنية وال الدنية,أسباب الظفر
قاتلوا فما للمنااي من بد: اي أاب بكر,يف األعجاز و الظهور
“Wahai sekalian kaum Bakr, orang yang kalah secara terhormat lebih baik dari orang yang
selamat kar‟na lari dari medan juang, sesungguhnya ketakutan tidak akan melepaskan kalian
dari ketentuan Tuhan, dan sesungguhnya kesabaran adalah jalan kemenangan. Raihlah
kematian secara mulia, jangan kalian memilih kehidupan yang hina ini. Menghadapi
kematian lebih baik daripada lari darinya, tusukan tombak di leher-leher depan lebih mulia
dibanding tikaman dipunggung kalian, wahai kaum Bakr….. Berperanglah!!!! Karena
kematian adalah suatu kepastian…”
Wasiat: yaitu nasihat seorang yang akan meninggal dunia atau akan berpisah kepada
seorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk mengerjakan sesuatu.Wasiat
memiliki banyak persamaan dengan khutbah hanya saja umumnya wasiat lebih ringkas.
Contoh Wasiat :
Wasiat Disaat Dzul Isba‟ Al-„adwani kepada anaknya Usaid
وال تستأثر عليهم, وابسط هلم وجهك يطيعوك, وتواضع هلم يرفعوك,ألن جانبك لقومك حيبوك
و أعزز, وامسح مبالك,أكرم صغارىم كما تكرم كبارىم و يكرب على مودتك صغارىم,بشيء يسودوك
فبذلك يتم, وصن وجهك عن مسألة أحد شيئا, وأكرم ضيفك,جارك وأعن من استعان بك
سؤددك
“Berlemah lembutlah kepada manusia maka mereka akan mencintaimu, dan bersikap rendah
hatilah niscaya mereka akan mengangkat kedudukanmu, sambut mereka dengan wajah yang
selalu berseri maka mereka akan mentaatimu, dan janganlah engkau bersikap kikir maka
mereka akan menghormatimu. Muliakanlah anak kecil mereka sebagaimana engkau
mencintai orang-orang dewasa diantara mereka, maka anak kecil tadi akan tumbuh dengan
kecintaan kepadamu, mudahkanlah hartamu untuk kau berikan, hormatilah tetanggamu dan
tolonglah orang yang meminta pertolongan, muliakanlah tamu dan selalulah berseri ketika
menghadapi orang yang meminta-minta, maka dengan itu semua sempurnalah kharismamu.”
Hikmah: Yaitu kalimat ringkas yang menyentuh yang bersumber dari pengalaman
hidup, didalamnya terdapat ide yang lugas dan nasihat yang bermanfaat.
Contoh_Hikmah:
آفة الرأي اهلوى
“Perusak akal sehat manusia adalah hawa nafsunya.”
مصارع الرجال حتت برو ق الطمع
“Kehancuran seorang lelaki terletak dibawah kilaunya ketamakan “
Matsal : Yaitu kalimat singkat yang diucapkan pada peristiwa tertentu, digunakan
untuk menyerupakan peristiwa tertentu dengan peristiwa asal dimana matsal tersebut
diucapkan.
Contoh Matsal :
سبق السيف العذل
“Pedang telah mendahului celaan.”
Bermakna “nasi sudah menjadi bubur” dimana celaan tidak akan mampu merubah kejadian
yang telah terjadi.
b. Syair / puisi
Pada masa jahiliyah ini,jenis sastra yang paling terkenal dikalangan masyarakat
adalah syair. Sebab syair memiliki kedudukan yang penting dan memberi pengaruh yang kuat
sehingga setiap kabilah saling berbangga dengan kemunculan seorang penyair handal dari
kalangan mereka, mereka pun kerap kali mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan
menikmati syair-syair tersebut.
Selain itu, sastra jenis ini begitu sangat menonjol dikalangan masyarakat jahiliy
karena syair memiliki puncak keindahan dalam sastra. Sebabsyair adalah gubahan yang
dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal. Para penyair pada zaman
jahiliyah mewakili kelas tedidik (intelegensia), karena sya‟ir dalam bahasa Arab memiliki arti
al-„ilm (pengetahuan).
Puisi pada zaman jahiliyah diartikan sebagai kata-kata yang berirama dan berqafiah
yang mengungkapkan imajinasi yang indah dan bentuk-bentuk ungkapan yang mengesankan
lagi mendalam.
Jenis-jenis syair pada masa jahiliyah :
1. Al-Madh atau pujian.
2. Al-Hija‟ atau cercaan.
3. Al-Fakhr atau membangga.
4. Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu
peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu
5. Al-Ghozal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih
6. Al-I‟tidzar atau permohonan maaf.
7. Ar-Ritsa‟ atau belasungkawa
8. Al-Washf atau pemerian yaitu penjelasan perhadap sesuatu dengan sangat simbolistik dan
ekspresionistik.
Contoh puisi pada masa ini adalah:
والريح تسأل من اان
Angin bertanya, siapa aku
اان روحها احلًنان أنكرىن الزمان
Aku adalah jiwanya yang bingung, diingkari zaman
اان مثلها ىف ال مكان
Aku seperti dirinya, tidak punya tempat
نبقى نسًن وال انتها
Selalu berjalan, tanpa akhir
نبقى منر وال بقاء
Selalu berlanjut, tanpa henti
إذا بلغنا املنحىن
Bila aku sampai di tikungan,
خلناه خادتة الشقاء
Aku mengira, itu adalah akhir penderitaan
فإذا فضاء
Tapi, itu ternyata tanah lapang
c. Al-Mu’allaqot
Yaitu merupkan Qasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh para penyair
jahiliyah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian Al-Mu‟allaqot ini diabadikan dan
ditempelkan didinding-dinding Ka‟bah pada masa Jahiliyah. Dinamakan dengan Al-
Mu‟allaqot ( Kalung ) karena indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan yang
dikalungkan oleh seorang wanita. Para pujangga Al-Mu‟allaqot berjumlah tujuh orang, yaitu :
امرؤ القيس بن حجر الكندي
زىًن بن أيب سلمى
طرفة بن العبد
عنزة بن شداد العنسي
عمرو بن كلثوم
احلارث بن حلزة
لبيد بن ربيعة
MASYARAKAT KOTA
Mereka merupakan penduduk kota yang sudah menetap; mata pencahariannya
pedagangan, pertanian dan kerajinan. Diantara mereka ada yang mendiami kota-kota Hijaz
yaitu Mekkah, Yatsrib (Madinah) dan Thaif.Orang-orang Quraisy menghabiskan waktunya
untuk perdagangan dikarenakan letak georafis yang jauh jarak antara Syam dan Yaman,
sebagaimana menghabiskan waktunya beribadah untuk menghormati Ka‟bah. Pada Musim
Haji merupakan kesempatan bagi mereka untuk mendirikan toko-toko di pasar ( Ukkadh, dzu
al-majannah, dan dzu al-Majaaz). Di Pasar-pasar ini, mereka berbagi pikiran, puisi-puisi dan
pidato-pidato, yang mempengaruhi perkembangan Bahasa dan dialek Arab antar kabilah-
kabilah Quraisy.Kondisi ini berlangsung sampai turunnya al-Quran ketika lahirnya Islam.
Pemikiran mereka dilandasi dari keraguan pada kehidupan beragama, ini melekat dan
menguatkan bahwa atheis jahiliyah dapat menimbulkan kerusakan.
Kata “Jahiliyah” yang dimaksud Penulis sekarang bukanlah kata yang berasal dari
“al-jahlu” ( ;)الجهلkebalikan dari “mengetahui” ()العلن.Tetapi merupakan turunan kata dari “al-
jahlu” ( ;)الجهلyang berarti marah, nomaden dan kering.Nama ini dinamai oleh orang-orang
Islam untuk menunjukkan keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam dengan penus
keruksakan, kejahatan dan peperangan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa letak geografis
Jazirah Arab yang tandus akan mempengaruhi cara berpikir orang gurun pasir, dan cara
berpikir orang gurun ini merupakan Akhlak kebanyakan orang Arab maka melekatlah sifat
keberanian, kedermawanan, menepati janji, tolong menolong, cinta kebebasan, dan benci
pemaksaan; sifat-sifat inilah yang melandasi cara berpikir para Penyair Arab Jahili membuat
tema-tema puisi mereka.
2. An Nasib ()النسية
Nasib disebut juga dngan At Tasybib. Tema ini mereka gunakan untuk
mengungkapkan kekaguman mereka kepada wanita, menyebutkan keindahan-keindahannya,
menerangkan keadaanya, menyesali kepergiannya, berisi kerinduan-
kerinduan mereka.Dalam syair nasib mereka tidak pernah memusuhi wanita, syair nasib ini
memiliki kedudukan yang pertama di antara meraka karena dalam syair nasib ini terdapat
suatu kesenangan jiwa dan pikiran dimana di dalamnya terdapat cinta dan itulah suatu rahasia
seluruh pertemuan manusia.Penduduk badui adalah orang-orang yang paling banyak bercinta
karena mereka memiliki banyak waktu luang dan bertemu dengan kabilah-kabilah yang
bermacam-macam pada musim panas dan semi. Dan jika mereka berpisah mereka saling
mengingat kenangan itu, seperti mengingatnya sang kekasih dengan yang dikasihinya.
Kemudian mereka kembali ke tempat pertemuan itu, kemudian mengingat kembali kenangan-
kenangan pertemuan itu, mengingat kembali tentang mereka dan apa-apa yang mereka lihat
dari peninggalan-peninggalan sang kekasih lalu mereka tuangkan dalam sebuah syair.
4. Al-Madh ( ) الوذح
Adalah tema syair yang berisi pujian kepada seseorang, terutama mengenai sifatnya
yang baik, akhlaknya yang mulia, tabiatnya yang terpuji, atau sikapnya yang suka menolong
orang dalam kesulitan. Juga menyebutkan keindahan-keindahan badani, seperti: ketampanan,
kecantikan, dan lain-lain. Penyair-penyair yang terkenal dengan tema ini diantaranya; Zuhair,
Nabighah dan al-A‟syaxi.
5. Ar-Ritsa ( ) الزثاء
Yaitu tema syair yang mengungkapkan rasa putus asa, kesedihan,
dan kepedihan.Dalam Rista kadang-kadang penyair mengungkapkan sifat-sifat terpuji dari
orang-orang yang meninggal, atau mengajak kita untuk berfikir tentang kehidupan
dan kematian.Tema ini sangat memberikan pengaruh karena penyair menyajikan tema yang
benar-benar nyata terjadi di hadapan mereka.
6. Al Hija ( ) الهجاء
Ialah membicarakan tentang kejelekan–kejelekan tentang seseorang atau kabilahnya dan
mengingkari tentang kemulian-kemuliaannya serta kebaikan-kebaikannya.Al Hija‟ digunakan
untuk menjatuhkan seseorang, yang di dalamnya berisi kebencian dan ketidaksukaan
terhadap orang yang dibenci dengan menyebutkan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-
kelemahannya.
9. Al-Ghazal ( ) الغزل
Yaitu tema syair yang membicarakan wanita yang dicintai, baik mengeanai wajahnya,
matanya, tubuhnya, lehernya, dan sebagainya.Penyair juga mengungkapkan tentang
kerinduan, kepedihan, dan kesengsaran yang dialaminya.
PASAR-PASAR ARAB
Sastra dilahirkan dan tak jarang juga melahirkan lingkungan.Habitat sastra
berpengaruh besar terhadap perkembangan sastra, karenanya „komunitas‟ sastra bagi dunia
sastra adalah keniscayaan.
Komunitas sastra dalam pengertian adanya satu acara rutin untuk kegiatan sastra,
seperti pementasan pembacaan puisi telah ada sejak jaman Jahiliyah.Kegiatan-kegiatan
seperti itu mereka lakukan di pasar-pasar di daerah Arab, dimana pada saat itu pasar sebagai
pusat kegiatan masyarakat.Sastrawan Jahiliyah mengekspresikan hasil karyanya dipasar-
pasar rakyat.Pasar ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Jahili, karena adat
orang Arab saat itu, jika mereka melakukan perdagangan mereka bepergian dari satu jazirah
ke jazirah lain, terus menerus seperti itu sepanjang tahun.Adapun pasar-pasar yang terkenal
saat itu adalah pasar Hajar dan Musyqar yang terdapat di Bahrain, pasar Syahar di
Hadramaut, pasar Shan‟a di Yaman. Pasar „Ukadz, Majnah, Dzul Majaz, dan Habasyah di
Hijaz (sekarang Makkah). Adapula pasar-pasar yang terletak antar daerah Arab dan daerah
„Ajam, diantaranya pasar Ablah, Hirah, dan Anbar.
Pada saat itu pasar tidak hanya menjadi tempat perdagangan.Pasar menjadi tempat
untuk membangga-banggakan suku mereka, keturunan mereka, dan derajat mereka juga
sebagi tempat memutuskan hokum jika ada pertentangan di masyarakat.Selain itu, pasar juga
menjadi tempat berkumpulnya para penyair, sastrawan, ruwatxv, kritikus sastra, ahli
khitobah. Para penyair membacakan syair-syair mereka yang indah dan memiliki nilai sastra
yang tinggi, kemudian para kritikus akan menanggapi syair tersebut, baik dari segi
kandungan, isi sastra, keindahan susunan dan bahasanya. Begitupun para penghafal Ruwat
akan mengahfal syair-syair terbaik saat itu.
AYYAMUL ‘ARABI
Ayamul „Arabi adalah sebutan untuk peristiwa-peristiwa bersejarah pada
jaman Jahiliyah.Pada masa Jahiliyah, jazirah Arab dipenuhi dengan peperangan.Perang
menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka.Perang tidak hanya mereka
lakukan untuk merebut sebuah daerah, perebutan air, melindungi saudara mereka, tapi juga
mereka jadikan sebagai ukuran kehebatan sebuah kaum.Hampir semua masalah yang ada di
antara mereka diselesaikan dengan peperangan, karenanya bagi mereka perang menjadi suatu
hal yang sangat penting dan berarti.
Peperangan demi peperangan yang terjadi pada masa itu, tertanam dan membekas di
kedalaman lubuk mereka, sehingga banyak syair yang muncul akibat adanya peristiwa -
peristiwa (Ayamul „Arabi) ini. Peristiwa-peristiwa ini dianataranya adalah peperangan antara
orang arab dengan orang Faras disebut dengan Yaum Dzi Qar, peperangan antara orang
Yaman dan orang Nazaret dinamakan Yaum Khuzaji, Yaum Halimah yaitu peperangan
antara orang Manadziroh dan Ghasasanah, Yaum Zurin yaitu peperangan antara orang
Rabi‟ah dan orang Nazaret, peperangan antara orang „Abas dan Dzibyan dinamakan Perang
Dahis dan Ghabra, dan peperangan Yabus antara orang Bakr dan orang Taghlab .Peperangan-
peperangan ini telah menjadi inspirasi bagi syair-syair mereka, seandainya tidak ada
peperangan ini barangkali syair Jahili yang sampai kepada kita hanya sedikit jumlahnya.
Akhmad Muzakki mengutip pendapat syauqi Dhaif mengatakan bahwa ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam penyampaian sebuah karya sastra.Pertama, al tamaststul
yaitu memberikan contoh pengungkapan karya sastra dengan susunan yang baik.Kedua, al
diqqah yaitu sifat ketelitian dalam penyampaian karya sastra. Ketiga, al ada al sadid yaitu
penyampaian yang benar dengan memberikan penjelasan bebrapa kata asing dan penggunaan
gaya bahasa dalam karya sastra.
Adapun sanad dalam karya sastra harus di sampaikan oleh orang yang tsiqah dan
orang-orang yang semasa.Hal ini dilakukan supaya sebagai informan dan orang yang
menerima bisa bertemu langsung dan harus disampaikan secara rasional/oral (musyafahah)
yang diikuti dengan ungkapan hadatsana atau akhbarana.Bahakan kepekaan pendengaran dan
ketajaman pandangan menjadi persyaratan bagi seorang perawi.
Jika pada satu karya sastra terjadi periwayatan yang berbeda , maka solusinya adalah
dengan menggunakan metode tarjih, yaitu memilih di antara dua riwayat mana yang lebih
bisa dipertanggngjawabkan, baik dari segi riwayahnya, matan ataupun sanadnya. Hal ini
seperti yang dilakukan oleh para muhadisun terhadap hadis.Ada beberapa faktor yang
menyebabkan adanya perbedaan riwayat dalam sebuah karya sastra, dinataranya; 1) para
peawi berpeang teguh pada tradisi hafalan, 2) untuk mempekuat argumentasi, 3) terjadinya
kesalahan dalam ucapan, 4) bertambahnya jumlah perawi.
Periwayatan karya sastra tidak semata-mata karena mereka ingin melafalkan karya
sastra, tetepi ada dua tujuan urgen dalam periwayatan karya sastra.Pertama, karya sastra
menjadi sumber atau rujukan periwayatan ilmu pengetahuan.Maka, adanya periwayatan
karya sastra berfungsi untuk; 1) menghindari pembengkakan riwayat, untuk menghindari
munculnya informasi-informasi pubrikatif (palsu), 2) mengetahui penjelasan dan maksud dari
bidang-bidang di atas.Kedua, karya sastra dapat dijadikan bukti dan contoh.
Beberapa diwan (antologi) yang memuat karya para sastrawan masa Jahiliyah dan
masa Islam banyak dinisbatkan para perawi basrah dan Kufah.Karena mereka sangat
memprhatikan kiteria-kriteria ketsiqahan seorang rawi. Misalnya al Ashma‟i menulis enam
diwan, yaitu; diwan Umru‟ al Qais, diwan an Nabighah, diwan Zuhair, diwan Tharafah,
diwan „Antarah, dan diwan „Alqamah bin „Abidah.
Di samping antologi yang telah disebutkan di atas, ada beberapa antologi yang
diriwayatkan oleh beberapa satrawan ternama dan mereka bukukan dalam sebuah antologi.
Diantaranya;
1. Abu „Amr al Syaibani (w. 213). Ia mengunpulkan syair-syair sebanyak seratus delapan puluh
kabilah. Dan ia menulis lima diwan, yaitu; diwan Umru al Qais, al Huthaitah, Labid, Duraid
bin al Shimmah, dan al A‟sha
2. al Ashma‟i (w.215). Ia menulis beberapa diwan, diantaranya diwan Umru‟ al Qais, al
Huthailah, Labid, al Nabighah, al A‟sha, Bisyr bin Abi Hazim, al Muhalhil, al Musyayyab,
dan al Mutalamis
3. Ibn al Sikkit (w. 245). Ia menulis beberapa dari dua puluh diwan, di antaranya diwan Umru‟
al-Qais, al Huyhailah, Labid, al-Asha, Bisyr bin Abi Hazim, al Muhalhil, al Mutalamis, al
Musyayyab, „Adi bin Ziad, al Kahansa‟, Qais bin al Khatim, Tamim bin Muqbil dan lain-lain.
4. Abu al Farj al Ashfahani (w. 245), ia menulis sepuluh kitab, yaitu; kitab fi Akhbar al Qaba.
1. TOKOH-TOKOH SASTRA PADA MASA JAHILIYYAH
Al-Muraqqisy al-Akbar artinya, orang yang meperindah. Sesuai dengan gelarnya ia
merupakan penyair terbesar pada masa zaman Jahiliyah karena keindahan uslububnya. Nama
aslinya adalah Amr bin Sa‟ad.
Pada masa jahiliyah terkenal dengan kesukuannya. Mereka mempunyai prinsip :
انصر أخاك ظاملا أو مظلوما شجاعة وكرم
“Bantulah saudaramu; baik dalam posisi salah ataupun benar”
Penyair kedua yang terkenal pada masa jahiliyah adalah Amr bin Kultsum ( عوزو تن
)كلثىم. Kita mulai saja, penyair yang bernama lengkap Amr bin Kultsum bin Malik bin „Uttaab
( )عوزو تن كلثىم تن هالك تن عتابini mempunyai gelar Abu al-Aswaad ()أتى األسىد. Yah sesuai
dengan gelarnya ia termasuk kulit hitam. Penyair yang lahir di bagian Utara Jazirah Arab ini,
masuk kejajaran Penyair Mua‟allaqat (baca : Mua‟llaqat). Ia pernah berkelana ke Syam, Irak,
dan Najd.
Sebenarnya Para Sejarah sastra tidak bisa memastikan kapan ia lahir. Namun, Caussin
de Perceval berpendapat Ia lahir sekitar 525 M.
Adapun Bapaknya termasuk salah satu pemimpin kaumnya, menikah dengan Laila binti al-
Muhalhal ()ليلى تنت الوهلهل.Ayahnya ini termasuk Penyair gagah terkenal pada perang Taghalib
dan Bakar.Maka Abu Al-Aswad ini hidup dikeluarga pemimpin kabilah terkuat pada masa
jahiliyah. Maka ada istilah :
ألكلت بنو تغلب الناس،لو أبطأ اإلسالم قليال
Kalaulah Islam lahir mundur sedikit, Akan terkalahkan oleh Bani Taghallub
.
Dikisahkan Amr bin Hindun ingin mencoba keberanian Amr bin Kultsum. Pada suatu
pertemuan, Amr bin Hindun bertanya : “Diantara orang Arab Ibu siapa yang akan menolak
untuk melayani Ibuku?”. Diantara yang hadir menjawab : “Laila; dari Suku Taghlibiyah; Ibu
Amr bin Kultsum yang berani menolaknya”. Maka Raja mengundang Amr bin Kultsum
bersama Ibunya..Singkat cerita Amr bin Kultsum dan Ibunya memenuhi undangan tersebut.
Ketika mereka datang, Ibu Raja Hiroh memerintah Laila untuk menyediakan hidangannya.
Lalu Laila menolak dengan bahasa yang halus : لتقن صاحثة الحاجة إلى حاجتهاakan tetapi ia bernada
memaksa sambil menghina : يا ويلي يا لذل تغلةterdengarlah oleh anaknya Amr bin Kultsum di
ruangan sebelah duduk bersama Amr bin Hindun. Maka ia mengeluarkan pedang lalu
membunuh Ibn Hindun. Kemudian ia membuat puisi yang terkenal
”“أال ىيب بصحنك فأصبحينا
Pada halaman ini saya akan menulis beberapa baik dari puisi yang terkenal dari peristiwa
tersebut.
وأنظران جنربك اليقينا# أاب ىند فال تعجل علينا
Wahai Amr bin Hindun, Janganlah kau tergesa-gesa menyakiti kami. Perhatikanlah, Kami
akan memberitahukan kepada siapa kami sebenarnya
ونصدرىن محرا قد روينا# أبان نورد الراايت بيضا
Kami adalah kaum perang, pergi untuk berperang. Bendera kami putih, pulang berubah jadi
merah.Ternodai dengan darah musuh.
تطيع بنا الوشاة وتزدرينا# أبي مشيئة عمرو بن ىند
Apa maksudmu Amr bin Hindun, menyakiti kami dengan kata-kata kotor dan menghina kami.
مىت كنا ألمك مقتوينا# هتددان وتوعدان رويدا
Kau menakut-nakuti dan mengancam kami, dengan menjadikan kami pelayan untuk Ibumu.
على األعداء قبلك أن تلينا# فإ ّن قناتنا اي عمرو أعيت
Sesungguhnya kekuatan kami, wahai Amr!.Mengalahkan musuh-musuh sebelum kamu
dengan mudah.
إذا قبب أببطحها بنينا# وقد علم القبائل من معد
Seluruh Suku tahu dari ma‟ad jika membangun Qubbah dengan Ahtha' .
وأان املهلكون إذا ابتلينا# أبان املنعمون إذا قدران
Maksudnya seluruh kabilah atau susku di arab tahu akan Kekuatan kami, jika para pemimin
kami sudah bersatu.
وأان النازلون حبيث شينا# وأان املانعون ملا أردان
Kami melindungi siapa yang meminta, dan berperang dimana oun berada
ويشرب غًنان كدرا وطينا# ونشرب إن وردان املاء صفوا
Kami yang pertama minum air yang bersih, yang lain minum setelahnya kotor dan keruh.
ونبطش حٌن نبطش قادرينا# لنا الدنيا ومن أضحى عليها
Dunia dan isinya milik kami, kami yang menyiksa dan menyakiti. Tak ada seorangpun yang
berjalan di depan kami.