Anda di halaman 1dari 14

Judul artikel Perkembangan sejarah sastra Arab

Penulis Asriyah
Diterbitkan Jurnal Rihlah
pendahuluan Sastra Arab adalah hasil kebudayaan bangsa Asia Barat yang telah berumur
ribuan tahun, dari dulu hingga sekarang bahasa Arab terus mengalami
perkembangan yang cukup signifikan bahkan keberadaannya sekarang bisa
menyaingi sastra-sastra yang ada di dunia. Pada abad ke-6 Masehi datanglah
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan kitab suci Al-Qur`an
yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Kedatangan Nabi Muhammad
SAW membawa perubahan yang sangat besar terhadap kebudayaan Arab
tidak terkecuali sastra yang menjadi hobi bagi masyarakat Arab. Islam telah
menggoreskan sejarah perubahan yang menyeluruh pada sistem kehidupan
manusia, baik dari segi spiritual, sosial, politik maupun sastra dan budaya,
perubahan tersebut tidak hanya terbatas bagi bangsa Arab saja, namun
mencakup seluruh bangsa yang tersentuh oleh dakwah Islam, sehingga
bangsa tersebut tersinari oleh cahaya dan keutamaan iman.

pembahasan 1. Definisi sastra Arab


Dunia sastra sangat identik dengan keindahan, karena sastra merupakan
ungkapan jiwa seseorang yang diapresiasikan dalam berbagai bentuk dan
memiliki nilai yang tinggi.
Sastra Arab yang dalam bahasa Arab ialah al-Adab al-Arabi. Adab secara
bahasa berasal dari kata ‫ يبدأ‬- ‫بدأ‬ berarti sopan santun atau berbudi
bahasa yang baik. Sedangkan secara khusus al-adab ialah: “yaitu
perkataan indah dan jelas, dimasudkan untuk menyentuh jiwa mereka
yang mengucapkan atau yang mendengarkan baik berupa syair maupun
berupa prosa
Secara etimolgy sastra dapat diartikan dengan : Menurut Pradopo
Rahmat mengatakan bahwa : Sastra (castra) dari bahasa Sanskerta yang
artinya tulisan atau bahasa yang indah Rahmat.
Menurut Zainuddin “Sastra ialah karya seni yang dikarang menurut
standar bahasa kesusastraan,maksudnya adalah penggunaan kata-kata
yang indah dan gaya bahasa serta gayacerita yang menarik.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sastra adalah
semua aspek khidupan yang dihasilkan oleh manusia yang muncul dari
gejolak atau pengalaman jiwa yang memiliki nilai keindahan, atau juga
bisa didefinisikan dengan segala ekspresi manusia yang dicurahkan dalam
bentuk tulisan yang indah.

2. Sejarah sastra Arab


Sastra Arab identik dengan bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah
sebagai jalan satu-satunya untuk memahami sastra Arab
tersebut.Menurut ahli bahasa, bersatunya bahasa Arab adalah
merupakan hasil percampuran bahasa penduduk-penduduk yang
mendiami semenanjung jazirah Arab.Tidak diketahui secara pasti kapan
bahasa tersebut berbentuk seperti bentuk sekarang ini dan juga tidak
diketahui sebab-sebab yang membawa percampuran bahasa dari
penduduk tersebut.Sejauh apa yang dapat dimengerti dari peninggalan
zaman batu serta berbagai riwayat bahwa di selatan dan utara
semenanjung arab mempunyai bahasa yang berbeda dengan bahasa
Arab yang sampai kepada kita.Menurut para ahli, bahasa Arab adalah
bahasa yang terdekat keasliannya dengan bahasa Semit, karena bahasa
Arab sejak lama tidak dipakai dan tidak dikuasai oleh bangsa lain.
Bahasa Arab juga merupakan bahasa yang paling kaya dengan
pembendaharaan kalamnya, termasuk paling kuno, dan enak
diucapkan.Al-quran dan Hadist Nabi sebagai sumber dari agama Islam
dan peradaban Islam adalah seratus persen bernilai sastra yang tidak
dapat diresapi kandungan maksudnya sedalam-dalamnya kecuali dengan
pengetahuan yang cukup tentang sastra Arab.S ejarah sastra Arab
merupakan suatu aspek yang cukup penting dalam mengungkap
bagaimana perjalanan sastra Arab dari zaman kuno hingga sekarang.

3. Ciri-ciri sastra Arab


a. Dalam sastra, makna yang tersirat lebih dominan dari pada makna
yang tersurat.
b. Karya sastra adalah karya kreatif, bukan semata-mata imitatif. Kreatif
dalam sastra berarti ciptaan, dari tiada menjadi ada.
c. Karya sastra adalah karya imajinatif. Akan sia-sia bila dapat berjumpa
dengan kehidupan sebagaimana yang disajikan dalam karya sastra.
d. Karya sastra adalah karya otonom.
e. Karya sastra adalah karya koheren.
f. Konvensi atau aturan dasar suatu masyarakat amat menentukan
mana karya yang dapat disebut sebagai karya sastra dan mana yang
tidak.
g. Karya sastra pada masa lalu mungkin tidak disebut lagi sebagai karya
sastra pada masa berikutnya, karena perubahan konvensi yang
diakibatkan perubahan tata nilai dalam kehidupan. Akan tetapi ia
adalah bahasa yang mengandung makna lebih.

4. Periodisasi sastra arab


a) Periode Permulaan Islam
Kebudayaan Arab saat itu sangat tertinggal sekali, ini bisa dilihat
dari kebiasaan orang Arab sebelum kedatangan Islam.Namun setelah
kedatangan islam, semua itu sedikit demi sedikit berkurang berkat
didikan Nabi Muhammad terhadap bangsa Arab.
Hart Wildana mengatakan Ada satu hal yang unik dalam sejarah
bangsa Arab, walau pun bangsa Arab peradabannya tertinggal akan
tetapi kesusastraannya sama sekali tidak terengaruhi karena sebelum
datangan Islam sastra di tanah arab sudah dikenl bahkan sampai
berkembang.
Ketika Islam masuk, kesusastraan Arab tidak berubah hanya saja
isi dan semangat yang dikandung dalam sastra tersebut yang
mengalami perubahannya.Hal ini diakibatkan karena banyak
sastrawan saat itu yang masuk Islam sehinga mempengaruhi terhadap
sastra itu sendiri.
Oleh karena itu umat Islam sangat menjaga keaslian terhadap
hadis tersebut, karena hadis tidak akan ditemukan pada umat-umat
lain dan tidak akan ada lagi hadis setelah wafatnya nabi.
b) Periode Bani Umayyah
Pada periode Bani Umayyah, Arabisme digunakan untuk
memperluas pengaruh Arab-Islam dan membuat bahasa Arab
menjadi bahasa resmi. Penduduk asli coba pelajari bahasa Arab
sebagai bahasa pergaulan & agama. Bahasa Arab tinggi, terhormat &
kuat dlm wilayah Islam sebgai alternatif.
Periode Umayah: banyak sastra sya'ir. Banyak golongan muncul
dalam Islam (Syi'ah, Khawarij, Abdullah bin Zubair). Dalam zaman bani
Umayah, posisi sya`ir menjadi penting bagi golongan islam. Khalifah
memberikan kebebasan pada para penyair.
Khalifah bani Umayah memperhatikan penyair, memberikan
fasilitas dan memecah belah mereka demi memperkuat politik
mereka. Mohon maaf, kami tidak dapat membuat mempersingkat
teks karena tidak ada teks yang terlampir pada permintaan ini.
c) Periode Abbasyiah
Pada masa Abbasiyah, masyarakat kota Arab sudah berasimilasi
dengan orang-orang awam dan berbaur dengan cara bekerja di
lapangan seperti perindustrian, pertanian, dan pekerjaan-pekerjaan
lain yang beraneka ragam.
Disamping itu masyarakat Arab sudah bercampur dengan orang-
rang asing yang masuk ke wilayah Arab bahkan berbesan dan
bertetangga, mereka benar-benar berkecimpung dalam peradaban
dan kemodernan.
Maka pada masa ini munculah istilah arabisasi, menggali hukum
syari`at dari kitab suci al-Quran dan menyusun ilmu bahasa Arab
untuk menjamin keutuhan bahasa Arab khususnya al-Quran.
Adapun tujuan-tujuan penggalian bahasa pada masa Abbasiyah
adalah sebagai berikut :
1) Penyusunan ilmu-ilmu syari’at yang belum pernah ditulis pada
masasebelumnya. Penyusunan ilmu tersebut mencakup tentang
penyusunan ilmuFikih, Aqidah, Balaghah, Ushul Fiqh dan Nahwu
dan Sorof.
2) Penerjemahan buku-buku bahasa asing kedalam bahasa arab,
khususnya ilmui-lmuyang lahir dari bangsa yunani kuno. Ilmu
seperti ini dapat kita jumpai dalam ilmu mantik(logika).
3) Penggarapan sektor industry sebagai buah dari kemajuan
peradaban dalambidang sains dan teknologi yang dicapai pada
masa Abbasiyah.
4) Mulai menjamurnya kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar,
diskusi, danpengajaran ilmu-ilmu pengetahuan.
d) Periode Pertengahan Abad
Penyerbuan tentara Mongolia ke Baghdad yang dipimin oleh
Hulagu Khan menyebabkan banyaknya para ilmuan islam meningal
dunia dan sebagian penyair ada yang lari ke Syam dan Kairo, maka
pada akhirnya kedua kota ini menjadi pusat Islam dan bahasa Arab.
Bait-bait syair pada masa itu hanya ditujukan untuk
mendekatkan diri pada khaliq dan bahkan sampai ada yang
menjadian al-Quran hanya sebagai obat dan jimat, sehingga makna
yang terkandung dalam al-Quran menjadi tabu dan tidak
berkembang.
e) Periode Zaman Modern
Pada akhir abad XVIII ketika bangsa Arab di bawah
pemerintahan Daulat Usmaniyah keadaannya sangat
lemah.Pemerintahan berikutnya yang jatuh kepada Muhammad Ali
(yang semula diangkat oleh Sultan Usmani menjadi Gubernur Mesir)
berusaha untuk menerima kebudayaan Barat dan hasil ilmu
pengetahuan Barat, Ali tidak lagi mementingkan pemerintah dan
pembangunan, maka perkembangan di bidang sastra berkurang.
Dua abad kemudian barulah muncul lagi karya sastra Arab yang
baru, dan para penyair menyesuaikan diri dengan keadaan zaman
modern, mereka mulai melepaskan diri dari ciri khas klasik, namun
keterikatannya masih ada.Pada masa ini munculah Penulisan prosa
berupa cerita-cerita pendek modern dalam bahasa Arab, demikian
juga novel dan drama, yang baru dimulai pada akhir abad lalu.
Puisi-puisi Arab modern sudah banyak yang tidak terikat lagi
pada gaya lama yang dikenal dengan `Ilm al-`Arūd.Meskipun
sebagian penyair dewasa ini senang juga menciptakan puisi bebas,
tetapi masih banyak juga yang bertahan dengan gaya lama kendati
tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu, seperti penyair Mahmud
Ali Taha (w.
Dalam sastra Arab modern, Mesir dapat dikatakan merupakan
pembuka jalan meskipun dari para sastrawan itu banyak yang
berasal dari Libanon dan Suriah.
kesimpulan Dalam sejarahnya, sastra Arab memiliki perjalanan yang panjang
sehingga bisa seperti yang saat ini, dalam sejarahnya itu ia mengalami
perubahan yang cukup signifikan terutama pada masa pemerintahan
Abbasiyah dan pada masa modern, perubahan tersebut berupa arabisasi
(serapan kata dari bahasa Asing ke bahasa Arab) yang pada awalnya terjadi
pada masa Abbasiyah kemudian berlanjut pada masa modern setelah
sempat terhenti pada masa abad pertengahan.
Perubahan itu terjadi karena pengaruh yang diberikan oleh agama Islam
pada saat Nabi Muhammad diutus sebagai rasul yang membawa syari`,
kemudian faktor lainnya adalah bercampurnya masyarakat Arab dengan
kaum pendatang (asing) sehingga menyebabkan pertukaran fikiran yang
mengakibatkan campuran kebudayaan.
Judul artikel Karakteristik Prosa dalam Sastra Arab
Penulis Dyah Nurul Azizah
Diterbitkan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
pendahuluan Sastra juga merupakan bagian dari entitas budaya yang praktiknya
tercermin dalam karya-karya sastra. Semua kebudayaan dan peradaban di
dunia mengalami suatu periode perubahan yang mendalam, termasuk
kebudayaandan peradaban bangsa Arab dengan segala totalitasnya.
Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Arab mampu mengkreasi
budaya sehingga dapat mencapai tingkat peradaban yang tinggi, yang
tercermin antara lain pada atas memiliki kesamaan dalam membahas produk
budayanya yang berwujud karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama.
Namun belum ditemukan pembahasan tentang karya sastra yang
berfokus pada prosa dan perkembangannya. Sastra Arab sebagai entitas
budaya tentu mencerminkan pikiran dan perasaan Bangsa Arab dengan
segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam konteks kelebihan bangsa Arab, maka tidak ada pencapaian
kebudayaan dan peradaban manusia yang mampu menunjukkan nilai-
nilainya yang paling otentik dan khas kecuali apa yang telah dicapai oleh
kesusastraan Arab.Penulis menyimpulkan bahwa faktor yang membawa
perubahan tersebut diantaranya adalah pengaruh datangnya agama Islam,
bercampurnya kebudayaan antara masyarakat Arab dan kaum mendatang,
dan adanya penerjemahan buku-buku ke bahasa Asing.Pada artikel tersebut,
dijelaskan tentang unsur-unsur asing yang ada dalam sastra arab,terutama
tentang kosmopolitanisme.
pembahasan a. Pengertian Prosa Sastra Arab dan Karakteristiknya
Prosa sastra arab yang dikenal dalam bahasa arab “An-Natsr Al-
Adaby” secara istilah berarti perkataan yang tidak terkait penuh dengan
wazan dan qafiyah. Atau sebuah karya sastra yang mengandung
senidan keterampilan menggambarkan peristiwa dengan fase yang
kompleks dalam karakteristiknya.
Menurut Muhammad Sa’ad Al-Husain, an-nasr al-adaby adalah
prosa estetis yang mengedepankan tujuan untuk membangkitkan rasa
dan emosi para pembacanya. Akan tetapi sebuah karya bisa disebut
sebagai prosa estetis jika prosa tersebut memenuhi empat unsur sastra,
yakni: fikrah (gagasan), athîfah (emosi), lafadz atau uslub (bahasa), dan
khayal/imajinasi.

1. Masa Jahiliyah
prosa pada masa ini memiliki tigkat bahasa tinggi, ringkas, padat
dan berisi. Emosi dan rasa bahasa serta nilai sastranya “Wahai sekalian
kaum Bakr, orang yang kalah secara terhormat lebih baik dari orang
yang selamat karena lari dari medan juang. Sesungguhnya ketakutan
tidak akan melepaskan kalian dari ketentuan Tuhan, dan sesungguhnya
kesabaran adalah jalan kemenangan. Raihlah kematian secara mulia,
jangan kalian memilih kehidupan yang hina ini. Menghadapi kematian
lebih baik daripada lari darinya. Tusukan tombak di leher-leher depan
lebih mulia dibanding tikaman dipunggung kalian. Wahai kaum Bakr…..
Berperanglah!!!! Karena kematian adalah suatu kepastian..“
Dalam contoh khutbah di atas terdapat ciri-ciri seperti telah disebutkan
sebelumnya, yaitu:
(1) Kalimatnya ringkas dan lafadznya jelas.
(2) Makna yang mendalam
2. Masa Islam
Pada era Islam, bentuk prosa tidak berbeda jauh dengan prosa
pada masa Jahiliyah, diantara karakteristiknya adalah tidak
menggunakan ungkapan-ungkapan yang sukar, jauh dari lafadz asing,
gaya bahasa yang mudah, maknanya dekat dan mengandung pesan
untuk umat. Adapun jenis-jenis prosa pada masa ini adalah Kitabah,
Rosail, Qososh, dan Tauqi’at. Sampai dengan sempurnanya wahyu Al-
Qur’an, Rosulullah mempunyai 40 penulis wahyu(risalah), di antaranya
adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash, danAbdullah
bin Harits bin Hisyam.

3. Masa Umayyah
Macam-macam prosa yang berkembang pada masa ini adalah
khitabah, rasail, dan kitabah. Kitabah berkembang pesat pada masa ini,
yaitu ketika islam tersebar padamasa ini telah terjadi percampuran
antara orang-orang arab dengan orang-orang asing yang menyebabkan
lisan al Arab tidak lagi murni seperti masa-masa awal islam. Sehingga
pada masa ini, dibukukan kitab nahwu yang ditulis oleh Abu al-Aswad
al-Duali.
Pada masa Umayyah, perkembangankarya sastra sangat terlihat
pada karyakarya yang telah berbentuk tulisan dengan bahasa yang
lebih teratur, didukung oleh karya Abu Aswad Ad-Duali yang telah
dibukukan tentang kaidah bahasa arab (ilmu nahwu). Penulisan prosa
pada masa ini memiliki gaya baru yang disebut tawazun (simetri sastra).
4. Masa Abbbasyiah
Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Hal itu
disebabkan antara lain karena dukungan para penguasa dan
kemampuan personal yang dimiliki masing-masing sastrawan Banyak
buku sastra dan kumpulan nasihat serta uraian-uraian sastra yang
dikarang atau disalin dari bahasa asing. Pada masa ini juga telah
muncul cerita yang berjudul alfu lailin wa lailah, hal ini yang
mempengaruhi munculnya novel di daerahPrancis (inspiring novel
modern). Selain itu, masa ini memiliki perkembangan kritik sastra,
salah satu buktinya ialah terbitnya buku yang berjudul An-Naqd Al-
Adab Asy-Syi’r karya Ibnu Qudamah.
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masa
‘Abasiyyah memiliki pembaharuan dalam penulisan prosa. Prosa tidak
lagi disajikan hanya dengan sesuatu yang bersifat nyata dengan bentuk
pemberitahuan seperti halnya khitobah, kitabah, risalah dan lain
sebagainya.
5. Masa Modern
Ciri-ciri prosa pada masa ini adalah lebih memperhatikan pemikiran
daripada unsur gayanya, tidak banyak menggunakan kata- kata retoris
seperti saja’, tibaq, seperti pada masa sebelumnya. Pemikirannya
runtun dan sistematis, penulis tidak keluar dari satu gagasan ke gagasan
yang lain, kecuali gagasan yang satu telah selesai, pendahuluannya
tidak terlalu panjang, temanyacenderung Pada tema yang sedang
terjadi pada masyarakat, seperti masalah politik, sosial, dan agama.
Perkembangan bahasa pun mengalami perubahan dari gaya
tradisional, kalimat yang panjang-panjang, dan penggunaan kosakata
klasik berganti dengan gaya yang sejalan dengan zaman,serba singkat,
dan serba cepat.
b. Jenis Prosa Sastra Arab (Modern)
Pada umumnya, An-Natsr Al-Adaby terbagi menjadi dua kategori
besar, yaitu Prosa sastra non imajinatif dan imajinatif. Prosa sastra non
imajinatif adalah prosa yang membahas tentang sastra, tetapi bukan
hasildari imajinasi pikiran manusia. Dalam tradisi sastra arab,prosa
tersebut disebut dengan al-adab al washfiy, yang bermakna sastra
deskriptif. Al-adab al-washfiy terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Sejarah Sastra (Tarikh Adab)
2. Kritik Sastra (Naqd Adab)
3. Teori Sastra

Sastra imajinatif baik dalam sastra Arab modern maupun Indonesia


juga terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Novel atau Roman (riwayah, hikayah, qisshah)
Novel berasal dari bahasa Itali yang kemudian berkembang di
Inggris dan Amerika Serikat. Secara istilah novel (riwayah) berarti
cerita yang berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, mempunyai
plot, alur, dan tema yang kompleks karakter yang banyak, serta
suasana dan setting cerita yang beragam. Sedangkan kata Roman
berasal dari genre romance abad pertengahan yang merupakan
cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan, telah
berkembang di Jerman, Belanda, Prancis dan beberapa bagian Eropa
lainnya.
a) Novel Percintaan
Novel tersebut melibatkan peranan tokoh wanita dan pria
secara imbang, tetapi kadang peranan wanita lebih dominan. Novel
jenis ini lebih cenderung menarik dan lebih banyak diminati karena
kisah di dalamnya berkesinambungan pada kisah hidup semua orang
pada umumnya, dan pastinya mempunyai gaya bahasa yang lebih
indah.
b) Novel Petualangan
Novel ini hanya sedikit memasukkan peran wanita di
dalamnya, dan dapat disebut “bacaan kaum pria” karena
tokohtokoh di dalamnya pria dan dengan sendirinya melibatkan
banyak masalah dunia lelaki yang tidak ada hubungannya dengan
wanita
c) Novel Fantasi
Novel ini berbicara tentang hal-hal yang tidak realistis dan
serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari,
menggunakan karakter yang tidak realistis, sehingga setting dan
plot juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penulisnya.
Dengan demikian jenis novel ini mementingkan ide konsepdan
gagasan sastrawannya yang hanya dapat menjadi jelas jika
diutarakan dalam bentuk fantastik dengan kata lain menyalahi
hukum empiris atau hukum pengalaman sehari-hari.

2. Cerita pendek (qisshah qashirah)


Adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek di dalamnya
terdapat pergolakanjiwa pada diri pelakunya sehingga secara
keseluruhan cerita bisa menyentuh nurani pembaca yang dapat
dikategorikan sebagai buah sastra cerpen tersebut.
Jenis sastra ini dikatakan pendek karena genre ini hanya
mempunyai efek tunggal,karakter, plot, dan setting yang terbatas,
tidak beragam, dan tidak kompleks.

3. Novelet (uqushiyah)
Dideskripsikan sebagai cerita berbentuk prosa yang penjangnya
berkisar antara novel dan cerita pendek, yaitu 60-100halaman,
sebagian ahli menyebut novelet dengan cerita pendek yang panjang.
Cerita dalam novelet tidak mencakup seluruh kehidupan para tokoh
di dalamnya, melainkan hanya menceritakan satu kejadian atau satu
keadaan emosional tertentu.

4. Drama (mashrahiyah)
Adapun yang dimaksud dengan drama adalah karya sastra yang
mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Sebuah
jenis sastra dapat dikatakan sebagai drama jika memenuhi tiga hal,
yaitu:
a. Adanya dialog antar tokoh
b. Tidak dinikmati melalui pembacaan, melainkan pementasan
c. Merupakan kejadian di atas pentas atau rekontruksi sebuah
peristiwa.
c. Unsur Pokok Prosa
di dalamnya harus terdapat lima unsur pokok (intrinsik) agar dapat
menjadi prosa yang sempurna, unsur-unsur tersebut adalah:
1. Tokoh dan karakternya (As-Syakhsiyyat)
2. Plot (alur/ al-habakah)
3. Latar (setting/ al-bi’ah)
4. Pikiran atau tema (al-fikrah, at-tausiyah, al-maudhu’)
5. Gaya Bahasa (Uslub)
kesimpulan Prosa sastra arab merupakan karangan bebas yang tidak terikat dengan
wazan dan qafiyah seperti bentuk puisi. Bentuk prosa telah melalui
perkembangan yang sangat pesat dimulai dari zaman Jahiliyyah hingga
zaman modern dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pada masa
Jahiliyyah, gaya bahasa yang digunakan dalam prosa masih kaya akan
konotasi atau keambiguitasan, layaknya syi’r. Sebagian besar berisi tentang
seruan untuk mengobarkan semangat.Kemudian pada masa Islam, termasuk
masa Umayyah dan ‘Abbasiyah, gaya bahasa yang digunakan semakin
teratur, dan mudah dimengerti, salah satu faktornya adalah mukjizat Al-
Quran memiliki tuturan bahasa indah. Sedangkan di masa kini atau masa
modern, yang paling banyak tersebar adalah novel dengan berbagai macam
jenis. Prosa pada masa modern dapat dikategorikan menjadi dua kubu, yaitu
prosa imajinatif dan prosa non imajinatif. Prosa non imajinatif terdiri dari
sejarah sastra, kritik sastra, dan teori sastra, sedangkan prosa imajinatif
adalah karya yang berbentuk seperti novel, cerpen, novelet, dan drama, tiak
harus dengan suatu hal yang nyata. Di dalam prosa imajinatif terdapat lima
unsur yang harus diperhatikan, yaitu tokoh, karakter, plot atau alur, tema,
dan gaya bahasa.
Judul artikel Pengaruh Sastra Arab Dan Islam Terhadap Nasyid Dan Perkembangan Sastra
Musik Di Indonesia
Penulis Anis Uyun Nurlidya, Husniyatul Badriyah Yaumi, Hisyam Awliya’ El Rahman
Diterbitkan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
pendahuluan Kedatangan Islam dengan Al-Qur’an sebagai fondasi utamanya mampu
memberikan pengaruh terhadap perkembangan sastra Arab, karena penyair
muslim berasal dari bangsa Arab yang karyanya terpengaruh oleh sastra dan
keindahan Al-Qur’an. Wacana sastra Al-Qur’an akan mendekatkan agama
dengan seni, seperti syair berisi sanjungan dan pujian kepada nabi
Muhammad SAW yang diiringi lantunan musik rebana oleh kaum Anshar
dalam peristiwa penyambutan kedatangan Nabi.
Di Indonesia sendiri, perkembangan sastra musik Arab ditandai dengan
munculnya para penyanyi atau grup yang membawakan irama lagu
bernafaskan islam seperti nasyid, shalawat, qasidah dan lain sebagainya Adat
istiadat di Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya Arab, seperti lantunan
nasyid dalam peringatan maulid nabi, khitanan, dan even-even keagamaan
sebagai bukti adanya akulturasi sastra musik Arab di Indonesia. Dewasa ini
nasyid di Indonesia mengalami perubahan elemen-elemen musikalnya, baik
dari bentuk penyajiaanya maupun aspek komposisi musik (segi lirik lagu,
irama atau bahkan keduanya secara bersamaan). Perihal tersebut dapat
diketahui dari penambahan peralatan musik barat dalam musik rebana
berupa gitar elektrik, keyboard, drum set dan alat musik kontemporer
lainnya. Disamping memodernisasi alat musik, musik di Indonesia juga
melakukan inovasi pada irama nasyid, tidak semua iramanya bernuansa
timur tengah melainkan ada nasyid yang bercampur dangdut dan nasyid pop
namun tetap berisi syair qasidah.
pembahasan A. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan sastra Arab.
Juzif al-Hasyim (1968: 23) berpendapat mengenai faktor faktor yang
mendorong perkembangan sastra Arab, sebagaimana berikut :
1. iklim tabiat alam
2. ciri khas etnik
3. Peperangan
4. Kemakmuran dan kemajuan
5. Agama
6. Ilmu pengetahuan
7. Politik
8. Interaksi dengan berbagai bahasa dan budaya
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sastra pada zaman
itu yaitu pasar yang dijadikan arena berkumpulnya orang-orang Arab
dan melakukan aktivitas jual beli. Masyarakat Arab tidak mungkin
menekuni pertanian dengan kondisi alam yang tidak mendukung. Untuk
keperluan berdagang ini bangsa Arab memiliki pasar-pasar dekat Mekah
seperti Ukaz, Majanna, Dzul Majaz

B. Nasyid sebagai bagian dari sastra musik Arab.


Perkembangan musik islami berakar dari seni sastra Arab. Sebagai
contoh puisi-puisi pra-Islam yang kini dikenal sebagai bentuk dari karya
sastra islami, diantaranya Madh, Mu’allaqat dan Qasidah.
Ada anggapan bahwa Islam ortodoks menolak adanya musik.
Satusatunya praktik melodis yang mereka terima adalah adzan. Dalam
logika berpikir yang sama, musik sufisme dianggap sebagai praktik dari
kelompok Islam heterodoks atau Islam populer. Baik praktik dalam
Islamortodoks maupun sufi dikategorikan berbeda dari dunia sekuler
dan musik mereka.
Sekitar tahun 622-633 Masehi, Rasulullah merekomendasikan
lantunan adzan yang berfungsi sebagai pemberitahu datangnya waktu
sholat danseruan untuk shalat berjamaah di masjid. Adanya Maulid
Nabi (peristiwa kelahiran nabi Muhammad SAW) yang diperingati setiap
tanggal 12 Rabi’ul Awwal memunculkan genre nasyid dan syair-syair
khusus berisi pujian, sanjungan dan sejarah hidup Rasulullah yang
ditulis dalam bentuk prosa dan puisi.
Nasyid Arab merupakan bagian dari sastra musik Arab modern yang
saat ini berkembang cukup pesat di negaranegara Arab, khususnya
Mesir dan negara-negara Arab Teluk. Teks-teks nasyid sebagian besar
bersandar pada sejarahkehidupan Nabi yang disusun dan ditulis oleh
Ibnu Ischaq (wafat 767) dan secara luas dipromosikan oleh Ibnu Hisyam.

C. Nasyid
Di Indonesia, nasyid muncul diawal era 80-an, ketika mahasiswa dan
mahasiswi melantunkan syair dengan menggunakan bahasa Arab
sebagai sebuah wujud solidaritas kepada saudara-saudara mereka yang
ada di Palestina. Dan pada akhir tahun 90-an, grup-grup nasyid yang ada
di tanah air tumbuh bak cendawan dimusim hujan. Inilah yang
menandakan kerinduan masyarakat tanah air terhadap adanya sebuah
seni Islam.
Secara etimologi seni nasyid adalah seni suara, lagu dan musik. Kata
nasyid diambil dari bahasa Arab yaitu (anasyid) yang berarti nyanyian
atau syair. Adapun secara terminologi seni nasyid adalah lagu-lagu dan
irama-irama dengan tema-tema religius.
Seni Nasyid adalah sebuah seni suara atau seni musik yang tidak
hanya menyentuh hati akan tetapi merasuk ke dalam jiwa bagi
pendengarnya sebab dalam hal itu terdapat pesan-pesan atau syair-
syair yang bermuatan islami serta mempunyai pengaruh terhadap
realisasi penyempurnaan kehidupan spiritual manusia.
Yusuf Qordawi (1998) mengemukakan pendapatnya mengenai jenis
–jenis nasyid :
1. Nasyid islami, yaitu lagu yang dibolehkan oleh syariat yang syair-
syairnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam : Aqidah, syariah
dan akhlak seperti puji-pujian kepada Allah, Rasulullah, kisah-
kisah dan lain-lain.
2. Nasyid jahili, yaitu lagu yang diharamkan oleh syariat karena
syairnyabertentangan dengan syariat Islam. Seperti lagu yang
pernahdilantunkan oleh Abu Nawas.
“Tinggalkan celaanmu padaku, sebab celaan itu adalah pujian
Obatilah aku dengan si cantik sang penawar.”
Kemudian tema yang kebanyakan dibahas dalam nasyid adalah
sebagai berikut:
1. Syair yang bersenandung shalawat nabi.
2. Syair yang bersenandung ketauhidan.
3. Syair yang bersenandung dengan tema Ilahi, akhlak aqidah dan
moral.
4. Syair-syair yang bercerita tentang kehidupan manusia, baik
kehidupan dalam dunia maupun akhirat.

Nasyid berfungsi untuk menenangkan pikiran manusia dari


beban kemanusiaan (basyariyyah) dan memperbaiki tabiat manusia.
Dan ia merupakan stimulan untuk melihat rahasia ketuhanan (asrar
rabbani) sementara bagi orang musik merupakan suatu godaan
karena ketidaksempurnaan mereka. Semarak nasyid sebagai media
dakwah dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang banyak menggelar
pertunjukan nasyid.

D. Masuknya Nasyid di Indonesia.


Berbagai macam usaha untuk menemukan pemahaman serta
bagaimana praktik bersastra yang baik di Indonesia belum menemukan
titik terangnya. Permasalahan tersebut dikarenakan keberadaan sastra
di Indonesia lahir dari masyarakat jajahan (baik itu Belanda, Portugis,
Spanyol maupun Jepang) dimana masyarakat tumbuh dengan dialektika
bangsa penjajah.
Dewasa ini kehidupan sastra Islami di tanah air mengalami
perkembangan cukup pesat. Akar pertumbuhan nasyid di Indonesia
berawal dari nadhaman (syair) atau shalawatan yang biasa dilantunkan
para mu’adzin di masjid dan musholla sebelum maupun sesudah adzan
magrib dan subuh dikumandangkan.
Nasyid mengandung seni kata yang bernafaskan Islami, yang
merupakan kesenian yang mengandung unsur Islami, berasal dari Timur
Tengah dan tersebar luas ke tanah air bersamaan datangnya Islam.
Dalam pemahaman masyarakat, nasyid merupakan nyanyian yang
biasanya bernuansa islami dan mengandung nasihat-nasihat, kisah para
Nabi, pujian untuk Allah SWT dan sebagainya.
Gaya penyampaian nasyid didominasi dengan gaya accapela yang
hanya diiringi gendang. Cara ini digunakan karena banyak dari para
ulama yang tidak memperbolehkan penggunaan alat musik yang
berlebihan. Di zaman modern ini nasyid di Indonesia mengalami
perubahan elemen-elemen musikalnya, baik dari bentuk penyajiannya
maupun aspek komposisi musik seiring dengan perkembangan
teknologi musik.
Saat ini nasyid modern tidak hanya sebagai media dakwah islam
melainkan sebagai media hiburan tanpa menghilangkan unsur dakwah
didalamnya.

E. Musik di Indonesia
Semua aspek yang memiliki keterkaitan dengan arab,mulai dari
kebudayaan hingga bahasa yang sudah melegenda, menjadikan
masyarakat Indonesia berasumsi bahwa hal-hal tersebut memiliki
sebuah hubungan yang sangat erat dengan keagamaan, khususnya
dengan agama islam.
keberadaan semua jenis musik islam yang tersebar diberbagai
negara termasuk Indonesia, tidak akan terlepas dari keberadaan musik-
musik di dunia Islam pada umumnya. Namun demikian, keberadaannya
pun tidak bisa dilepaskan begitu saja dari budaya Arab sehingga
pengupasan sejarah musik Islam tidak akan lengkap tanpa melihat juga
budaya musik praIslam.
Dalam perkembangan musik di negara Indonesia banyak musisi yang
mengaransemen lagu-lagu Arab yang syairnya dirubah menjadi
Indonesia. Begitu pun dengan nasyid di Indonesia, ada yang religius
maupun non religius. Seperti grup gambus Sabyan, kita dapat melihat
bahwa lagu-lagu yang dilantunkan berbasis religius karena syair-syair
yang digunakan berbahasa Arab walaupun hanya beberapa lagunya
saja.
Kemudian selain lagu Deen Assalam ada juga lagu lain yang
dibawakan grup gambus ini yaitu Yaa Maulana. Tidak seperti lagu Deen
Assalam yang seluruh liriknya berbahasa arab, lagu Yaa Maulana ini
mengandung dua bahasa dalam lirik lagunya, yaitu bahasa Arab dan
juga bahasa Indonesia.
kesimpulan Sastra adalah seluruh hasil seni dan kreasi manusia yang memiliki
struktur kebahasaan yang indah serta menggambarkan peristiwa kehidupan
masyarakat yang dapat memberikan pengaruh bagi orang yang
membacanya. Dalam perkembangannya, sastra arab mendapat berbagai
macam faktor pendukung seperti iklim tabiat alam, ciri khas etnis,
peperangan, kemakmuran agama, ilmu pengetahuan, politik serta interaksi
dengan berbagai macam bangsa dan budaya.
Salah satu contoh bagian dari sastra arab yang terkenal pada era ini
adalah nasyid. Secara etimologi seni nasyid adalah seni suara, lagu dan
musik. Kata nasyid diambil dari bahasa Arab yaitu (anasyid) yang berarti
nyanyian atau syair. Adapun secara terminologi seni nasyid adalah lagu-lagu
dan irama-irama dengan tema-tema religius. Nasyid berfungsi untuk
menenangkan pikiran manusia dari beban kemanusiaan (basyariyyah) dan
memperbaiki tabiat manusia. Dan ia merupakan stimulan untuk melihat
rahasia ketuhanan (asrar rabbani) sementara bagi orang musik merupakan
suatu godaan karena ketidaksempurnaan mereka.
Nasyid sendiri sangat diterima oleh masyarakat Indonesia yang hampir
seluruh penduduknya beragama islam. Di zaman modern ini nasyid di
Indonesia mengalami perubahan elemen-elemen musikalnya, baik dari
bentuk penyajiannya maupun aspek komposisi musik seiring dengan
perkembangan teknologi musik. Perihal tersebut dapat diketahui mulai dari
sudut lirik lagu yang pada awalnya syair-syair asli dalam bahasa Arab, namun
pada akhirnya berkembang dengan adanya nasyid dalam bahasa Indonesia.
Judul artikel Medan Makna Metafora Pembentukan Prosa Arab
Penulis Ahmad Khoironi Arianto
Diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
pendahuluan Syair Arab merupakan salah satu jenis karya sastra yang banyak
mengandung metafora. Metafora dalam bahasa Arab disebut isti’arah, yaitu
peralihan makna dari kata yang dalam bahasa keseharian berupa makna
dasar atau makna asli, karena alasan tertentu lalu beralih ke makna lain,
bahkan terkadang melampaui batas makna leksikalnya.
Orang Arab menggunakan kiasan untuk mem- perkuat makna dan untuk
mengantisipasi kekurangan manusia dalam membahasakan sesuatu.
Diwan Imâm Syafi‘iy merupakan salah satu buku syair Arab. Buku itu
ditulis oleh Imam Syafi’iy, seorang ahli hukum Islam yang perjalanan
keilmuannya diawali dengan belajar sastra. Buku tersebut memuat 130 syair
yang sebagian besar memotret masalah moral, nasihat, dan refleksi
masyarakat pada saat itu. Bahasa kiasan banyak digunakan di dalamnya,
salah satunya metafora
Gaya bahasa metafora banyak diteliti karena memiliki keindahan bentuk
majas. Selain itu, kemampuan menyerupakan sesuatu dapat menambah
perbendaharaan peribahasa.
pembahasan A. Definisi Metafora
Metafora, dalam arti sempit menurut Noth (1995: 128), dipahami
sebagai salah satu bagian dari majas perbandingan, tetapi tanpa
menggunakan kata seperti, sebagaimana, umpama, laksana, dan serupa
di antara dua hal yang dibandingkan.
metafora kebahasaan (linguistic) memandang sebuah perumpamaan
terdiri atas tiga elemen.
1. Pebanding (tenor atau target domain) adalah objek yang
dideskripsikan, dibicarakan, dikiaskan, dilambangkan, dan
dibandingkan.
2. Pembanding (vehicle atau source domain) adalah kata-kata kias itu
sendiri.
3. Persamaan antara pebanding dan pembanding (ground and sense)
adalah relasi persamaan antara tenor dan vehicle.
Semantik adalah cabang sistemik bahasa yang menyelidiki makna atau
arti (Veerhar, 1978: 9). Menurut Haley (1980: 139), dalam penciptaan
metafora, bahasa yang digunakan bergantung pada lingkungan sosial dan
budaya. Hal tersebut terjadi karena persepsi manusia dalam merangkai
kata tidak lepas dari pengaruh sosial dan budaya lingkungannya.
fokus pembahasan ini adalah metafora dalam buku syair Diwan Imam
Syafi’iy.
B. Medan Makna Metafora
Berdasar- kan medan semantik pembandingnya, peta kategori medan
semantik itu terdiri atas sembilan jenis.
1. Metafora keadaan (being) yaitu metafora yang meliputi hal-hal
abstrak, seperti kebenaran dan kasih.
2. Metafora kosmos (cosmos), yaitu metafora yang meliputi benda-
benda kosmos, misalnya bulan dan matahari.
3. Metafora tenaga (energy), yaitu metafora dengan medan makna
semantik yang memiliki kekuatan, seperti air, angin, cahaya, api, dan
lainnya.
4. Metafora subtansi (subtance), yaitu metafora yang meliputi macam-
macam gas dengan prediksinya dapat memberi kelembaban, bau,
tekanan, dan sebagainya
5. Metafora permukaan bumi (terrestrial), yaitu metafora yang meliputi
hal-hal yang berada di permukaan bumi, misalnya sungai, hutan,
gunung, laut, dan sebagainya. Selain itu, juga meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan gerak jatuh karena gravitasi bumi.
6. Metafora benda mati (object), yaitu metafora yang meliputi benda-
benda tidak bernyawa, misalnya meja, buku, kursi, gelas, dan
sebagainya yang dapat hancur dan pecah.
7. Metafora tumbuhan (living), yaitu metafora yang berhubungan
dengan seluruh jenis tumbuh-tumbuhan, seperti daun, sagu, padi.
8. Metafora binatang (animate), yaitu metafora yang berhubungan
dengan makhluk organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang dan
seba- gainya, seperti kuda, burung, kucing, harimau.
9. Metafora manusia (human), yaitu metafora yang berhubungan dengan
makhluk berakal dan berpikir.
kesimpulan Berdasarkan pembahasan terhadap syair dalam buku Diwan Imam
Syafi`iy, dapat disimpulkan bahwa jenis metafora objek mendominasi jenis
pembanding yang digunakan di dalam syair. Terdapat tujuh pembanding
berjenis metafora yang tidak bergerak. Kata sarung pedang, salju, panah,
emas, ludah, air liur, dan perahu termasuk metafora objek. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan objek benda mati banyak menghiasi
perumpamaan di buku Diwan Imam Syafi`iy. Kata-kata tersebut merupakan
cerminan budaya Arab yang penuh dengan perang dan pengembaraan.

Anda mungkin juga menyukai