Anda di halaman 1dari 15

A.

Mengenal Sastra Arab Secara umum bererti berhias diri dengan akhlak yang luhur seperti jujur, amanah dsb. Orang bijak mengatakan : Tuhanku telah mendidikku dengan sebaikbaiknya pendidikan. Dalam definisinya, Al-Jurjani meletakkan Adab sebagai sesuatu yang setara dengan Marifah yang mencegah pemiliknya dari terjerumus kedalam berbagai bentuk kesalahan. Secara khusus Al-Adab bererti: Ertinya: I at u pe r ka t a a n ya ng i nd a h d a n j el as ,d i m a ks ud ka n unt uk m e nye nt uh j i wa m er e ka ya ng m e ng uc a pka na t a u m e nd e ng a r nya b a i k b er upa s ya i rm a hupunna t s r /pr os a. Perkataan sastra, bahasa Arabnya adalah: "al-Adab", sedangkan menurut bahasa Arab, makna kata "al-Adab" dua: iaitu makna secara khusus dan umum. Makna "al-Adab" secara umum adalah "Berperilaku dengan akhlak karimah", saperti jujur, dan amanah. Adapun maknanya secara khusus adalah: "Ucapan yang indah, yang menyentuh (perasaan), dan memberi pengaruh pada jiwa. Syarat suatu ucapan masuk dalam kategori adab dengan makna khusus ini adalah: 1. Lafaz-lafaznya mudah dan indah. 2. Maknanya bagus. 3. Memberi pengaruh dalam jiwa. Dalam mendefinisikan adab (sastra) para Udaba berbeza-beza, antaranya mendefinisikan: ungkapan puitis tentang pengalaman manusia Sebahagian mendefinisikan: ungkapan puitis tentang pengalaman yang indah dengan menggunakan media bahasa Hasil pemikiran manusia yang diungkapkan dengan ungkapan yang mengandung seni dan keindahan atau seni ungkapan yang indah. Dari berbagai macam definisi ini dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan seni ungkapan yang indah.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 1

B.

Sejarah Sastra Arab

Sastra merupakan segala aktiviti manusia atau prilakunya, baik yang berbentuk perbualan mahupun fisik, yang berusaha difahami oleh ilmu pengetahuan. Aktiviti itu berupa fakta manusia yang melahirkan aktiviti sosial tertentu, aktiviti politik tertentu, mahupun kreasi kebudayaan saperti falsafah, seni rupa, seni gerak, seni patung, seni musik, seni sastra dan yang lainnya. Setiap kita hidup dan melakukan aktiviti, kita tidak sedar bahawa sebenarnya dunia sastra sangat berkaitan erat dengan kita semua. Teuw pernah berpendapat bahwa sastra berada dalam urutan keempat setelah agama, falsafah, ilmu pengetahuan, sebagai disiplin ilmu ia menempati tempat keempat kerana menurut hemat penulis keempat-empat bidang tersebut saling bertransformasi dan merugulasi diri (self regulating) bidang mereka masing masing. Pengaruhnya jelas terasa hingga saat ini dan bangsa Arab menyebutnya miratul haya sebagai cerminan kehidupan mereka, bukan hanya itu dengan bersastra ia akan mengetahui rekaman sejarah kehidupan mereka pada masa lalu. Pada masa jahiliyah (pra Islam) sudah ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair dan penyair yang terkenal pada masa itu disebut dengan penyair mualaqat. Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab. Hasil syair karya mereka terkenal dengan sebutan Muallaqat. Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) kerana indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai erti yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa itu, pasti digantungkan di sisi Kabah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya. Dan dari dinding Kabah inilah nantinya masyarakat umum akan mengetahuinya secara meluas, hingga nama penyair itu akan dikenal oleh segenap bangsa Arab secara kaffah dan turun temurun. Kerana bangsa Arab sangat gemar dan menaruh perhatian besar terhadap syair, terutama yang paling terkenal pada masa itu. Seluruh hasil karya syair digantungkan pada dinding Kabah selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut Muzahabah iaitu syair ditulis dengan tinta emas. Sebab setiap syair yang baik sebelum digantungkan pada dinding Kabah ditulis dengan tinta emas terlebih dahulu sebagai penghormatan terhadap penyair. Biarpun pada masa ini disebut sebagai zaman Jahiliyah (pra Islam), tetapi mereka mempunyai kebudayaan tinggi. Bersyair merupakan sebuah karya yang sangat asli di kalangan bangsa Arab pada masa itu menjadi sumber hukum yang pertama. Baru setelah datangnya masa Islam semua itu berubah sama sekali.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 2

Islam sebagai rahmatan lil alamin dengan Quran dan Hadis sebagai sumber hukumnya, menyeru kepada kebaikan, menghormati sesama jenis, saling mencintai dan saling mengenal, yang bertitik beratkan kepada aspek moral yakni makarimal akhlak. Dari masa Rasuluah, Khufahurasidin, sampai keruntuhan Abasiyah akibat ekspedisi Hulagukhan(pemimpin Monggol) dengan berimbas berdirinya kerajaan mamluk di Turki (Konstantinopel) sastra Arab masih tetap bertahan meskipin mengalami pasang surut pada dinasti keruntuhan Abasiyah dan mamluk. Setelah hampir 5 abad berada dalam masa surut bahkan keterpurukan di berbagai bidang, maka pada akhir abad ke-18 M bangsa Arab mulai memasuki fasa sejarah kesadaran dan kebangkitan. Kesadaran ini semakin mendapat energinya setelah mereka terkesan dengan kebudayaan Barat melalui ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798. Kesedaran dan tambahan energi itu lantas diimplementasikan di masa Muhammad Ali dengan cara mengirimkan banyak sarjana ke Barat. Penterjemahan pelbagai karya asing Barat, baik tentang kesusastraan atau ilmu pengetahuan lainnya digalakkan oleh Rifaah Rafi al Tahtawy (1801-1873 M). Banyak percetakan dan penerbitan majalah atau surat kabar muncul. Dalam kondisi penuh semangat pembaharuan ini, kesusastraan Arab merangkak bangkit. Era baru kesusastraan modern pun dimulai. Baru pada masa modern ini sastra Arab mulai berkembang kerana semangat dan kesedaran akan pentingnya khazanah peradaban yang di pelopori oleh Al-Barudi, Khalil Mutaran Ahmad Syauki dll. Pada masa ini sudah terjadi transformasi intelektual dengan berpuncak pada revolusi Mesir. C. Zaman/Kronologi Sejarah Sastra Arab Berbicara mengenai periodesasi/kronologi sejarah kesusastraan Arab, seringkali kita dibuat bingung dengan adanya perbezaan penulisan periodesasi yang ditulis masingmasing penulis sejarah kesusastraan Arab, baik dari segi peristilahannya mahupun dari segi waktunya. Pada umumnya, periodesasi kesusastraan dibagi sesuai dengan perubahan politik. Sastra dianggap sangat tergantung pada revolusi sosial atau politik suatu negara dan permasalahan menentukan periode diberikan pada sejarawan politik dan sosial, dan pembagian sejarah yang ditentukan oleh mereka itu biasanya diterima begitu saja tanpa dipertanyakan lagi (Wellek, 1989:354). Penentuan mulainya atau berakhirnya masa setiap periodesasi hanyalah perkiraan, tidak dapat ditentukan dengan pasti, dan biasanya untuk mengetahui perubahan dalam sastra itu biasanya akibat perubahan sosial dan politik (Jami'at, 1993:18). Di bawah ini akan dipaparkan bentuk penulisan periodesasi yang dilakukan oleh para ahli kesusastraan Arab, antara lain: Hana al-Fakhuriyyah membahaginya ke dalam lima periodesasi, iatu:
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 3

1. Zaman Jahiliyyah, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini dibagi atas dua bahagian, iaitu masa sebelum abad ke-5, dan masa sesudah abad ke-5 sampai dengan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah (1 H/622 M). 2. Zaman Islam, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini berlangsung sejak tahun 1 H/622 M hinggga 132 H/750 M, yang meliputi: masa Nabi Muhammad SAW dan Khalifah ar-Rasyidin (1-40 H/662-661 M), dan masa Bani Umayyah (41-132 H/661-750 M). 3. Zaman Abbasiyah, perkembangan kesusastraan Arab pada masa ini berlangsung sejak 132 H/750M sampai 656 H/1258 M. 4. Zaman kemunduran kesusastraan Arab (656-1213 H/1258-1798 M), periode ini di mulai sejak Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan, pemimpin bangsa Mongol, pada tahun 1258 M, sampai Mesir dikuasai oleh Muhammad Ali Pasya (1220 H/1805 M). 5. Zaman kebangkitan kembali kesusastraan Arab; zaman kebangkitan ini dimulai dari masa pemerintahan Ali Pasya (1220 H/1805 M) hingga masa sekarang. Adapun Muhammad Sa'id dan Ahmad Kahil (1953: 5-6) membahagikan tempoh zaman kesusastraan Arab ke dalam enam periode sebagai berikut: 1. Zaman Jahiliyyah, dimulai sekitar satu tengah abad sebelum kedatangan Islam sekitar dan berakhir sampai kedatangan Islam. 2. Zaman permulaan Islam (shadrul Islam); dimulai sejak kedatangan Islam dan berakhir sampai kejatuhan Daulah Umayyah tahun 132 H. 3. Zaman Abbasiyah I, dimulai sejak berdirinya Daulah Abbasiyah tahun 132 H dan berakhir sampai banyak berdirinya daulah-daulah atau negara-negara bagian pada tahun 334 H. 4. Zaman Abbasiyah II, dimulai sejak berdirinya daulah-daulah dalam pemerintahan Abbasiyah dan berakhir dengan jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Tartar atau Mongol pada tahun 656 H. 5. Zaman Turki, dimulai sejak jatuhnya Baghdad di tangan bangsa Mongol dan berakhir dengan datangnya kebangkitan modern sekitar tahun 1230 H. 6. Zaman Modern, dimulai sejak datangnya kebangkitan modern sampai sekarang. Sedangkan Ahmad Al-Iskandi dan Mustafa Anani dalam Al W as i tAl Ad a b Al Ar ob i ya h W a Ta r i khi hi(1916:10) membahagi periodesasi kesusastraan Arab ke dalam lima zaman, iaitu: 1. Za m a n J a hi l i ya h, periode ini berakhir dengan datangnya agama Islam, dan rentang waktunya sekitar 150 tahun. 2. Za m a n pe r m ul a a nI s l am at aus ha d r ulI s l a m , di dalamnya termasuk juga periode Bani Umayyah, yakni dimulai dengan datangnya Islam dan berakhir dengan berdirinya Daulah Bani Abbas pada tahun 132 H. 3. Za m a n Ba ni Ab b a s , dimulai dengan berdirinya dinasti mereka dan berakhir dengan jatuhnya Bagdad di tangan bangsa Tartar pada tahun 656 H.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 4

4. Za m a n d i na s t i di na s t i ya ng b e r a d a d i b a wa h ke kua s a a n or a ng or a ng Tur ki , di mulai dengan jatuhnya Baghdad dan berakhir pada permulaan masa Arab modern. 5. Za m a n M od e r n, dimulai pada awal abad ke-19 Masehi dan berlangsung sampai sekarang ini. Adanya perbezaan istilah dalam penulisan periodesasi kesusastraan Arab seperti dua contoh di atas, merupakan suatu hal yang wajar, seperti yang dikemukakan Teeuw (1988: 311-317) bahwa perbezaan itu disebabkan empat pendekatan utama, iaitu berdasarkan: 1. 2. 3. 4. pada perkembangan sejarah umum, politik atau budaya. pada karya atau tokoh agung atau gabungan dari kedua hal tersebut Mengacu pada motif atau tema yang terdapat dalam karya sepanjang zaman. pada asal-usul karya sastra.

D. Unsur-Unsur Sastra Arab Unsur-Unsur Karya Sastra Arab Karya sastra terdiri dari pelbagai jenis, saperti cerita, drama, puisi, dan esei. Masing2 mempunyai unsur yang membangunnya. tetapi, ada pula unsur-unsur yang sama, seperti halnya di bawah ini: 1. al-Lafaz Yang dimaksud dengan Lafaz adalah sarana pengungkapan sastra. Lafaz yang unik dan tepat akan sangat berpengaruh pada fikiran dan hati dan menambah kualitas makna. Sebaliknya, jika lafaznya berlebihan perasaan kita tidak akan tertarik. Pandangan para pengkritik pada lafaz hampir sama hanya mungkin istilahnya saja yang berbeza. Menurut mereka, lafaz yang baik harus fashih, iaitu cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi, strukturnya baik, tidak ada huruf-huruf yang bertentangan, dikenal dan digunakan pada masa si pengarang, tidak menggunakan bahasa sehari-hari, maknanya dekat, tidak perlu menggunakan kamus, mudah diucapkan dan enak didengar, terhindar dari kesalahan tata bahasa, tidak susah untuk mencari subjek yang digantikan oleh kata ganti, dan terhindar dari kesalahan menempatkan kata sambung. 2. al-Mana Yang dimaksud dengan al-Ma'na adalah tema yang ditampilkan dalam teks. Kadang-kadang berupa satu fikiran, kadang-kadang berupa satu masalah, berupa suatu perasaan tertentu yang dialami penulis. Penulis harus memilih tema yang menarik, yang ditulis dalam bentuk sastra (untuk menyampaikan fikiran, masalah atau perasaan yang dialaminya).

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 5

3. al 'Athifat Adalah perasaan yang tumbuh dalam diri manusia, seperti gembira, sedih, cinta, benci, sakit, dan marah. Bentuk Aathifah ini ada dua, iaitu a. al Athifah adz dzatiyah > yang terikat dengan hubungan khusus, seperti sedih atas kehilangan salah satu kerabatnya, senang kerana bertemu dengan kekasih. b. al Athifah al Ghoyriyyat > yang ditujukan kepada orang lain, tanah air atau bangsa, nilai kemanusiaan yang mulia, seperti keimanan, cinta tanah air, dan penderitaan orang-orang yang terzholimi. Pada dasarnya al Athifah ini ada pada tiap manusia tetapi pada sastrawan dorongannya lebih kuat kerana ia biasanya sensitif. Athifah juga ada pada semua jenis seni sastra, tetapi yang paling tampak adalah pada Syi'r al Wujdaniy. 4. al Khoyyal dan ash Shuurot Khoyal adalah kemampuan yang diberikan Allah kepada manusia, sehingga ia dapat menggambarkan segala sesuatu yang tidak ada. Menghadirkan Ash Shuurot yakni deskripsi seakan-akan kita berada di hadapannya dan dapat menciptakan segala sesuatu yang tidak ada. Dari mana datangnya imaginasi? Jawabnya, sumber yang paling besar dalam imaginasi pengarang adalah pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya dan tersimpan di dalam pikirannya, segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya dan berakar dalam dirinya. Imaginasilah yang membuat nilai puisi itu menjadi lebih estetis dan tinggi. 5. al Liqoo' Ass Showtiy Sastra adalah hasil kreasi manusia yang menggunakan bahasa. Bahasa adalah kata dan ungkapan yang menunjukkan makna. Kata dan ungkapan mempunyai Liqoo' sawtiy atau struktur bunyi. Struktur bunyi akan membuat karya enak didengar di telinga dan mempengaruhi jiwa. Struktur bunyi ada dalam puisi dan prosa. Dalam puisi terdapat pola, rima dan hubungan antar huruf dan harokat. Sementara struktur bunyi dalam prosa terdapat dalam susunan huruf dan harokat yang bentuknya indah dan berirama.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 6

E. Sastra Arab Jahiliyah Batasan waktu zaman Jahiliyah adalah 150 tahun sebelum kedatangan Islam. Para pengkaji sastra tidak memasuki fase waktu sebelum itu tetapi memfokuskan masa pada 150 tahun sebelum kenabian, suatu masa di mana bahasa Arab mengalami kematangan dan puisi jahili mengalami kematangan. Kata Jahiliyah yang kita kenal pada masa sekarang ini bukan berasal dari kata a l j a hl ,yang merupakan lawan kata a l i l m . Akan tetapi jahiliyah berasal dari kata a l j a hlyang berarti angkuh, kasar, marah yang merupakan lawan kata a l i s l a m yang berarti tunduk, pasrah dan taat kepada Allah yang melahirkan sikap dan akhlak yang mulia. Tetapi walaupun demikian sastra pada periode ini mengalami perkembangan yang disebabkan beberapa faktor, di antaranya: 1. Iklim dan tabiat alam 2. Ciri khas etnik bangsa Arab yang menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra 3. Peperangan 4. Agama 5. Ilmu pengetahuan 6. Politik 7. Interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mendukung perkembangan sastra, yaitu pasar sastra (al-Aswaq) dan ayyam al-Arab (hari-hari orang Arab). Puisi adalah salah satu jenis sastra Arab Jahiliyah yang sangat menonjol karena memiliki puncak keindahan dalam sastra. Sebab puisi itu adalah gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal, Para penyair pada zaman Jahiliyah mewakili kelas terdidik (intelegensia), karena syair dalam bahasa Arab memiliki arti al-ilm (pengetahuan). Pada masa ini sastra memiliki cirri-ciri, adapun ciri-ciri itu adalah: 1. Mementingkan i l m u Ar ud h karena disepakati sebagai suatu tradisi seni dalam sastra Arab yang melekat kuat pada pendengaran orang-orang Arab yang tak bisa dipisahkan 2. Mereka menilai w a za n sebagai sesuatu yang penting dalam syair 3. Dalam prosa, mereka mementingkan f as a ha h (ketepatan diksi) dan b a ya n(suatu gaya bahasa indah yang menyentuh rasa dan mampu memnggambarkan makna dengan jelas). Puisi pada zaman jahiliyah diartikan sebagai kata-kata yang berirama dan berqafiah yang mengungkapkan imajinasi yang indah dan bentuk-bentuk ungkapan yang mengesankan lagi mendalam.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 7

Adapun di antara penyair-penyair pada masa Jahiliyah adalah: 1. I mr u ulQa i s 2. Zuha i rI b nAb iSul ma 3. N a b i g ha h Zi b ya ni 4. A s ya I b nQa i s Dan salah satu contoh puisi pada zaman jahiliyah adalah:

Ang i nb e r t a nya ,s i a pa a ku Aku a d a l a hj i w a nya ya ng b i ng ung ,d i i ng ka r iza m a n Aku s e pe r t id i r i nya ,t i d a k punya t e m pa t Se l al ub er j al a n,t a npa a khi r Se l al ub er l a nj ut ,t a npa he nt i Bi l a a ku s a m pa id it i kung a n, Aku m e ng i r a ,i t ua d a l a h a khi rpe nd e r i t aan Ta pi ,i t ut er nya t a t a na h l a pa ng F. Pembahagian Sastra

Syair (Puisi) Puisi sudah dikenal pada masa Jahiliyah karena pada masa ini genre sastra yang paling indah ialah puisi. Saat itu puisi yang paling populer ialah (Puisi-puisi Yang Tergantung). Disebut demikian karena puisi-puisi tersebut digantungkan di dinding Kabah. Dinding Kabah kala itu kurang lebih juga berfungsi sebagai majalah dinding. Penyair yang paling terkenal pada masa Jahiliyyah ialah Imruul Qais. Disamping itu tercatat pula nama-nama seperti Al-Asyaa, Al-Khansa, dan Nabighah Adz-Dzibyani. Berdasarkan temanya, puisi zaman Jahiliyah dibedakan atas ( membanggabanggakan diri atau suku), ( kepahlawanan), ( puji-pujian), ( rasa putus asa, penyesalan, dan kesedihan), ( kebencian dan olok-olok), ( tentang keadaan alam), ( tentang wanita),( permintaan maaf). Setelah Islam datang, tidak berarti bahwa puisi-puisi menjadi dilarang. Islam datang untuk memelihara yang sudah baik, memperbaiki yang kurang baik, menghilangkan yang buruk-buruk saja, dan melengkapi yang masih lowong.
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 8

Tentang puisi, Nabi bersabda,( Sesungguhnya diantara puisi itu terdapat hikmah). Ketika Hasan ibn Tsabit ( ) mengajak untuk mencemuh musuh-musuh Islam, Nabi berkata, ( Cemuhlah mereka, Jibril bersamamu). Nabi pernah memuji puisi Umayyah ibn Abu Shalti, seorang penyair Jahiliyah yang menjauhi khamr dan berhala. Nabi juga pernah memuji puisi Al-Khansa, seorang wanita penyair zaman Jahiliyyah. Bahkan, Nabi pernah menghadiahkan burdah (gamis)-nya kepada Kaab ibn Zuhair saat Kaab membacakan qasidahnya yang berjudul . Karena itu, muncullah apa yang disebut dengan Qasidah Burdah. Di masa permulaan Islam ini, berkembang pula genre pidato dan surat korespondensi. Surat-surat pada mulanya dibuat oleh Nabi untuk menyeru raja-raja di sekitar Arab agar masuk Islam. Contoh Pusi Arab Modern ..

Ertinya: Ai rm a t a i nit el a h ha b i s Luka d iha t ipunt el a h ke r i ng Aku m a s i h m e na nt i mu Ma l ammal a m ku s el al u m e nya pa De ng a nke r i nd ua nya ng m e nyi ks a
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 9

Ci nt a ku m a s i hb er g um uld e ng a nza m a n Ad a pe r a hu c i nt a m e nd a t a ng ia i rm a t a i ni Be g i t upund e ng a npe r a hu r i nd u Da t a ng m e m b a w a c i nt amu Ya ng s el al u a ku t ung g u Aku s el al ui ng i nb e r t em u M e ng ha r a pe ng ka u d a t a ng Da nm e ng us a pa i rm a t a ku,s a ya ng Ha t ii nim e nung g u e ng ka u ke m b a l i M e nuj uci nt a ya ng a b a d i Ku ka ns el al u m e na nt i m u,c i nt a Ai rm a t a i nis el al ud a t a ng Se m e nj a k e ng ka u m e ng hi l a ng Ta pi ,ha t it a k pe r na h l a yu M e ng ha r a pc i nt amu Aku s el al u m e nung g um u ka s i h Ha t i ku m e na nt iha t i mu Ma t a ku m e r i nd uka nm u Aku m e nung g u c i nt amu Pada masa Bani Umayyah, muncul tema-tema politik dan polemiknya sebagai dampak dari ramainya pergelutan politik dan aliran keagamaan. Namun, pada masa ini Islam juga mencapai prestasi pembebasan ( )yang luar biasa, sehingga banyak memunculkan ( Puisi Pembebasan dan Dakwah Islam). Para penyair yang terkenal pada masa ini antara lain Dzur Rimah, Farazdaq, Jarir, Akhtal, dan Qais ibn Al-Mulawwih (terkenal dengan sebutan Majnun Laila). Nastr (Prosa) Adapun prosa ada zaman Bani Abbasiyah, surat menyurat menjadi semakin penting dalam rangka penyelenggaraan sistem pemerintahan yang semakin kompleks. Dalam genre prosa, muncul prosa pembaruan ( ) yang ditokohi oleh Abdullah ibn Muqaffa dan juga prosa lirik yang ditokohi oleh antara lain Al-Jahizh. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah Kisah Seribu Satu Malam () . Dalam dunia puisi juga muncul puisi pembaruan yang ditokohi oleh antara lain Abu Nuwas dan Abul Atahiyah. Masa Bani Abbasiyah sering disebut-sebut sebagai Masa Keemasan Sastra Arab. Karena Islam juga eksis di Andalusia (Spanyol), maka tidak ayal lagi kesusastraan Arab juga berkembang disana. Pada zaman Harun Al-Rasyid, berdiri Biro Penerjemahan Darul Hikmah. Namun hal lain yang perlu dicatat ialah bahwa pada masa ini banyak terjadi kekeliruan berbahasa di tengah masyarakat akibat pergumulan yang kuat bangsa Arab dengan bangsa ajam (non-Arab).

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 10

Contoh Natsr: Dalam bentuk khutbah (lihat teks arabnya dalam majalah adz-Dzakhirrah edisi 5) Khutbah Abu Bakar Ash Shiddiq ketika menjadi khalifah. Sesudah meninggalnya Rasulullah , kaum muslimin memilih Abu Bakar Ash Shiddiq untuk menjadi khalifah, karena keutamaan dan kedudukannya dalam Islam. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah dari kalangan laki-laki, beliau adalah orang yang menemani Rasulullah dalam gua (ketika bersembunyi dari kejaran orang kafir), dan beliau adalah seorang yang menemani Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Dan Rasulullah memerintahkan kepada Abu Bakar (ketika Rasulullah sakit) untuk menjadi imam kaum Muslimin. Dan ketika Abu bakar menjadi khalifah ia berkhutbah kepada manusia. Ia memulai khuthbahnya dengan ucapan tahmid (memuji kepada Allah ) lalu berkata : (Teks bahasa Arab ) Terjemahannya: " W a ha i m a nus i a ka l i an t el a h m e nj adi ka nku s e b a g a i kha l i f a h, d a n ka l i an t el ah m e m b e b a ni ku d e ng a n s ua t u pe r ka r a pa d a ha l a ku b uka nl a h or a ng ya ng t er m ul i a di a nt ar a ka l i a n,m a ka j i ka ka l i a n m el i ha t ku b e r a d a d ia t a ske b e na r a n b a nt ul a h a ku,d a n j i ka ka l i a n m el i ha t ku b e r j al an diat asj al a n ke s es at a n m a ka t unj uki l a h a ku ke pa d a ke b e na r a n,d a n he nd a kl a h ka l i a nt a a tke pa d a ku s el a m a a ku t a a tke pa d a Al l ah" . Da n j i ka a ku d ur ha ka ke pa d a Al l a h d a n pe r i nt a hku m e nye l i s i hi pe r i nt a h Al l a h m a ka j a ng a nl ah m e nt aat i ku" . " I ng a t l ah( s es ung g uhnya ) ukur a n kua td a n l e m a h m e nur ut ku a d a l a h ke b e na r a n.Or a ng ya ng b e r a d a d ia t a ske b e na r a na d a l a h or a ng kua tw a l a upun i a or a ng ya ng l e m a h hi ng g a a ku m e ng a m b i l ka n unt uknya ke b e na r a n,d a n or a ng ya ng b e r ada dal a m ke b a t i l a na d a l ah l e m a h wa l a upuni a kua thi ng g a a ku m e ng a m b i ld a r i nya ke b e na r a n( ya ng i a r a m pa s )" . " I ni l a h pe r ka t a a nku,d a na ku m ohona m puna nb a g id i r i ku d a nb a g ika l i a n" . Maraji': Diterjemahkan dari kitab silsilah. G. Bentuk-Bentuk Sastra Al-adab Al-wasfi Sering juga disebut dengan al-ulum al-adabiyah dan al-adab al-insyai. Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian yakni: 1. Sejarah sastra (tarikh adab) 2. Kritik sastra (naqd al-adab) 3. Teori sastra (nazariyah al-adab) Sejarah sastra adalah bagian al-adab al-wasfi yang memperlihatkan perkembangan karya sastra (kontinuitas dan perubahan sastra sepanjang sastra), tokoh-tokoh, dan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan tersebut. Kritik sastra adalah bagian dari al-adab al-wasfi yang memperbincangkan pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra.
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 11

Teori sastra adalah bagian al-adab al-wasfi yang memperbincangkan pengertianpengertian dasar tentang sastra, unsur-unsur yang membangun karya sastra, jenis-jenis sastra, dan perkembangan serta kerangka pemikiran para pakar tentang apa yang mereka namakan sastra dan cara mengkajinya. Al-adab Al-insyai Adalah ekpresi bahasa yang indah dalam bentuk puisi, prosa atau drama yang menggunakan gaya bahasa yang berbeda dari gaya bahasa biasa, karena mengandung aspek estetika bentuk dan makna (memuat rasa, imajinasi, dan pikiran). Sahingga mempengaruhi terutama rasa, bahkan juga pikiran penikmatnya (pembaca atau pendengar) dan kekuatan isi sebagiannya mengajak mereka pada hal-hal etis. Sementara itu al-adab al-insyai dibagi ke dalam tiga bagian besar yakni: 1. Puisi (as-syir) 2. Prosa (nasr) 3. Drama (al-masrahiyyah) Kendati al-adab al-wasfi dan al-adab al-insyaI sama-sama sastra, tetapi keduanya memiliki beberapa sisi perbedaan. Diantaranya adalah pertama meskipun dalam membaca dan memproduksi al-adab alwasfi membutuhkan unsure rasa dan imajinasi, tetapi dua hal ini didalamnya lebih kecil disbanding pada al-adab al-insyai. Kedua, al-adab al-insyai menjelaskan realitas secara langsung dan bersifat subjektif, sementara al-adab al-wasfi menjelaskan realitas secara tidak langsung, karena yang dibahasnya adalah realitas yang ada pada al-adab al-insyai dan harus bersifat objektif (positif), meski dalam karya sastra yang bukan fantasi (tidak logis), seperti pada karya betepatan realiti, harus juga dirujuk pada realiti di luar karya sastra (kebenaran eksternalnya) juga. Dalam mempelajari tarikh adalah untuk mendapatkan tiga manfaat (faedah): 1. Untuk mendapatkan pelajaran 2. Mencari pengalaman 3. Membuat fatwa. Faedah Pertama : Untuk Mendapatkan Pelajaran. Dalam hal ini Allah menganjurkannya kepada orang-orang kafir sebagaimana juga menganjurkannya kepada orang-orang mukmin, Allah Swt berfirman sebagai ancaman bagi orang-orang kafir.

}{
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 12

Da na pa ka h m e r e ka t i d a k b er j al a nd i m uka b um il al u m e m pe r ha t i ka nb e t a pa ke s ud a ha n or a ng or a ng s eb el um m e r e ka ,m e r e ka i t ul eb i h he b a tke kua t a nnya d a r i pa d a m e r e ka ( l eb i h b a nya k) b e ka s b e ka s a m er e ka d i m uka b um i ,m a ka Al l a h m e ng a d za b m e r e ka di s e b a b ka nd os ad os a m er e ka d a nm e r e ka t i d a k m e m punya ipe l i nd ung d a r ia d za b Al l a h. Ya ng d e m i ki a ni t ua d a l a h ka r e na t el a hd a t a ng pa r a Ra s ulke pa d a m e r e ka d e ng a n m e m b a w a b ukt i b ukt iya ng nya t a l al um er e ka ka f i r ,m a ka Al l a h m e ng a d za b m e r e ka , s es ung g uhnya Di a m a ha ke r a sl a g im a ha b e r a ts i ks a nya ( QS. AlM ukm i n:2122). Faedah Kedua : Untuk Mencari Pengalaman. Belajar tarikh adalah salah satu cara untuk mencari pengalaman, dari sini kamu dapatkan pembelajaran tarikh dalam satu bidang pokok kemiliteran berupa methode (manhaj) belajar pada seluruh bidang militer, sebagai pelajaran tentang berbagai macam peperangan dan bagaimana perang ini bisa mendapatkan kemenangan dan perang ini bisa kalah? Dengan belajar tarikh akan kamu ketahui sebab-sebab kebangkitan umat dan negara serta sebab-sebab kehancuran dan kekalahannya. Dengan mempelajari tarikh kamu akan mengetahui karakter-karakter (sifat-sifat) masayarakat dan negara. Dan bentuk-bentuk yang lainnya dalam mencari pengalaman, semua itu kembali kepada satu hakekat saja yaitu bahwa tarikh akan berulang kembali, karena sesungguhnya sejarah adalah sunnah Allah yang ka uni ya h dan qa d a r i ya h. Dan sunnah-sunnah ini akan tetap dan tidak akan berubah, sebagaiman firman Allah SWT:


Ti adal a h m er e ka m e na nt i na nt i ka n m e l ai nka n b e r l a kunya s unna h ( Al l a h ya ng t el ah b er l a ku) ke pa d a or a ng or a ng t er d a hul u, m a ka ka m u s e ka l i ka l it i d a k a ka n m e nd a pa t pe ng g a nt id a r is unna h Al l ah dans e ka l i ka l i ka m u t i d a k a ka n m e ne m ui pe nyi m pa ng a n b a g is unna h Al l a hi t u ( QS. AlF aat hi r:43) Allah SWT juga berfirman:

Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang terdahulu sebelummu dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat perubahan pada sunnah Allah (QS. Al Ahzaab : 62) Serta firman Allah SWT:

Se b a g a is ua t us unna h Al l a h ya ng t el a h b er l a ku s ej a k d a hul u ka m u s e ka l i ka l it i d a k a ka n m e ne m uka npe r ub a ha nb a g is unna h Al l a hi t u ( QS. AlF at h:23).

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 13

Faedah Ketiga : Untuk Mengeluarkan Fatwa dan Hukum-Hukum. Ibnul Qayyim Rhm berkata diberbagai pembahasan di dalam kitabnya (Ilaamul Muwaaqiiin): (Sesungguhnya fatwa adalah memahami yang wajib dalam kondisi sebelumnya) dan yang wajib artinya apa-apa yang dihukumi oleh syareat, sedangkan AlW a a qi adalah keadaan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap hukum syareat di dalamnya. Kadang-kadang kondisi sebenarnya ini bisa menjadi sejarah yang akan datang maupun yang telah lalu. Dan diharuskan di dalam mengeluarkan fatwa untuk melihat di dalam tarikh sesuatu tertentu dan menelitinya. Tidakkah kamu melihat bahwa untuk menghukumi s ha hi hnya (benarnya) hadits atau d ha i f nya (lemahnya) harus melihat kepada sejarah-sejarah sejumlah orang yang mereka adalah merupakan rantai s a na d hadits tersebut. Tidakkah anda melihat disana ada orang-orang yang diandalkan oleh thaghut hari ini untuk memerangi generasi kaum muslimin dan bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki kelebihan dan reformis. Padahal jika kamu meneliti dalam sejarah-sejarah mereka kamu dapatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang m uj r i m (jahat) yang pekerjaannya adalah merusak kaum muslimin dan menghancurkan akal-akal mereka. Dan apabila kamu membaca buku (Al Ittijaahaat Al Wathaniyyah Fil Adaab Al Muaashirah) dan kitab (Hu-shuununaa Muhaddidah min Daakhiliha) keduanya karangan Dr. Muhammad Muhammad Husain maka kamu akan mengetahui banyak nama-nama orang yang jahat. Pemahaman itulah yang mengakibatkan untuk menghukumi mereka diantaranya adalah mengetahui wali-wali (penolong-penolong) mereka yang mengikuti manhaj mereka, dan diantaranya juga peringatan dari kesesatan dan kerusakan mereka, juga larangan melihat kepada buku-buku mereka dan dosa bagi orang yang ikut serta dalam menerbitkan dan menyebarkannya. Kemudian tidakkah kamu melihat dengan melihat kepada tarikh yang lampau memungkinkan untuk menghukumi akan haramnya mengedarkan beberapa buku-buku yang ada di pasar-pasar kaum Muslimin sekarang ini yang sangat banyak mengandung kekufuran yang jelas, saperti buku-buku Arabi Muhyiddin bin (Al Futuuhaat Al Makkiyah) dan (Fu-shuushul Hukmi) yang Ibnu Taimiyah berkata tentangnya bahwa orang itu lebih kafir daripada orang Yahudi dan Nashrani. Ibnu Taimiyyah berkata: (Syaikh Ibraahiim Al Jabari berkata ketika dia berkumpul bersama Ibnu Arabi pengarang buku ini beliau berkata: Aku melihanya dia adalah seorang syaikh yang najis yang berdusta dengan setiap kitab yang diturunkan oleh Allah dan setiap nabi yang diutus oleh Allah). Dan Al Faqiih Muhammad bin Abdus Salaam berkata ketika datang ke Kaherah dan orang-orang menanyakan tentang dia Beliau menjawab: Dia adalah syaikh yang jelek dan pendusta yang buruk, dia berkata bahwa alam itu tidak bermula (terjadi dengan sendirinya), dan tidak mengharamkan zina). Ibnu taimiyyah berkata: (perkataannya bahwa: Dia berkata bahwa terjadi dengan sendirinya, karena itu adalah perkataannya dan hal ini jelas-jelas merupakan kekufuran.
M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx Page 14

Maka Al Faqiih Abu Muhammad juga mengkafirkannya, tidak ada yang lebih jelas daripada apa yang telah dia katakan: Bahwa sesungguhnya alam adalah Allah hingga perkataannya dan para Syaikh berkata tentang dia: Sesungguhya dia adalah pendusta lagi pembohong) (Majmu Fataawa II / 130-131). Hal ini juga jangan tertipu dengan pujian As Suyuuthi 911 H dan Ibnu Abidin 1202 H, serta selain keduanya kepada Ibnu Arabi 630 H, lihat (Hasyiyah Ibnu Abidin III / 294). Karena mereka hidup beberapa ratus tahun setelahnya dan bukanlah khabar itu seperti melihat secara langsung dan a lj ar h (kecacatan) lebih dikedepankan daripada AtTa di i l (pengesahan), sedangkan orang yang semasa dengannya dari para ulamaulama t s i qqa h (yang terpercaya) mereka telah menghukuminya kafir, seperti Izzuddiin bin Abdus Salaam 660 H, beliau adalah Abu Muhammad bin Abdus Salaam sebagaimana yang diberi kunyah saperti Ibnu Taimiyyah. Dan masih saja beberapa manusia melakukan kekafiran hingga hari ini disebabkan membaca buku-buku Muhyiddin bin Arabi dan orang-orang yang semisalnya. Inilah beberapa faedah di dalam mempelajari tarikh baik yang dahulu maupun yang sekarang; mendapatkan pelajaran, mencari pengalaman dan mengeluarkan fatwa yang didasarkan pada pemahaman tentang keadaan-keadaan yang sebenarnya. Inilah keterangan tentang pentingnya mempelajari tarikh, para ulama dan pelajar lebih membutuhkan daripada yang lainnya dan pelajaran ini supaya betul-betul dapat menegakkan kewajiban-kewajiban syarI mereka dengan cara yang benar. Karena itulah kamu dapatkan bahwa para penulis sejarah dari para salaf itu mereka adalah para ulama ahli fiqih seperti Ibnu Jariir, Al Haafidz Adz-Dzahabi, Ibnu Katsiir dan Ibnu Khaldun serta yang lainnya, mereka adalah orang-orang yang paling pintar (alim) dengan apa yang telah berlalu dan kondisi yang mana mereka hidup di dalamnya. Setelah memahami akan pentingnya mempelajari tarikh maka berpindah kepada pemaparan tentang rujukan-rujukan dari hal-hal yang perlu untuk dipelajari, karena banyaknya berbagai macam tarikh dan cabang-cabangnya, maka tidak ada satu kitab pun yang mencangkup seluruhnya. Untuk itu hendaknya kita bagi pembahasan-pembahasan tarikh yang penting untuk seorang pelajar menjadi empat bagian disertai dengan penyebutan rujukan-rujukan pada setiap bagiannya. Empat macam pembagian ini adalah: 1. Kaedah-kaedah umum untuk memahami tarikh 2. Tarikh Islam 3. Tarikh negara-negara modern 4. Kondisi yang sebenarnya pada hari ini. Selanjutnya inilah rujukan-rujukan pada setiap bagiannya.

M18 AB-K5 131124 03 Mengenal Sastra Arab.docx

Page 15

Anda mungkin juga menyukai