Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN PROSA PADA MASA DINASTI ABBASIYAH

‘Tarikh ‘Adab’
Kelompok X

Satriana Tahir Nur Syarifah Arifin


Sejarah Singkat Dinasti Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang,


dari tahun 132 H (750 M) yang didirikan oleh Abu Abbas as-Saffah yang merupakan
khalifah pertama hingga runtuh pada tahun 656 H (1250 M) oleh kekaisaran
Mongolia. Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan maupun pendidikan Islam
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan politik, sosial, dan kultur budaya yang
terjadi pada masa-masa tersebut. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah dibagi dalam lima
periode, yaitu: (Suwito, 2008: 11).
Periodisasi Dinasti Abbasiyah

·Pertama: Periode I (132 H/750 M-232 H/847 M), masa pengaruh Persia pertama.
·Kedua: Periode II (232 H/847 M-334 H/945 M), masa pengaruh Turki pertama.
·Ketiga: Periode III (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, pengaruh Persia
kedua.
·Keempat: Periode IV (447 H/1055 M-590 H/1194 M), masa Bani Saljuk, pengaruh Turki kedua.
·Kelima: Periode V (590 H/1104 M-656 H/1250 M), masa kebebasan dari pengaruh Dinasti lain, namun
kekuasaannya hanya efektif di kota Baghdad. (Yatim B, 1994: 49)
· Zaman pemerintahan dinasti Abbasiyah dikenal sebagai zaman keemasan dan kejayaan
Islam, secara politis para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan cinta ilmu pengetahuan
sekaligus merupakan pusat kekuasaan politik dan agama. Disisi lain, kemakmuran masyarakat
pada saat ini mencapai tingkat tertinggi. pada masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan
bermunculan sehingga membuat ilmu pengetahuan menjadi maju pesat. Adapun puncak
keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah yaitu al-Mahdi, al-Hadi, Harun al-
Rasyid, al-Ma’mun, al-Mu’tashim, al-Wasiq dan al-Mutawakkil. (Maryamah, 2015: 22)
Perkembangan Prosa Di Masa Dinasti Abbasiyah

KHITOBAH KHITOBAH
Pada masa-masa awal berdirinya bani abbasiyah, Namun seiring kebijakan pemerintahan Abbasiyyah
khitobah atau pidato menjadi genre sastra yang laris. yang menerima keterbukaan dengan budaya bangsa,
Fenomena ini terjadi dimotori oleh para khalifah maka berubahlah kultur sastra Arab. Akibat
Abbasiyah yang amat piawai dalam menyampaikan dipengaruhi oleh bangsa Buwaihi, sastra tulis lebih
pidato. Akhirnya berkembang pada saat itu pidato- diminati daripada sastra oral. Selain itu karena
pidato dengan macam-macam motif, seperti politik, banyaknya orang ‘ajam (orang asing) sehingga
agama atau yang lain. khitobah yang berbentuk tulisan lebih banyak
digunakan.
Korespondensi Kekhalifahan

Pada masa dinasti Abbasiyah, pada masa pemerintahan khalifah al-


Mahdi, dibentuk dewan-dewan yang menangani hal-hal teknis pemerintahan.
Salah satunya adalah dewan korespondensi atau dewan kearsipan yang disebut
Diwanut Tawqi. Korespondensi atau kearsipan kekhalifahan ini dipercayakan
kepada Diwanut Tawqi yang dibawah pengawasan Sekretaris Istana.
Korespondensi Kekhalifahan

Salah satu penulis korespondensi kekhalifahan yang terkenal adalah Abu


al-Fadl ibn al-Amid (w. 360 H/970 M). Selain menulis atau menghimpun
korespondensi kekhalifahan, ibn al-‘Amid juga merupakan salah satu wazir atau
penasehat kekhalifan sekitar 30 Tahun saat dinasti Abbasiyah dikuasai oleh
dinasti Buwaihi. Ibn al-‘Amid juga memiliki karya sastra di bidang konstruksi
bangunan yang terkenal, buku itu berjudul‫ ”بــــناء اــلمدن‬atau dalam bahasa inggris
dikenal dengan judul " Building Cities" yang sekarang ini bisa ditemukan di
perustakaan islam yang ada di Istanbul, Turki.
Esai Sastra

Esai sastra disusun penulisnya untuk melukiskan perbincangan, menuturkan


kisah atau menguraikan tema keislaman, moral atau kemanusiaan. Dalam
prosa jenis ini, ditemukan genre baru seperti qishshah (kisah/ hikayat),
amtsal (peribahasa) dan juga ensiklopedia.
Maqamat
Secara bahasa maqamat adalah majelis. Al-Qalqasyandi dalam Shubhul A’sya jilid 14
menuliskan “... dinamakan dengan maqamat karena ia bisa membuat orang berkumpul dalam
sebuah majelis”. Tiap maqamat selalu disertai dengan rima. Maqamat selalu menggunakan kosa
kata yang jarang dipakai. Maqamat adalah bentuk ekspresi seni yang mengedepankan hikayat-
hikayat penuh hikmah, anekdot penuh hikmah, dan tak lupa mengedepankan kemampuan puitis
(melalui rima) dan kefasihan bahasanya. Maqamat diciptakan sebagai sebuah istilah pertama kali
oleh Badi’uzzaman Al-Hamadzani (w.1008 M). Ia menciptakan empat ratus maqamat dengan
berbagai tema, mulai dari kisah-kisah tentang hakim adil, raja zalim, hingga orang cerdik.
(Bushiri, 2022)
Prosa Pembaruan(‫)اــلنثر اــلتجديدي‬

Prosa Pembaruan yakni kitab-kitab terjemahan dari berbagai bahasa


mulai muncul pada masa ini. Jenis prosa ini dipelopori oleh sastrawan
Arab terkenal yakni ibnu al-Muqaffa. Selain menulis berbagai karya
sastra, di masa hidupnya Ibnu al-Muqaffa juga terkenal sebagai
penerjemah pertama karya asing, yang menerjemahkan karya-karya
sastra Persia dan India ke dalam bahasa Arab. Contohnya Kalilah wa
Dimnah
Tarikh (Sejarah)
Penulisan buku sejarah juga mulai diperkenalkan di masa Abbasiyah ini, tepatnya oleh
ilmuwan jenius yang menggeluti berbagai bidang khazanah ilmu pengetahuan yaitu al-
Biruni. Nama lengkap al-Biruni adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni. Ia
dilahirkan di kota hawarazm (sekarang Uzbekistan) Asia Tengah pada tahun 362 H/973
M dan wafat di kota Ghazna pada tahun 440 H/1048 M. Salah satunya karya prosa jenis
Tarikh adalah yang mengupas tentang sejarah sosial dan kebudayaan India yang berjudul
Taḥqīq mā li-l-hind min maqūlah maqbūlah fī al-ʿaql aw mardhūlah (Verifying All That
the Indians Recount, the Reasonable and the Unreasonable) yang di dalamnya terdapat
kajian adat istiadat dan kebudayaan masyarakat India yang merupakan hasil pengamatan
setelah menetap di India selama sekitar 40 Tahun. (Maulana. T, 2019).
Question
Time

Anda mungkin juga menyukai