Daftar Isi…………………………………………………………………….. 1
BAB I Pendahuluan………………………………………………………… 2
BAB II Pembahasan………………………………………………………… 3
Daftar Pustaka…………………………………………………………......... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Masa Bani Abbasiyah adalah masa puncak kejayaan untuk negara-negara
Islam serta tercapainya peradaban yang gemilang. Masa kejayaan Islam ditandai
dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan
Islam. Perkembangan yang pesat ini didukung oleh adanya lembaga-lembaga
yang mewadahi perkembangan tersebut. Pada masa Bani Abbasiyah ini terbagi
menjadi lima periode yang terdiri dari pengaruh Persia I, Turki I, Persia II, Turki
II dan pengaruh Bangsa Mongolia. Pada masa Bani Abbasiyah I berada pada
rentang tahun 132 H/750 M - 232 H/ 847 M.
Perkembangan karya sastra pada masa Bani Abbasiyah mencerminkan
kekayaan budaya dan intelektual masyarakat arab pada masa itu. Dengan
munculnya berbagai genre sastra seperti puisi, novel, cerita pendek dan karya
sastra lainnya, periode ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah sastra
arab dan kesusastraan dunia. Sumber-sumber yang tersedia, baik dalam bentuk
asli maupun terjemahan, memungkinkan kita untuk menjelajahi warisan sastra
yang kaya dari masa tersebut secara lebih mendalam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah adalah pemerintahan Islam yang berdiri setelah Bani
Umayyah. Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Nama Abbasiyah diambil dari nama salah satu
seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib
sebagai suatu bentuk penghormatan untuk beliau dari anak dan cucu atas
keberhasilan beliau dalam membangun pemerintahan Bani Abbasiyah.
Bani Abbasiyah merasa jika mereka lebih berhak atas kekhalifahan islam
dibanding Bani Umayyah, karena secara garis keturunan lebih dekat dengan Nabi
Muhammad SAW. Mereka beranggapan bahwa Bani Umayyah menguasai
kekhalifahan islam secara paksa. Propaganda yang dilakukan untuk meruntuhkan
kekuasaan Bani Umayyah diantaranya ada dua. Yang pertama yaitu persamaan
kedudukan orang-orang non arab yang selalu dianaktirikan pada masa Bani
Umayyah. Sedangkan yang kedua yaitu perbaikan yang berarti mengembalikan
ajaran Al-Qur’an dan hadist yang banyak dilupakan oleh para khalifah Bani
Umayyah.
3
Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Khurasan dan Irak. Maka terjadilah
pertempuran antara pasukan Abbasiyah dan pasukan Marwan bin Muhammad di
Sungai Zab (antara Mosul dan Arbil). Marwan dan pasukannya kalah dalam
peperangan tersebut. Pasukannya lari ke berbagai penjuru hingga akhirnya dia
dibunuh oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H/ 749 M. Dengan
kematiannya, maka pemerintahan Umayyah hancur dan menjadi awal berdirinya
Bani Abbasiyah.1
1
Nafis, V., Romli, M. J., Irvan, M., Azzam, K., Amalia, A., Kartika, E., ... & Ahmad, K. (1997).
Sejarah Kebudayaan Islam.
2
Alfiani, N. R. N. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA BANI ABBASIYAH. SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM, hal 139.
4
perluasan wilayah. Masa puncak kejayaan Bani Abbasiyah ini terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya Al-Makmun.
B. Perkembangan Bahasa dan Sastra Masa Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah memiliki corak tersendiri dibanding dengan dinasti
sebelumnya, karena pada masa Bani Abbasiyah memberikan sumbangan besar
dalam peradaban islam khususnya bidang sastra yaitu kesusastraan arab yang
mengalami kemajuan signifikan. Kesusastraan arab ini disebut dengan al-Adab al-
Islami atau sastra islam yang menjadi salah satu perhatian pemerintah Abbasiyah.
Aktivitas kebahasaan yang berkembang pada masa Bani Umayyah, kini
tumbuh dan berkembang pada masa Abbasiyah. Banyak berkembang ilmu-ilmu
bahasa dan nahwu, juga terdapat majlis para khalifah dengan para linguis seperti
al-Kisai, al-Asmu’i, al-Farra’, Yazid dan sebagainya. Para penyair menunjukkan
syair mereka terhadap para linguis sebelum melantunkannya di acara-acara besar,
ketika syairnya indah maka mereka berani melantunkannya, jika syairnya tidak
bagus maka mereka kembali membuat syair yang baru.3
Secara umum kehidupan masyarakat Bani Abbasiyah lebih makmur
dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. Para pejabat pada umumnya
sangat menghargai hasil karya para sastrawan dan mereka juga menyukai ilmu
pengetahuan. Mereka berlomba memberi hadiah besar kepada penya’ir yang
memujinya. Para sastrawan pun berlomba menulis puisi dan mencari penghidupan
di sisi khalifah dan pejabat.
Pada zaman Abbasiyah para sastrawan dan kaum terpelajar memiliki
kesempatan luas untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum dan filsafat Yunani.
Para sastrawan tidak lagi didominasi bangsa arab, melainkan juga bangsa Persia,
Turki dan bahkan Spanyol (Andalusia). Semuanya memperlihatkan adanya
perluasan wawasan para sastrawan, yang diakibatkan oleh perluasan wilayah
kekuasaan islam dan percampuran budaya.4
Jenis dan tema karya sastra pun menjadi lebih beragam, tidak terbatas pada
tema-tema klasik, pesan moral spiritual, politik, atau pujian dan ejekan saja,
melainkan lebih luas lagi, menyangkut segi kehidupan nyata, seperti karya-karya
untuk tujuan hiburan, humor, bahkan karya yang mengandung nilai-nilai filosofis.
Muncul karya yang bertema Asabiyah dari sastrawan Mawali (keturunan
campuran Arab Persia) yang membanggakan nenek moyangnya dan melecehkan
keturunan Arab. Karya seperti ini terlihat dalam penya’ir Basysyar Ibn Bur dan
Ibn Muqaffa. Muncul pula karya-karya yang bergaya humor, seperti dalam al-
Hayawan dan al-Bakhir karya al-Jahiz. Selain itu muncul karya-karya yang
dipengaruhi oleh filsafat seperti dalam puisi Abu Tammam dan al-Mutannabi.
3
Rohmah, R. F. (2021). Pengaruh Pemerintahan Terhadap Kritik Sastra Arab Masa Umayyah Dan
Abbasiyah. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, hal 271-283.
4
Fauzan muslim Sastra dan Masyarakat Arab zaman Umayyah dan Abbasiyah, (Jakarta: Penaku,
2016) hal 27.
5
Warna filsafat terlihat pula dalam kisah Hayy bin Yaqzan yang ditulis oleh Ibn
Tufayl, seorang sastrawan dari Andalusia.5
Pada masa Bani Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju
dan pesat terutama sastra, hal ini karena para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu tersebut, sehingga banyak buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa arab. Adapun dampaknya terhadap ilmu
pengetahuan yakni didirikannya pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait
al-Hikmah serta terbentuk mahzab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah
kebebasan berfikir sehingga berhasil menyiapkan landasan bagi pengembangan
sastra arab dan ilmu pengetahuan. 6
5
Zakiyyan, I., Yapendi, M. S., & Marzuki, A. (2023). Sejarah Perkembangan Sastra Arab Pada
Masa Bani Umayyah Dan Abasiyah. El-Afaq; PROSIDING FAI, 2(1).
6
Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), hal 255.
7
Khatimah, K. (2022). Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Daulah Abbasiyah Dan
Implikasinya Terhadap Ilmu Pengetahuan. NIHAIYYAT: Journal of Islamic Interdisciplinary
Studies, 1(2), 183-192.
6
Salah satu faktor majunya kesusastraan adalah karena para pemimpin Bani
Abbasiyah yang sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang sangat baik
untuk ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk apresiasi serta dukungan pemerintah
Bani Abbasiyah adalah dengan didirikannya perpustakaan bernama Bait al-
Hikmah. Tempat tersebut tidak hanya dijadikan perpustakaan atau tempat
penyimpanan buku-buku, namun juga sebagai tempat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Dalam perpustakaan ini pun menyimpan banyak karya-karya sastra,
ribuan literatur asing Romawi, Persia, India dan juga banyak terdapat buku-buku
kuno. Baghdad yang merupakan ibukota Bani Abbasiyah menjadi tempat utama
untuk menerjemahkan buku-buku dari berbagai macam bahasa menjadi buku-
buku berbahasa arab dan pusat penerjemahanmya sendiri berlokasi di Bait al-
Hikmah.8
Selain itu, terdapat faktor lain yang menjadi pengaruh besar dalam
kekayaan kesusastraan masa Bani Abbasiyah. Masyarakat lebih terbuka kepada
bangsa lain sehingga mudah terjadi proses asimilasi, terdapat banyak pernikahan
antara bangsa arab dan bangsa lain seperti Persia, Turki, India dan Barbar,
sehingga hal ini memberikan pengaruh besar dalam bidang bahasa dan
kesusastraan. Proses asimilasi tersebut menjadikan karya-karya sastra memiliki
kekayaan bahasa. Dampak asimilasi juga membuat banyaknya kosa kata baru
dalam bahasa arab yang diserap dari bahasa lain.
Pada masa Bani Abbasiyah juga muncul kritik sastra manhaji, yaitu kritik
yang dilakukan menurut metode dan teori yang sudah dirumuskan dan
mempertimbangkan kajian sastra, penyair, unsur-unsur, keindahan dan
kejelekannya. Kritik sastra manhaji ini mulai muncul pada akhir pemerintahan
masa Abbasiyah pertama dan awal pemerintahan Abbasiyah kedua. 9
Adapun beberapa tujuan dari digalinya pengetahuan, khususnya dalam
bidang bahasa, yang akan membawa pengaruh pula pada sastra arab yakni:
1. Pembuatan atau penyusunan berbagai ilmu syari’at yang belum ada di
masa sebelumnya. Ilmu-ilmu itu mencakup ilmi aqidah, fikih,
balaghah, ushul fiqh, nahwu serta sharf.
2. Mulai diadakannya penerjemahan buku-buku berbahasa asing ke
dalam bahasa arab, terutama pada ilmu-ilmu yang berasal dari bangsa
Yunani kuno, yang kini kita sebut dengan ilmu mantik (ilmu logika).
3. Mulai digarapnya sektor industri yang merupakan hasil dari majunya
peradaban Bani Abbasiyah dari sisi sains dan teknologi.
4. Mulai dikenal dan tersebarnya beragam kegiatan ilmiah, seperti
diskusi, seminar, pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan dan sejenisnya. 10
D. Genre Karya Sastra Masa Bani Abbasiyah
8
Isa Ali al-Akub, al Tafkir al naqdiy inda al Arab, (Beirut: Dar al Fikr al Maashir, 1997), hal 32.
9
Rohmah, R. F. (2021). Pengaruh Pemerintahan Terhadap Kritik Sastra Arab Masa Umayyah Dan
Abbasiyah. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 10(2), 271-283.
10
Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan Sastra Arab
Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab, 12(1), 36-53.
7
Masa Bani Abbasiyah yang berlangsung dari abad ke-8 M hingga abad ke-
13 M dikenal sebagai periode keemasan dalam sejarah sastra arab. Pada masa ini,
kesusastraan arab mencapai puncaknya dalam berbagai genre, mulai dari puisi
hingga karya prosa seperti novel dan cerita pendek. Sastra pada masa Bani
Abbasiyah tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan intelektual
masyarakat arab, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kesusastraan dunia. Beberapa karya sastra yang muncul pada masa
ini diantaranya:
1. Puisi
Puisi adalah salah satu bentuk sastra yang paling dihargai pada masa
Bani Abbasiyah. Para penyair pada periode ini memainkan peran penting
dalam menyampaikan gagasan politik, sosial dan keagamaan kepada
masyarakat. Mereka seringkali menjadi pelopor perubahan dan pembaharu
dalam dunia sastra arab. Salah satu karya terkemuka dari periode ini
adalah "Diwan al-Hamasa" yang dikumpulkan oleh Abu Tammam.
Kumpulan puisi ini mencakup berbagai macam syair pujian terhadap
pejuang dan pahlawan arab, serta menampilkan keberanian dan kegigihan
mereka dalam menghadapi berbagai tantangan. 11
2. Novel
Walaupun tidak sepopuler puisi, novel juga mulai muncul pada masa
Bani Abbasiyah. Genre ini menawarkan narasi yang lebih panjang dan
kompleks, memungkinkan pengarang untuk mengembangkan karakter dan
plot dengan lebih rinci. Salah satu karya terpenting dalam genre ini adalah
"Maqamat" yang ditulis oleh al-Hamadhani. Novel ini mengisahkan
petualangan seorang penjahat bernama Abu Zayd dalam berbagai kota di
seluruh wilayah Arab. Melalui kisah-kisahnya yang menghibur dan
menginspirasi, maqamat menjadi salah satu novel terkemuka dalam sastra
arab. 12
3. Cerita Pendek
Cerita pendek atau cerpen, juga menjadi bagian penting dari
kesusastraan pada masa Bani Abbasiyah. Meskipun lebih pendek dari
novel, cerpen memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang sama
kuatnya. "Alf Laylah wa Laylah" atau "One Thousand and One Nights"
adalah salah satu karya terkenal yang berasal dari periode ini. Kumpulan
cerita ini menggabungkan berbagai cerita dari berbagai sumber yang
mencakup berbagai tema seperti petualangan, keajaiban dan romansa.
Melalui karakter-karakternya yang menarik dan cerita-ceritanya yang
11
Abu Tammam. "Diwan al-Hamasa". Diterjemahkan oleh Michael Cooperson. Library of Arabic
Literature, 2017.
12
Al-Hamadhani. "Maqamat". Diterjemahkan oleh W.J. Prendergast. New York University Press,
2002.
8
menghibur, One Thousand and One Nights menjadi salah satu karya
paling ikonik dalam sastra arab.13
4. Karya sastra lain
Selain puisi, novel dan cerita pendek, kesusastraan Bani Abbasiyah
juga mencakup berbagai karya lain seperti ensiklopedia dan risalah ilmiah.
"Kitab al-Fihrist" yang ditulis oleh al-Nadim adalah salah satu contoh
terkenal. Karya ini adalah ensiklopedia tentang sastra dan ilmu
pengetahuan pada masa itu yang mencakup berbagai topik mulai dari
sejarah sastra hingga ilmu pengetahuan alam. 14
E. Faktor-faktor Kemunduran Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan, Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya. Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kuffah.
Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-
Mansyur atau Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M) yang notabenya adalah khalifah
kedua setelah Abu Abbas, memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru
dibangunnya, yaitu di Baghdad, dekat ibu kota Persia pada tahun 762 M. Dengan
demikian, pusat pemerintahan Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam.
Persinggungan para tokoh pendiri Bani Abbasiyah dengan orang-orang
Persia telah dimulai sejak masa Bani Umayyah. Ketika melakukan upaya
propaganda menjatuhkan Bani Umayyah, Ibrahim bin Muhammad bin Ali
menunjuk seorang berkebangsaan Khurasan bernama Abu Muslim al-Khurasani.
Abu Muslim juga yang membantu al-Saffah mendapatkan kursi kekhalifahan.
Pada masa al-Saffah ia mendapat jabatan penting yakni menjadi seorang
pemimpin di Khurasan. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Manshur,
kekuasaan Abu Muslim semakin menguat dan dikhawatirkan akan melakukan
pemberontakan, maka ia dibunuh atas perintah khalifah.
Pada masa Bani Abbasiyah pertama, orang-orang Persia juga tergabung
dalam barisan tentara bersama dengan orang-orang Arab. Disamping itu, untuk
membantu mengawasi daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah, dibentuklah sistem
gubernur, pencatat pajak, hakim dan penanggung jawab surat. Pengaruh Persia
yang juga sangat nyata adalah penggunaan gelar-gelar para khalifah yang
menunjukkan arti sebagai para khalifah Allah. Peradaban ini adalah peradaban
yang sebelumnya dimiliki oleh kerajaan Persia yang memiliki faham bahwa darah
ketuhanan telah mengalir dalam urat nadi mereka.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pada masa awal, khalifah
Bani Abbasiyah bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar
belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah
13
Al-Baghdadi, Ibn. "One Thousand and One Nights". Terjemahan oleh Husain Haddawy. W.W.
Norton & Company, 1990.
14
Al-Nadim, Ibn. "Kitab al-Fihrist". Diterjemahkan oleh Bayard Dodge. Columbia University
Press, 1970.
9
berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas, orang-orang Persia membantu Bani
Abbasiyah mendapatkan kursi kekhalifahan. Setelah Bani Abbasiyah berdiri,
mereka tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini, persaingan antar
bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal berdirinya Bani
Abbasiyah, mereka juga berusaha menguasai para khalifah namun beberapa
khalifah justru berbalik menyerang para menteri dari bangsa Persia.
Saat pemerintahan khalifah al-Mu’tashim, perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi melambat. Hal ini disebabkan oleh pemerintah yang sudah
tidak lagi berfokus pada perkembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih
condong dalam bidang kemiliteran. Pemerintah di masa akhir tersebut sudah tidak
lagi berikhtiar dalam memperluas dan membentuk peradaban, akan tetapi pada
akhirnya pemerintah di zaman itu justru aktif dalam membangun infrastruktur
wilayah. Tidak hanya itu, beberapa pemerintah daerah yang akan turun invasi,
justru dibiarkan begitu saja tanpa ada bimbingan dari pemerintah pusat
sebelumnya.
Kemudian perpecahan mulai terjadi lagi di masa akhir ini, yang
menyebabkan hadirnya dinasti-dinasti kecil di sekitar wilayah kekuasaan Bani
Abbasiyah. Pada akhirnya, masa ini ditutup dengan adanya serangan dari bangsa
Mongol yang ingin mengambil alih wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah. Meski
demikian, jejak-jejak yang ditinggalkan Bani Abbasiyah benar-benar membawa
kontribusi besar dan luas sebagai penyumbang peradaban dunia. 15
15
Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan Sastra Arab
Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab, hal 36-53.
10
BAB III
PENUTUP
Dalam sejarah peradaban Islam, periode pertama pada masa pemerintahan
Bani Abbasiyah dikenal sebagai puncak keemasan. Ilmu pengetahuan begitu
berkembang, apalagi dengan gerakan penerjemahan naskah-naskah Yunani. Hal
ini pun pada akhirnya melahirkan para ulama-ulama andal, seperti al-Kindi, al-
Farabi, Ibnu Sina dan lainnya. Selain itu dibangun pula perpustakaan Bait al-
Hikmah pada masa khalifah al-Manshur sehingga ilmu pengetahuan berkembang
pesat seperti filsafat, matematika dan sastra. Selain itu masih banyak lagi ilmu
yang berkembang pada masa tersebut sehingga zaman ini disebut sebagai “The
Golden Age”.
Masa Bani Abbasiyah yang berlangsung dari abad ke-8 M hingga abad ke-
13 M, kesusastraan arab mencapai puncaknya dalam berbagai genre, mulai dari
puisi hingga karya prosa seperti novel dan cerita pendek. Sastra pada masa Bani
Abbasiyah tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan intelektual
masyarakat arab, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kesusastraan dunia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Baghdadi, Ibn. "One Thousand and One Nights". Terjemahan oleh Husain
Haddawy. W.W. Norton & Company, 1990.
Fauzan muslim Sastra dan Masyarakat Arab zaman Umayyah dan Abbasiyah,
(Jakarta: Penaku, 2016).
Isa Ali al-Akub, al Tafkir al naqdiy inda al Arab, (Beirut: Dar al Fikr al Maashir,
1997).
Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan
Sastra Arab Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap
Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab.
Nafis, V., Romli, M. J., Irvan, M., Azzam, K., Amalia, A., Kartika, E., ... &
Ahmad, K. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam.
12