Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN BAHASA DAN SASTRA MASA BANI ABBASIYAH I

MAKALAH TARIKH AL-ADAB AL-ARABY


FI AL-‘ASHRI AL-AWSATH

Dosen Pengampu: Arif Mustofa, M.Pd

Nama Anggota Kelompok 1 (Kelas D):

Yusuf Alfa Chizbi (18310115)


Siti Zubaidah (220301110001)
Rahima Wandra Prasetya (220301110006)
Diah Ayu Sri Nariyati (220301110007)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2024
DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………….. 1

BAB I Pendahuluan………………………………………………………… 2

BAB II Pembahasan………………………………………………………… 3

A. Sejarah Bani Abbasiyah……………………………………………… 3


B. Perkembangan Bahasa dan Sastra Masa Bani Abbasiyah……………. 5
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Bahasa dan Sastra
Masa Bani Abbasiyah………………………………………………… 6
D. Genre Karya Sastra Masa Bani Abbasiyah………………………....... 7
E. Faktor-faktor Kemunduran Bani Abbasiyah…………………………. 9

BAB III Penutup…………………………………………………………….. 11

Daftar Pustaka…………………………………………………………......... 12

1
BAB I

PENDAHULUAN
Masa Bani Abbasiyah adalah masa puncak kejayaan untuk negara-negara
Islam serta tercapainya peradaban yang gemilang. Masa kejayaan Islam ditandai
dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan
Islam. Perkembangan yang pesat ini didukung oleh adanya lembaga-lembaga
yang mewadahi perkembangan tersebut. Pada masa Bani Abbasiyah ini terbagi
menjadi lima periode yang terdiri dari pengaruh Persia I, Turki I, Persia II, Turki
II dan pengaruh Bangsa Mongolia. Pada masa Bani Abbasiyah I berada pada
rentang tahun 132 H/750 M - 232 H/ 847 M.
Perkembangan karya sastra pada masa Bani Abbasiyah mencerminkan
kekayaan budaya dan intelektual masyarakat arab pada masa itu. Dengan
munculnya berbagai genre sastra seperti puisi, novel, cerita pendek dan karya
sastra lainnya, periode ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah sastra
arab dan kesusastraan dunia. Sumber-sumber yang tersedia, baik dalam bentuk
asli maupun terjemahan, memungkinkan kita untuk menjelajahi warisan sastra
yang kaya dari masa tersebut secara lebih mendalam.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah adalah pemerintahan Islam yang berdiri setelah Bani
Umayyah. Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah as-Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Nama Abbasiyah diambil dari nama salah satu
seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib
sebagai suatu bentuk penghormatan untuk beliau dari anak dan cucu atas
keberhasilan beliau dalam membangun pemerintahan Bani Abbasiyah.
Bani Abbasiyah merasa jika mereka lebih berhak atas kekhalifahan islam
dibanding Bani Umayyah, karena secara garis keturunan lebih dekat dengan Nabi
Muhammad SAW. Mereka beranggapan bahwa Bani Umayyah menguasai
kekhalifahan islam secara paksa. Propaganda yang dilakukan untuk meruntuhkan
kekuasaan Bani Umayyah diantaranya ada dua. Yang pertama yaitu persamaan
kedudukan orang-orang non arab yang selalu dianaktirikan pada masa Bani
Umayyah. Sedangkan yang kedua yaitu perbaikan yang berarti mengembalikan
ajaran Al-Qur’an dan hadist yang banyak dilupakan oleh para khalifah Bani
Umayyah.

Sejarah berdirinya Bani Abbasiyah tentu tidak terlepas dari sejarah


kemunduran Bani Umayyah. Sejarah kemunduran Bani Umayyah berawal dari
bobroknya akhlak para pemimpin Bani Umayyah. Empat pengganti khalifah
setelah Muawiyah dan Abdul Malik kecuali Marwan yang menjadi khalifah
terakhir terbukti tidak cakap atau bisa dikatakan tidak bermoral. Pencetus pertama
berdirinya Bani Abbasiyah yaitu Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib
bin Abdi Manaf bin Hasyim, yang dikenal sebagai sosok pribadi yang loyal,
bersahabat dan sama sekali tidak menuntut sesuatu apapun untuk dirinya sendiri
dan beliau juga zuhud serta gemar beribadah.
Dengan memanfaatkan kekecewaan publik dan menampilkan diri sebagai
pembela sejati agama Islam, para keturunan Abbas segera menjadi pemimpin
gerakan anti Umayyah. Seruan dan gerakan untuk membangun pemerintah Bani
Abbasiyah semakin santer pada masa itu dengan menjadikan kota Kuffah sebagai
sentralnya dan menyebar hingga ke daerah Khurasan. Penyeru utama
pembentukan pemerintahan Abbasiyah adalah Muhammad bin Ali Abdullah bin
al-Abbas. Ia meninggal pada tahun 124 H/741 M dan kemudian digantikan oleh
anaknya Ibrahim. Pada masa ini muncul gerakan Abu Muslim al-Khurasani, salah
seorang penyeru pendirian pemerintahan Bani Abbasiyah. Hal itulah yang terjadi
silih berganti pada akhir masa Bani Umayyah.
Gerakan untuk mendirikan pemerintahan Bani Abbasiyah pun semakin
kuat. Namun Marwan menangkap pemimpinnya yang bernama Ibrahim lalu
dibunuh. Setelah dibunuh, pucuk gerakan diambil alih oleh saudaranya yang
bernama Abu Abbas as-Saffah yang berangkat bersama-sama dengan keluarganya
menuju Kuffah. Kemudian dia dibaiat sebagai khalifah di Kuffah pada tahun 132
H/ 749 M.

3
Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Khurasan dan Irak. Maka terjadilah
pertempuran antara pasukan Abbasiyah dan pasukan Marwan bin Muhammad di
Sungai Zab (antara Mosul dan Arbil). Marwan dan pasukannya kalah dalam
peperangan tersebut. Pasukannya lari ke berbagai penjuru hingga akhirnya dia
dibunuh oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H/ 749 M. Dengan
kematiannya, maka pemerintahan Umayyah hancur dan menjadi awal berdirinya
Bani Abbasiyah.1

Setelah Bani Umayyah diruntuhkan dengan cara membunuh khalifahnya


yaitu Marwan pada tahun 132 H/750 M, Abu Abbas menyatakan dirinya sebagai
khalifah pertama Bani Abbasiyah dan diberi gelar as-Saffah yang artinya
penumpah atau peminum darah. Sebutan as-Saffah diberikan karena Abu Abbas
mengeluarkan maklumat atau keputusan yang berisi perintah untuk membunuh
tokoh-tokoh Bani Umayyah. 2
Pada masa Bani Abbasiyah terbagi menjadi lima periode yang terdiri dari
pengaruh Persia I, Turki I, Persia II, Turki II dan pengaruh Bangsa Mongolia.
Pada masa Bani Abbasiyah I berada pada rentang tahun 132 H/750 M - 232 H/
847 M. Periode ini disebut periode keemasan Bani Abbasiyah dan juga dikatakan
sebagai periode keemasan islam di dunia. Pada periode ini terdiri dari beberapa
khalifah, diantaranya yaitu:
1. Abu Abbas as-Safah (132 H/750 M - 136 H/754 M)
2. Abu Ja’far al-Mansur (136 H/754 M - 158 H/776 M)
3. Al-Mahdi bin al-Mansur (158 H/776 M - 169 H/787 M)
4. Abu Musa al-Hadi (169 H/787 M - 170 H/788 M)
5. Harun al-Rasyid (170 H/788 M - 193 H/811 M)
6. Muhammad al-Amin (193 H/811 M - 198 H/816 M)
7. Abdullah al-Makmun (198 H/816 M - 218 H/836 M)
8. Al-Muktasim (218 H/836 M - 227 H/845 M)
9. Al-Wastiq (227 H/845 M - 232 H/847 M)
Periode pertama Bani Abbasiyah berada dalam tahap perkembangan dan
pemerintahannya sangat kuat. Para khalifahnya adalah panglima-panglima
angkatan bersenjata yang selalu memenangi peperangan, sehingga mampu
mengendalikan 18 pemerintahan dengan sangat baik. Di samping itu, beberapa
orang diantara mereka adalah para ulama yang menyukai ilmu pangetahuan. Pada
masa inilah perkembangan pemikiran berlangsung dan merupakan puncak
kemajuan yang dicapai Bani Abbasiyah.
Periode ini dianggap sebagai periode emas Bani Abbasiyah karena
kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan
kebudayaan. Para khalifah Abbasiyah I berhasil menciptakan kondisi negara
dalam keadaan aman dan kondusif. Hal tersebut dikarenakan Bani Abbasiyah
lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada

1
Nafis, V., Romli, M. J., Irvan, M., Azzam, K., Amalia, A., Kartika, E., ... & Ahmad, K. (1997).
Sejarah Kebudayaan Islam.
2
Alfiani, N. R. N. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA BANI ABBASIYAH. SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM, hal 139.

4
perluasan wilayah. Masa puncak kejayaan Bani Abbasiyah ini terjadi pada masa
pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid dan putranya Al-Makmun.
B. Perkembangan Bahasa dan Sastra Masa Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah memiliki corak tersendiri dibanding dengan dinasti
sebelumnya, karena pada masa Bani Abbasiyah memberikan sumbangan besar
dalam peradaban islam khususnya bidang sastra yaitu kesusastraan arab yang
mengalami kemajuan signifikan. Kesusastraan arab ini disebut dengan al-Adab al-
Islami atau sastra islam yang menjadi salah satu perhatian pemerintah Abbasiyah.
Aktivitas kebahasaan yang berkembang pada masa Bani Umayyah, kini
tumbuh dan berkembang pada masa Abbasiyah. Banyak berkembang ilmu-ilmu
bahasa dan nahwu, juga terdapat majlis para khalifah dengan para linguis seperti
al-Kisai, al-Asmu’i, al-Farra’, Yazid dan sebagainya. Para penyair menunjukkan
syair mereka terhadap para linguis sebelum melantunkannya di acara-acara besar,
ketika syairnya indah maka mereka berani melantunkannya, jika syairnya tidak
bagus maka mereka kembali membuat syair yang baru.3
Secara umum kehidupan masyarakat Bani Abbasiyah lebih makmur
dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. Para pejabat pada umumnya
sangat menghargai hasil karya para sastrawan dan mereka juga menyukai ilmu
pengetahuan. Mereka berlomba memberi hadiah besar kepada penya’ir yang
memujinya. Para sastrawan pun berlomba menulis puisi dan mencari penghidupan
di sisi khalifah dan pejabat.
Pada zaman Abbasiyah para sastrawan dan kaum terpelajar memiliki
kesempatan luas untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum dan filsafat Yunani.
Para sastrawan tidak lagi didominasi bangsa arab, melainkan juga bangsa Persia,
Turki dan bahkan Spanyol (Andalusia). Semuanya memperlihatkan adanya
perluasan wawasan para sastrawan, yang diakibatkan oleh perluasan wilayah
kekuasaan islam dan percampuran budaya.4
Jenis dan tema karya sastra pun menjadi lebih beragam, tidak terbatas pada
tema-tema klasik, pesan moral spiritual, politik, atau pujian dan ejekan saja,
melainkan lebih luas lagi, menyangkut segi kehidupan nyata, seperti karya-karya
untuk tujuan hiburan, humor, bahkan karya yang mengandung nilai-nilai filosofis.
Muncul karya yang bertema Asabiyah dari sastrawan Mawali (keturunan
campuran Arab Persia) yang membanggakan nenek moyangnya dan melecehkan
keturunan Arab. Karya seperti ini terlihat dalam penya’ir Basysyar Ibn Bur dan
Ibn Muqaffa. Muncul pula karya-karya yang bergaya humor, seperti dalam al-
Hayawan dan al-Bakhir karya al-Jahiz. Selain itu muncul karya-karya yang
dipengaruhi oleh filsafat seperti dalam puisi Abu Tammam dan al-Mutannabi.

3
Rohmah, R. F. (2021). Pengaruh Pemerintahan Terhadap Kritik Sastra Arab Masa Umayyah Dan
Abbasiyah. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, hal 271-283.
4
Fauzan muslim Sastra dan Masyarakat Arab zaman Umayyah dan Abbasiyah, (Jakarta: Penaku,
2016) hal 27.

5
Warna filsafat terlihat pula dalam kisah Hayy bin Yaqzan yang ditulis oleh Ibn
Tufayl, seorang sastrawan dari Andalusia.5
Pada masa Bani Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju
dan pesat terutama sastra, hal ini karena para khalifah banyak mendukung
perkembangan ilmu tersebut, sehingga banyak buku pengetahuan berbahasa asing
diterjemahkan kedalam bahasa arab. Adapun dampaknya terhadap ilmu
pengetahuan yakni didirikannya pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait
al-Hikmah serta terbentuk mahzab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah
kebebasan berfikir sehingga berhasil menyiapkan landasan bagi pengembangan
sastra arab dan ilmu pengetahuan. 6

Secara singkat, perkembangan sastra arab masa Bani Abbasiyah dan


dampaknya terhadap ilmu pengetahuan mengalami kebangkitan hingga masa
modern sebelum perang dunia I dan perang dunia II, bahkan berlanjut hingga
masa kontemporer yang dimulai paska perang dunia I dan II saat ini. Sebagaimana
ilmu yang lain, sastra juga mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sastra
telah dikenal sejak masa lampau saat Islam belum datang, yakni di masa Jahiliyah.
Sehingga sastra memiliki karakteristik tertentu sesuai tempat dan masanya.
Secara universal perkembangan sastra dibagi menjadi lima, yakni sastra di
masa jahiliyah, masa shodrul Islam dan masa Umayyah, masa Abbasiyah, masa
akhir Abbasiyah dan masa Turki, dan di masa Modern hingga saat ini. Di masa
jahiliyah, sastra berkembang begitu pesat karena penduduk jahiliy selalu
menggunakan satra sebagai bahasa sehari-hari. Bahkan ketika peperangan antar
kabilah pun mereka berperang dengan sastra, sehingga tak heran jika sastra
berkembang pesat di masa itu.7
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Bahasa dan Sastra Masa
Bani Abbasiyah

Sastra Arab masa Bani Abbasiyah berkembang sangat pesat hingga


dijuluki dengan The Golden Age (masa keemasan). Adapun faktor penyebab
terjadinya perkembangan sastra pada masa Bani Abbasiyah yaitu poitik, sosial
masyarakat dan kehidupan ilmiah/pemikiran. Adanya sastra arab masa Bani
Abbasiyah memunculkan dampak positif yang sangat banyak terhadap ilmu
pengetahuan, salah satunya adalah pendirian pusat pengembangan ilmu dan
perpustakaan Bait al-Hikmah serta terbentuknya mahdzab ilmu pengetahuan dan
keagamaan sebagai buah kebebasan berfikir. Selain itu dibukanya jalan oleh para
tentara bagi bidang pemerintahan, keuangan, undang-undang dan ilmu
pengetahuan untuk berkarya di bidangnya. Dengan demikian mucul penyair,
filsuf, ahli sejarah, ahli ilmu hisab, tokoh agama dan pujangga yang memperkaya
khazanah bahasa arab.

5
Zakiyyan, I., Yapendi, M. S., & Marzuki, A. (2023). Sejarah Perkembangan Sastra Arab Pada
Masa Bani Umayyah Dan Abasiyah. El-Afaq; PROSIDING FAI, 2(1).
6
Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), hal 255.
7
Khatimah, K. (2022). Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Daulah Abbasiyah Dan
Implikasinya Terhadap Ilmu Pengetahuan. NIHAIYYAT: Journal of Islamic Interdisciplinary
Studies, 1(2), 183-192.

6
Salah satu faktor majunya kesusastraan adalah karena para pemimpin Bani
Abbasiyah yang sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang sangat baik
untuk ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk apresiasi serta dukungan pemerintah
Bani Abbasiyah adalah dengan didirikannya perpustakaan bernama Bait al-
Hikmah. Tempat tersebut tidak hanya dijadikan perpustakaan atau tempat
penyimpanan buku-buku, namun juga sebagai tempat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Dalam perpustakaan ini pun menyimpan banyak karya-karya sastra,
ribuan literatur asing Romawi, Persia, India dan juga banyak terdapat buku-buku
kuno. Baghdad yang merupakan ibukota Bani Abbasiyah menjadi tempat utama
untuk menerjemahkan buku-buku dari berbagai macam bahasa menjadi buku-
buku berbahasa arab dan pusat penerjemahanmya sendiri berlokasi di Bait al-
Hikmah.8
Selain itu, terdapat faktor lain yang menjadi pengaruh besar dalam
kekayaan kesusastraan masa Bani Abbasiyah. Masyarakat lebih terbuka kepada
bangsa lain sehingga mudah terjadi proses asimilasi, terdapat banyak pernikahan
antara bangsa arab dan bangsa lain seperti Persia, Turki, India dan Barbar,
sehingga hal ini memberikan pengaruh besar dalam bidang bahasa dan
kesusastraan. Proses asimilasi tersebut menjadikan karya-karya sastra memiliki
kekayaan bahasa. Dampak asimilasi juga membuat banyaknya kosa kata baru
dalam bahasa arab yang diserap dari bahasa lain.

Pada masa Bani Abbasiyah juga muncul kritik sastra manhaji, yaitu kritik
yang dilakukan menurut metode dan teori yang sudah dirumuskan dan
mempertimbangkan kajian sastra, penyair, unsur-unsur, keindahan dan
kejelekannya. Kritik sastra manhaji ini mulai muncul pada akhir pemerintahan
masa Abbasiyah pertama dan awal pemerintahan Abbasiyah kedua. 9
Adapun beberapa tujuan dari digalinya pengetahuan, khususnya dalam
bidang bahasa, yang akan membawa pengaruh pula pada sastra arab yakni:
1. Pembuatan atau penyusunan berbagai ilmu syari’at yang belum ada di
masa sebelumnya. Ilmu-ilmu itu mencakup ilmi aqidah, fikih,
balaghah, ushul fiqh, nahwu serta sharf.
2. Mulai diadakannya penerjemahan buku-buku berbahasa asing ke
dalam bahasa arab, terutama pada ilmu-ilmu yang berasal dari bangsa
Yunani kuno, yang kini kita sebut dengan ilmu mantik (ilmu logika).
3. Mulai digarapnya sektor industri yang merupakan hasil dari majunya
peradaban Bani Abbasiyah dari sisi sains dan teknologi.
4. Mulai dikenal dan tersebarnya beragam kegiatan ilmiah, seperti
diskusi, seminar, pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan dan sejenisnya. 10
D. Genre Karya Sastra Masa Bani Abbasiyah

8
Isa Ali al-Akub, al Tafkir al naqdiy inda al Arab, (Beirut: Dar al Fikr al Maashir, 1997), hal 32.
9
Rohmah, R. F. (2021). Pengaruh Pemerintahan Terhadap Kritik Sastra Arab Masa Umayyah Dan
Abbasiyah. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 10(2), 271-283.
10
Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan Sastra Arab
Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab, 12(1), 36-53.

7
Masa Bani Abbasiyah yang berlangsung dari abad ke-8 M hingga abad ke-
13 M dikenal sebagai periode keemasan dalam sejarah sastra arab. Pada masa ini,
kesusastraan arab mencapai puncaknya dalam berbagai genre, mulai dari puisi
hingga karya prosa seperti novel dan cerita pendek. Sastra pada masa Bani
Abbasiyah tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan intelektual
masyarakat arab, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kesusastraan dunia. Beberapa karya sastra yang muncul pada masa
ini diantaranya:
1. Puisi
Puisi adalah salah satu bentuk sastra yang paling dihargai pada masa
Bani Abbasiyah. Para penyair pada periode ini memainkan peran penting
dalam menyampaikan gagasan politik, sosial dan keagamaan kepada
masyarakat. Mereka seringkali menjadi pelopor perubahan dan pembaharu
dalam dunia sastra arab. Salah satu karya terkemuka dari periode ini
adalah "Diwan al-Hamasa" yang dikumpulkan oleh Abu Tammam.
Kumpulan puisi ini mencakup berbagai macam syair pujian terhadap
pejuang dan pahlawan arab, serta menampilkan keberanian dan kegigihan
mereka dalam menghadapi berbagai tantangan. 11
2. Novel
Walaupun tidak sepopuler puisi, novel juga mulai muncul pada masa
Bani Abbasiyah. Genre ini menawarkan narasi yang lebih panjang dan
kompleks, memungkinkan pengarang untuk mengembangkan karakter dan
plot dengan lebih rinci. Salah satu karya terpenting dalam genre ini adalah
"Maqamat" yang ditulis oleh al-Hamadhani. Novel ini mengisahkan
petualangan seorang penjahat bernama Abu Zayd dalam berbagai kota di
seluruh wilayah Arab. Melalui kisah-kisahnya yang menghibur dan
menginspirasi, maqamat menjadi salah satu novel terkemuka dalam sastra
arab. 12

3. Cerita Pendek
Cerita pendek atau cerpen, juga menjadi bagian penting dari
kesusastraan pada masa Bani Abbasiyah. Meskipun lebih pendek dari
novel, cerpen memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang sama
kuatnya. "Alf Laylah wa Laylah" atau "One Thousand and One Nights"
adalah salah satu karya terkenal yang berasal dari periode ini. Kumpulan
cerita ini menggabungkan berbagai cerita dari berbagai sumber yang
mencakup berbagai tema seperti petualangan, keajaiban dan romansa.
Melalui karakter-karakternya yang menarik dan cerita-ceritanya yang

11
Abu Tammam. "Diwan al-Hamasa". Diterjemahkan oleh Michael Cooperson. Library of Arabic
Literature, 2017.
12
Al-Hamadhani. "Maqamat". Diterjemahkan oleh W.J. Prendergast. New York University Press,
2002.

8
menghibur, One Thousand and One Nights menjadi salah satu karya
paling ikonik dalam sastra arab.13
4. Karya sastra lain
Selain puisi, novel dan cerita pendek, kesusastraan Bani Abbasiyah
juga mencakup berbagai karya lain seperti ensiklopedia dan risalah ilmiah.
"Kitab al-Fihrist" yang ditulis oleh al-Nadim adalah salah satu contoh
terkenal. Karya ini adalah ensiklopedia tentang sastra dan ilmu
pengetahuan pada masa itu yang mencakup berbagai topik mulai dari
sejarah sastra hingga ilmu pengetahuan alam. 14
E. Faktor-faktor Kemunduran Bani Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan, Bani Abbasiyah mencapai masa
keemasannya. Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kuffah.
Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-
Mansyur atau Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M) yang notabenya adalah khalifah
kedua setelah Abu Abbas, memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru
dibangunnya, yaitu di Baghdad, dekat ibu kota Persia pada tahun 762 M. Dengan
demikian, pusat pemerintahan Bani Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah
menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam.
Persinggungan para tokoh pendiri Bani Abbasiyah dengan orang-orang
Persia telah dimulai sejak masa Bani Umayyah. Ketika melakukan upaya
propaganda menjatuhkan Bani Umayyah, Ibrahim bin Muhammad bin Ali
menunjuk seorang berkebangsaan Khurasan bernama Abu Muslim al-Khurasani.
Abu Muslim juga yang membantu al-Saffah mendapatkan kursi kekhalifahan.
Pada masa al-Saffah ia mendapat jabatan penting yakni menjadi seorang
pemimpin di Khurasan. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-Manshur,
kekuasaan Abu Muslim semakin menguat dan dikhawatirkan akan melakukan
pemberontakan, maka ia dibunuh atas perintah khalifah.
Pada masa Bani Abbasiyah pertama, orang-orang Persia juga tergabung
dalam barisan tentara bersama dengan orang-orang Arab. Disamping itu, untuk
membantu mengawasi daerah-daerah kekuasaan Abbasiyah, dibentuklah sistem
gubernur, pencatat pajak, hakim dan penanggung jawab surat. Pengaruh Persia
yang juga sangat nyata adalah penggunaan gelar-gelar para khalifah yang
menunjukkan arti sebagai para khalifah Allah. Peradaban ini adalah peradaban
yang sebelumnya dimiliki oleh kerajaan Persia yang memiliki faham bahwa darah
ketuhanan telah mengalir dalam urat nadi mereka.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pada masa awal, khalifah
Bani Abbasiyah bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar
belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah

13
Al-Baghdadi, Ibn. "One Thousand and One Nights". Terjemahan oleh Husain Haddawy. W.W.
Norton & Company, 1990.
14
Al-Nadim, Ibn. "Kitab al-Fihrist". Diterjemahkan oleh Bayard Dodge. Columbia University
Press, 1970.

9
berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas, orang-orang Persia membantu Bani
Abbasiyah mendapatkan kursi kekhalifahan. Setelah Bani Abbasiyah berdiri,
mereka tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa ini, persaingan antar
bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal berdirinya Bani
Abbasiyah, mereka juga berusaha menguasai para khalifah namun beberapa
khalifah justru berbalik menyerang para menteri dari bangsa Persia.
Saat pemerintahan khalifah al-Mu’tashim, perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi melambat. Hal ini disebabkan oleh pemerintah yang sudah
tidak lagi berfokus pada perkembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih
condong dalam bidang kemiliteran. Pemerintah di masa akhir tersebut sudah tidak
lagi berikhtiar dalam memperluas dan membentuk peradaban, akan tetapi pada
akhirnya pemerintah di zaman itu justru aktif dalam membangun infrastruktur
wilayah. Tidak hanya itu, beberapa pemerintah daerah yang akan turun invasi,
justru dibiarkan begitu saja tanpa ada bimbingan dari pemerintah pusat
sebelumnya.
Kemudian perpecahan mulai terjadi lagi di masa akhir ini, yang
menyebabkan hadirnya dinasti-dinasti kecil di sekitar wilayah kekuasaan Bani
Abbasiyah. Pada akhirnya, masa ini ditutup dengan adanya serangan dari bangsa
Mongol yang ingin mengambil alih wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah. Meski
demikian, jejak-jejak yang ditinggalkan Bani Abbasiyah benar-benar membawa
kontribusi besar dan luas sebagai penyumbang peradaban dunia. 15

15
Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan Sastra Arab
Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa
dan Sastra Arab, hal 36-53.

10
BAB III

PENUTUP
Dalam sejarah peradaban Islam, periode pertama pada masa pemerintahan
Bani Abbasiyah dikenal sebagai puncak keemasan. Ilmu pengetahuan begitu
berkembang, apalagi dengan gerakan penerjemahan naskah-naskah Yunani. Hal
ini pun pada akhirnya melahirkan para ulama-ulama andal, seperti al-Kindi, al-
Farabi, Ibnu Sina dan lainnya. Selain itu dibangun pula perpustakaan Bait al-
Hikmah pada masa khalifah al-Manshur sehingga ilmu pengetahuan berkembang
pesat seperti filsafat, matematika dan sastra. Selain itu masih banyak lagi ilmu
yang berkembang pada masa tersebut sehingga zaman ini disebut sebagai “The
Golden Age”.
Masa Bani Abbasiyah yang berlangsung dari abad ke-8 M hingga abad ke-
13 M, kesusastraan arab mencapai puncaknya dalam berbagai genre, mulai dari
puisi hingga karya prosa seperti novel dan cerita pendek. Sastra pada masa Bani
Abbasiyah tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya dan intelektual
masyarakat arab, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kesusastraan dunia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abu Tammam. "Diwan al-Hamasa". Diterjemahkan oleh Michael Cooperson.


Library of Arabic Literature, 2017.

Al-Baghdadi, Ibn. "One Thousand and One Nights". Terjemahan oleh Husain
Haddawy. W.W. Norton & Company, 1990.

Alfiani, N. R. N. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA BANI


ABBASIYAH. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Al-Hamadhani. "Maqamat". Diterjemahkan oleh W.J. Prendergast. New York


University Press, 2002.

Al-Nadim, Ibn. "Kitab al-Fihrist". Diterjemahkan oleh Bayard Dodge. Columbia


University Press, 1970.

Fauzan muslim Sastra dan Masyarakat Arab zaman Umayyah dan Abbasiyah,
(Jakarta: Penaku, 2016).

Isa Ali al-Akub, al Tafkir al naqdiy inda al Arab, (Beirut: Dar al Fikr al Maashir,
1997).

Khatimah, K. (2022). Perkembangan Sastra Arab Pada Masa Daulah Abbasiyah


Dan Implikasinya Terhadap Ilmu Pengetahuan. NIHAIYYAT: Journal of
Islamic Interdisciplinary Studies, 1(2).

Miolo, M. I., Paneo, N. R., Ismail, A. A., & Hilwa, H. (2023). Perkembangan
Sastra Arab Jahiliyyah Hingga Abbasiyah Serta Perannya Terhadap
Peradaban Dunia. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab.

Nafis, V., Romli, M. J., Irvan, M., Azzam, K., Amalia, A., Kartika, E., ... &
Ahmad, K. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam.

Rohmah, R. F. (2021). Pengaruh Pemerintahan Terhadap Kritik Sastra Arab Masa


Umayyah Dan Abbasiyah. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra
Arab, 10(2).

Yusuf Al Isy, Dinasti Abbasiyah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014).

Zakiyyan, I., Yapendi, M. S., & Marzuki, A. (2023). Sejarah Perkembangan


Sastra Arab Pada Masa Bani Umayyah Dan Abasiyah. El-Afaq;
PROSIDING FAI, 2(1).

12

Anda mungkin juga menyukai