Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa peradaban yang benar-benar membawa perubahan yang sangat besar
serta babakan Islam pada masa klasik (keemasan) adalah masa daulah bani
Abbasiyah. Pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang
diawali dengan penerjemahan naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab, pendirian pusat perkembangan ilmu, perpustakaan dan
terbentuknya madzahab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagi hasil dari
kebebasan berfikir juga ilmuwan-ilmuwan yang multitalent.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana proses berdirinya Dinasti Abbasiyah ?
2) Bagaimana fase-fase pemerintahan dinasti Abbasiyah ?
3) Apa saja kemajuan peradaban pada masa dinasti Abbasiyah ?
4) Bagaimana proses runtuhnya dinasti Abbasiyah ?
C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan proses berdirinya dinasti Abbasiyah
2) Menjelaskan fase-fase pemerintahan dinasti Abbasiyah
3) Menjelaskan kemajuan peradaban dinasti Abbasiyah
4) Menjelaskan proses runtuhnya dinasti Abbasiyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Abdullah ibn Ali juga membunuh anak-anak khalifah Bani Umayyah, seperti
Muhammad ibn Abd al-Malik dan al-Wahid ibn Sulaiman ibn al-Malik.Abu al-Abbas
sendiri membunuh Abu Salamah alKhalal setelah mendapat persetujuan Abu Muslim
alKhurasani. Selanjutnya karena pertimbangan keamanan Abu al-Abbas pindah ke Anbar
dan membangun istana di sana. Di tempat itu pula ia meninggal pada tanggal 12
Dzulhijjah 136 H dalam usia 33 tahun. (Hasan Ibrahim Hasan, 1976, h. 27).
2
Sepeninggal Abu Abbas, jabatan khalifah dipegang oleh Abu Ja’far yang
mendirikan Dinasti Bani Abbas, tetapi pembina sesungguhnya adalah Mansur, bahkan
khalifah-khalifah sesudahnya secara keseluruhan merupakan keturunan Mansur. la tidak
segan-segan menggunakan kekerasan demi mempertahankan kekuasaannya. Mansur tidak
saja membunuh musuh-musuhnya akan tetapi juga membunuh orang-orang yang
sebelumnya turut membantu mendirikan Dinasti Bani Abbas.Tantangan yang mula-mula
dihadapi oleh Mansur adalah pemberontakan Abdullah ibn Ali, paman Mansur, pahlawan
perang Zab dan Gubernur Syria pada pemerintahan Abu al-Abbas.
Kematian Abu Muslim menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik bagi
orang-orang Khurasan dan membuka peluang bagi timbulnya
pemberontakanpemberontakan seperti pemberontakan kaum Rawadiah dan pemberontkan
Sanbadz yang menuntut balas atas kematian Abu Muslim. Namun Mansur dapat
mengatasi semua pemberontakan itu. Dengan terbunuhnya Abdullah ibn Ali dan kemudian
Abu Muslim, barulah Mansur merasa dirinya sebagai penguasa Dinasti Bani Abbas yang
sebenarnya.
3
Hasan ibn Ali yang bergelar al-Nafs al-Zakiyah memproklamirkan dirinya sebagai
khalifah Madinah dan menentang pemerintahan Bani Abbas Ibrahim ibn Abdillah juga
memberontak dan menyerang kota Basrah. Pemberontakan Bani Ali ini dapat pula
ditumpas oleh Mansur, namun ini tidak berarti perlawanan Bani Ali telah berakhir.
Pertentangan Bani Abbas dengan Bani Ali terus berlanjut sehingga tidak ada seorang pun
dari Khalifah Bani Abbas yang tidak terlibat dalam pertikaian dengan Bani Ali. (Jamal al-
din, h.2000)
Abbasiyah adalah suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (Negara)
Islamiyah pada masa klasik dan pertengahan Islam. Daulat islamiah ketika berada dibawah
kekuasaan dinasti ini disebut juga dengan Daulah Abbasiyah. Daulah abbasiyah adalah
daulat Negara yang melanjutkan kekuasaan Daulah Umayyah. Dinamakan Daulah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani
Abbas), paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas As-Saffah.
Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah inilah zaman keemasan Islam tercapai.
Propaganda Abbasiyah dimulai ketika Umar bin Abdul Aziz (717-720) menjadi
khalifah Daulah Umayyah. Umar memimpin dengan adil. Ketenteraman dan stabilitas
negara memberi kesempatan gerakan Abbasiyah untuk menyusun dan merncanakan
gerakannya yang berpusat di Al-Humaymah. Pemimpinnya waktu itu adalah Ali bin
Abdullah bin Abbas, seorang zahid. Dia kemudian digantikan oleh anaknya, Muhammad,
yang memperluas gerakan. Dia menetapkan tiga kota sebagai pusat perencanaan dan
organisasi, Kuffah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebgai puat gerakan praktis.
Muhammad wafat pada tahun 125 H/743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim al-
Imam. Panglima perangnya dipilih seorang kuat asal Khurasan bernama Abu Muslim al-
Khurasani. Abu Muslim berhasil merebut Khurasan dan kemudian menyusul kemenangan
demi kemenangan. Pada awal tahun 132 H/750 M Ibrahim al-Imam tertangkap oleh
4
pemerintah Daulah Umayyah dan dipenjara sampai meninggal. Dia digantikan oleh
saudaranya, Abu Abbas. Tidak lama setelah itu dua bala tentara, Abbasiyah dan
Umawiyah, bertempur didekat sungai Zab bagian hulu. Dalam itu Bani Abbas mendapat
kemenangan, dan bala tentaranya terus maju ke negeri Syam (Suriah); di sini kota demi
kota dapat dikuasainya.
Sejak tahun 132 H/750 M itulah Daulah Abbasiyah dinyatakan berdiri dengan
khalifah pertamanya Abu Abbas As-Saffah. Daulat ini berlangsung sampai tahun 656
H/1258 M. Masa yang panjang itu dilaluinya dengan pola pemerintahan yang berubah-
ubah sesuai perubahan politik, social, budaya dan penguasa. Berdasarkan pola dan
perubahan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa yang dilalui Daulah
Abbasiyah dalam lima periode.
Fase ini disebut pengaruh Persia pertama yaitu berlanjut dari kekuasaan khalifah
pertama Abu Abbas As-Saffah tahun 750 m = 132 H sampai khalifah ke 9 (al Watsiq)
tahun 847 M = 232 H. Abu Abbas As-Saffah dan Abu Ja’far AlMansur khalifah pertama
dan kedua disebut peletak pondasi yang kuat. Abu Abbas dengan sikap tegas dan
beraninya mampu mengusir paksa semua bekas keturunan Muawiyah dari wilayah yang
baru direbutnya dari kekuasaan Bani Umayyah, sehingga wilayah Islam Abbasiyah pada
saat itu menjadi aman dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far AlMansur dikenal
sebagai penerus kebijakan khalifah pertama dengan merintis berdirinya Baitul Hikmah
(perpustakaan). Abu Ja’far juga membuat kebijakan memindahkan ibu kota Abbasiyah
dari Damaskus ke wilayah yang lebih luas dan jauh dari pengaruh Bani Umayyah 1 yaitu
Baghdad di wilayah Persia.
5
datang ke Andalusia, seperti di Toledo University, Sevilla University, Granada University,
dan Kordova University. Di Abbasiyah mereka datangi Nizamiyah University, Sammara
University, Naisabury University. Mereka para pelajar dari Eropa itu belajar sambil
mengamati suasana perkembangan ilmu pengetahuan seperti penulisan ilmu pengetahuan
oleh ulama-ulama Islam, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan terutama Baitul Hikmah
yang didirikan hamper di semua kota-kota kekuasaan Abbasiyah. Selesai belajar di kota-
kota Islam, mereka kemudian mengembangkan ilmu dan pengalaman belajar di kota-kota
Islam dengan mendirikan lembaga pengajian yang diberi nama House of Wisdom di
Inggris dan Prancis.
Fase ini disebut dengan pengaruh Persia karena beberapa khalifah yang berkuasa
berkebangsaan Persia, seperti al-Amin dan al-Makmun putra dari Harun al-Rasyid ibunya
seorang Persia dan beberapa khalifah. Meskipun pda fase ini khalifah al-Muktasim mulai
memberi peluang kepada bangsa Turki untuk berkiprah dalam pemerintahan Abbasiyah
sebagai tentara pegawai khalifah dan pengawal istana.
Fase kedua ini dikenal dengan pengaruh kekuasaan Turki pertama. Fase ini dimulai
dari khalifah ke sepuluh al-Mutawakkil. Pada fase ini perkembangan peradaban masih ada
dan berkembang akan tetapi tidak sepakat seperti fase sebelumnya.peradaban ilmu dan
peradaban lainnya, seperti membangun istana, masjid, dan kota masih tetap berjalan baik.
Baru pada akhir abad ke-9 pada saat terjadi disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam
menjadi wilayah-wilayah kecil yang lepas dan merdeka dari pemerintahan Abbasiyah
sebagai pusat pemerintahan Islam, pada waktu itu proses proses pengembangan peradaban
mulai menurun, tetapi para pelajar dari Eropa masih berbondong-bondong belajar di pusat-
pusat peradaban, baik di Baghdad maupun di kota-kota di Andalusia. Dalam hitungan para
6
pakar sejarah, bahwa masa ini masih masuk dalam masa kejayaan peradaban Islam. Pada
fase ini banyak pembesar istana berasal dari bangsa Turki, terutama yang bekerja sebagai
pengawal istana dan pengawal khalifah.
Pada fase ini, Daulah Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Dinasti Buwaihi atau
disebut juga pengaruh Persia II. Fase ini dikenal dengan masa disintegrasi kekuasaan
dinasti Abbasiyah dan munculnya Tawaif di dinasti Umayyah II Andalusia. Wilayah-
wilayah jauh Abbasiyah seperti di Afrika Utara, dan di India meminta merdeka dari
Abbasiyah. Tuluniyah dan Fatimyah di Mesir, serta Idrisi di Maroko dan Sabaktakim di
India mengumumkan merdeka dan lepas dari kekuasaan pusat Abbasiyah.
Bani Buwaihi membagi kekuasaanya kepada tiga bersaudara: Ali untuk wilayah
bagian Selatan negeri Persia, Hasan untuk wilayah bagian utara, dan Ahmad untuk
wilayah al-Ahwaz, Wasit, dan Baghdad. Dengan demikian, Baghdad pada periode ini
tidak lagi merupakan pusat pemerintahn Islam karena telah pindah ke Syiraj di masa
berkuasa Ali bin Buwaihi yang memiliki kekuasaan bani Buwaihi.
Dalam sejarah fase keempat ini disebut dengan fase kekuasaan Bani Seljuk atau
dalam sejarah sering juga disebut dengan fase pengaruh Turki kedua. Sebagaimana pada
periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada masa ini.
7
Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa Alp Arselan dan Maliksyah,
mendirikan madrasah Nizamiyah (1067) dan madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang-
cabang madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan.
Madrasah ini menjadi model bagi perguruan tinggi di kemudian hari. Dari madrasah ini
telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Di antara para cendekiawan
Islam yang dilahirkan dan berkembang pada periode ini adalah az-Zamakhsyari, penulis
dalam bidang tafsir dan Usul ad-din (teologi), al-Qusyairi dalam bidang tafsir, al-Ghazali
dalam bidang ilmu kalam dan tasawuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu
perbintangan.
Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka
membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa provinsi dengan seorang gubernur untuk
mengepalai masing-masing provinsi tersebut. Pada masa pusat kekuasaan melemah,
masing-masing provinsi tersebut memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan
yang terjadi di anatar mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikit demi sedikit
kekuasaan politik khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan
mereka berakhir di Irak di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/1190 M.
Fase ini dikenal dalam sejarah perkembangan Islam sebagai fase lemah sampai
hancurnya kekuasaan Islam Abbasiyah. Setelah terjadi disintegrasi dan perang salib dalam
wilayah Islam, maka kekuasaan Islam Abbasiyah di Baghdad semakin menurun. Pada
tahun 1258 M Abbasiyah diserang dan di bombardir oleh kekuasaan Mongol dengan
membakar sekian ilmu pengetahuan dan serta membakar mati para ilmuwan Islam
Abbasiyah dengan cara membakar perpustakaan, sekolah-sekolah serta membakar
fasilitas-fasilitas umum serta pusat peradaban Islam, yang ada di wilayah Andalusia
diserang dan dihancurkan oleh dua kerajaan Nashrani Aragon dan Castelia, maka
lengkaplah kehancuran Islam pada fase ini. Kondisi peradaban Islam di Baghdad, Trigis
dan Eufhrat hitam beberapa bulan karena abu pembakaran peradaban dibuang di dua
sungai tersebut. Setelah kejadian tragis itu maka kekuasaan Islam yang selama 5 abad
lebih membangun peradaban dengan susah payah, telah takluk dan hancur binasa.
8
C. Kemajuan peradaban
Ilmu hadis
Tokoh yang terkenal : Al-aimmah al-sittah (imam yang enam) yaitu: (1) Al-
Bukhari, hasil karya beliau al- Jami al-Shahih dan Tarikh al-Kabir. (2) Muslim
ibnu Hajjaj ibnu Muslim al-Qusyairi al-Naisabury dengaj kitabnya al-Jami Shahih
Muslim, (3) ibnu Majjah, dengan kitab beliau Sunan ibnu Majjah, (4) Abu Dawud,
dengan kitabnya Sunan Abi Dawud, (5) At-Tirmidzi, dengan kitabnya Sunan At-
Tirmidzi, (6) al-Nasa’i, dengan jitabnya Sunan al-Nasa’i.
Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir yang berkembang : (1) Tafsir bi al-Ma’tsur dengan tokohnya : Ibnu Jarir
Ath Thabari dengan karya beliau Jami al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an; Al-Suda,
dengan menyandarkan tafsirnya kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, serta sahabat
lain; dan Muqotil ibnu Sulaiman yang menyandarkan tafsirnya kepada para sahabat
serta mengutip dari Taurat yang diriwayatkan oleh Yahudi. (2) Tafsir Diroyah/
Tafsir bi al-Ra’yi/ Tafsir bi al-Aqli dengan tokohnya antara lain : Abu Bakar al-
Asham dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil; Ibnu Jaru al-Asadi; Ar-Razy dengan
tafsirnya Al-Muqthathaf; dan sebagainya.
Tokonya: (1) Abu Hanifah al-Nu’man ibnu Sabit dengan karyanya Musnad al-
Imam al-A’dham atau Fiqh al-Akbar, (2) Malik ibnu Anas dnegan kitabnya al-
Muwatha’, (3) Imam Syafi’i dengan jarya beliau al-Risalah, al-Umm, al-Mabsut
dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid, (4) Ahmad ibnu Hanbal dengan kitab beliau al-
Musnad.
9
Para fuqaha terbagi memjadi dua golongan : Golongan ahlu Hadis, yaitu
mereka yang menyandarkan pengambilan hukum kepada hadis. Mislanya Imam
Hanbali. Yang kedua, Golongan ahlu Ra’yu, yaitu mereka yang menyandarkan
hukum dengan pemikiran. Misalnya Abu Hanifah.
10
lebih terkenal dengan sebutab Alpharbius di daerah Barat. Karya beliau : Al-
Musiqa (bidang Fisika), al-Ulum, Fushus al-Hikam, dan lain-lain. (4) Ibnu Sina
dengan karya beliau : al-Syifa, al-Nadjah, ‘Uyun al-Hikmah, Mantiq al-
Masyriqiyin. Kemasyhuran beliau dibidang kedokteran mengalahi kemasyhuran
dibidang filusuf, oleh karena itu beliau diberi gelar ‘the prince of the physicians”,
dan dalam Islam beliau terkenal dengan al-Shaykh al-Ra’is. (5) Ibnu Maskawaih,
karya terpenting beliau : Tartib al-Sa’adah, Tahdzib al-Akhlak, dan Jawidan
Khirad, (6) Al-Ghazali terkenal dengan Hujjatul Islam. Karya bekiau : Ihya
Ulumuddin, Tahafut al-Falasifah, Qawaid al-‘Aqaid, dan lain-lain.
Dalam bidang sains, kemajuan ini didukung oleh Science Policy, yaitu dengan
didirikannya lembaga-lembaga akademik, sekolah, dan observatorium serta perpustakaan.
Dengan begitu menimbulkan kemajuan-kemajuan dalam bidang :
a. Kedokteran
Tokohnya : (1) Jabir bin Hayyan, seorang bapak kimia, (2) Hunain bin Ishaq , (3)
Thabib bin Qurra, (4) Ar-Razi. Dengan beberapa universitas terkenal di kota : (1)
Yunde Shapur (Iran), (2) Harran (Syiria), (3) Baghdad.
b. Ilmu Kimia
Tokohnya : Jabir bin Hayyan, beliau berpendapat bahwa logam seperti tembaga,
timah, dan besi bisa diubah menjadi emas dengan ramuan khusus. Beliau juga
memperbaiki oendapat Aristoteles mengenai campuran logam.
c. Astronomi
Para ahli astronomi yaitu : (1) Al-Biruni, dengan kitab beloau al-Hind dan Qanun
al-Mas’udi fi al-Hai’a wa al-Nujum, (2) Al-Fazari, beliau adalah pencipta
astrolube . (3) Nasiruddin at-Tusi penyusun tabel astronomi Ilkanian geomancy.
d. Matematika
Tokoh populernya adalah Al-Khawarizmi, beliau yang menemukan angka 0. Selain
itu ada Umar al-Farukhan, seorabg insinyur arsitek pembangunan kota Baghdad.
Serta Abul Wafa seorang matematika-astronom dari Persia.
e. Fisika
Tokohnya adalah Abdul Rahman al-Khazini, penulis kitab mizanul Hikmah.
f. Geografi
Tokohnya : (1) Al-Bakhi (2) Al-Hamdani (3) Al-Biruni, dan lain-lain.
11
g. Botani
Tokohnya : (1) abdul Latif, memuat materi botani yang penting dalam kisag
tentang kota Baghdad (2) Abdul Abbas an-Nabati, dan lain-lain.
h. Antidote ( penawar racun)
Tokohnya : Ibnu Sarabi, Serapion Muda, penukus risalah elemen kinua penangkal
racun dalam versi latin.
i. Musik
Tokoh : Nasiruddin Thusi dan Qutubuddin Asy-Syitazi penulis risalah musikal di
sekolah Maragha. Selain itu, ada Safiuddin dari Persia, penemu skala paling
sistematis yang dibuat paling sempurna.
12
Konflik keagamaan juga menjadi penyebab kemunduran dinasti ini. Dapat kita lihat
dengan adanya konflik aliran syiah dan ahlussunnah, yang kemudian terjadilah mihnah
pada masa pemerintahan al-ma’mun (813-833 M), dan menjadikan muktazilah menjadi
madzhab resmi negara. Tetapi seiring berjalanya waktu akhirnya Asy’ariyah dapat
menyingkirkan golongan muktazilah. Kekecewaan bangsa Persia atas tidak tercapainya
cita citanya. Hal ini termasuk dalam bentuk fanatisme keagamaan yang berkaitan dengan
persoalan kebangsaan. Kekecewaan tersebut mendorong sebagisan dari mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zorosterisme, dan Mazdakisme. Yang juga disebut
dengan gerakan zindiq. Karena menggoda keimanan khalifah, maka beberapa khalifah
seperti pada masa al-mansur dan juga al-mahdi berusaha keras memberantasnya dengan
membuat jawatan khusus yang bertugas mengawasi kaum zindiq tersebut. Meskipun telah
dilakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid’ah, tetapi konflik tersebut masih terus
berlanjut. Hingga menyebabkan konflik bersenjata dan menumpahkan darah. Seperti
gerakan Afsyn dan Qaramithah yang diantaranya terdapat konflik bersenjata.
Pada tahun 1258, sejumlah 200.000 tentara Mongol tiba di salah satu pintu Baghdad.
Pasukan mongool dibawah kepemimpinan Hulagu khan cucu dari Jengis Khan
13
memberontak dan mematahkan kaum muslimin. Dari pintu sebelah barat pasukan tartar
dibawah komando yagunus memasuki wilayah Baghdad, kemudian dari pintu sebelah
timur pasukan dibawah kepemimpinan Hulaghu Khan. Hulaghu mengajak bekerja sama
dengan Khalifah Al-Musta’shim, tetapi justru Al-Musta’shim menolaknya. Penyerbuan
kembali berlanjut hingga tokoh masyarkat dipancung oleh pasukan Mongol. Termasuk
khalifah Al-Musta’shim sendiri menjadi korban pembunuhan pasukan Mongol, begitu
kejamnya pasukan Mongol memperlakukan Al-Musta’shim hingga menyeret
menggunakan kuda. Kurang lebih selama tiga pluh empat hari genjatan senjata terjadi,
pasukan Mongol memasuki kota Baghdad dari berbagai arah, dan pintu. Akhirnya kota
Baghdad hancur dan hampir seluruh penduduk Baghdad mati akibat serangan pasukan
Mongol. Namun ada sedikit penduduk yang masih selamat dari keluarga abbbasiyyah
yang akhirnya melarikn diri ke Mesir dan menetap disana.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa dinasti Abbasiyah adalah
suatu dinasti (Bani Abbas) yang menguasai daulat (Negara) Islamiyah pada masa klasik
dan pertengahan Islam. Daulat islamiah ketika berada dibawah kekuasaan dinasti ini
disebut juga dengan Daulah Abbasiyah. Daulah abbasiyah adalah daulat Negara yang
melanjutkan kekuasaan Daulah Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para
pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi
Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas As-Saffah. Pada masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah inilah zaman keemasan Islam tercapai.
Kemajuan peradaban Islam memuncak pada masa dinasti Abbasiyah ini. Berbeda
dengan dinasti Umayyah yang mengutamakan perluasan wilayah Islam, dinasti Abbasiyah
ini lebih menekankan pada kemajuan peradaban Islam dalam bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan, karena saat itu wilayah Islam memang sudah luas. Namun, seiring dengan
kemajuan yang semakin pesat ini, membuat para penguasa terlena dan hidup berfoya-foya,
sehingga merupakan salah satu awal kemunduran dinasti Abbasiyah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Bandung. PT.
REMAJA ROSDAKARYA
http:/ /paringan.blogspot.com/2015/11/makalah-dinasti-abbasiyah.html?m=1
http:/ /makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-sejarah-peradaban-islam-
dinasti.html?m=1
16