Anda di halaman 1dari 2

Peran Bahasa Arab Dalam Perkembangan Peradaban Dunia

Inpasonline.com-Islam merupakan agama wahyu yang diturunkan Allah SWT sebagai petunjuk jalan umat
manusia. Petunjuk tersebut berupa al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua sumber utama dalam Islam tersebut menjadi
cara pandang (worldview) yang mana di dalamnya terkandung nilai-nilai tentang ketuhanan, kemanusiaan,
kebenaran, keikhlasan,keimanan, ketaqwaan, dan lain sebagainya. Dan dengan menerapkan nilai-nilai itulah
peradaban Islam mampu berdiri dengan kuat.
Sejarah Islam mencatat bahwa peradaban Islam tidak berdiri begitu saja. Namun, peradaban Islam berdiri
karena terdapat orang-orang yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Ibn Khaldun menegaskan bahwa
suatu ilmu pengetahuan seperti: kedokteran, kimia, fisika, astronomi, dan lain sebagainya merupakan tanda
keberadaan suatu peradaban. Bahkan, menurutnya, maju dan mundurnya suatu peradaban sangat bergantung
pada ilmu pengetahuan yang ada. Dengan demikian, menurut Ibn Khaldun, ilmu pengetahuan merupakan esensi
dari suatu peradaban.
Dan untuk menggali esensi dari suatu ilmu pengetahuan dibutuhkan alat yang tepat. Karena al-Qur’an dan al-
Hadits menggunakan bahasa Arab maka alat yang tepat untuk memahaminya adalah dengan bahasa Arab juga.
Dalam sejarah peradaban Islam, bahasa Arab merupakan unsur penting yang tidak dapat diabaikan. Untuk itu,
dalam tulisan ini akan dibahas peran bahasa Arab dalam perkembangan peradaban Islam.
Pengaruh terhadap Perkembangan Sains
Berkembangnya suatu peradaban besar tidak dapat dipisahkan dari bahasa Arab. Majunya peradaban Islam
sangat dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahkan, peradaban Barat pun mampu berkembang karena
memperhatikan bahasa Arab. Pengaruh bahasa Arab terhadap peradaban Barat tersebut dapat dilihat dari syair-
syair yang ditulis oleh bangsa Eropa. Menurut Abaniz, penulis asal Spanyol, bahwa sesungguhnya sebelum
orang Arab datang ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang dan pahlawan Muslim ke belahan Selatan,
bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair tentang kepahlawanan dan tidak juga memperhatikan etika, serta
semangat perjuangan. (Musthafa as-Siba’i, Min Rawa’i’ Hadharatina, p. 42). Pendapat ini dipertegas oleh Prof.
Raghib as-Sirjani bahwa penyair Spanyol telah banyak terpengaruh sastra Arab, khususnya sastra tentang
kepahlawanan, majas, perjuangan, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai perjuangan telah
tersebar seiring dengan menyebarnya sastra Arab yang ditulis oleh orang Islam.
Pengaruh bahasa Arab dalam perkembangan peradaban Islam tidak hanya terbatas di bidang seni saja. Banyak
hal dari aspek kehidupan yang telah dipengaruhi oleh bahasa Arab. Dalam buku Nazhariyah al-Adab al-
Muqaran wa Tajaliyatuhu fi al-Adab al-Araby(p.194-195) disebutkan bahwa bahasa arab telah mempengaruhi
peradaban Romawi dalam banyak bidang, bahkan musik dan syair sekalipun.
Atas dasar besarnya pengaruh bahasa Arab terhadap peradaban Barat, Reinhart Peter Dozy (1820-1883
M/1235-1300 H), seorang orientalis Belanda menyatakan penyesalannya atas kebanggaan bangsa Romawi yang
menggunakan bahasa Arab melebihi kebanggaan terhadap tanah airnya sendiri. Ia
mengatakanbahwa,“Sesungguhnya orang-orang pintar telah tersihir oleh dengungan sastra arab. Sehingga
mereka meremehkan bahasa Latin dan Yunani dan lebih bangga menulis dengan bahasa penakhluk mereka
sendiri”. Dari ungkapan tersebut terlihat jelas bahwa peradaban Barat berhutang besar terhadap peradaban
Islam dengan tersebarnya bahasa Arab.
Lebih dari itu, bahasa Arab juga telah mengukir sejarah kejayaan peradaban Islam dengan menjadi pentransfer
bahasa-bahasa Iberia ke bahasa-bahasa lain seperti bahasa Perancis. Yang mana pada masa sebelumnya bahasa
Arab merupakan bahasa lapisan atas yang telah menghantarkan bahasa seperti Castella, Portugas, dan Catali ke
posisi yang lebih istimewa di antara bahasa-bahasa Romansa. Hal tersebut diamini oleh Dieter Meissner,
seorang dosen bahasa Itali di Universitas Salzberg. (As-Sirjani, 2012)
Fakta bahwa bahasa Arab telah mewarnai peradaban Barat juga ditegaskan oleh Nicholson. Ia menjelaskan
bahwa pada awal abad ke-9 M, bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi di Andalusia. Selain itu, di wilayah
Cordova dan Toledo juga telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa utama mereka. Pendapat ini dipertegas
lagi oleh Musthafa as-Siba’I dalam kitabnyaMin Rawa’i’ Hadharatinabahwa penduduk di wilayah tersebut
yang beragama Nasrani justru lebih fasih berbahasa Arab daripada sebagian orang arab sendiri. Kemungkinan
besar hal ini dikarenakan kesadaran mereka akan pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan
bukan sekedar sebagai bahasa suatu bangsa tertentu atau kelompok tertentu saja.
Untuk itu, sangat wajar apabila Prof. Michail mengatakan bahwa “Sesungguhnya Eropa dengan aneka sastra
novelnya berhutang kepada negeri-negeri Arab dan bangsa Arab yang bertempat tinggal di Arab Syria. Mereka
berhutang banyak atau secara lebih utama kepada kekuatan-kekuatan pergerakan yang menjadikan abad-abad
pertengahan Eropa menjadi berbeda dari segi ruh dan ilusi dunia yang dialami sebelumnya”. (Musthafa as-
Siba’i, p. 44)
Bahasa Arab, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam
Bahasa Arab merupakan bahasa yang istimewa. Di antara keistimewaan bahasa Arab sebagaimana telah
dijelaskan oleh Abd al-Rahman Ahmad Al-Buraini dalam karyanya Al-Lughah Al-Arabiyah; Ashl al-Lughat
Kullaha (1998: 24-26) bahwasannya bahasa Arab adalah bahasa yang telah diilhamkan kepada nabi Adam as.
seperti yang tertulis dalam Q.S. Al-Baqarah: 30-33. Pendapat ini memperkuat apa yang telah digagas oleh Ibn
Jinni dalam kitabnya yang monumental yaitu al-Khashaish. Dari hasil pemikiran ini dapat dipahami bahwa
Allah SWT mengajarkan nabi Adam as. seluruh nama-nama makhluk dengan menggunakan bahasa Arab.
Secara tidak langsung dapat dapat dikatakan bahwa alat untuk memahami ilmu pengetahuan adalah bahasa
Arab….Dalam sejarah peradaban Islam, bahasa Arab dikenal oleh penduduk Andalusia pertama kali seiring
dengan masuknya Islam ke wilayah tersebut. Sejalan dengan pesatnya kejayaan Islam di Andalusia maka
bahasa Arab pun mulai dipelajari oleh penduduk setempat. Dan pada akhirnya, bahasa Arab mampu
menggantikan posisi bahasa lokal. Bahasa Arab mampu diterima oleh penduduk Andalusia dikarenakan bahasa
Arab telah menjadi bahasa ilmu pengetahuan, budaya, dan pemikiran. (Hitti, SejarahDunia Arab, p. 138).Untuk
itu sangat wajar jika Islam mudah diterima oleh penduduk lain karena misi Islam adalah mengajarkan ilmu
pengetahuan melalui perantara bahasa Arab.
Seiring dengan semakin diterimanya bahasa Arab, maka berbagai cabang ilmu pengetahuan pun semakin
berkembang. Pada abad ke-9 dan ke-12 banyak karya-karya yang diterbitkan, mulai di bidang kedokteran,
sejarah, agama, astronomi, geografi dan lain sebagainya. Mayoritas karya tersebut ditulis menggunakan bahasa
Arab. Hal inilah yang menjadi titik awal lahirnya karya-karya monumental di Andalusia seperti Ali al-Qali, di
antara karyanya yang terkenal adalah Al-Amalidan Al-Nawadir. (Ahmad Amin, Dhuhr Al-Islam, p. 82-
84).Selain itu ada juga Ibn al-Quthiyah Abu Bakar Muhammad ibn Umar. Beliau merupakan pakar di bidang
bahasa Arab, Nahwu, penyair dan sejarawan. Di antara karya terpentingnya ialah Al-Af’aldan Fa’alta wa
Af’alat. Dan juga Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid, Ibn Hazm (384-455/994-1063), Ibn Hani al-Ilbiri (w.
362/972), al-Zabidi (w. 379/989) dan lain sebagainya.
Banyaknya pakar yang lahir di Andalusia tidak dapat terlepas dari suatu masa yang sangat penting sepanjang
sejarah peradaban Islam yaitu era penerjemahan manuskrip. Peradaban Islam berkembang pesat dengan adanya
gerakan penerjemahan. Era penerjemahan ini mengalami masa kegemilangan pada masa daulah Abbasiyah
yang dipelopori oleh Khalifah al-Mansur. Yang mana beliau mempekerjakan orang-orang Persia yang baru
masuk Islam untuk pergi ke daerah Bizantium mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai bidang ilmu
terutama di bidang filsafat dan kedokteran. Sementara perburuan manuskrip ke daerah Timur seperti Persia
lebih diutamakan mencari naskah tentang tata negara dan sastra. Tujuan pencarian naskah tersebut ialah untuk
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan melakukan proses penyesuaian terhadap nilai-nilai Islam.
Dari masa penerjemahan tersebut telah didapatkan karya-karya besar. Misalnya, Nawbaht, Ibrahim al-Fazari,
dan Ali Ibn Isa yang telah menerjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang astrologi (ilmu
perbintangan). Kemudian ada juga buku tentang ketatanegaraan dan politik serta moral yang berhasil
diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab. Dan berbagai manuskrip-manuskrip berharga lainnya
pun berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Ali Sodiqin dalam buku Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hingga Modern (p.103) menjelaskan
bahwa gerakan penerjemahan dilanjutkan oleh Khalifah al-Ma’mun. Beliau bahkan membayar mahal setiap
hasil terjemahan yaitu membayar bobot buku dengan setara bobot emas. Ini merupakan penghargaan yang luar
biasa terhadap ilmu pengetahuan. Sebab, beliau sadar bahwa suatu peradaban tidak akan memiliki nilai yang
berharga tanpa adanya ilmu pengetahuan. Bahkan, karena cintanya terhadap ilmu pengetahuan, al-Ma’mun
membentuk tim penerjemah khusus yang terdiri dari Hunain ibn Ishaq, Hubaish, serta ilmuwan lain seperti
Qusta ibn Luqa, Abu Bisr Matta ibn Yunus, dan lain sebagainya. Pada masa ini, buku yang berhasil
diterjemahkan dan dikembangkan adalah di bidang astrologi, kimia, dan kedokteran.
Buku-buku yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab inilah yang menjadi buku rujukan dan pegangan
para ilmuwan dunia. Al-Badawi menggarisbawahi bahwa matematika (Ilmu al-Hisab)Arab telah masuk ke
Eropa pada abad ke-13. Keunikan dari matematika Arab ini adalah memiliki bilangan desimal yang disebut
dengan al-Ghubar. Rumus desimal ini dibawa oleh Leonardo de Pisa kemudian dibawa ke daerah asalnya
untuk diajarkan di sana. Dan lebih dari itu, peradaban arab (baca: Islam) adalah peradaban pertama yang
menerapkan angka 0 (Nol) pertama kali. Hal itu dikenalkan oleh ilmuwan besar muslim di bidang matematika
yaitu al-Khawarizmi.
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berkembangnya peradaban Islam sangat terikat dengan
ilmu pengetahuan dan bahasa Arab. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu yang tidak didikotomi oleh
suatu apapun. Sebab, dalam Islam ilmu pengetahuan memiliki sumber yang jelas yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.
Dan semua yang terkandung di dalamnya merupakan kesatuan ilmu yang saling berhubungan. Di dalam ilmu
pengetahuan terkandung nilai-nilai yang menjadi cara pandang (worldview) dalam menyikapi sesuatu. Dan
kunci untuk memahami nilai-nilai tersebut adalah dengan memahami bahasa Arab.Peradaban Islam di
Andalusia dan Cordova adalah salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan yang dikembangkan dengan bahasa
Arab telah mampu membuat peradaban Islam berdiri dengan kokoh.
Peradaban Islam telah membuktikan bahwa bahasa al-Qur’an merupakan bahasa dengan nilai sastra yang
sangat tinggi. Sehingga para penyair handal pun tidak mampu menandingi sastra al-Qur’an. Keistimewaan
bahasa al-Qur’an ini tentu bukanlah suatu kebetulan. Melainkan telah direncanakan oleh Allah SWT yang
menurunkan wahyu al-Qur’an kepada umat Islam agar mereka berpikir.
Jadi, dengan bahasa Arab (bahasa al-Qur’an) inilah Islam tersebar dan mudah diterima oleh masyarakatdi
penjuru dunia. Bahkan, karena keunikan bahasa Arab, peradaban Barat pun telah terpengaruh kemudian
mengembangkan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi mereka, bahkan bahasa perantara ilmu pengetahuan.
Maka, tentu tidak berlebihan apabila kita mengibaratkan bahasa Arab sebagai akar pohon yang kokoh,
peradaban sebagai batang yang tegak berdiri, dan ilmu pengetahuan seperti daun yang rindang dan selalu
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai