Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Abad pertengahan berlangsung kurang lebih selama lima abad, yaitu
sekitar abad ke-10 hingga abad ke-15. Saat itu, kegiatan mengkaji naskah di
Eropa pada abad Pertengahan terpusat pada teks-teks Yunani. Kegiatan
tersebut nampaknya terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat, lantaran
penggunaan bahasa-bahasa daerah di kawasan Eropa sangat terbatas untuk
kegiatan menyalin teks berbahasa Yunani.
Bahasa Romawi semakin mendapatkan perhatian dan bekembang
menjadi bahasa kebudayaan yang mencerminkan sebuah intelektualitas, baik di
dalam sistem pendidikan ataupun di luar itu. Naskah-naskah berbahasa
Romawi memberikan pengaruh yang besar pada kegiatan pengkajian naskah-
naskah abad tersebut. Perkembangan pernaskahan di Timur Tengah abad
pertengahan mengalami kemajuan terlihat dari didirikannya universitas-
universitas yang khusus mengkaji mengenai teks. Selain itu dinilai memiliki
karya-karya tinggi yang dihasilkan oleh bangsa Arab dan Perth. Kajian
pernaskahan di Eropa dilakukan di pusat kebudayaan timur yang menghasilkan
teori-teori mengenai kebudayaan dan sastra dari Arab, Persi, Siria, Turki, dan
kawasan lainnya.1

1
Elis Suryani. 2012. Filologi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesi. Hlm 19.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Filologi


Kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu dasar pemikiran yang
sangat berpengaruh dalam ilmu pengetahuan dan juga kehidupan di masyarakat
Barat. Unsur-unsur yang berakar pada kebudayaan Yunani lama sangat terasa
dalam berbagai bidang , dan aspek-aspek kebudayaan itu banyak tersimpan
dalam naskah-naskah Bangsa Yunani. Sehingga, untuk mengetahui isi
kandungan naskah-naskah tersebut diperlukanlah ilmu filologi untuk
menyajikan kebudayaan Yunani lama yang samapi abad ini tetap berperan
dalam memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai sumber dari
segala ilmu pengetahuan. Ilmu filologi tidak hanya berkembang di dunia Barat,
akan tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya seperti Timur tengah, Asia
dan Nusantara.

B. Filologi di Kawasan Timur Tengah


Negara-negara Timur Tengah mendapatkan ide filsafat dan ilmu
eksakta terutama dari bangsa Yunani Lama. Sejak abad ke-4 beberapa kota di
Timur Tengah telah memiliki perguruan tinggi, pusat studi berbagai ilmu
pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza sebagai pusat Ilmu oratori,
Beriut dalam bidang hokum, Edessa dan Antioch dalam kebudayaan Yunani
pada umumnya. Karena pada abad ke-5 Edessa dilanda perpecahan gerejani,
banyak ahli-ahli filologi yang berpindah ke kawasan Persia. Mereka disambut
baik oleh Kaisar Anusyirwan dan diberi kedudukan Ilmiah di Akademi Jundi
Syapur, pusat studi ilmu filsafat dan ilmu kedokteran. Dalam lembaga ini
banyak naskah Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan
selanjutnya ke dalam bahasa Arab. Kota Harra di daerah Mesopotamia pernah
menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya dikenal dengan bangsa
Sabean, termasuk suku kuno, mahir dalam bahasa arab, maka di kota ini

2
banyak dipelajari tulisan Plato, Ptolomeus, dan Galen, dan naskah-naskah itu
banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan Arab.
Pada zaman dinasti Abasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur
(754-775), Harun Alrasyid (786-809), dan Makmun (809-833) studi naskah
dan ilmu pengetahuan Yunani makin berkembang dan puncak perkembangan
itu dalam pemerintahan Makmun. Di dalam istananya terkumpul sejumlah
ilmuwan dari Negara lain, mereka belajar ilmu geometri, astronomi, teknik,
dan musik. Mereka dibangunkan Bait al- Hikmah (lembaga kebijaksanaan),
yang dilengkapi dengan perpustakaan dan observatorium. Pada waktu itu
dikenal tiga penerjemah ternama, yaitu Qusta bin luqa, Hunain bin Ishaq, dan
Hubaisyi, ketiganya beragama nasrani. Diantara mereka Hunain yang paling
luas ilmu pengetahuannya, menguasai bahasa Arab, Yunani, dan Persia. Sejak
umur 7 tahun dia sudah menjadi penerjemah ke dalam bahasa-bahasa tersebut.
Hunain rajin mencari naskah lama Yunani sampai ke Mesir, Siria, Palestina,
dan Mesopotamia.
Bangsa-bangsa di Timur Tengah memang dikenal sebagai bangsa yang
memiliki dokumen lama yang berisi nilai-nilai yang agung, seperti karya tulis
yang dihasilkan oleh bangsa Arab dan Persia. Sebelum kedatangan agama
Islam, kedua bangsa ini telah memiliki karya sastra yang mengagumkan, dalam
bentuk prosa maupun puisi, misalnya Muallaqat dan Qasidah pada bangsa
Arab. Setelah Islam berkembang, kegiatan meluas di kawasan luar Negara
Arab, serta mistik Islam berkembang dengan maju di daerah Persia pada abad
ke-10 hingga ke-13. Karya sastra mistik yang terkenal misalnya Mantiq at-Tair
susunan Farid al-Din Al-Tar, Mathnawi I ma’nawi karya Jalal al-Din al-Rumi,
Tarjuman al-Asywaq tulisan Ibn al-Arabi. Puisi-puisi penyair Persia terkenal
Umar Khayyam serta cerita Seribu Satu Malam hingga saat ini masih banyak
dikenal di dunia barat dan berkali-kali diterjemahkan dalam bahasa-bahasa
barat dan bahasa timur.
Kedatangan bangsa Barat di kawasan Timur Tengah membuat naskah-
naskah itu dikenal di dunia Barat dan banyak yang menarik perhatian para
orientalis Barat. Maka banyaklah teks yang diteliti oleh mereka dan kemudian

3
mengalir ke pusat-pusat studi dan koleksi naskah di Eropa. Kajian filologi
terhadap naskah-naskah tersebut banyak dilakukan di pusat-pusat kebudayaan
ketimuran di kawasan Eropa dan hasil kajian itu berupa teori-teori megenai
kebudayaan dan sastra Arab, Persi, Siria, Turki, dsb.
Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada
abad ke-8 sampai dengan abad ke-15 membuka dimensi baru bagi telaah karya
tulis dari kawasan Timur Tengah yang masuk ke Eropa daratan pada waktu itu.
Ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab kembali masuk
ke Eropa dengan baju Islam. Banyak karya sastra Arab dan Persia dikenal di
Eropa dalm periode kekuasaan dinasti Umayah di Eropa. Naskah-naskah itu
dikaji di pusat-pusat ilmu dan penelitian di negara-negara Eropa. Tulisan Al-
Ghazali, Ibnu al-Arabi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dll merupakan bahan kuliah dan
penelitian yang menarik. Orientalis yang dikenal pada waktu itu adalah
Albertus Magnus, ahli filsafat Aristoteles melalui tulisan-tulisan Al-Farabi,
Ibnu Sina, dan Al-Ghazali, dia mengajar di Persia pada abad ke-12. Pada abad
ke-13, Roger Bacon dan RaymonLull belajar bahasa dan Persi untuk
mempelajari filsafat Yunani, demikian pula Paul Clement telah memerintahkan
supaya bahasa Arab, Ibrani, dan Kaldea diajarkan di Universitas di Rome,
Bologne, Paris dan Oxford sebagai alat mempelajari naskah ilmu pengetahuan
yang ditulis dalam bahasa tersebut. Pada abad ke-13 di pusat studi Montpiller
dilakukan penerjemahan karya tulis Ibn Rusyd dan Ibnu Sina ke dalam bahasa
latin.
Pada abad ke-17 telaah teks klasik Arab dan Persia di Eropa telah
dipandang mantap, terutama di Cambridge dan Oxford. Mimbar kuliah bahasa
Arab dibuka dengan tenaga pengajar kenamaan, seperti Thomas Adams,
Archbishop Laud, Edward Pococke, dan Abraham Wheelock. Selain naskah
Arab dan Persi, ditelaah pula naskah Turki, Ibrani, dan Siria. Di iInggris
banyak dipelajari karya sastra Arab dan Persi, seperti Seribu Satu Malam,
syair-syair sufi, dan cerita-cerita dari Persi dan Turki. Syair-syair Umar
Khayyam diterjemahkan dalam bahasa Eropa dan pernah disadur dalam bahasa
Inggris.

4
Pada akhir abad ke-18 di Paris didirikan pusat studi kebudayaan
ketimuran bernama Ecole des Langues Orientales Vivantes oleh Silvester de
Sacy. Di tempat itu banyak dipelajari naskah-naskah dari Timur Tengah oleh
para ahli dari kawasan Eropa, serta dari tempat itu lahirlah ahli orientalis Eropa
terkemuka dan terbitlah karangan-karangan bermutu mengenai karya tulis
penulis kawasan Timur Tengah. Diantara mereka adalah Etienne Quatremere
(1782-1857), penanggungjawab Manuscrits Orienteaux di Paris dan telah
menerjemahkan Tarikh al-Mamatik karya Al-Maqrizi serta Muqaddimah Ibnu
Khaldun dalam bahasa Perancis dan menerbitkan naskahnya dalam bahasa
Arab, De slane penyusun katalogus naskah-naskah Arab di Bibliotheque
Nationale de Paris dan menerjemahkan Diwan Imru’u L-Qais dalam bahasa
Perancis. De Sacy dipandang sebagai Bapak para Orientalis karena dari Ecole
des Langues Orientales Vivantes lahir banyak karyanya dalam bidang telaah
karya tulis dari kawasan Timur Tengah pada umumnya.

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai