2024/2025
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Kodikologi, Tekstologi dan Paleografi” ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, bapak Nofrizal, M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah
Filologi, dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam
berbagai hal.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya. Demikian makalah ini
kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, ataupun adanya
ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. M...........................................................................................................
B. Q...........................................................................................................
C. ut...........................................................................................................
D. Qunut....................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagian ini akan menjelaskan sebuah cabang ilmu lain yang memfokuskan
kajiannya pada fisik naskah yakni kodikologi (codicology). Karena objek kajian
filologi dan kodikologi adalah naskah lama yang seringkali mengandung tulisan
kuno, maka patut juga dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu bantu
lain yang relevan, yakni paleografi (paleography). Kedua bidang tersebut
merupakan dua aspek kajian naskah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain bersama filologi. Penerapan ketiganya secara serempak akan menghasilkan
sebuah pemahaman yang utuh mengenai sebuah naskah dan teks.1
Jika kajian filologi dianggap belum banyak menarik minat para peneliti, maka
kodikologi mungkin lebih dari itu. Kajian pernaskahan memang masih lebih
menekankan pada aspek tekstologinya, meski dalam hal tertentu, terutama
menyangkut penentuan usia naskah, pengetahuan tentang kodikologi ini sangat
penting dan menentukan.2 Aspek lain yang termasuk dalam cakupan kodikologi
adalah kajian atas ragam hias yang memperindah tampilan halaman naskah, atau
1
Pengantar Ikram dalam Mulyadi 1994: ii.
2
Pengantar Ikram dalam Mu’jizah dan Rukmi 1998: vii.
iii
yang disebut sebagai iluminasi. Oleh karena itu, pemakalah akan berusaha
memaparkan secara lebih spesifik mengenai tekstologi, kodikologi dan paleografi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan peristilahan dan keilmuan?
2. Bagaimana saja bentuk fisik naskah?
3. Bagaimana proses munculnya teks dan mekanisme transmisi teks?
4. Apa saja jenis dan bentuk aksara kuno?
C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan peristilahan dan keilmuan.
2. Mengetahui macam-macam bentuk fisik naskah.
3. Mengetahui proses munculnya teks dan mekanisme transmisi teks.
4. Mengetahui jenis-jenis dan bentuk aksara kuno.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Tulisan tangan yang mencatat ekspresi pikiran dan emosi sebagai warisan
budaya masa lalu menjadi fokus studi dalam bidang filologi. Segala karya tulisan
tangan tersebut dikenal sebagai naskah (handschrift) yang dimaknai (hs untuk
tunggal, hss untuk jamak) atau (manuscript) yang dikenal dengan (ms untuk
tunggal, mss untuk jamak).
1. Tekstologi
5
bermanfaat sebagai panduan dalam penelitian tekstologis terhadap karya-karya
sastra klasik Rusia yang monumental adalah sebagai berikut:
a. Teks lisan yang dalam tradisi lisan diturunkan secara turun temurun
melalui lisan, dari mulut ke mulut
b. Teks naskah tulisan tangan biasanya ditulis dalam huruf daerah, dengan
bahasa daerah (lokal tertentu)
c. Teks cetakan yang dikenal setelah ditemukannya mesin cetak
6
Menurut De Haan suatu teks terjadi karena beberapa kemungkinan,
antaralain:
Aslinya teks itu hanya ada dalam ingatan pengarang atau pembawa cerita,
kemudian teks itu secara turtun temurun terjadi penurunan teks, terutama
jika ada orang ingin memiliki teks secara pribadi, maka teks itu didiktekan
kepada orang lain. Setiap terjadi penurunan teks, maka akan terjadi variasi
teks
Aslinya berupa teks tertulis yang masih memungkinkan berubah, atau
karena memerlukan kebebasan seni
Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam
pembawaannya (dalam penuturannya) karena pengarang telah menentukan
pilihan kata, urut-urutan kata, dan komposisi untuk memenuhi maksud
tertentu.4
Tekstologi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekstologi lisan dan tulisan. Tidak
ada perbedaan yang jelas antara tekstologi lisan dan tekstologi tulisan. Di Jawa
Tengah, ada pertunjukan yang melibatkan pembacaan teks tertulis secara lisan.
Sebagai contoh, pertunjukan cerita kentrung atau pembacaan barzanji dan
manakib dalam sastra pesantren. Selain menggunakan naskah, seseorang dapat
melakukan penelitian terhadap karya tulis mahasiswa tentang teks lisan sebagai
ekspresi dari teks tulisan. Contohnya, studi mengenai cerita rakyat, narasi seperti
yang diceritakan oleh dalang jemblung di daerah Madiun. Dengan demikian, teks
lisan dapat berawal dari teks tulisan otonom yang kemudian diucapkan secara
lisan. Namun, bisa juga sebaliknya, dimana teks awalnya bersifat lisan, kemudian
diabadikan dalam bentuk tulisan.
2. Kodikologi
Kodikologi diartikan dengan kajian kepada buku, terutama era setelah mesin
cetak ditemukan, kata kodeks digunakan untuk mengarah pada buku. Kodeks
4
Dalam Baried, 1994:58.
7
yang dimaksud dalam konteks pernaskahan kali ini adalah naskah manuskrip kuno
yang menjadi objek khusus kajian filologi.5 Kodikologi berasal dari bahasa Latin
‘codex’ yang diterjemahkan menjadi naskah.6 Maka, kodikologi berarti ilmu
tentang pernaskahan yang menyangkut bahan tulisan tangan.
8
gulungan, meskipun beberapa daerah seperti Minangkabau di Sumatra Barat dan
Ambon di Maluku masih menggunakan gulungan, terutama untuk naskah khotbah
atau silsilah. Penemuan dokumen dalam bentuk codex memberikan keuntungan
besar bagi perkembangan tradisi ilmiah karena akses yang lebih mudah. Codex
juga lebih kokoh dan tahan lama dibanding gulungan, serta lebih praktis dibawa
karena biasanya dilindungi oleh sampul.
9
Mulyadi: 1994.
9
Pedoman yang digunakan dalam penelitian kodikologi adalah model yang
terdapat dalam buku "De Descriptione Codicum". Namun, dalam praktiknya,
penggunaan metode Huisman ini sebaiknya disesuaikan dengan kondisi fisik
naskah yang sedang diteliti. Ini berarti bahwa tidak semua detail yang disarankan
digunakan untuk menganalisis naskah. Berikut adalah cakupan penelitian
kodikologi secara rinci:
1. Identifikasi
Deskripsi naskah bagian identifikasi ini meliputi masalah-masalah:
10
Aksara
Bahan/alas 3. Jarak antar baris
Jenis
Cap huruf/khot
kertas (watermark, Jumlah halaman yang
countermark),
Jumlah penulis termasuk ditulis
laid koreksi
Tanda lines (garis-garis Jumlah lembar pelindung
halus
Pungtuasi dan chain lines Jumlah kuras/susunan kuras
(garis-garis yang Ukuran halaman
mengikat) Ukuran pias
Warna tinta Cara penggarisan
Kondidi naskah Kolom/bukan
Jumlah halaman Penomoran halaman
Jumlah baris per halaman Sampul depan/belakang
Tulisan
4. Penjilidan
Dalam hal penjilidan naskah dapat diseskripsikan hal-hal sebagai berikut:
11
3. Paleografi
Paleografi berasal dari bahasa Yunani: palaios, yang berarti ‘tua’ atau
‘kuno’(old), dan graphein, yang berarti ‘tulisan’ (writing). Jadi, paleografi dapat
diartikan sebagai kajian atas tulisan tangan kuno. Dalam konteks filologi,
disarankan untuk melakukan kajian paleografis terhadap sebuah teks sebelum
menginterpretasikan dan memberikan makna terhadap teks tersebut.
B. Fisik Naskah
1. Kertas dan Alas Naskah Lain
Kertas adalah salah satu media utama yang banyak digunakan untuk menulis
manuskrip. Asal-usul kata “paper” mungkin terkait dengan papyrus, sebuah bahan
tulis yang digunakan di Mesir kuno. Di dunia pernaskahan Nusantara, kertas yang
paling umum digunakan berasal dari Eropa, namun ada juga berbagai jenis media
lokal seperti daluang, lontar, dan bambu yang digunakan sebagai alas naskah.
Ciri umum dari kertas Eropa adalah adanya cap kertas (watermark) yang dapat
terlihat ketika kertas diterawang di bawah cahaya. Identifikasi watermark pada
kertas dapat membantu dalam menentukan perkiraan usia naskah, yang pada
dasarnya dapat mendukung dalam mengidentifikasi periode penulisan teksnya,
meskipun tanggal pastinya tidak selalu dapat dipastikan
12
Sebelum abad ke-13, kertas yang digunakan untuk menulis naskah Yunani
Eropa tidak memiliki watermark karena sebagian besar diimpor dari percetakan di
dunia Arab. Italia, salah satu produsen kertas terkemuka di Eropa pada masa itu,
hampir selalu menyertakan watermark dalam kertas buatannya.10 Pada awalnya,
watermark bertujuan untuk membedakan kertas yang diproduksi oleh tangan yang
berbeda, bahkan jika diproduksi di pabrik yang sama. Salah satu watermark yang
diproduksi di Italia adalah gambar tiga bulan sabit, yang diyakini dibuat untuk
pasar di dunia Muslim secara umum, dan khususnya ke negara Turki. 11 Dalam hal
naskah Nusantara, kertas-kertas Eropa yang dijumpai mengindikasikan bahwa asal
usulnya kebanyakan berasal dari Inggris dan Belanda mengingat masa
kolonialisme pada masa itu.
10
Jones 1998: 109.
11
Nurhakim 1986: 333.
13
cetakan, dapat juga dilihat sejumlah garis mendatar (horizontal) tipis yang disebut
sebagai laid lines atau wire lines, dan beberapa garis menaik (vertical) lebih tebal
yang disebut sebagai chain lines.12
12
Mulyadi 1994: 63.
13
Rubinstein 1996, atau Hinzler 1993 7 1998.
14
Lihat Soetikna 1939, atau Noordyun 1965, atau Guillot 1983, atau Ekadjati & McGlynn 1996,
atau Permadi 2012.
14
Aksara Nusantara merujuk pada beragam aksara atau sistem tulisan tradisional
yang digunakan di Kepulauan Nusantara. Istilah ini secara umum mengacu pada
aksara-aksara abugida yang berasal dari Brahmi yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Meskipun sebagian besar aksara Nusantara
masih diajarkan sebagai bagian dari kurikulum lokal di daerah masing-masing,
penggunaannya terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Aksara Nusantara sendiri
terbagi menjadi tiga bagian besar dengan tiga masa yang berbeda, seperti akan
disebutkan di bawah ini:
a. Zaman Klasik
1. Aksara Jawi
15
Seperti diketahui, tulisan Jawi merangkum seluruh abjad Arab (29 huruf)
seraya menambahkan 6 abjad tambahan, sehingga jumlahnya menjadi 35 huruf. 19
29 huruf yang berasal dari abjad Arab adalah:
١ (a), ( بb), ( تt), ( ثtha), ( جj), ( حh), ( خkh), ( دd), ( ذdh), ( رr), ( زz), ( سs),
( شsh) ( صs), ( ضd), ( طt), ( ظz), غ,)‘( ( عg), ( فf), ( قq), ( كk), ( لl), ( مm),
( نn), ( وw) ( ھh), )<( ء, dan ( يy). Sedangkan 6 abjad lainnya yang merupakan
bentuk modifikasi adalah: ( ؤv), ( غc), ( ڨp), ( گg), dan ( پny).
Tulisan Jawi jelas juga merupakan salah satu bentuk penting artikulasi
masyarakat di dunia Melayu-Indonesia khususnya, dan Nusantara pada umumnya,
dalam menerima dan menerjemahkan Islam ke dalam muatan lokal.20
2. Aksara Pallawa
19
Kang Kyoung Seock 1990: bab 2; Musa 1999: 11-12.
20
Lihat Hooker 1983.
21
Kushartanti; Yuwono, Untung; Lauder, Multamia R. M. T. (2005). Pesona bahasa: langkah awal
memahami linguistik. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 72.
22
Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 6:
"Aksara Pallawa-aksara yang dipakai untuk menuliskan bahasa-bahasa di India Selatan dan
diturunkan dari aksara Brahmi. Aksara ini dipakai sekitar abadke-4–5M pada zaman keemasan
dinasti Palliwa di India (sekitar Madras) dan menyebar ke Asia Tenggara dan kemudian dipakai
antara lain untuk menulislian Bahasa Melayu Kuna pada prasasti-prasasti Sriwijaya, dll. Istilah
aksara Pallawa ini mula-mula dipakai oleh ahli arkeologi Belanda, NJ. Krom. Sarjana lain
menyebutnfa aksara grantha.".
16
3. Aksara Kawi (Jawa Kuno)
Aksara Jawa Kuno atau Aksara Kawi (pujangga, penyair; mahir dalam
mengubah puisi)23 adalah aksara historis yang terutama ditemukan di Pulau Jawa
dan digunakan di sebagian besar wilayah Asia Tenggara antara abad ke-8 hingga
ke-16.
23
Zoetmulder, P.J, dan Robson, $.0. (2006). Kamus Jawa Kuna-Indonesia. (Darusuprapta dan
Sumarti Suprayitna, Penerjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
17
Adapun, beberapa aksara kuno pada zaman klasik ialah:
Aksara Siddhamatrka
Aksara Buda
Aksara Proto-Sumatera
Aksara Nagari.
b. Zaman Kolonial
Surat Batak, disebut juga sebagai Surat na Sampulu Sia (kesembilan belas
huruf), Si Sia-sia, atau Aksara Batak, adalah salah satu aksara tradisional
Indonesia yang berkembang di wilayah masyarakat Batak, Sumatera Utara, yang
digunakan untuk menulis enam rumpun bahasa Batak: Batak Angkola, Batak
Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, Batak Simalungun, dan Batak Toba. 24
Aksara ini merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara
Kawi.
24
Everson, Michael; Kozok, Uli (07-10-2008). "Proposal for encoding the Batak script in the UCS".
18
2. Aksara Lampung (Had Lampung)
Surat Lampung,25 dikenal juga sebagai Surat Ulu atau Aksara Lampung,
adalah sekumpulan aksara tradisional Indonesia yang berkembang di pulau
Sumatra bagian selatan. Aksara ini digunakan untuk menulis rumpun bahasa
Lampung dan bahasa Melayu.26 Surat Lampung merupakan turunan dari aksara
Brahmi melalui perantara aksara Kawi.
25
Pudjiastuti 1996.
26
"Malay manuscripts from south Sumatra - Asian and African studies blog"
27
Poerwadarminta 1939, hlm. 627.
28
Poerwadarminta 1939, hlm. 68.
19
Aksara Lontara
Aksara Baybayin
Aksara Buhid
Aksara Hanuno’o
Aksara Tagbanwa
Aksara Minangkabau
Aksara Rencong
Aksara Malesung
Adapun, aksara kuno lain yang berkembang pada zaman kolonial ini adalah:
Aksara Ulu
Aksara Rejang
Aksara Iban (Dunging)
Aksara Mbojo
Aksara Samawa
Aksara Sasah
Aksara Bonda
Aksara Makassar (Ukiri)
Aksara Alifuru
c. Zaman Modern
1. Aksara Sunda Baku
Aksara Sunda Baku ialah sistem penulisan yang digunakan untuk menuliskan
Bahasa Sunda kontemporer, ia juga merupakan hasil penyesuaian Aksara Sunda
Kuno. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan Aksara
Sunda.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
22