Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Perkembangan Pengertian Kata Adab dari Masa ke Masa dan Unsur-Unsur


yang menjalin Sastra Arab serta bentuk-bentuk karya sastra”

Dosen Pengampu : Drs. Abdul hamid, M.Ag

DISUSUN OLEH :

Melani Awaliah Sitadewi 2111020040

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat beriring salam kita hanturkan kepada
nabi besar Muhammad SAW.

Biidznillah atas kehendak Allah kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah Madkhol ila adabi ini dengan judul “Perkembangan Pengertian Kata Adab dari Masa
kemasa dan Unsur-Unsur yang menjalin Sastra Arab serta bentuk-bentuk karya sastra”. Makalah
ini kami susun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah yang diberikan oleh Bapak Drs. Abdul
hamid, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Drs. Abdul hamid, M.Ag juga
kepada teman-teman sekalian serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca dan dosen pembimbing demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pelajaran dan pendidikan, khususnya bagi
penyusun dan juga pembaca.

Bandar Lampung , 1 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pengertian Kata Adab dari Masa ke masa..............................................................4
1. Pengertian Adab pada era Jahiliyah.............................................................................................4
2. Pengertian Adab pada era awal islam..........................................................................................5
3. Pengertian adab pada era umayyah..............................................................................................6
4. Pengertian adab pada era Abasiyyah............................................................................................6
5. Pengertian adab pada era Abasiyyah............................................................................................7
B. Unsur-Unsur yang menjalin Sastra Arab........................................................................................8
1. 'Athifah (Emosi} Atau Ai Tajribah Al- Syi'riyah.........................................................................8
2. Al Haqiqah atau al-Fikrah............................................................................................................8
3. Al Khayal (Imajinasi)..................................................................................................................9
4. Al-Ibarah atau Al Uslub...............................................................................................................9
C. Bentuk-bentuk Karya Sastra............................................................................................................9
1. Puisi.............................................................................................................................................9
2. Prosa..........................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis antara
pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah
dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini sering dikatakan
bahwa syair merupakan antologi kehidupan masyarakat Arab (Diwān al-`Arab). Artinya,
semua aspek kehidupan yang berkembang pada masa tertentu tercatat dan terekam dalam
sebuah karya sastra (syair).

Sastra Arab yang sering disebut dengan Adab sudah berkembang jauh sebelum masa
islam datang. Pada masa Jahily bahkan orang Arab terkenal dengan kemampuan mebuat
syair-syair yang sangat indah. Ketinggian bahasa sastra Jahily saat itu sudah tak diragukan
lagi oleh banyak pengamat kebudayaan, hal ini dikarenakan kondisi sosio-historis yang
melatarbelakanginya serta event pasar sastra dan ayyam al-arab turut memberikan andil yang
tidak sedikit.

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan perkembangan pengertian adab dari masa
ke masa, beserta unsur dan bentuk dari sastra itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan pengertian Adab dari masa ke masa?
b. Apa saja unsur-unsur dari karya sastra?
c. Sebutkan bentuk-bentuk karya sastra Arab?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bagaimana perkembangan pengertian Adab dari masa ke masa.
b. Mengetahui unsur-unsur dari karya sastra.
c. Mengetahui bentuk-bentuk karya sastra Arab.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pengertian Kata Adab dari Masa ke masa


Sebagai sebuah istilah, kata "Adab" mengalami perkembangan yang cukup panjang dalam sejarah
kesusastraan Arab. Perkembangan kata "Adab" sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Arab.
Pengambilan kata itu dari masyarakat Arab Badui sampai masyarakat Arab perkotaan yang telah
mempunyai peradaban. Kata "Adab" terdapat banyak perbedaan mengenai maknanya, dan perbedaan
makna itu sangat dekat, maksudnya perkembangan dan perubahan makna itu tidak terlalu kontras dengan
makna aslinya. Perubahan itu diketahui sampai sekarang melalui perkataan-perkataan dan tulisan-tulisan.
Penafsirannya jelas hanya kecenderungan pendengar pendengar pada pengucapan kata "Adab" tersebut. .
Berikut perkembangan pengertian adab dari masa ke masa:

1. Pengertian Adab pada era Jahiliyah


Pada zaman Jahiliyyah kata "Adab" berarti "‫( "الدعوة إلى الطعام‬mengajak makan atau undangan
ke perjamuan makan), dan arti ini sudah jarang digunakan, kecuali pada kata "Ma'dubah" dari
akar kata yang sama yaitu "Adab". Kata "Ma'dubah" berarti jamuan atau hidangan, dengan kata
kerja "Adaba-ya'dibu" yang berarti menjamu atau menghidangkan makanan. Sebagaimana yang
terdapat dalam perkataan Tharafah bin Abdul Bakri al-Wa'illi:

‫ال ترى اآلدب فينا ينتفر‬ ¤ ‫نحن فى المشتاة ندعو الجفلى‬

"Pada musim paceklik (musim kesulitan pangan), kami mengundang orang-orang ke perjamuan
makan, dan engkau tidak akan melihat para penjamu dari kalangan kami memilih-milih orang
yang diundang"

Kata "Adab" juga digunakan dalam arti "prilaku yang terpuji atau terhormat dan sifat-sifat yang
mulia" seperti yang terdapat di dalam dialoq antara ‘Atabah dengan Hindun, puterinya. ‘Atabah
berkata kepada puterinya tentang Abu Sufyan yang datang melamarnya:

5
"...‫بدر أرومته وعّز عشيرته يؤدب أهله وال يؤدبونه‬. ..."

".... Asal-usulnya mulia, keluarganya terhormat, dia sopan dan hormat kepada keluarganya,
meski diantara keluarganya ada yang tidak menghormatinya....".

Akhirnya Hindun pun setuju menikah dengan Abu Sufyan sambil berkata:

"...‫ وسآخذه بأدب البعل مع لزوم قبتى وقلة تلفتى‬,‫ وإنى له الموافقة‬,‫"إنى ألخالق هذا لوامقة‬

"Sungguh, aku benar-benar menyukai akhlak dan perilaku yang demikian, dan aku setuju
menikah dengannya dan akan kujadikan ia suami yang dihormati, dan dengan kesetiaan aku
akan selalu berada di rumah, dan tidak akan berselingkuh dibelakangnya".

2. Pengertian Adab pada era awal islam


Seperti yang dikemukakan oleh Bakalla (1984:34-36) bahwa pada zaman Pemulaan Islam,
ketika agama Islam datang dengan membawa ajaran-ajaranya yang menyeru kepada akhlak
mulia, maka kata "Adab" berarti "‫ارم األخالق‬€€‫د ومك‬€€‫دعوة إلى المحام‬€€‫( "ال‬ajakan untuk memuji dan
berakhlak baik), dan juga mempunyai arti at-Tahdzib (pendidikan atau pengajaran), dan al-
Khulqu (budi pekerti), seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw:

"...‫"أدبنى رّبى فأحسن تأديبى‬

"Tuhanku telah mendidikku, maka baiklah pendidikanku/akhlak"

6
Beliau Saw juga bersabda:

"‫"إن هذا القرآن مأدبة هللا فى األرض فتعلموا من مأدبته‬

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah sumber peradaban Allah di muka bumi, oleh karena itu
belajarlah kalian pada sumber peradaban-Nya"

Umar bin Khattab berkata kepada puteranya:

"...‫ واحفظ محاسن الشعر يحسن أدبك‬,‫"يا بنى انسب نفسك تصل رحمك‬

"Wahai anakku, nisbatkanlah (hubungkanlah silsilah keturunan) dirimu, niscaya akan


bersambung hubungan dengan keluargamu, dan hafalkanlah puisi-puisi indah, niscaya akan
menjadi lembut budi pekertimu"

3. Pengertian adab pada era umayyah


Pada zaman Umayyah, kata Adab mempunyai arti at-Ta'lim (pengajaran), sehingga dari kata
itu lahir kata turunan al-Mu'addibun yaitu sebutan bagi orang-orang yang masa itu bertugas
memberikan pelajaran tentang puisi, khutbah, sejarah orang-orang Arab, mulai dari keturunan
mereka sampai pada peristiwa-peristiwa yang mereka alami di zaman Jahiliyyah dan zaman
permulaan Islam kepada putera-putera khalifah.

4. Pengertian adab pada era Abasiyyah


Sementara pada zaman Abbasiyyah yang terkenal dengan zaman kebangkitan ilmu
pengetahuan, kata Adab mempunyai arti at-Tahdzibu wa at-Ta'liimu ma'an (pendidikan sekaligus
pengajaran), atau berarti semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan umat manusia dan juga tata
cara yang perlu diikuti dalam suatu disiplin tertentu. Arti "Adab" pada masa ini lebih mengacu
7
pada kebudayaan. Seperti yang pernah ditulis oleh Ibn al-Muqaffa (wafat 142 H.) dalam bukunya
yang berhudul al-Adab al-Kabir yang berisikan kumpulan-kumpulan surat-surat panjang Ibn al-
Muqaffa' yang terbagi menjadi dua bagian yaitu khusus mengenai sultan, politik, dan
pemerintahannya, dan yang berhubungan dengan persahabatan dan sejenisnya. Dan al-Adab al-
Shaqir yang berisikan surat-surat pendek Ibn al-Muqaffa' yang berisi kumpulan wasiat mengenai
budi pekerti, kemasyarakatan, dan mengenai apa yang harus dipersiapkan oleh manusia dalam
kehidupannya seperti bagaimana bergaul dengan atasan, bawahan, dan sesamanya. Selain itu,
kata "Adab" telah meluas artinya dan sering diterapkan pada puisi, prosa, peribahasa, dan
balaghah, juga diterapkan pada bidang ilmu nahwu, sharf, ushul, dan sebagainya.

5. Pengertian adab pada era Abasiyyah


Pada Abad ke-4 H, kata "Adab" semakin memiliki arti yang luas, sehingga terkadang dari
kata itu difahami sebagai segala sesuatu yang keberadaannya mengandung nilai pendidikan,
peningkatan intelektual dan moral manusia baik dari segi sosial maupun budaya, serta
pembentukan seseorang menjadi cemerlang, memiliki keistimewaan yang cocok bagi
penampilan figur kelas elit dalam kehidupan intelektul sekaligus kehidupan material. Kata
"Adiib" yang berarti satrawan, mengarah kepada makna yang kita sekarang dari kata "mutsaqqif"
yang berarti budayawan atau orang yang memiliki intelektual tinggi.

Dengan berakhirnya abad ke-4 H, seiring dengan berkembangnya ilmu bahasa dan sastra,
kata "Adab" mengandung pengertian ungkapan-ungkapan yang indah, baik dalam bentuk puisi
maupun prosa, dan ungkapan-ungkapan yang memerlukan penafsiran dan penjelasan yang
bekenaan dengan segi-segi baik dan buruk yang terdapat didalamnya. Makna "Adab" yang
demikian itu, masih dapat difahami dan digunakan pada masa sekarang (modern). Dari sini, kita
dapat mengatakan bahwa kata "Adab" memiliki dua makna yang berbeda. Pertama, kata "Adab"
dalam pengertian yang khusus berarti perkataan indah yang menimbulkan kenikmaan seni dalam
jiwa pembaca atau pendengarnya, baik perkataan itu berbentuk puisi maupun prosa. Kedua, kata
"Adab" dalam pengertian umum, yaitu hasil cipta rasa akal yang dilukiskan dalam kata-kata yang
ditulis dalam buku-buku.

Puisi indah, essai yang memikat, orasi (khutbah) yang memukau, dan kisah yang
mengesankan, semua ini termasuk "Adab" dalam pengertian khusus, karena ketika kita membaca
atau mendengarkannya, anda mendapatkan kenikmatan seni seperti yang kita dapatkan ketika

8
mendengarkan nyanyian seorang penyanyi, alunan musik, serta ketika kita melihat lukisan atau
patung yang mempesona. Dengan demikian, maka "Adab" atau satra adalah sesuatu yang
berhubungan dengan citrarasa, perasaan, dan kesadaran kita. Sementara, dalam referensi Barat
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "Adab" dalam pengertian literature adalah kumpulan
peninggalan baik prosa atau puisi yang terdapat pada bahasa dan bangsa tertentu dan mempunyai
keistimewaan dalam gaya dan idenya; Peninggalan yang berbentuk naskah atau cetakan khusus
yang terdapat dalam sebuah bahasa atau bangsa tertentu; Semua tulisan yang membicarakan
topik-topik tertentu, seperti adabul falak (tulisan tentang ilmu falak/penanggalan) atau adab az-
Ziraa'at (tulisan tentang ilmu pertanian); atau sesuatu yang dihasilkan manusia dalam bentuk
naskah atau cetakan, seperti buku tentang ilmu Nahwu, Sharf, filsafat, termasuk kata "Adab"
dalam pengertian umum, karena itu merupakan gambaran atau konsepsi berbagai pengetahuan
yang dihasilkan manusia, terlepas ketika membacanya akan menimbulkan kenikmatan seni
dalam diri kita atau tidak (Mahmud Jad ‘Akawi dalam al-Mujaz fi al-Adab al-Arabi, 1972, jilid I
hal: 5-9).

B. Unsur-Unsur Pembentuk Sastra Arab

1. 'Athifah (Emosi} Atau Ai Tajribah Al- Syi'riyah


Athifah adalah keadaan di mana jiwa penulis dijiwai dengan subjek atau pengamatan dan
mempengaruhinya dengan kuat, mendorongnya untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan,
seperti paparan pengalaman cinta yang keras, emigrasi paksa dari tanah air, atau pertempuran
yang sulit melawan musuh yang perkasa ... dan pengalaman ini banyak dan beragam, tergantung
pada sifat dan kualitasnya Kehidupan yang dijalani penyair, karenanya emosi atau pengalaman
artistik dianggap sebagai salah satu elemen terpenting yang membedakan teks sastra dari yang
lain.

2. Al Haqiqah atau al-Fikrah


Gagasan atau tema merupakan patokan utama untuk mengetahui karya satra. Sebuah karya sastra
yang tidak memiliki gagasan adalah karya sastra yang lemah. Karya sastra yang sesungguhnya bukan
susunan bahasa dan ungkapan semata, tetapi dia harus memberikan informasi baru tentang alam dan
kehidupan, eksistensi, dan manisia. Pikiran dan gagasan yang terkandung dalam karya sastra hendaknya
jelas dan relevan bukan yang bersifat plagiat atau tiruan.

9
Gagasan /ma;na sering diartikan sebagai ide dasar dari puisi atau semua bentuk karya.Gagasan
menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. Munculnya Gagasan dalam puisi tertentu dalam
pikiran penyair akan memberikan dorongan yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai
Gagasan yang kuat untuk menghasilkan karya puisi yang sesuai Gagasan tersebut. Misalnya, ketika
muncul ide atau gagasan yang kuat berupa hubungan antara penyair dan tuhan, maka puisinya akan
berGagasan ketuhanan. Begitu pula ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan persoalan
sosial, maka puisi nya akan berGagasan kritik sosial.

3. Al Khayal (Imajinasi)
Imajinasi adalah kemampuan menciptakan citra dalam angan-angan atau pikiran tentang sesuatu yang
tidak diserap oleh panca indra, atau yang belum pernah dialami oleh kenyataan. Imajinasi merupakan
unsur yang amat penting, ia dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa yang telah
berlalu dan yang akan datang. Andaikata tidak ada imajinasi, niscaya kehidupan manusia menjadi
miskin . Imajinasi adalah merupakan ungkapan jiwa atau bathin seseorang yang diungkapkan dalam
bentuk susunan kalimat syi‟ir. Biasanya kata-kata yang dipilih penyair itu mempunyai arti tersendiri
baginya, yaitu kata-kata khusus yang memiliki intrepretasi. Imajinasi merupakan unsure yang amat
penting dalam karya sastra, karena dapat membantu manusia (sastrawan) untuk merekam peristiwa yang
lalu dan yang akan datang. Imajinasi tidaklah sama dengan realitas yang ada, walaupun ia tetap
berpangkal pada kenyataan dan pengalaman. Oleh karena itu sastra tidak terikat dengan kenyataan,
kebenaran, dan kedustaan.

4. Al-Ibarah atau Al Uslub


Gaya Bahasa adalah cara penyair mengungkapkan isi hati dan imajinasin melalui pemilihan kata-kata
yang digunakan dalam karya sastranya. Uslub adalah alat yang mentransmisikan apa yang ada di jiwa
penulis kepada penerima untuk merasakan apa yang dia rasakan, dan merasakan apa yang dia rasakan.
Karena kemampuan membangkitkan emosi bergantung sepenuhnya pada keindahan ungkapan dan
pemenuhan hak imajinasi, emosi dan kebenarannya; Ini karena casting dan komposisinya yang bagus, dan
menjadi cermin yang murni dan setia dari apa yang ada dalam jiwa penulis, sesuai dengan pokok
bahasannya, kelembutan, kemanisan, atau kedahsyatannya

C. Bentuk-bentuk Karya Sastra

1. Puisi
Puisi didefinisikan sebagai bentuk ekspresi sastra yang muncul sejak zaman kuno, berbau
rima, ucapan berirama, menggunakan gambar puitis dan artistik, menggunakan simbolisme, dan

10
ditulis oleh penyair untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, perasaan, masalah, apa yang dia
inginkan, dan masalah kemanusiaan yang menarik baginya Puisi memiliki jenisnya dan sesuai
dengan topiknya.

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat. Hal itu untuk
mempertajam kesadaran orang mengenai pengalaman serta membangkitkan tanggapan khusus
lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Oleh karena itu, kejelasan sebuah puisi sangat tergantung
pada ketetapan penggunaan kata serta kepaduan yang membentuknya.

2. Prosa
Prosa adalah satu di antara bentuk dari karya sastra yang berbeda dengan puisi. Namun,
banyak yang beranggapan keduanya merupakan karya sastra yang sama.Prosa merupakan karya
sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Prosa pada umumnya merupakan cangkokan
dari bentuk monolog dengan dialog. Bahasa prosa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
kata lain, prosa atau fiksi adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai
suatu masalah, peristiwa, dan lain-lain. Contoh dari prosa yaitu ; artikel – cerita – lakon – opini –
wasiat – surat, kedudukan – biografi sastra.

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian kata “adab” dari masa ke masa mengalami perkembangan makna . Di masa
jahiliyyah kata adab digunakan untuk mengundang seseorang untuk datang ke sebuah
perjamuan . Kemudian di era selanjutnya ( era awal islam hingga era modern) makna nya
berkembang menjadi pengajaran , pendidikan atau bahkan di masa modern kerap dimaknai
sebagai sebuah karya sastra .
Adapun unsur-unsur pembentuk karya sastra itu sendiri antara lain ; athifah(emosi),
fikrah (ide), khayal(imajinasi), uslub(gaya bahasa). Bentuk dari karya sastra itu sendiri yang
telah dipaparkan dalam makalah yakni puisi dan prosa.
Puisi didefinisikan sebagai bentuk ekspresi sastra yang muncul sejak zaman kuno, berbau
rima, ucapan berirama, menggunakan gambar puitis dan artistik, menggunakan simbolisme, dan
ditulis oleh penyair untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, perasaan, masalah, apa yang dia
inginkan, dan masalah kemanusiaan yang menarik baginya. Sedangkan prosa yakni satu di antara
bentuk dari karya sastra yang berbeda dengan puisi. Prosa merupakan karya sastra yang disusun
dalam bentuk cerita atau narasi . Contoh dari prosa itu sendiri yakni : artikel – cerita – lakon – opini
– wasiat – surat, kedudukan – biografi sastra.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, bagi para pembaca diharapkan mampu memberikan masukan
kepada pemakalah. Dan semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai tauhid
serta menambah minat untuk terus mempelajarinya

12
DAFTAR PUSTAKA
Buku Madkhol ila Adabi.

Kamil Syukron.(2012).Teori Kritik Sastra Arab Klasik & Modern. Jakarta : Rajawali
Pers.

Widodo .(2007).”Unsur-unsur Intrinsik Syair Arab”. Jurnal Ilmiah Pedagogy, Volume 7


No 1 :6-9.

13

Anda mungkin juga menyukai