Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Definisi dan Klasifikasi Sastra Arab


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tarikh Adab modern

Dosen Pengampu :
Dr. Islmail, M.Ag

Disusun Oleh :
Ilham Taufiq Alamsyah 2111340009
Hana Mahdiyana 2111340017

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “ Definisi dan Klasifikasi Sastra
Arab " ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pemikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah tarikh
adab modern pada program studi bahasa dan satra arab di semester enam, fakultas ushuluddin
adab dan dakwah, universitas islam negeri fatmawati sukarno bengkulu. Selain itu,
pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang membuat makalah ini jauh dari
kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis.
Karenanya penulis membutuhkan kritik maupun saran yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis selaku tim penyusun
dan bagi semua pihak yang mendapatkan informasi guna memperluas wawasan juga
pengalaman yang dimiliki.

Bengkulu, 29 Februari 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3
II PEMBAHASAN
A. Definisi Sastra arab............................................................................... 4
B. Sejarah Sastra Arab…………………………………………………... 5
C. Klasifikasi Sastra Arab......................................................................... 6

III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bahasa Arab termasuk salah satu peradaban berupa bahasa yang karya
sastranyam e m i l i k i nilai dan unsur-unsur seni yang patut
d i b a n g g a k a n d a n d i p e r h i t u n g k a n . I n i terbukti dengan adanya nashnash
(teks-teks) peninggalan yang menjadi tolok ukur sebuahkejayaan peradaban yang
pernah dilalui, seperti dalam sebuah karya sastra Arab. Karya sastra dalam bahasa
Arab senantiasa berkembang kajiannya seiring dengankemajuan zaman dan pola pikir
masyarakat modern sehingga tidak terjadi kejumudan padaanalisa hasil karyanya. D i
lain pihak, sastra Arab merupakan sastra kawasan Asia Barat yang
t e l a h berumur ribuan tahun, berdampingan secara komplementer dengan sastra
kawasan lain,dan secara meyakinkan menjadi anggota sastra dunia. Ini dibuktikan
dengan penghargaan Nobel bidang sastra yang diterima Najib Mahfuz Abdul Aziz
Ibrahim Basya pada tahun1988. Dia hadir sebagai ekspresi masyarakat Arab tentang
kehidupan yang diungkapkandengan nilai estetika yang dominan. Sejauh ini,
sastra Arab telah menjadi bagian dari kajian banyak orang dan pengamat di
seluruh bagian dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Sastra Arab?
2. Apa saja klasifikasi Sastra Arab?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Sastra Arab
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Sastra Arab

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI SASTRA ARAB
Dalam kesusastraan Arab, sastra (adab) itu terbagi kepada dua bagian,
pertama, al-adab al-washfi (sastra deskriptif/nonimajinatif/non-fiksi), dan kedua, al-
adab al-insha„i (sastra kreatif/fiksi). Al-adab al-washfi terbagi pada tiga bagian, yaitu
sejarah sastra (tarikh al-adab), kritik sastra (naqd al-adab), dan teori sastra (nazhariyah
al-adab). Objek kajian dari sastra deskriptif adalah bahasa seorang sastrawan ketika ia
mengungkapkan pandangannya, baik dalam bentuk penjelasan maupun kritik terhadap
hasil karya sastra kreatif dan memberikan penilaian secara objektif.1

Dalam bahasa-bahasa Barat istilah sastra disebut literature (Inggris), Literatur


(Jerman), litterature (Perancis), semuanya Sastra Arab berasal dari bahasa latin
litteratura. Kata litteratura sebetulnya diciptakan sebagai terjemahan dari kata Yunani
grammatika; litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata littera dan
gramma yang berarti ‘huruf ’ (tulisan, letter). Menurut asalnya litteratura dipakai
untuk tatabahasa dan puisi; seorang litteratus adalah orang yang tahu tatabahasa dan
puisi, dalam bahasa Perancis masih dipakai kata lettre, Belanda geletterd; orang yang
berperadaban dengan kemahiran khusus di bidang sastra. Literature dan seterusnya
umumnya berarti dalam bahasa Barat modern; segala sesuatu yang tertulis, pemakaian
bahasa dalam bentuk tertulis. Dalam bahasa Perancis adakalanya dipakai belles
lettres, kalau diperlukan istilah khas untuk sastra yang bernilai estetik, belles lettres
juga dipakai dalam bahasa Belanda bellettrie, dalam bentuk yang disesuaikan
Sedangkan dalam bahasa Arab, tidak ada sebuah kata yang artinya bertepatan
dengan sastra; kata yang paling dekat barangkali adab. Adab merupakan kata yang
artinya berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Arab dari fase
badui menuju fase yang bertamaddun dan berperadaban. Adab mempunyai arti
bermacam-macam sesuai dengan masanya ketika kata itu dipergunakan. Pada masa
Jahiliyah, orang Arab menggunakan kata adab, yang mempunyai arti undangan untuk
menyantap makanan. Tradisi semacam ini merupakan suatu perbuatan yang amat
terpuji dan moral yang tinggi. Karena pada dasarnya akan mendorong seseorang
1
Akhmad Muzakki, Kesusastraan Arab: Pengantar dan Teori (Jakarta: ar-Ruzz Media, 2006), 55.

4
untuk menghormati dan memuliakan para tamunya dan kemudian menghidangkan
makanan kepadanya.2
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak definisi tentang
kesusastraan. Namun semuanya sepakat pada kesimpulan bahwa sastra adalah seni
ungkapan kata yang indah (al-Hasyim, tt: 14).
‫اَأْلَدُب َفُّن الَّتْع ِبيِر اْلَجِم يِل‬
"Sastra adalah seni ungkapan yang indah"
B. SEJARAH SASTRA ARAB
Sejarah sastra menurut Ahmad Hassan Zayyat (1996) adalah ilmu yang
membahas tentang kondisi bahasa dan produk bahasa yang dihasilkan oleh pemilik
bahasa tersebut dalam bentuk prosa dan puisi setiap masa, yang meliputi kemajuan
dan kemundurannya juga yang memperhatikan sejarah dan biografi para sastrawan
dan para kritikusnya serta pengaruh sebagian dari mereka terhadap yang lain dalam
hal pemikiran, uslub dan penciptaan.
Sedangkan Al-Iskandari (1978: 10) menyatakan bahwa kesusastraan bahasa
setiap umat adalah segala prosa dan puisi yang dihasilkan oleh fikiran putra bangsa
yang menggambarkan watak dan kebiasaan, daya khayal serta batas kemampuan
mereka dalam menggunakan bahasa yang bertujuan mendidik jiwa, memperbaiki
fikiran dan meluruskan lesan.
Adapun beberapa faedah yang diperoleh dari sejarah kesusastraan bahasa
adalah sebagai berikut:
1.Mengetahui sebab-sebab maju mundurnya kesusastraan bahasa baik sebab
pengaruh agama maupun sosial atau politik dengan demikian kita bisa
berpegang pada sebabsebab majunya dan menjauhi sebab-sebab kemunduran.
2. Mengetahui susunan bahasa serta keindahannya, fikiran penduduk, bahasa
dan istilah-istilah yang mereka pergunakan dan perbedaan perasaan mereka
dalam prosa dan puisi menurut perbedaan masanya. Sehingga orang yang
mempelajari ilmu sejarah kesusastraan bisa membedakan bentuk-bentuk
kalam antara sesuatu masa dengan masa yang lain. Bahkan memungkinkan
tepatnya menggolongkan suatu perkataan pada yang mengatakannya.
3. Mengetahui keadaan pujangga bahasa dalam setiap masa dan pengaruh baik
dan buruk yang mempengaruhi prosa dan puisi, serta hasil ciptaan mereka.
Dengan demikian kita bisa mengambil sesuatu yang baik dan menjauhi cara
2
H. Wildana Wargadinata, sastra arab masa jahiliyah dan Islam, (Malang:UIN-MALIKI PRESS,2018), 2

5
yang mengarah kepada kejelekan.3
C. KLASIFIKASI SASTRA ARAB
1. Al-‘Asr a;-Jahiliy (Masa Jahiliyah)
Periode ini dimulai dua abad sebelum Islam lahir sampai Islam lahir. Salah
satu bentuk karya sastra yang besar pada masa ini adalah puisi. Puisi jahiliy lahir
dengan bahasa yang berlaku pada masa itu, dan dikenalkan oleh Imru al-Qays bin
Hujr dan Muhalhil bin Rabi’ah.
Menurut pandangan bangsa Arab puisi adalah sebagai puncak keindahan
dalam sastra. Sebab, puisi adalah bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan
perasaan dan keindahan daya hayal. Karena itu, orang Arab lebih menyenangi puisi
dibanding jenis sastra lainnya.4
Orang Arab memandang puisi dengan pandangan penuh kebanggaan, bahkan
barangkali sampai pada tingkat kesakralan. Pada waktu-waktu tertentu mereka hanya
melantunkan puisi ketika dalam keadaan berwudhu sebagaimana menyenandungkan
qasīdah al-multamis (kasidah do’a) yang berkofiyah mim. Mendengarkan puisi dan
cinta kepadanya bagi orang Arab merupakan kesenian dan perasaan yang menggebu-
nggebu yang dapat merasakan isi ceritanya dan sekaligus mencari ilmu, menambah
pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Mereka mencintai puisi dan suka
mendengarkannya, karna puisi merupakan dīwān (kumpulan) yang melestarikan
kebesarannya, mencatat keturunan dan peristiwa-peristiwa serta mempertajam
semangat kepahlawanan pada dirinya. Setiap suku mempunyai penyair yang mampu
memperjuangkan keagungan sukunya dan memperkuat kebesarannya serta
mempertahankannya.5

Tujuan puisi zaman jahiliyah6


a) Tashbīh/ghazal: ialah suatu bentuk puisi yang didalamnya menyebutkan wanita dan
kecantikannya.
b) Ḥammāsah/Fakhr: ialah suatu puisi yang digunakan untuk membanggakan
keunggulan suatu kaum atau menyebutkan kemenangan yang diperoleh.
c) Madaḥ: ialah puisi yang digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat
dan kebesaran yang dimilikinya seperti kedermawanan dan keberanian maupun

3
H. Wildana Wargadinata, sastra arab masa jahiliyah dan Islam, (Malang:UIN-MALIKI PRESS,2018), 20
4
Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan lintas budaya, 87.
5
Ibid., 87-88.
6
Ibid., 87-88.

6
ketiggian budi pekertinya.
d) Rothā’: jenis puisi ini digunakan untuk mengingat jasa orang yang sudah
meninggal.
e) Hijā’: jenis puisi ini digunakan untuk mencaci dan mengejek seorang musuh
dengan menyebutkan keburukan orang itu.
f) I‘tidhār: ialah jenis puisi yang digunakan untuk mengajukan udhur dan alasan
dalam suatu perkara dengan mohon maaf dan mengakui kesalahan yang telah
diperbuatnya.
g) Waṣf: jenis puisi ini biasanya digunakan untuk menggambarkan segala sesuatu,
seperti peperangan dan keadaan alam.
h) Ḥikmah: puisi ini berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman jahiliyah

Al-Mu‘allaqāt
Al-Mu’allaqāt adalah qasidah panjang yang indah yang diucapkan para
penyair jahiliyah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian mu’allaqāt ini
diabadikan dan ditempelkan di dinding-dinding Ka’bah pada masa jahiliyah.
Dinamakan dengan mu’allaqāt (kalung) karena indahnya puisi-puisi tersebut
menyerupai perhiasan yang dikalungkan pada wanita.7

2. ‘Asr Shadr al-islam (Masa Kerajaan Umayyah)


Masa ini tergulasi sejak lahirnya Islam hingga runtuhnya Daulah Umayyah.
Para sastrawan di masa ini, yang berkonsen di bidang syair, diinternalisasi oleh corak
politik. Partai-partai politik banyak yang memiliki penyair, begitupun juga dengan
kelompok agama seperti Syiah dan Khawarij. Penyair yang terkenal pada masa itu
adalah Farazdaq, al-Akhtal, dan Jarir.
Pandangan Islam terhadap puisi ada dua macam. Pertama: suatu puisi akan
dipandang terpuji oleh Islam jika digunakan dengan maksud dan cara yang baik.
Kedua: puisi yang digunakan untuk maksud dan cara yang tidak terpuji maka Islam
akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak terhormat. Nabi sangat peka dengan
keadaan bangsa Arab yang puisinya cenderung pada permusuhan dan kekerasan.
Karena itu, dalam beberapa kasus Nabi melarang puisi. Namun jika puisi
mempromosikan kearifan dan kebajikan, Nabi memujinya. Puisi merupakan dīwān al-
Arab, sumber kemulyaan dan kemegahan mereka. Kemudian datang al-Qur’an yang
7
Ibid., 104.

7
mengajak pada tauḥīd dan berpegang pada keutamaan. Kejadian ini sangat
mengejutkan mereka, maka merekapun mulai memperhatikan, merasakan dan
meneliti kata-kata, gaya bahasa dan artiarti al-Qur’an. Sehingga diantara mereka ada
yang mencari-cari cara untuk melukainya dan ada yang percaya dan mencari
petunjuk-petunjuknya, kemudian orang-orang sesat menentangnya.8

Tujuan puisi zaman ṣadr al-Islam9


a) Menyebarkan aqidah Islam serta penetapan hukum-hukumnya, dan
menganjurkan kaum muslimin untuk mengikutinya.
b) Dorongan untuk perang dan mendapat persaksian di sisi Allah karena
menegakkan kalimatullah.
c) Al-hijā’, yaitu mula-mula untuk membela agama Allah, menyerang
orangorang Arab musyrik dimana caci maki tersebut tidak melanggar batas-
batas keperwiraan dan telah mendapat izin dari Nabi.
d) Penggambaran peperangan dan penguasaan terhadap kota-kota serta
bagaimana cara pengepungannya dan sebagainya.
e) Pujian.

Puisi pada zaman ṣadr al-Islam memiliki keistimewaan yang lebih


dibandingkan puisi pada zaman jahiliyah. Keistimewaan yang paling menonjol adalah
terpengaruhnya para penyair dengan makna, lafadh, susunan dan gaya bahasa al-
Qur’an dan Ḥadith serta menyandarkan pikiran-pikiran mereka pada ruh al-Qur’an.
Perkembangan puisi pada masa Bani Umayah tidak lepas dari peran beberapa kota
tempat tumbuh dan berkembangnya sastra. Di antara kota-kota itu adalah: Hijaz,
Najed dan Irak. Dalam priode Umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi
semakin meningkat. Ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan ini. Pertama,
Futuhāt (penyebaran Islam) awal telah menyebabkan kekuasaan Islam meliputi
penduduk-penduduk non-Arab, dan banyak dari mereka telah masuk Islam. Kedua,
para khalifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka memberikan
hadiah-hadiah besar kepada para penyair yang menghasilkan puisi-puisi indah.10
Tujuan puisi kerajaan Umawiyah11

8
Ahmad al-Hashimi, Jawahirul-Adab, 286.
9
Ibid., 286-287.
10
Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab dan lintas budaya, 277-280.
11
Ibid., 285-286.

8
a) Puisi Politik (syi’ir al-siyāsi), puisi bernuansa politik pertama dibuat oleh
Miskin al-Darimi yang diminta untuk mengubah dan membacakan di depan
publik bait-bait puisi untuk merayakan pengangkatan Yazid sebagai khalifah.
b) Puisi Polemik (syi’ir al-Naqāid), yaitu jenis puisi yang menggabungkan
antara kebanggaan (fakhr), pujian (madh) dan satire (hija’).
c) Puisi Cinta (syi’ir al-Ghazal), puisi jenis ini berkembang menjadi seni
bebas/independent yang mengkhususkan pada qasīdah-qasīdah. Puisi cinta ini
ada dua jenis, yaitu puisi kebebasan cinta dan puisi cinta murni tanpa hasrat.

3. Al-‘Asr Abbasy (Masa Kerajaan Abbasiyah)


Pada masa ini, Daulah Abbasiyah, sastrawan memiliki ruang gerak yang
fleksibel. Dalam artian, karya yang tercipta tidak lagi dibatasi oleh kekuasaan
kepemerintahan. Lain dari masa Umayyah, pada masa Abbasiyah para sastrawan
diapresiasi tinggi. Begitu juga karya sastra yang tercipta bercorak filsafat, teologi, dan
cabang ilmu lainnya, sehingga semakin mengaktifkan daya imajinasi sastrawan. Salah
satu dari sekian banyak sastrawan pada masa ini adalah Abu Nuwas atau lebih dikenal
dengan Abu Nawas.
Setelah kekuatan politik dinasti Umayyah mulai goyah, kekuatan baru
(Abbasiyah) mulai mempersiapkan langkah, menciptakan aliran-aliran baru dalam
puisi dengan sentuhan dan konsep yang lebih modern dari sebelumnya. Bassār Ibnu
Burdin berada di garda depan gerakan ini. Banyak dijumpai perubahan fundamental
dalam bait-bait puisi cinta yang ditulisnya. Dalam hal ini, Bassār berusaha
menemukan hal-hal baru dalam penulisan puisi, seperti penghematan dalam
penggunaan kata serta pengungkapan perasaan jiwa yang berbeda dari puisi orang
Badui.12
Pengembangan bahasa Arab paling awal di masa Dinasti Abbasiyah adalah
Lembaga Bahasa Arab Standar dan modern. Hal yang menarik pada masa Dinasti
Abbasiyah adalah berkembangnya sastra Arab Kristen yang dipelopori oleh pendeta
Nestorian. Penguasaan mereka dalam bahasa Arab dimaksudkan untuk
menerjemahkan Bibel dari bahasa Nestoria ke dalam bahasa Arab, sehingga gereja
yang ada di wilayah kekuasaan Abbasiyah juga berperan mengembangkan sastra
Arab. Pada masa ini orang Islam hidup berdampingan dengan orang Kristen yang

12
Fadlil Munawwar Manshur, perkembangan sastra Arab dan Teori Sastra Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
16-17.

9
jumlahnya minoritas.13
Adapun tujuan syi’ir pada zaman Abbasiyah sudah mulai mengarah pada hal-
hal yang bersifat keindahan, kesenian, lelucon, jenaka, senda gurau dan bersenang-
senang untuk melampiaskan hawa nafsu, di samping itu masih berkisar juga untuk
tujuan rayuan dan ejekan. Dengan demikian, maka pada zaman inilah mulai ada
perpaduan antara syi’ir Arab klasik dengan syi’ir Arab modern, sehingga makna yang
terkandung di dalam syi’ir itu menjadi sangat halus dan khayalannyapun sangat
indah.14
4. Al-‘Asr al-Turkiy
Masa ini terjadi setelah runtuhnya kota Baghdad, yaitu pusat pengetahuan
pada masa itu. Banyak dari kalangan penyair pindah ke Syam dan Kairo, untuk
melarikan diri dari serbuan tentara Mongolia. Perkembangan sastra pada masa ini
sangatlah lemah, berhubungan dengan runtuhnya Baghdad. Corak sastra yang
mewarnai karya sastra pada masa ini hanya terpusat pada corak teologis.
Sejumlah sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra Arab pada zaman Turki
Usmani, priode yang dimulai sejak runtuhnya kota Baghdad sampai pada masa
ekspedisi Napoleon ke Mesir (1798 M), dicatat sebagai masa “kemunduran” sastra
Arab. Pada masa itu kekuasaan Turki Usmani meliputi tiga benua: Asia, Eropa, dan
Afrika dengan mengontrol kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat yang
dikuasainya. Pada abad ke-18 Masehi, negara-negara Arab masih berada dalam
wilayah provinsi kekaisaran Turki Utsmani yang mengalami kemunduran sehingga
wilayah ini terisolasi dari gerakan intelektual yang terjadi di Barat. Provinsi-provinsi
ini hidup dalam keterkungkungan dan keterbelakangan budaya. Pada saat bersamaan
terjadi ketidakstabilan politik di wilayah-wilayah kekuasaan Turki yang menyebabkan
urusan pendidikan menjadi terbengkalai dan jumūd, tidak ada ide-ide baru dan
inisiatif yang dilahirkan. Kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi digantikan
dengan bahasa Turki sebagai bahasa resmi pemerintahan.15
Dengan demikian, kebudayaan Arab mengalami kemunduran bahkan
kelumpuhan, termasuk di dalamnya adalah sastra. Tidak banyak karya sastra yang
dihasilkan pada masa itu. Semua terjebak pada kejayaan masa lalu, sebagai akibatnya
adalah keterputusan generasi. Pandangan-pandangan sastra lama Abad pertengahan
masih mendominasi lapangan sastra. Tidak ada pembaharuan dalam bersastra, hampir
13
Ibid., 18.
14
Ahmad al-Hashimi, Jawahirul-Adab, 322
15
Fadlil Munawwar Manshur, perkembangan sastra Arab dan Teori Sastra Islam, 14-15.

10
semuanya adalah peniruan gaya lama. Sebagian besar puisi Arab bernuansa “akrobat”.
Semua yang dilakukan penyair adalah untuk menarik dan memberikan kesan terhadap
audiensnya, dengan cara memanipulasi kata-kata tertentu dan menambahkan efek
khusus. Mereka berlomba-lomba satu sama lain dalam membuat puisi dengan cara
yang baru, yaitu setiap kata dalam puisi dibuat sama, atau dibuat huruf dan kata
dibubuhi titik-titik. Ada juga yang menulis puisi dengan cara memulainya dari
belakang. Fenomena gaya penulisan yang tidak serius ini ada juga di badī‘.16
Kondisi sastra Arab yang sangat memperihatinkan tersebut disebut sebagai
kitsch, yaitu seni semu, yang oleh Eco, seorang ahli bahasa Italia, menyebutnya
sebagai “sebuah dusta struktural”. Artinya, dusta yang dibuat secara sengaja karena
kebuntuhan pikiran dan daya imajinasinya sebagai pengarang sehingga karya-
karyanya tidak bermutu. Upaya penegakan kembali sastra Arab dilakukan dengan
gerakan yang secara luas dikenal dengan al-Inbi‘āth (Renaissance), yang untuk
pertama kalinya dimulai di Lebanon, Suriah, dan Mesir. Dari ketiga Negara tersebut
gerakan ini menyebar luas ke belahan dunia Arab yang lain.
5. Al-‘Asr al-Hadits (Modern)
Munculnya kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa nasionalisme
bangsa Arab di Era Modern sampai sekarang. Setelah melalui fase yang panjang,
panggung sastra di kancah budaya Arab kembali muncul dengan karakteristik yang
cenderung baru.
Di masa ini, sastra difokuskan kepada substansi sastra, bukan pada sampiran,
serta berusaha menghilangkan corak klasik yang masih tersirat. Hal itu juga karena
terpengaruhnya sastra Arab oleh romantisme Prancis abad ke-19. Sastrawan pada
masa ini antara lain; Abdur Rahman Syukry, Abas Muhammad al-‘Aqod, dan masih
banyak lagi.

Sedangkan menurut Umar Farrukh (1968: 24) bahwa periodesasi sejarah sastra
Arab dibagi menjadi empat fase sebagai berikut:
a. Al-Adab al-Qadim: periode ini dimulai sejak sebelum Islam datang sampai
habisnya masa dinasti Umawiyyah (150 SH – 132 H/ 470-750 M), periode ini
dibagi dua, yaitu: 1) AlAshr al-Jahil, dan 2) Al-Ashr al-Islamy.
b. Al-Adab al-Muhdas atau al-Muwallad: periode ini sejak tahun 132 H.

16
Kata badī‘ secara harfiah berarti indah dan baru, tetapi kata itu bisa digunakan untuk menunjukkan sebuah
gaya dan figurative puisi yang tinggi.

11
sampai tahun 656 H. (750-1258 M.) yaitu sejak berdirinnya dinasti Abbasiah
karena itu periode ini disebut juga al-Adab al-Abbasy. Sastra pada masa ini
meliputi sastra Masriq (Syam, Irak, Mesir, Arab dan Khurasan) dan sastra
Magrib (Andalusia, Afrika Utara dan Barat).
c. Al-Adab pada masa dinasti Mughal dan Turki Usmani sampai akhir abad 12
H. atau akhir abad 18 M.
d. Al-Adab al-Hadis (sastra modern)17

BAB III
PENUTUP
17
H. Wildana Wargadinata, sastra arab masa jahiliyah dan Islam, (Malang:UIN-MALIKI PRESS,2018), 22

12
A. Kesimpulan
1. Definisi dan Sejarah Sastra Arab
Dalam bahasa Arab, tidak ada sebuah kata yang artinya bertepatan dengan sastra;
kata yang paling dekat barangkali adab. Adab merupakan kata yang artinya
berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Arab dari fase badui
menuju fase yang bertamaddun dan berperadaban. Pada masa Jahiliyah, orang Arab
menggunakan kata adab, yang mempunyai arti undangan untuk menyantap
makanan. Tradisi semacam ini merupakan suatu perbuatan yang amat terpuji dan
moral yang tinggi.
Beberapa faedah yang diperoleh dari sejarah kesusastraan bahasa adalah
sebagai berikut:
1) Mengetahui sebab-sebab maju mundurnya kesusastraan bahasa baik sebab
pengaruh agama maupun sosial atau politik dengan demikian kita bisa
berpegang pada sebabsebab majunya dan menjauhi sebab-sebab kemunduran.
2) Mengetahui susunan bahasa serta keindahannya, fikiran penduduk, bahasa dan
istilah-istilah yang mereka pergunakan dan perbedaan perasaan mereka dalam
prosa dan puisi menurut perbedaan masanya.
3) Mengetahui keadaan pujangga bahasa dalam setiap masa dan pengaruh baik
dan buruk yang mempengaruhi prosa dan puisi, serta hasil ciptaan mereka.
2. Klasifikasi Sastra Arab
1) Al-‘Asr a;-Jahiliy (Masa Jahiliyah)
2) ‘Asr Shadr al-islam (Masa Kerajaan Umayyah)
3) Al-‘Asr Abbasy (Masa Kerajaan Abbasiyah)
4) Al-‘Asr al-Turkiy
5) Al-‘Asr al-Hadits (Modern)

13

Anda mungkin juga menyukai