Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

‫الصنعة في النثر الجاهلي‬


”KETERAMPILAN PROSA ARAB PADA MASA PRA ISLAM “JAHILY
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Madzahibul Adab Al Araby

Dosen pengampu : Ferawati, S.S, S.Psi., .M.Hum.

DISUSUN OLEH :
YUNI JUNIARTI (2000028012)
AFRIZA AFKAR (2000028014)
NIDA LATIFAH (2000028015)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam yang tiada Illah selainNya. Maha
pengasih lagi maha penyayang, milikNya lah segala apa yang ada dilangit dan di bumi.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya yang insya Allah tetap
memegang teguh risalahNya hingga yaumul akhir.

Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan rahmat dan taufiqNya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah kami mengenai Prosa Arab Jahiliyah dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan tak lupa mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini . Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen kami yang telah membimbing
kami hingga sejauh ini.
Terlepas dari itu semua tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan kekeliruan baik dari segi susunan kalimat ataupun tata bahasa, oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 30 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1) Latar Belakang Penyusunan Makalah.........................................1


2) Rumusan Masalah.......................................................................1
3) Tujuan Penyusunan Makalah......................................................1
4) Manfaat .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian Prosa Arab (Natsr) ....................................................3


B. Macam – Macam Prosa ..............................................................4
a. Khutbah “ pidato”....................................................................4
b. Wasiat .....................................................................................6
c. Amtsal ....................................................................................8
d. Hikmah ...................................................................................11
e. Qasas “ kisah –kisah Jhiliyah “................................................12
f. Saj’u al-kuhhan .......................................................................14
D. Ciri – Ciri Umum Karya Sastra Jahiliyah ....................................16
E. Ciri khas prosa jahiliyah................................................................17

BAB III PENUTUP...........................................................................................18

A. Kesimpulan ....................................................................................18
B. Saran ..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud
penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam
sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan
berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.

Sastra Arab, dikenal juga dengan istilah kalam Arab atau seni bertutur bangsa Arab.
Secara garis besar, seni ini terbagi menjadi dua bagian yaitu natsr (prosa) dan syi’r
(puisi). Istilah syi’ir ini selanjutnya diadopsi ke dalam sastra Indonesia lama menjadi
syair. Pada masa Jahiliyah natsr tidak berkembang sepesat syair meskipun bukan berarti
tidak ada sama sekali, karena tumbuh kembang prosa pada dasarnya lebih bersifat
alamiah.

Prosa arab telah muncul sejak masa Jahiliyyah sebelum islam datang, tentu saja
bentuk dan karakternya berbeda dengan prosa masa kini. Penelitian ini bertujuan untuk
membedah seluk beluk tentang prosa arab pada zaman Jahiliyah . Setiap masa memiliki
karakter yang berbeda-beda. Kami menggunakan metode deskriptif analitik untuk
menjelaskan deskripsi prosa arab secara menyeluruh, juga untuk menganalisa
karakteristiknya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah dalam makalah ini sebagai
berikut :

1. Apa yang dimaksud prosa Arab?


2. Apa saja macam – macam prosa Arab jahiliyah?
3. Apa saja ciri – ciri umum sastra jahiliyah?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari prosa Arab jahiliyah


2. Untuk mengetahui macam-macam prosa Arab jahiliyah
3. Untuk mengetahui ciri-ciri umum sastra jahiliyah

1
D. Manfaat

Adapun manfaat yang bisa diambil dari makalah ini adalah manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis
terhadap ilmu pengetahuan, khususnya mengenai jenis-jenis sastra Arab
imajinatif dan non imajinatif.
2. Manfaat Praktis bagi Penulis
Dapat dijadikan wadah dalam mengembangkan potensi penulis, untuk
memperluas pengetahuan dan pengalaman.

3. Manfaat Praktis bagi Pembaca


Diharapkan dengan adanya makalah ini, bisa menjadi bahan literasi bacaan dan
meningkatkan wawasan bagi para pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian prosa Arab
Prosa dikenal dalam bahasa arab dengan sebutan “An-Natsr Al-Adaby”. Secara istilah,
prosa Arab berarti perkataan atau tulisan yang tidak terkait penuh dengan wazan dan
qafiyah. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa prosa adalah jenis karya sastra yang
tidak terikat dengan kaidah puitika yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas yang
tidak terikat oleh rima dan irama, serta perkataan yang tidak diatur oleh wazan-wazan
dan qafiyah.1
Menurut Muhammad Sa’ad Al-Husain, An-Natsr Al-Adaby adalah prosa estetis yang
mengedepankan tujuan untuk membangkitkan rasa dan emosi para pembacanya. Akan
tetapi, sebuah karya prosa bisa dikatakan sebagai prosa estetis jika prosa tersebut
memenuhi empat unsur sastra, yakni fikrah (gagasan), athîfah (emosi), lafadz atau uslub
(bahasa), dan khayal atau imajinasi. Prosa adalah jenis tulisan yang dibedakan dengan
puisi sebab variasi ritme yang dipunya lebih besar, dan bahasanya yang sesuai dengan
arti leksikalnya.
Dalam perkembangan zamannya, prosa Arab mengalami perubahan karakteristik
yakni prosa Arab klasik (masa jahiliyah) dan prosa Arab modern (setelah Islam datang).
Prosa Arab pada masa jahiliyah memiliki tingkat bahasa yang tinggi, ringkas, padat, dan
berisi. Emosi dan rasa bahasa serta nilai sastranya tetap tinggi dikarenakan imajinasi dan
simbol yang dipakai sangat baik dan mengenai sasaran. Ada dua pokok utama dari prosa
yaitu pertama, prosa biasanya tidak dikatakan pada bahasa yang saling terlibat dalam
satu pembicaraan kecuali pada cerita-cerita peribahasa dan hikmah-hikmah. Kedua, prosa
yang diangkat oleh para sahabat kepada suatu bahasa yang didalamnya terdapat seni,
kecerdasan bahasa, dan balagah. Prosa pada masa jahiliyah sangat berperan penting
karena pada masa itu, mereka menceritakan tentang kisah-kisah, sejarah tentang kerajaan
mereka, dan juga peristiwa yang mereka alami. Salah satu tokohnya adalah Nadzr bin
Harits Al-Makka yang menceritakan tentang suku Quraisy dan pahlawan Persia. Hal itu
juga tergambar pada dua orang sastrawan dan linguis pada saat itu yakni Abu Ubaidah
dan Abu Al-Farh Al-Asbuhani tentang buku mereka mengenai prosa yang menceritakan
hari-hari mereka, perang-perang, dan perlindungan mereka.
1
Ibnu Rawandhy N. Hula, “Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif dalam Ranah Kritik Sastra”. Al-‘Ajami, 5(1), 2016.

3
Kata prosa berasal dari bahasa Latin yang artinya “terus terang”. Prosa sastra terbagi
lagi menjadi prosa fiksi dan prosa non-fiksi. Prosa fiksi meliputi dongeng, cerita pendek,
dan novel. Sedangkan prosa non-fiksi meliputi biografi, autobiografi, dan esai. Natsr
dalam sastra Arab dibagi dua yakni natsr yang bersajak dan natsr mursal. Yang pertama
apabila terikat dengan satu qafiyah setiap dua baris atau lebih, sedang yang kedua tidak
terikat dengan qafiyah. Orang Arab sudah terbiasa berbicara sesuai dengan i’rab, dan
tidak pernah melakukan kesalahan karena kuatnya saliqah dan karena warisan secara
turun temurun serta minimnya bercampur dengan orang asing. Para perawi jarang
mencatat prosa-prosa Arab karena terlalu banyak kecuali beberapa prosa yang membekas
karena bagus balaghahnya, ijaznya dan maknanya seperti amtsal, hikam, wasiat, khutbah,
wasf dan qasas.

B. Macam – Macam Prosa Arab Jahiliyah

1. Khutbah atau Pidato


Secara etimologis, menurut kamus Al-Wasith (2004 : 243), khutbah artinya pesan
(tausiyah), pidato. Sedang secara terminologis, khithobah adalah kalam fasih yang
mempunyai kepentingan untuk disampaikan kepada sekelompok masyarakat. Khutbah
juga bisa diartikan sebagai ungkapan atau wacana yang ditujukan untuk orang banyak
dan khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting yang dipergunakan
untuk mempengaruhi, memotivasi, mempertahankan pendapat sendiri atau reaksi
terhadap pendapat yang lain dan mempertahankan mazhabnya. Jadi berrkhutbah
merupakan kegiatan berdakwah atau mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitas
takwa dan memberi nasihat yang isinya merupakan ajaran agama atau perkara penting
lainnya akan tetapi pada masa itu bangsa badui menjalankan pola hidup yang primitif
yang dimana bangsa itu tidak terikat dengan undang – undang , dan tidak dipimpin oleh
satu penguasa, maka dari itu pidato menjadi kebutuhan utama.
Beberapa sebab-sebab munculnya khitobah pada masa jahiliyah yaitu :
- Banyaknya perang antar kabilah. Dorongan untuk membalas dendam, merendahkan
musuh, membangkitkan kabilah dari kelengahan mereka akan adanya musuh atau
membangun mobilitas menghadapi musuh
- Mendamaikan kepada yang berkepentingan ketika berkecamuknya perang. Di sini
pimpinan-pimpinan kabilah berkhutbah dalam membesar-besarkan musibah dan
menghitung–hitung malapetaka yang diakibatkan oleh peperangan serta ajakan untuk
menjauhi pertumpahan darah serta kemungkinan pembayaran denda dan penebusan

4
tawanan dan sebagainya.
- Berbangga dan bermegahan baik dalam kemuliaan asal-usul atau keturunan atau
mulianya watak agung perbuatan- perbuatan untuk menakut-nakuti orang yang akan
bermaksud jelek terhadap mereka dan melampaui batas.
- Pola hubungan yang ada pada masyarakat Jahiliyah seperti saling mengucapkan
selamat, belasungkawa dan saling memohon bantuan perang
- Menyebarnya buta huruf, sehingga komunikasi lisan lebih banyak digunakan daripada
tulisan
- Menjelaskan dan mengatur hubungan di kedutaan antara pimpinan kabilah dengan
raja-raja tetangga dalam menjalin keamanan lalu lintas atau izin untuk berdagang
minta tolong dan duka cita
- Khutbah inlak (perkawinan) untuk mempengaruhi orang yang dipinang dengan
menyebutkan keutamaan serta mahar yang akan diterimanya
- Pesan-pesan untuk mengerjakan pekerjaan yang disenangi dan memiliki sifat yang
terpuji, mempertimbangkan akhir segala sesuatu dan hati-hati dalam berbicara.
Kebanyakan yang seperti itu timbul dari para dukun dan para pemimpin yang
ditujukan untuk orang-orang awam, atau dari ayah terhadap anaknya terutama ketika
mendekati ajal
Ciri-ciri khutbah yaitu kalimatnya ringkas, lafadznya mendalam, sajak (berakhirnya
setiap kalimat dengan huruf yang sama), sering dipadukan dengan puisi, hikmah dan
matsal.
Berikut ini sedikit catatan biografi tentang orator yang terkenal pada zaman jahiliyah
dan beberapa contoh teks khutbahnya:
a) Aktsam bin Shaifi
Namanya Aktsam bin Shaifi bin Rabah bin al- Harits al-Tamimy, dia termasuk hakim
yang paling baligh, banyak menjadi contoh, pendapatnya kuat dan tepat, alasannya kuat
(Mujaz, 1962: 40). Dia termasuk seorang orator yang lantang suaranya, sebagai hakim
yang unggul, kedudukannya tinggi dalam kaumnya dan dia terhitung mulia dari
golongan hukama’ se-angkatannya. Jarang yang dapat membandingi dia sebagai orator
yang menguasai Ilm al-Ansab (ilmu asal usul keturunan).
Aktsam adalah pimpinan delegasi cendekia Arab yang di utus raja Nu’man ke kaisar
Persia. Kaisar Persia sangat heran dan berkata: “Kalau bangsa Arab tidak memiliki
yang kecuali kamu saja maka sudah cukup”. Aktsam berusia panjang sampai
mengetahui waktu diutusnya Rasul Muhammad SAW. Dia telah mengumpulkan kaum

5
dan mendorong mereka untuk beriman. Tentang keislaman Aktsam banyak riwayat.
Pada khutbahnya sedikit menggunakan majaz, ringkas dan ijaz, kata-katanya manis dan
artinya sangat dalam. Dia cenderung untuk menggunakan mutsul-mutsul dan tidak
mengharuskan adanya sajak. Dalam meyakinkan sesuatu pada orang lain, ia selalu
menggunakan bukti- bukti. Dalam khutbahnya, ia bersandar pada pengaruhnya yang
kuat dan suaranya yang lantang, tidak bersandar pada hal-hal yang berlebih-lebihan dan
menakut-nakuti (Al- Iskandary, 1978: 32)
‫خطبة اكثم‬
‫ دقيق المعاني مولعا بالألمثل ال يلتزم السجع يميل إلي‬،‫حلو االلفاظ‬،‫ حسن االيجار‬،‫وكان في خطبه قليل المجار‬
‫ ويعتمد في خطا بته علي قوة تأثيره وشدة عا رضته ال على المبالغة والتهويل ومن جيد خطبه‬،‫االفناع بالبرهان‬
‫خطبته امام كسرى هي‬:

‫ وأفضال‬،‫ وخيراألزمنة أخصبها‬،ً‫ وأفضل الملوك اعمها نفعا‬،‫إنً أفضل األشيا ً أعاليها واعلي الرجالملوكهم‬
،‫ والعجزمركب وطئ‬. ‫ والحزم مركب صعب‬،‫ والشر لجاجة‬،‫ والكذب مهواة‬،‫الصدق منجاة‬.‫الخطبا ءاصدقها‬
‫ اصالح الفساد‬،‫ وسوءالظن عصمة‬،ً‫ وحسن الظنً ورطة‬،‫وخير األمور الصبر‬،‫ والعجزمفتاح الفقر‬،‫افةالرأيالهوى‬
‫ شر‬. ‫ال امير بها‬.‫من فسدت بطانته كان كالغاص با لماء شر البالد بالد‬،‫الرعية خير من اصالح الفساد الراعي‬
‫الملوك من خا فه البرئ المرءيعجز ال المحال‬

‫ أحق الجنود بالنصر من حسنت سريرته يكفيك من‬،‫ خير األعوان من لم يراء با النصيحة‬،‫أفضل األوالد البررة‬
‫ ومن‬،‫ من سدد نفرا‬.‫ البالغة اإليجاز‬،‫ الصمت حكم وقليل فاعله‬،‫ حسبك من شر سماعه‬،‫الزاد ما بلغك المحل‬
‫ترخى تألف‬.

Artinya :
“Sesuatu yang paling utama ialah yang paling tinggi, sedang orang yang paling
tinggi ialah raja dan raja yang paling utama ialah yang paling banyak manfaatnya. Dan
zaman yang paling baik, ialah yang paling subur, sedang khotib yang paling utama ialah
yang paling jujur. Kejujuran itu menyelamatkan sedang dusta itu mencelakakan dan
menjatuhkan. Kejahatan itu keji. Kemauan yang tinggi tempat timbunan kesukaran
sedang kelemahan tempat timbunan kemudahan. Penyakitnya pendapat ialah angin-
anginan. Ketidakmampuan itu kuncinya kefakiran dan sebaik-baik sesuatu ialah
kesabaran. Selalu berprasangka baik adalah kehancuran sedang berprasangka buruk
adalah penjagaan. Memperbaiki kerusakan rakyat (bawahnya) lebih baik daripada
memperbaiki pemimpin. Barangsiapa rusak temannya bagaikan ia tenggelam dalam air.
Negara yang jelek adalah negara yang tak mempunyai pimpinan. Raja paling jelek
adalah raja yang ditakuti oleh orang-orang yang benar. Kelemahan seseorang bukanlah

6
hal yang mustahil. Sebaik-baik anak adalah yang terus terang. Kawan yang paling baik
adalah kawan yang tanpa pamrih dalam memberi nasihat. Tentara yang berhak
menerima kemenangan adalah yang murni niatnya. Cukuplah bekal untukmu yang
menyempitkan tempat. Cukuplah bagimu kejahatan sekedar mendengar. Diam itu suatu
hikmah tetapi jarang orang yang memakainya. Balaghah itu adalah ijaz. Barangsiapa
berlaku keras akan terisolir dan barangsiapa bersikap lunak akan terkumpul orang
sekitarnya” (Al-Iskandary, 1978: 32-33).

2. Wasiat
Perkataan wasiat itu berasal dari bahasa Arab, dari kata “Was-Sha” yang artinya
menurut bahasa ialah pesan, petaruh, nasehat, dll. Adapun menurut istilah Syariah ialah
pesan terakhir yang diucapkan dengan lisan atau disampaikan tulisan oleh seseorang
yang akan meninggal dunia yang berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkannya.
Di zaman jahiliyah, wasiat adalah nasihat seseorang yang akan meninggal dunia atau
akan berpisah kepada seseorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk
mengerjakan sesuatu. Sedangkan kebanyakan bangsa Arab ketika sudah dekat ajalnya,
mewasiatkan supaya memberikan harta bendanya kepada orang-orang yang jauh, yang
tidak mempunyai hubungan darah dan keluarga denganya. Ibu-bapaknya sendiri,
anaknya dan kaum kerabat dekatnya tidak disebut dalam wasiat itu. Adapun motifnya
karena anggapan umum pada waktu itu, perbuatan yang demikian itu adalah satu
kebanggaan yang menunjukkan tentang sifat kemurahan hati. Adapun syarat-syarat
wasiat ialah :
- Meninggalkan harta yang banyak
Syarat yang pertama dan utama tentang kewajiban melakukan wasiat itu ialah apabila
seseorang meninggalkan harta yang banyak. Syekh Muhammad Abduh menetapkan,
bahwa dalam menetapkan ukuran itu sangat bergantung kepada keadaan dan itikad
baik seseorang, dengan memperhatikan keadaan zaman, kepribadian dan lingkungan
rumah tangga. Di negeri yang gersang dan miskin, kalau yang meninggal dunia
meninggalkan 70 dinar misalnya, itu sudah termasuk dalam bilangan meninggalkan
“harta yang banyak”. Tetapi, bagi seorang Raja atau Wazir tentu lain pula ukuran
yang dipakai sebagai tolak ukur.
- Tidak boleh melebihi 1/3 dari jumlah seluruh harta
Syarat yang kedua dalam melakukan wasiat itu tidak boleh melebihi 1/3 dari harta
yang ditinggalkan. Hal itu dijelaskan pada suatu hadist yang diriwayatkan oleh

7
Bukhari dan Muslim dari Sa`ad bin Abi Waqash. Pada suatu ketika, tatkala Sa`ad bin
Abi Waqash sendiri merasa bahwa ajalnya sudah dekat, ia menemui Rasulullah dan
bertanya :
“ ya, Rasulullah !! Apakah aku boleh mewasiatkan seluruh hartaku?”
“Jangan!!!”-sahut Rasulullah.
“Kalau separuh bagaimana?”
“Jangan!!!”
“Jika sepertiga?”
“Masih banyak, jika engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih
baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan miskin, mereka hidup minta-
minta kepada manusia.”
Dari sinilah bisa diketahui mengapa tidak boleh mengeluarkan wasiat melebihi 1/3
dari harta yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia. Wasiat memiliki
banyak persamaan dengan khutbah, hanya saja umumnya wasiat lebih ringkas daripada
khutbah.

Contoh wasiat Ibnu Abd Manaf (ayah dari Abdul Muthallib) kepada kaum quraisy untuk
memuliakan kepada jama’ah haji :

.‫ وأوسطها انسابا و أقربها أرحاما‬،‫ أحسنها وجوها وأعظمها احالما‬،‫ أنتم سادة العرب‬...‫يا معشر قريش‬

‫ أكرمكم بواليته و خصكم بجواره دون بنى إس––ماعيل وحف––ظ منكم أحس––ن‬.‫!!! انتم جيران بيت هللا‬...‫يا معشر القريش‬
.‫ فإنهم يأتونكم شعثا غبرا من كل بلد‬،‫ وزوار بيته‬ ‫ فأكرموا ضيفه‬،‫ما حفظ جار من جاره‬

‫ ولم‬،‫فورب هذه البنية لو كان مال يحمل ذلك ال كفيتموه أال وإني مخرج من طيب مالي و حالله مالم تقط––ع في––ه رحم‬
.‫ فمن شاء ان يفعل منكم مثل ذلك فعل‬،‫يؤخذ بظلم ولم يدخل فيه حرام فواضعه‬

‫ ولم‬،‫وأسئلكم بخرمة هذاالبيت أال يخرج رجل منكم من ماله لكرامة زوار بيت هللا ومع––ونتهم إال طيب لم يؤخ––ذ ظلم––ا‬
.‫ ولم يغتسب‬،‫تقطع فيه رحم‬

Artinya : Wahai kaum quraisy...kalian adalah pemuka-pemuka  bangsa Arab, punya


paras terbaik, cita-cita yang tinggi, keturunan yang terbaik, dan tali silaturrahmi yang
kuat. Wahai kaum quraisy...kalian adalah tetangga dekat rumah Allah, memberi
kehormatan pada kalian untuk menjadi penguasanya, memilih kalian menjadi
tetangganya dari pada anak turun bani Isma’il yang lain. Dan menjaga kalian sebaik
menjaga tetangga kepada tetangganya. Karena itu muliakanlah para tamu rumah-Nya.
Sesungguhnya mereka datang dari tempat yang jauh dengan susah payah.

8
Maka demi Robbnya ka’bah, seandainya harta ku cukup untuk menjamu tamu-tamu
Allah, maka aku tidak akan melibatkan kalian untuk menjamunya. Ketahuilah, aku
mengeluarkan harta terbaikku untuk menghormati tamu Allah, harta yang ku peroleh
dengan cara halal tanpa memutus tamu silaturrahmi, harta yang diambil tanpa
kedzaliman dan tidak masuk di dalamnya barang haram, semua itu aku khususkan untuk
tamu Allah. Kalau diantara kalian mau melakukan seperti apa yang aku lakukan, maka
lakukanlah.

Aku minta demi haramnya rumah ini, jangan sampai ada laki-laki yang mengeluarkan
hartanya untuk menghormat tamu baitullah kecuali dengan kebaikan, jangan ada
kedzaliman, jangan ada terputusnya silaturrahmi, dan jangan ada pengghasaban.

( Al- Mursyidi ,tt 114 )

3. Amtsal
Kata ‘amstal’ dalam kamus Al-Maurid (1995 : 973) berarti peribahasa, perumpamaan,
ungkapan nyata, dan ibarat. Atau dalam terjemahan bahasa asing lainnya kita jumpai
seperti simelar, equal dan analogous.
Amtsal juga bisa dikatakan sebagai ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas yang lahir
dari suatu kejadian kemudian menjadi terkenal dan menjadi pembicaraan orang banyak,
hingga menjadi perumpamaan atau kata-kata tiruan yang bertujuan untuk perbandingan
nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku (Mursyidy, tt.: 123). Dalam sastra
Indonesia matsal ini sama dengan peribahasa atau pepatah. Amtsal adalah ungkapan atau
kalimat-kalimat ringkas yang lahir dari suatu kejadian kemudian menjadi terkenal dan
menjadi pembicaraan orang banyak, hingga menjadi perumpamaan atau kata-kata tiruan
yang bertujuan untuk perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Tetapi matsal pada masa Jahiliyyah lebih mengggambarkan bangsa Arab yang hidup
dalam keadaan yang penuh dengan kefanatikan terhadap kelompok dan suku. Amtsal ada
yang berbentuk natsr (prosa) dan juga berbentuk nadham. Dalam sejarah sastra Arab,
amtsal mengalami nasib yang lebih baik dibanding kisah, karena matsal lebih ringkas dan
lebih mudah dihafal. Sehingga banyak warisan amstal jahiyah yang masih terpelihara
sampai masa tadwin atau masa pembukuan. Bangsa Arab mulai bergegas membukukan
amtsal sejak pertengahan abad pertama hijriyah. Dimulai oleh Shahar al-Abdi pada masa
Muawiyyah ibn Abi Sofyan, kemudian Ubaid ibn Syariyyah. Pada abad kedua hijriyah
penyusunan buku-buku amtsal berkembang pesat, seperti yang ditulis oleh Mufaddol al-
Dabyi. Pada abad ke-3 Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam menulis buku amtsal yang

9
kemudian disyarah Abu Ubaid al-Bakry dalam bukunya Fashl al-maqal fi syarhi Kitab
amtsal li Abi Ubaid al-Qasim ibn Salam.
Ada juga amtsal yang tidak terikat dengan kejadian tertentu tetapi terikat dengan
cerita khayalan, hikayat fable. Amtsal ada yang berbentuk natsr (prosa) atau nadham
(puisi).
- Contoh dalam bentuk nastr

‫كيف اعاودك وهذا اثر فأسك؟‬

“Bagaimana aku bisa kembali mempercayaimu, sedangkan ini adalah bekas


kapakmu?”. Perumpamaan bagi orang yang tidak percaya lagi terhadap orang yang
telah mengkhianatinya. Dan contoh yang lainnya, misalnya:

‫ان غدا لناظره قريب‬

“Sesungguhnya besok bagi yang menunggunya sebentar”. Perumpamaan tentang


sabar dan menunggu sesuatu yang diharapkan”.

‫قد استنوق الجمل‬


”Unta jantan menjadi betina” (orang yang lemah pendapatnya tidak bisa dipegang
kata-katanya). Yang mengatakan amtsal ini adalah Tharfah bin ’Abd (Al-Iskandary,
1978: 16).

- Contoh dalam bentuk puisi

‫ال تقطعن ذنب االفعی و ترسلها ان كنت شهما فاتبع راسها الذنبا‬

“Jangan kau potong ekor ular lalu kau lepaskan, kalau engkau pandai bunuh sekalian
kepalanya (mendorong untuk menumpas akar kejadian)”. Amtsal ini diucapkan oleh
Abu Udzainah al- Lakhmy yang mendorong al-Aswad bin al-Mundzir untuk
membunuh para tawanannya dari raja-raja Ghassasinah, dan jangan menerima fidyah
tebusan (Al-Iskandary, 1978: 17).

Dalam definisi amtsal disebutkan bahwa amtsal adalah ungkapan atau kalimat-kalimat
ringkas yang lahir dari suatu kejadian kemudian menjadi terkenal dan menjadi
pembicaraan orang banyak terikat dengan kejadian dan peristiwa tertentu. Amtsal
disyaratkan memiliki sebab dan mengandung unsur tasybih. Menurut Abu Ubaidah,
syarat-syarat amtsal adalah ungkapannya ringkas, diterima oleh banyak orang, baik kata-
kata ataupun isinya, perserupaannya benar-benar tepat, dan amstal tidak dapat diubah
dalam arti ia harus diucapkan dalam lafal asalnya. Amstal jahiliyah sebagian besar

10
diriwayatkan dari ahli pidato dan penyair seperti Aqsam bin Saifi, Amir bin Al-Zarb Al-
Udwanim, Damrah Ibn Damrah Al-Nahsyali dan Al-Mutalammis. Berikut ini contoh dari
kisah-kisah amtsal yang terkenal di kalangan orang Arab yang terjadi pada masa
jahiliyah :

‫يداك او كتا و فوك نفخ‬

“Tanganmu yang berbuat dan mulutmu yang meniup, tanggung sendiri akibatnya”.
Kisah matsal diatas adalah sebagai berikut:
Dikisahkan ada seorang laki-laki ingin menyeberangi sungai, akan tetapi dia tidak
memiliki perahu untuk menyeberang. Kemudian dia mengambil Qirbah (kantong air dari
kulit), kemudian ditiup dan dipegang dengan kedua tangannya. Dan turun ke air, untuk
membantunya mengambang di air. Ketika sudah agak jauh ke tengah qirbahnya terbalik
dan udaranya keluar, terus dia teriak-teriak minta tolong pada orang yang di sebelahnya.
Tetapi orang itu tidak membantunya, malah mencelanya.
Peristiwa ini jadi perumpamaan bagi orang yang terjerat masalah yang diakibatkan
oleh kelalaiannya dan ketidakhati-hatiannya (Baina Yadaik, 2003: 407-408).

4. Hikmah

Hikmah adalah ungkapan ringkas dan indah yang mengandung kebenaran yang dapat
diterima dan berisi petunjuk moral. Hikmah biasanya lahir dari orang-orang yang punya
banyak pengalaman, ilmu tinggi dan pengetahuan yang luas. Berbeda dengan matsal,
hikmah biasanya lahir dari orang-orang yang punya banyak pengalaman, ilmu tinggi dan
pengetahuan yang luas. Diantara contoh hikmah pada masa jahiliyah adalah sebagai
berikut:

‫مصارع الرجال تحت بروق الطمع‬

“Kehancuran seorang laki-laki terletak di bawah kilaunya ketamakan”

"‫"رضا الناس غاية ال تدرك‬

“Ridho seseorang itu sulit diketahui (dalamnya hati, siapa yang tahu?

‫ان اخاك من واساك‬

“Saudaramu adalah yang membantumu”.

Salah satu contoh hikmah yang diucapkan oleh Afwah Al-Awdy:

‫وال عماد اذا لم ترس اوتاد‬ ‫والبيت ال يبتني اال له عمد‬


‫وساكن بلغوا األمر الذي كادوا‬ ‫فأن تجمع اوتاد واعمدة‬

11
‫وال سراة اذا جهالهم سادوا‬ ‫ال يسلح النسا فوضي ال سراة لهم‬
‫فأن تولت فباألشرار تنقاد‬ ‫تبقی األمور بأهل الرأی ما صلحت‬

“Dan rumah tidak akan berdiri kecuali memiliki tiang dan tiang tidak akan bisa berdiri
tanpa pondasi, kalau digabungkan pondasi dengan tiang
dan penghuni rumah mereka akan dapat sampai pada tujuan
suatu kaum tidak akan bisa berhasil kalau tidak teratur dan tidak memiliki pemimpin dan
pemimpin tidak akan berhasil kalau yang menjadi pemimpin adalah orang-orang
bodoh,segala sesuatu akan baik kalau ditangani orang yang berilmu apabila tidak
dipegang oleh orang berilmu maka segala urusan itu akan dipimpin oleh orang-orang
jahat”
(Al-Iskandary, 1978: 58)
Hikmah tersebut berbentuk puisi. Dalam hikmah ini, diksi yang digunakan ada
hubungan timbal baliknya. Misal, bisa dilihat antara ‘rumah’ ( ‫ت‬
ُ ‫ )الَْبْي‬dengan ‘tiang’ (‫)ع َم ٌد‬
َ ,
‘tiang’ (‫)ع َم ٌد‬
َ dengan ‘pondasi’ (‫اد‬
ُ َ‫)َأوت‬
ْ . Ada keterkaitan hubungan antara keduanya sebagai
komponen yang harus ada dalam penggambaran mewujudkan rumah. Afwah
menggambarkan suatu kaum tidak akan sejahtera jika tidak ada pemimpinnya. Pemimpin
tidak akan berhasil bila ia bodoh. Kepemimpinan bisa berhasil bila dipegang oleh yang
berilmu. Jika yang berilmu menghilang, maka yang jahatlah yang merebut kekuasaan.
5. Qasas (Kisah-Kisah Jahiliyah)
Qasas (kisah-kisah Jahiliyah) adalah cerita yang meceritakan tentang hal-hal ajaib,
nenek moyangnya, kejadian yang luar biasa atau yang aneh, menceritakan ayyam al-
Arab, dan cerita tentang peperangan turut mendominasi kumpulan kisah jahiliyah. Kisah
peperangan meliputi banyak hal tentang peperangan tentang kepahlawanan, heroik,
kejantanan, kekuatan, strategi dan sebagainya (Mujaz, 1962: 52).

Salah satu peperangan antara suku-suku badui yang paling awal dan yang paling
terkenal adalah perang Basus yang terjadi pada akhir abad kelima antara Bani Bakr dan
keluarga dekat mereka dari Bani Taghlib di Arab sebelah timur laut. Kedua suku itu
beragama Kristen dan mengklaim sebagai keturunan Wa’il. Konflik diantara mereka
muncul karena seekor unta betina, milik seorang perempuan tua suku Bakr yang bernama
Basus, dilukai oleh kepala suku Taghlib. Menurut legenda Ayyam al-‘Arab, perang itu
berlangsung selama 40 tahun dengan cara menyerang dan merampok satu sama lain.
Sementara itu, api peperangan terus dikobarkan lewat ungkapan-ungkapan puitis. Perang
saudara itu berakhir sekitar 525 setelah al-Mundzir III dari Hirah turun tangan, dan

12
setelah kedua belak pihak lelah berperang. Nama para pemimpin suku Taghlib, yaitu
Kulayb ibn Rabi’ah dan saudaranya yang juga penyair, Muhalhil, (± 531 M), dan
pemimpin dari suku Bakr, yaitu Jassas ibn Murrah, masih dikenang di negeri-negeri
berbahasa Arab. Tokoh Muhalhil sendiri diperankan sebagai Zir dalam sebuah kisah
romantis terkenal, Qishshah al-Zir (K. Hitti, 2005: 111). Lalu perang lain yang tidak
kalah tenarnya adalah Perang Dahis dan al-Ghabra, yang menjadi salah satu peristiwa
terkenal dari periode Jahiliyah. Perang itu melibatkan suku ’Abs dan suku saudara
perempuannya, yaitu Dzubyan di Arab Tengah. Wangsa Ghathfan merupakan leluhur
kedua suku itu. Peristiwanya dipicu oleh tindakan curang orang-orang Dzubyan dalam
sebuah balapan antara kuda yang bernama dahis milik kepala suku ’Abs dan keledai yang
bernama al-Ghabra milik kepala suku Dzubyan. Peperangan itu pecah pada paruh kedua
abad keenam, tidak lama setelah tercapainya perdamaian Basus, dan berhenti selam
beberapa dekade hingga masa Islam. Pada peperangan inilah ’Antarah (atau ’Antar) ibn
Shaddad al ’Absi (± 525-615 M), pahlawan di zaman heroisme Arab, kondang sebagai
penyair dan prajurit (K. Hitti, 2005: 111-112).
Berikut adalah salah satu contoh pendek kisah perang ayyam al-Arab yaitu perang
Halimah :

“‫حليمة‬
‫ وبعث‬,‫ ابي––ه عن––ده‬ ‫ س––ار الى الح––ارث الغث––انى طالب––ا‬,‫ واس––تقر فى ملك––ه‬,‫لما تولى المنذر بن ماء السماء ملك الحيرة‬
‫ وسار المنذر حتى‬.‫ قد اعددت لك المردى على الجردى‬:‫ فعجبه الحارث‬,‫ انى قد اعددت لك القهول على الفحول‬: ‫اليه‬
.‫ وما كثت الحرب اياما ينتصف بعضهم من بعض‬, ‫ ثم اشتبقوا فى القتال‬,‫ وسار اليه الحارث ايضا‬,‫نزل بمرج حليمة‬
‫ فأعط––اه طيب––ا و امره––ا أن تطيب‬،‫ ودعا إبنته حليمة وكانت من أجمال النس––اء‬،‫ ذلك الحارث قعد فى قصره‬ ‫فلما رأى‬
‫ من قتل مل––ك الح––يرة زوجت––ه ابن––تى فق––ال‬،‫ ثم نادى يا فتيان غسان‬،‫ فاجعلوا يمرون بها وتطيبهم‬،‫من مربها من جند‬
‫ ولس––ت أرض–ى فرس–ى‬،‫ ي––ا أبت !!! ألن––ا قات––ل مل––ك الح––يرة او مقت––ول دون–ه ال محال––ة‬: ‫لبيد بن عمرو الغس––ان ألبي–ه‬
‫ ثم ألق––اه عن‬،‫ فلما زحف الناس واقتتلوا ساعة شد لبي––د على المن––ذر فض––ربه ض––ربة‬،‫ فأعطاه فرسه‬،‫فأعطنى فرسك‬
‫ فق–د زوجتكه–ا‬،‫ وأقبل به الى الحارث بإبن–ة عم–ك‬،‫ نزل لبيد فاحتز رأسه‬،‫ وانهزم أصحاب المنذر من كل وجه‬،‫فرسه‬
.‫ فإذا إنصرف الناس إنصرفت‬،‫ بل ان صارف فأواسى اصحابي بنفسى‬: ‫فقال‬
‫ ولكن لحم––ا‬،‫ فتقدم لبي––د فقات––ل ح––تى قت––ل‬،‫ورجع فصادف أخا المنذر قد رجع اليه الناس وهو يقاتل وقداشتدت نكايته‬
‫ ممن ك–انوا م–ع المن–ذر من‬،‫ بع–د ان اس–روا كث–يرا‬،‫ وقتلوا فى وجه وانص–رفت غس–ان بأحس–ن الظف–ر‬،‫انهزمت ثانية‬
..‫العرب‬

Artinya : “ketika Mundzir ibnu May al-sama’i raja Hiroh diangkat menjadi raja. Dia
berangkat mendatangi al-Harits al-Ghasani raja Ghassasinah ingin membalas dendam
kematian ayahnya kepadanya. Kemudian mundzir mengutus utusan yang menyampaikan
pesan : aku telah siapkan pasukan muda (berumur antara 34-51th) di atas kuda-kuda
perang dan unta jantan. Kemudian Harits menjawab : saya juga menyiapkan petarung

13
muda di atas kuda perang. Kemudian mereka bertemu dan berperang, sampai beberapa
hari, kadang Hirah yang menang dan ghasasinah yang menang.

Melihat perkembanagan perang yang mulai mencemaskan dia duduk di istananya


memanggil putrinya Halimah, seorang wanita yang paling cantik di zamannya.
Kemudian harits memberi anaknya minyak wangi dan menyuruhnya memberi wangian
kepada seluruh perajuritnya. Kemudian para tentara secara bergilir diberi wangian oleh
halimah, kemudian Harits bertitah : wahai seluruh prajurit ghassan..barang siapa yang 
berhasil membunuh raja Hirah, maka aku akan menikahkannya dengan putriku Halimah.
Labid ibnu amr al-ghassani berkata pada bapaknya, aku akan membunuh raja Hirah atau
sebaliknya aku terbunuh. Aku tidak rela menggunakan kudaku, tolong berikan kudamu
padaku. Kemudian ayahnya memberikan kudanya pada Labid.

Kemudian ketika berkecamuk perang dahsyat Labid terus mencari dan menyerang al-
mundzir hingga mendapat kesempatan membunuhnya dan menjatuhkan dari kudanya,
pasukan Mundzir kemudian kacau dan kalah dari berbagai sisi. Kemudian labid turun
mengambil kepala Mundzir dan pergi menghadap al-Harits dan menyerahkan kepala
musuhnya kepadanya. Raja al-harits berkata, anak pamanmu telah menjadi milikmu, aku
telah nikahkan dia dengan mu. Labid menjawab, tidak paman, aku akan menjenguk
teman-teman yang terluka, kemudian Labid pergi.

Dalam perjalanan pulang Labid bertemu saudaranya al-mundzir yang membawa sisa
pasukannya yang marah untuk membalas dendam. Kemudian terjadilah perang dahsyat,
Labid maju dengan gagah berani, seorang diri dan yang paling depan, menyerang sampai
terbunuh. Meski Labid terbunuh, tetapi tentara musuh kalah dan banyak yang terbunuh.
Tentara ghassan kembali membawa kemenangan setelah memperoleh banyak tawanan
dari tentara Mundzir. (Mujaz, 1962: 41).

6. Saj’u Al-Kuhhan
Saj'u al-Kuhhan (mantra-mantra dukun), pada masa jahiliyyah terdapat sekelompok
orang yang mengaku mengetahui hal gaib, apa yang terjadi besok, atas pemberitahuan
khaddamnya yang berupa jin. Mereka menjadi tempat kembali ketika kaumnya
mempunyai problem. Mantra-mantra yang mereka ucapkan inilah yang diebut saj’ul
kuhhan. Yang biasanya kalimatnya pendek, kata-katanya asing, ungkapannya berpola,
dan diucapkan secara tidak jelas. Diantara dukun-dukun pada akhir masa jahili adalah
Sawad ibn Qarib al-Dawsy, Al-Ma’mur al-Hari’iy dukun kabilah al-Harist ibn Ka’b,
Khunnafar al-Himyari diriwayatkan bahwa dia masuk Islam setelah bermusyawarah

14
dengan rewangnya syetan syisshar. Dan dukun terhebat dalam menciptakan sajak adalah
salimah ibn Abi Hayat yang dikenal dengan Uzza Salimah, dialah yang mengucapkan
mantra berikut ini :

"‫ لقد نفر المجد بنى العشراء للمجد والسناء‬,‫ واقعة يبقعاء‬,‫ والعقاب والصقعاء‬,‫"واالرض والسماء‬

“Demi bumi, demi langit, demi planet matahari yang menyinari buq’a. telah menang bani
Asyro dengan mendapatkan keagungan dan keluhuran”.

Selain dukun-dukun laki-laki yang telah disebutkan diatas, banyak juga dukun-dukun
perempuan seperti: Sya’tsa, Tsa’diyah, Zarqa’binti Zuhair, Ghaithalah al-Qurasyiyah dan
Zabra’. Pada umumnya keistimewaan puisi Arab jahili itu corak pemikirannya sangat
terbatas sekali, sesuai dengan corak kehidupan mereka yang sederhana. Hanya saja
kebanyakan mereka berdasarkan pada daya khayal yang ada dengan pengalaman dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Karena itu, jika hendak menilai keadaan suatu syair maka
kita tidak dapat terlepas dari keadaan penyair itu sendiri. Adapun karakteristik sastra
jahiliyah secara umum sebagai berikut :

1) Jujur, penyair mengungkapkan apa yang dirasakannya berdasarkan fakta dan tidak
berlebihan dalam mengungkapkannya
2) Ringkas, susunannya sama sekali bebas dari pengulangan, penjelas atau desakan
3) Kesederhanaan dan kehidupan badui merupakan faktor yang menciptakan pribadi
manusia yang sederhana. Demikian juga alam jahiliyah, semua itu mempengaruhi
karya puisi jahiliyah

C. Ciri-Ciri Umum Sastra Jahiliyah

15
Kampung badui adalah lingkungan puisi jahily karena itu puisi jahily merupakan
cermin kehidupan badawiyah yang berkisar antara onta dan reruntuhan kampung
meskipun demikian, para penyair besar dikota-kota berasal dari kampung badui, para
pakar jahiliyah dan zaman Islam mengakui kehebatan para penyair badui. Dari segi
makna, ciri-ciri puisi jahiliyah adalah sebagai berikut :
1. Jujur. Kejujuran dalam menulis puisi adalah seorang penyair mengungkapkan apa
yang dirasakannya secara faktual dan tidak diungkapkan secara berlebih-lebihan.
2. Ringkas, atau pemantapan dan makna dalam sesedikit mungkin kata. Terlalu sedikit
kata akan membuat ungkapan menjadi kabur, terlalu banyak kata membuat ungkapan
menjadi terlalu rinci dan berlebihan. Susunannya sama sekali bebas dari
pengulangan dan penambahan dekoratif, penjelas atau desakan.
3. Kesederhanaan, atau aliran lancar dari komposisi, tak terhalang oleh struktur
kompleks, pemberian contoh yang berkepanjangan, tamsil dan kiasan bertele-tele,
konjungsi atau disjungsi. Kehidupan badui periode jahiliyah dan cara hidup kaum
badui merupakan faktor yang menciptakan pribadi manusia yang sederhana
demikian juga alam jahiliyah semua itu mempengaruhi karya puisi jahiliyah. Para
penyair jahily menciptakan karya puisinya secara alamiah tidak mengada-ada
menulis apa yang dirasakan dan apa yang dilihat.
4. Romantis, puisi jahiliyah sangat romantis mengungkapkan jiwa dan perasaan
penyairnya. Karena itu, para penyair lama ketika membahas tentang tema-tema
faktual seperti menggambarkan perburuan, peperangan, hikmah, risa’ semua itu
diungkapkan dengan perasaannnya sehingga tema-tema faktual itu berubah menjadi
tema emosional atau perasaan.
Pada umumnya keistimewaan puisi Arab jahiliyah itu corak pemikirannya sangat
terbatas sekali, sesuai dengan corak kehidupan mereka yang sederhana. Hanya saja
kebanyakan mereka bersandarkan pada daya khayal yang ada ditambah dengan
pengalaman dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena itu jika kita hendak menilai
keadaan suatu syair maka kita tidak dapat terlepas dari keadaan penyair itu sendiri.
Misalkan saja karya seorang penyair yang kurang pengalaman di dunia syair,
dibandingkan dengan karya syair seseorang yang luas pengalamannya.
Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa corak pemikiran syair Arab jahiliyah itu
sangat sederhana, karena bentuk kehidupan mereka sangat sederhana dan belum banyak
mengenal kebudayaan yang tinggi. Karena bentuk kehidupan mereka itu hanya terbatas
dalam bentuk kehidupan Badwi yang penuh dengan dunia pengembaraan, peperangan,

16
hidup bebas dari segala hukum dan ikatan undang-undang. Ciri yang paling menonjol
sekali dalam syair Arab jahiliyah adalah menonjolkan sifat kejantanan dan keperwiraan,
menceritakan segala macam pengalaman yang baik maupun yang buruk dan sebagainya
(Al Muhdar, 1983: 77).

D. Ciri Khas Prosa Jahiliyah


Ciri khas prosa jahiliyah adalah menceritakan kisah kerajaan pada saat itu dan masa
lalu contohnya adalah ratu Az Ziba atau yang dikenal dengan Zenobia yang menguasai
Syam pada abad ke-3 M yang tertulis pada kitab Arab yang dikarang oleh Hisyam Ibn
Muhammad al-Kalaby
Pada prosa jahiliyah tidak ditemukan keklamunan apapun kecuali pada zaman prosa
Abayi Dan kebenarannya adalah pada prosa Jahiliyah sebenarnya itu tidak benar-benar
ada bukti sastra atau kitab undang undang tentang sejarah dan sastra pada zaman itu,
akan tetapi patut dipahamkan bahwasanya sastra tumbuh di Hijaz pada abad ke-6 M lalu
menyebar ke penjuru Arab hingga ke Makkah dengan 17 sastrawan dan ke Madinah 11
sastrawan. Tokohnya pada saat itu adalah Aktsam bin Shafa dan Hakim Tamim Adapun
para penyanyinya adalah Lubaid bin Rabi'ah dan al-Muraqas al-Akbar.
Peribahasa pada zaman jahiliyah sangat bergantung pada peristiwa-peristiwa asli
yang mereka alami Tokoh pada saat itu adalah Abu Hilal al-Askary dalam bukunya
(Jamharah al-Amstal) dan al-Maidani (Majma al Amtsal) Sejak dahulu kala peribahasa
Arab tak pernah berubah dalam pembuatannya kecuali berdasarkan dengan lisan-lisan
mereka hingga bahkan menyelisih kaidah nahwu dan shorof.

BAB III
PENUTUP

17
A. Kesimpulan

Peribahasa Arab (termasuk bahasa lain) dalam perjalanannya memiliki hubungan


yang erat dalam perkembangan bahasa setiap daerah atau bahkan suatu negara. Ia adalah
cermin kehidupan dan budaya masyarakat yang hidup di dalamnya.
Dengan budaya muncul ungkapan atau peribahasa yang menggambarkan
kepribadian seseorang, masyarakat, kebiasaan yang terjadi dan hal-hal lain sebagai
manifestasi dari kebudayaan itu sendiri.
Pada masa Jahiliyyah, gaya bahasa yang digunakan dalam prosa masih kaya akan
konotasi atau ke- ambiguitasan, layaknya syi’r. Sebagian be- sar berisi tentang seruan
untuk mengobar- kan semangat.Kemudian pada masa Islam, termasuk masa Umayyah
dan ‘Abbasiyah, gaya bahasa yang digunakan semakin tera- tur, dan mudah dimengerti,
salah satu faktornya adalah turunnya mu’jizat Al-Qur’an yang memiliki tuturan bahasa
indah. Sedangkan di masa kini atau masa modern, yang paling banyak tersebar adalah
novel dengan berbagai macam jenis.

Sejarah sastra Arab Jahiliyah pada hakikatnya adalah tonggak awal perkembangan
sastra Arab dari masa ke masa. Fase ini menjadi hal yang sangat penting dalam
perjalanan sastra Arab. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang :

1. Sastra Arab Jahiliyah adalah teks sejarah yang menghubungkan fase pra dan pasca
Islam. Melalui karya-karya sastra yang muncul di masa Jahiliyah, kita mampu melihat
sejarah kehidupan bangsa Arab, baik hal-hal yang bersifat positif maupun negative.
Hal- hal yang bersifat positif meski dipertahankan, sedangkan yang buruk harus
diperbaiki sebagaimana tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu untuk
menyempurnakan akhlak.
2. Sastra Arab Jahiliyah juga menunjukkan sebuah peradaban seni yang cukup tinggi
pada masa itu. Wazan, qafiyah, fasilah, metafora, dan karakteristik lainnya
menunjukkan bahwa masa Jahiliyah bukanlah sebuah fase kebodohan secara hakiki
namun lebih pada kebodohan ideologi.

3. Sastra Arab Jahiliyah juga menunjukkan tentang sebuah universlisme rasa, humanisme,
dan lainnya yang menjadi fitrah manusia, seperti cinta yang memunculkan genre gazal,
benci yang memunculkan genre hija (ejekan/hinaan), senang memunculkan genre madih

18
(pujian), sedih memunculkan genre ritsa (ratapan), dan seterusnya.

4. Genre-genre yang muncul pada masa Jahilyah hingga masa kini masih tetap relevan dan
tidak dianggap sesuatu yang terbelakang, karena bersifat universal meskipun tentu saja
terjadi beberapa perubahan dalam cara penyampaian dan gaya bahasanya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Maka dari itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua orang.

DAFTAR PUSAKA

19
Al-Hasyimi, Ahmad. 1999. Jawahir Al-Adab Fi Adabiyyat Wa Insya Lughah al-Arab. Beirut.

Buana, Cahya. 2008. Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair-

Syair Hamzah Fansuri. Yogyakarta.

Atmazaki. 1990. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang.

Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan. Yogyakarta.

Nurhakim, Moh. 2003. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang.

Shiddiqi, Nouruzzman. 1983. Pengantar Sejarah Muslim.Yogyakarta.

Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani. 2008. Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam.

Malang.

Hula, Ibnu Rawandhy N. “Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif dalam Ranah Kritik Sastra”.

Al-‘Ajami, 5(1), 2016.

20

Anda mungkin juga menyukai