DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita nikmat
kesehatan dan nikmat kekuatan sehingga makalah kami yang berjudul “ MODEL
PROSA PRA-ISLAM" ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Sholawat beserta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada Nabi kita Nabi
Muhammad SAW, Nabi yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju
alam yang terang benderang seperti saat ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang dibuat ini dapat berguna bagi kami dan dan orang yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf yang sebesar- besarnya apabila ada
kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca dan kami mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan. Aamiin Allahumma Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian prosa sastra Arab.........................................................................2
1. Masa jahiliah..3
2. Masa islam.... .5
3. Masa 'Abbasiyah.......................................................................8
B. Gambaran umu kesusastraan pada masa pra-islam..................9
C. Faktor perkembangan sastra Arabpra-Islam..............................16
BAB III...............................................................................................................22
PENUTUP............................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................ 23
B. Saran.......................................................................................................24
C. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Prosa arab telah muncul sejak masa Jahiliyyah sebelum islam datang,
tentu saja bentuk dan karakternya berbeda dengan prosa masa kini.
Penelitian ini bertujuan untuk membedah seluk beluk tentang prosa arab dari
zaman Jahiliyah. Setiap masa memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk
dapat memaparkan uraian tersebut, peneliti menggunakan metode deskriptif
analitik untuk menjelaskan deskripsi prosa arab secara menyeluruh, juga
untuk menganalisa karakteristik setiap masanya. Kesimpulan dari analisis
tersebut adalah bahwa bentuk prosa telah melalui perkembangan yang sangat
pesat. Pada masa Jahiliyyah, gaya bahasa yang digunakan dalam prosa
masih kaya akan konotasi atau keambiguitasan, layaknya syi‟r. Sebagian
besar berisi tentang seruan untuk mengobarkan semangat. Kemudian pada
masa Islam, termasuk masa Umayyah dan„Abbasiyah, gaya bahasa yang
digunakan semakin teratur, dan mudah dimengerti, salah satu faktorya
adalah turunnya mu'jizat Al-Qur‟an yang memiliki tuturan bahasa indah.
Istilah Arab biasa digunakan untuk menyebut daerah yang terletak di
JazirahArab sedangkan Jazirah itu sendiri berarti pulau. Noeldeke meneliti
lafadz “Arab"kemudianmenyimpulkanbahwa makna hakiki lafadz Arab
adalah al-Shahra(padang pasir). Namun, ada juga yang menggunakannya
untuk menyebut masyarakat yang tinggal di
daerah tersebut. Selain itu, Bangsa Arab juga digunakan untuk
menyebut salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan yang
dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu
jazirah Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa daerah tersebut adalah
tempat kelahiran bangsa Smith meski tak ada kesepakatan akan hal tersebut.
Arab merupakan pusat peradaban Islampertama didunia. Bangsa arab yang
1
berdiam di Jaziraharab terletak didaerah Asia. Daerahnya berbentuk
memanjang yang
dibatasi oleh laut merah dibagian barat, Teluk Persiadi sebelah timur, lautan
Indiadi sebelah selatan, suriah dan Mesopotamia di sebelah utara. Pada
dasarnya bangsa Arab sebelum Islam tidak hanya daerah Jazirah Arab, akan
tetapi pembahasan bangsa arab Pra-islam dibatasi hanya daerah jazirah arab
saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prosa Satra Arab
Prosa sastra arab yang dikenal dalam bahasa arab “An-Natsr Al-Adaby”
secara istilah berarti perkataan yang tidak terkait penuh dengan wazan dan
qafiyah (A.Al-Iskandari dan Mustafa A, 1976, hlm.21). Atau sebuah karya
sastra yang mengandung seni dan ketrampilan menggambarkan peristiwa
dengan fase yang kompleks dalam karakteristiknya (Syauqi Dz, 1976,
hlm.15). Menurut Muhammad Sa‟ad Al-Husain, an-nasr al-adaby adalah
prosa estetis yang mengedepankan tujuan untuk membangkitkan rasa dan
emosi para pembacanya. Akan tetapi sebuah karya bisa disebut sebagai
prosa estetis jika prosa tersebut memenuhi empat unsur sastra, yakni: fikrah
(gagasan), athîfah (emosi), lafadz atau uslûb (bahasa), dan khayal/ imajinasi
(M.S. Al-Hussain, 1410 H, hlm.67-69).
" إن الحذر ال ينخي من, ىالك معذور خير من ناج فرور, يا معشر بكر
“Wahai sekalian kaum Bakr, orang yang kalah secara terhormat lebih baik
dari orang yang selamat karena lari dari medan juang. Sesungguhnya
ketakutan tidak akan melepaskan kalian dari ketentuan Tuhan, dan
sesungguhnya kesabaran adalah jalan kemenangan. Raihlah kematian secara
mulia, jangan kalian memilih kehidupan yang hina ini. Menghadapi
kematian lebih baik daripada lari darinya. Tusukan tombak di leher-leher
depan lebih mulia dibanding tikaman dipunggung kalian. Wahai kaum
Bakr….. Berperanglah!!!! Karena kematian adalah suatu kepastian.. “
3
Dalam contoh khutbah di atas terdapat
ciri-ciri seperti telah disebutkan sebelumnya, yaitu: (1) Kalimatnya ringkas
dan lafadznya jelas. Kata-kata dalam khutbah tersebut ringkas dan padat
berisi himbauan/nasihat dari pengarang, Hani‟ Bin Qobishoh. Kalimat
dalam khutbah ini bersifat ringkas dengan tidak menggunakan gaya bahasa
seperti dalam syair-syair Arab, juga tidak menggunakan kalimat
repetisi/pengulangan. Lafadznya jelas tidak seperti dalam syair, penuh
ambigu. Seperti dalam kalimat من خيز معذور
فزور• ن,tidak ada pemborosan kata. Juga
4
maknanya dekat dan mengandung pesan untuk umat. Adapun jenis-jenis
prosa pada masa ini adalah Kitabah, Rosail, Qososh, dan Tauqi‟at
(A.Haikal, 1994).
Sampai dengan sempurnanya wahyu Al-Qur‟an, Rosulullah mempunyai
40 penulis wahyu (risalah), di antaranya adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah
bin Zubair, Sa‟id bin „Ash, dan Abdullah bin Harits bin Hisyam. Berikut
adalah contoh risalah yang dituliskan untuk Khalid bin Walid: (U. Dasyuqi,
2007, hlm.215)
فإن كتابك جاءني مع: أما بعد. اهلل الذي ال إلو إال ىو
5
pertempuran, mereka telah mengikuti apa-apa yang engkau dakwahkan dari
Agama ini, mereka bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak disembah
melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah,
maka berilah kabar gembira atas keislaman mereka dan berilah mereka
peringatan, dan kembalilah engkau wahai Khalid bersama utusan dari
kabilah tersebut. Semoga keselamatan, rahmat serta barakah senantiasa
Allah limpahkan kepadamu.”Pada contoh di atas,risalah tersebut tidak
menggunakan gaya bahasa yang sukar, seperti prosa pada masa Jahiliyyah
yang banyak mengandung konotasi, buktinya terdapat dalam kalimat
C. Masa 'Abbasiyah
6
Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang
prosa. Hal itu disebabkan antara lain karena dukungan para penguasa
dan kemampuan personal yang dimiliki masing-masing sastrawan.
Banyak buku sastra dan kumpulan nasihat serta uraian-uraian sastra
yang dikarang atau disalin dari bahasa asing. Pada masa ini juga telah
muncul cerita yang berjudul alfu lailin wa lailah, hal ini yang
mempengaruhi munculnya novel di daerah Prancis (inspiring novel
modern) (Tatik M.T, 2019). Selain itu, masa ini memiliki
perkembangan kritik sastra, salah satu buktinya ialah terbitnya buku
yang berjudul An-Naqd Al-Adab Asy-Syi‟r karya Ibnu Qudamah.
Diantara tokoh-tokoh yang masyhur pada zaman tersebut adalah Abu
Tamam, Al-Amidi, Al-Jurjani, Ibnu Qudamah, dan lain sebagainya
dengan pemikiran dan karyanya masing-masing (Mardjoko I, 2019,
hlm.36-39).
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masa
„Abasiyyah memiliki pembaharuan dalam penulisan prosa. Prosa
tidak lagi disajikan hanya dengan sesuatu yang bersifat nyata dengan
bentuk pemberitahuan seperti halnya khitobah, kitabah, risalah dan
lain sebagainya. Namun, telah muncul karya bersifat fiksi seperti
novel yang dapat diambil hikmah atau pesannya dari kisah tersebut.
Dengan kata lain, suatu hikmah atau pesan kehidupan dapat dikemas
dalam suatu karya dengan alur cerita fiksi maupun nonfiksi. Pada
masa ini juga telah muncul kritik sastra.Artinya kualitas keilmuan
pada masa ini memiliki perkembangan yang pesat. Dibuktikan
dengan adanya tokoh-tokoh yang mulai mengkritik karya-karya sastra
berlandaskan ilmu pengetahuan yang telah didalami. Kritik tersebut
dapat berupa bahasa, susunan kalimat, gaya penulian, isi, hikmah di
dalamnya dan lain sebagainya.
7
B. Gambaran Umum Kesusastraan Arab pada Masa Pra-Islam
Pola kehidupan bangsa Arab pada pra-Islam dapat dilihat dalam karya
sastra yang merupakan refleksi bagi keseluruhan kehidupan bangsa Arab
pada zaman tersebut. Karena dalam karya sastra tergambar jelas kondisi
kehidupan mereka baik yang terkait dengan kondisi geografis, adat-istiadat,
sistem ekonomi, maupun bentuk-bentuk kepercayaan mereka.
Kecenderungan sastra Arab Jahiliyyah adalah ritsa'(ratapan),
madh(pujian), satire (serangan terhadap kabilah tertentu), fakhr(kebanggaan
kelompok tertentu), anggur sebagai lambang eksentrik para sastrawan atau
untuk kebanggaan memiliki suasana trance(keadaan tak sadarkan diri). Akan
tetapi, deskripsi dalam sastra tersebut senantiasa diselipi dengan nasihat atau
filsafat hidup tertentu.
Genre sastra Arab Jahiliyyah yang paling populer adalah jenis
syi’r(puisi) di samping amtsal(semacam pepatah atau kata-kata mutiara), dan
pidato pendek yang disampaikan oleh para pujangga yang disebut sebagai
prosaliris. Dan semua itu dihapal di luar kepala secara turun-temurun oleh
orang-orang Arab yang memang terkenal dengan kemampuan daya hapal
yang sangat tinggi.
Dalam kesusastraan Jahiliyyah, terdapat perbedaan antara jenis puisi
dan jenis prosa. Dibandingkan dengan jenis sastra puisi, sastra dalam bentuk
prosa tercatat dalam sejarah sastra lebih terbelakang. Hal itu disebabkan
karena prosa lebih membutuhkan kepandaian menulis atau
tadwin(pengumpulan), sementara keterampilan menulis baru dikuasai oleh
orang Arab pada masa-masa belakangan setelah Islamlahir. Dan hal ini tidak
terjadi pada puisi yang telah dicatat dalam ingatan para ruwât(pencerita)
tanpa harus mencatatnya dalam pengertian yang sebenarnya. Di samping itu,
puisi merupakan bahasa wujdân(emosi) dan imajinasi yang sifatnya lebih
8
personal, sedangkan prosa lebih merupakan bahasa intelek, dan lebih
cenderung ke hal-hal yang bersifat kolektif.
Dengan kata lain, puisi lebih berdimensi psikologis, sementara prosa lebih
bersifat sosiologis.
Para ruwât(pencerita), merupakan para penghapal puisidan silsilah para
tokoh dari setiap kabilah Arab. Dengan begitu kelangsungan transmisi puisi
itu bisa terjaga dari generasi ke generasi. Diantara para pencerita yang
dipandang memiliki hapalan paling kuat dari suku Quraisy pada masa
Jahiliyyahadalah Mukhrimah bin Naufaldan
Khuwaitib bin Abdul Uzza.
Menurut pandangan sejarawan sastra Arab lama, hanya sedikit puisi
Jahiliyyah itu yang dapat direkam sejarah. Karya yang tidak tertulis dan
kemudian hilang jauh lebih banyak. Hal itu disebabkan karena sebagian
besar karya sastra tersebut Tidak sempat dikenal dan dihafal, sementara yang
telah dihafal oleh sastrawan lain juga hilang bersamaan dengan
meninggalnya mereka.
Secara geografis semenanjung Arab bentuk memanjang yang tidak sama
ukurannya. Sebelah utara berbatasan denganPalestina dan dataran Syam, di
sebelah timur berbatasan dengan dataran Irak dan teluk Persia, sebelah
selatan berbatasan dengan lautan Hindia, dan sebelah barat berbatasan
dengan Laut Merah. Jika ditinjau dari segi letak geografisnya JazirahArab
memang sangat strategis, karena dibatasi oleh tiga laut dari tiga jurusan,
ditambah dengan ketandusan Jazirah Arab itu sendiri sehingga kedua faktor
inilah yang dapat melindungi jazirah itu dari serangan pihak luar.
Apabila kita mengikuti keadaan gambaran JazirahArab, akan kita
dapatkan bahwa dataran ini sangat mengerikan sekali. Karena dataran yang
luas itu tidak ada sumber mata air yang cukup. Hujan yang turun boleh
dikatakan hanya sedikit sekali sehingga hampir seluruh tanahnya diliputi
gunung batu dan pasir yang membentang luas. Selain itu suhu udara yang
9
amat panas menyebabkan tanah yang luas itu sukar untuk ditumbuhi oleh
tanaman, kecuali daerah-daerah seperti Yaman, Thaif, dan Madinah.
Olehkarena itu, tidak heran apabila tanah Arab boleh dikatakan tidak pernah
di datangi oleh penjajah asing, karena mereka segan untuk tinggal di daerah
yang amat
mengerikan itu.
Kondisi Jazirah Arab yang demikian itu, menjadikan bangsa Arab
mempunyai watak dan tabiat yang keras dan tidak pernah takut kepada siapa
pun, kecuali kepada kepala suku mereka sendiri. Dari sini, kita ketahui
bahwa mereka tidak pernah bersatu dengan suku lain kecuali bila terjadi tali
persahabatan. Kesenangan mereka hanyaterbatas untuk kepentingan suku
mereka saja. Seorang kepala suku akan bertindak seperti raja yang akan
bertanggung jawab hanya kepada anak buahnya saja.
Sumber kehidupan bangsa Arab adalah berdagang, karena tanah mereka
sukar 39 Karakteristik Sastra Arab pada Masa Pra-Islam . Walaupun
demikian, ada juga beberapa daerah yang sumber kehidupannya dari
bercocok tanam, seperti daerah Yaman, karena daerah ini letaknya dekat
katulistiwa. Selain itu, ada juga daerah yang sangat subur seperti Irak,
karena dialiri oleh dua sungai besaryaitu sungai Eufratdan sungai Tigris.
Selain kedua daerah tersebut, masih ada daerah lain seperti Thaif dan
Madinah yang kehidupannya bercocok tanam, namun hasil yang diperoleh
dapat dikatakan masih sangat terbatas.
Pada umumnya, telah menjadi kebiasaan bangsa Arab untuk
mengadakan perjalanan perdagangan antar kota-kota besar. Bangsa Arab
mengadakan perjalanan perdagangan dua kali setiap tahun, yaitu ke
Yamanpada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Dalam
perjalanan itu, mereka akan singgah dahulu di kota Mekkah baik untuk
melakukan ibadah Haji maupun untuk melengkapi perbekalan dalam
perjalanan. Dan telah menjadi kebiasaan mereka untuk mengadakan pasaran
10
bersama di kota Mekahsetiap musim haji. Oleh karena itu, di tiga tempat
seperti Yaman, Syam, dan Mekah timbul pusat peradaban bangsa Arab saat
itu.
Meskipun secara umum bangsa Arab memiliki watak dan tabiat yang
keras sebagaimana dikemukakan di atas, akan tetapi mereka juga memiliki
watak dan tabiat yang terpuji, seperti berani dalam membela yang hak dan
benar, teguh pada janji (bersikap amanah), selalu memuliakan tamu yang
berkunjung ke rumah, menghormati kaum wanita. Penghargaan mereka
terhadap wanita dapat dilihat dengan kebiasaan mereka emilih nama yang
baik untuk panggilan kaum wanita seperti Lu'lu'(permata), Wardah(mawar),
Surayah(nama bintang), dan lain-lain.
Salah satu kegemaran yang paling menonjol di kalangan bangsa Arab
adalah menunggang kuda dalam medan peperangan. Oleh karena itu, bangsa
Arab menyenangi kuda yang berasal dari keturunan yang baik, sehingga
tidak heran bila kita menemukan pada beberapa bait syair Arab yang memuji
kuda kesayangannya.
Pada saat itu bangsa Arab masih belum mengenal ilmu pengetahuan
dengan sempurna, karena kebanyakan dari mereka tidak mengenal baca dan
tulis. Oleh karena itu, nanti akan kita dapatkan bahwa mereka lebih
menyukai Puisi daripada prosa, karena puisilebih mudah dihafal. Di samping
itu, bangsa Arab juga mengerti ilmu perbintangan. Karena mereka hidup di
alam terbuka, dan sering menggunakan bintang sebagai pedoman dalam
perjalanan untuk menentukan arah. Dan ditambah lagi bangsa Arab banyak
mengenal jejak telapak kaki, karena pengetahuan semacam itu sangat
dibutuhkan untuk mengejar musuh mereka. Pada dasarnya berbagai macam
ilmu pengetahuan yang mereka miliki itu tidak bersumber dari kitab atau
buku pegangan, melainkan dari pengalaman sehari-hari.
Telah menjadi ketetapan kodrat, bahwa setiap bangsa mempunyai
kelebihan tersendiri. Bahwa kelebihan yang dimiliki oleh suatu bangsa tidak
11
akan dimiliki oleh bangsa lain. Dalam perkembangan sejarah umat manusia
telah disebutkan bahwa bangsa Yunanikuno mempunyai kelebihan dalam
berpikir dan berfilsafat, sehingga bangsa tersebut dapat melahirkan beberapa
filosof yang amat terkenal seperti Plato, Aristoteles, Socrates, dan lain-lain.
Jasa baik yang mereka berikan dalam bidang filsafat tidak akan dilupakan
oleh umat manusia.
Selain bangsa Yunanimasih ada bangsa lain yang juga mempunyai
kontribusi besar dalam peradaban dunia. Sejarah peradaban telah mencatat
bahwa bangsa India, Tiongkok, Mesirkuno, dan bangsa Arab, keseluruhan
bangsa tersebut telah mengenal peradaban tinggi sebelum bangsa barat maju.
Salah satu keistimewaan bangsa Arab adalah mereka mempunyai
perhatian yang besar terhadap sastranya, karena mereka mempunyai
perasaan yang halus dan ketajaman penilaian terhadap sesuatu. Dua sifat
itulah yang menjadi faktor utama bagi mereka untuk mempunyai kelebihan
dan kemajuan dalam bahasa. Karena keindahan bahasa bersandarkan pada
perasaan halus dan daya khayal(imajinasi), maka dengan kedua faktor inilah
bangsa Arab dapat mengeluarkan segala sesuatu yang bergejolak dalam jiwa
mereka dalam bentuk syair-syair yang indah.
Di sini, perlu disebutkan beberapa faktor yang menjadi motivasi bangsa
Arab Jahiliyyah dalam mengembangkan keindahan bahasa antara lain:
1)Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi di antara sesama mereka untuk
menggambarkan dan menceritakan perjalanan mereka dalam mengarungi
padang pasir, dan juga digunakan untuk menceritakan mengenai keindahan
binatang, maupun menggambarkan ketangkasan mereka dia atas pelana
kuda, dan banyaknya hasil rampasan perang yang mereka menangkan.
18
BAB III
PENUTUP
A. . KESIMPULAN
Prosa sastra arab merupakan karangan bebas yang tidak terikat dengan wazan
dan qafiyah seperti bentuk puisi. Bentuk prosa telah melalui perkembangan
yang sangat pesat dimulai dari zaman Jahiliyyah hingga zaman modern dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Pada masa Jahiliyyah, gaya bahasa yang
digunakan dalam prosa masih kaya akan konotasi atau keambiguitasan,
layaknya syi‟r. Sebagian besar berisi tentang seruan untuk mengobarkan
semangat. Kemudian pada masa Islam, termasuk masa Umayyah dan
„Abbasiyah, gaya bahasa yang digunakan semakin teratur, dan mudah
dimengerti, salah satu faktorya adalah turunnya mu‟jizat Al-Qur‟an yang
memiliki tuturan bahasa indah. Sedangkan di masa kini atau masa modern,
yang paling banyak tersebar adalah novel dengan berbagai macam jenis.
Bangsa Arab jahiliyyah merupakan bangsa yang amat senang terhadap
syair, karena itu mereka memandang para penyair sebagai orang yang
memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Hal ini dapat dipahami
karena seorang penyair akan dapat membela kehormatan keluarga serta
kaumnya. Itulah sebabnya jika dalam sebuah qabilah ada seorang pemuda
yang pandai dalam menggubah syair, maka pemuda tersebut pasti akan
dimuliakan oleh seluruh anggota qabilah tersebut. Karena merek
beranggapan bahwa pemuda itu pasti akan menjadi tunas yang akan
membela qabilahnya dari serangan dan ejekan para penyair qabilah lain.
Karena para penyair memiliki kedudukan yang tinggi, maka tidak
mengherankan jika sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh seorang penyair
akan selalu dilaksanakan. Pendek kata bagi bangsa Arab jahiliah seorang
19
penyair merupakan penyambung lidah yang dapat meninggikan martabat
sebuah qabilah dan melahirkan kebanggaan kepada mareka.
Karena bangsa Arab telah menganggap penting seorang penyair, maka
sering kali mereka meminta seorang penyair untuk memberikan semangat
dalam perjuangan kabilahnya serta. Sering pula seorang penyair diminta
untuk memberikan dukungan suara bagi seseorang agar dapat diangkat
sebagai kepala kabilah. Di samping itu seorang penyair sering pula
digunakan sebagai perantara untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi
antara kabilah, bahkan ada juga yang menggunakan penyair untuk
memintakan maaf dari seseorang penguasa.
Kedudukan penyair sangat tinggi di mata orang Arab Jahiliah. Sebuah
karya puisidapat mempengaruhi, bahkan mengubah sikap atau posisi
seseorang atau sekelompok orang terhadap sikapatau posisi orang dan
kelompok lainnya. Dengan demikian para penyair juga berfungsi sebagai
agen perubahan sosial kebudayaan. Kedudukan atau pengaruh sedemikian
ini hanya dapat ditandingi oleh para politisi tingkat tinggi di zaman modern
ini. Kekuatan penyair bersumber dari kekuatan isi karyanya.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis hanya menyampaikan poin-poin yang berkaitan
dengan prosa sastra arab secara singkat yang mana tentunya masih
menimbulkan dan memunculkan banyak kejanggalan dan pertanyaan. Maka
dari itu, dianjurkan kepada teman-teman semua untuk memperkaya wawasan
khususnya mengenai prosa sastra arab dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan topik tersebut, terutama mengenai perkembangan prosa arab
dari awal munculnya hingga saat ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
21