Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Ulumul Quran Raihanah , S.Pd.I, M.Ag.

I’jaz Lughowi Al-Quran

DiSUSUN OLEH:
Kelompok 9
AHMAD ICHSAN RIDZANI :220101010446
ABDUL HAMID : 220101010844

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “ I‟jaz Lughowi Al-Quran.”

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak


terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidkan Agama Islam di UIN Antasari Banjarmasin yaitu mata kuliah “Ulumul
Qur‟an” bimbingan Ibu Raihanah , S.Pd.I , M.Ag.

Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Kami
mohon maaf apabila ada kekurangan maupun kesalahan pada penulisan
makalahini untuk itu kami berterima kasih apabila pembaca memberi saran atau
kritikan kepada kami.

Banjarmasin, 25 November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................


BAB I...........................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................................
Tujuan .....................................................................................................
BAB II .........................................................................................................
PEMBAHASAN..........................................................................................
Pengertan I‟jaz Lughowi .......................................................................
Sejarah Ilmu I‟jaz Lugowi .....................................................................
Contoh-contoh I‟jaz lughowi di dalam Al Qur‟an..................................
Hikmah mempelajari ilmu i‟jaz lughowi ...............................................
BAB III ........................................................................................................
PENUTUP ...................................................................................................
Kesimpulan ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ulama Al-Qur'an banyak membicarakan bentuk-bentuk i'jaz dalam
Kitabullah Ke Qur‟an. Ada yang membicarakannya dari perspektif ilmu Balagh
yang terdiri dari ilmu al Bayan, Ma'ani dan Badi, ketepatan susunan, keindahan
makna dan kesempurnaan apa yang dibacakan. Pengucapan. Dia mengungkapkan
Ada juga yang membahasnya dari sudut pandang mampu berbicara Al-Qur'an
dengan orang-orang berdasarkan pemahaman dan pensinyalan kerumunan
manusia dan panggung keagungan rububiyyatullah di setiap ayat Al-Qur'an.1

I‟jaz lughowi adalah kemukjizatan Al-Qur‟an yang terdapat dalam tatanan


bahasanya; dari uslub kalimat dan maknanya.

Rumusan Masalah

1. Apa itu I‟jaz Lughowi?

2. Bagaimana sejarah ilmu I‟jaz lughowi?

3. Sebutkan contoh i‟jaz lughowi dalam Al-Qu‟an!

4. Apa hikmah mempelajari ilmu i‟jaz lughowi

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian i‟jaz lughowi

2. Untuk mengetahui sejarah i‟jaz lughowi

3. Untuk mengetahui contoh i‟jaz lughowi dalam Al-Qur‟an

4. mengetahui hikmah mempelajari i‟jaz lughowi

1
Azizi Hasbulloh, 2010
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jaz Lughowi

I‟jazul Qur‟an terdiri dari 2 kata yaitu ”I’jaz” dan ”Al-Qur’an”. Kata I’jaz
secara etimologi adalah melemahkan.

Dari sudut terminologi, i‟jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al-


Qaththan (1998) dan Ali al-Shabuny sebagai “menampakkan kebenaran Nabi
saw dalam pengakuan orang lain sebagai seorang rasul utusan Allah swt. dengan
menonjolkan kelemahan orang-orang Arab dalam menandinginya atau
menghadapi mukjizat yang berbentuk maknawi iaitu al-Quran dan kelemahan-
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.”2

I’jaz lughawi dari segi bahasa bermaksud al Quran mempunyai gaya


bahasa khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari sudut
pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam.

Usman bin Jinni (932-1002) seorang pakar bahasa Arab sebagaimana


dinyatakan oleh Quraish Shihab (1997) bahawa pemilihan kosa kata dalam
bahasa Arab bukanlah suatu kebetulan melainkan mempunyai nilai falsafah
bahasa yang tinggi.

Dikarenakan bahasa yang memiliki makna yang tinggi ini lah Al Quran
menjadi mukjizat nabi Muhammad SAW untuk membantah orang-orang Arab
pada masa itu yang mengatakan bahwa Al Quran adalah syair.

2
Isa, D. J. (2016). I’JAZ LUGHAWI DALAM SURAH SYURA AYAT 7 DAN KAITANNYA
DENGAN ELEMEN GEOLOGI, 2.
B. Sejarah Ilmu i’jaz lughowi

Sejarah telah membuktikan bahwa pada masa turunnya Al-Qur'an, bangsa


Arab mencapai taraf yang belum pernah dicapai bangsa di dunia ini, baik sebelum
maupun sesudahnya, dalam bidang kompetensi linguistik (Balaghah). Mereka
juga menempuh jalan yang tidak pernah ditempuh orang lain, dalam
kesempurnaan (al-bayan) dalam menyampaikan penjelasan, keselarasan susunan
kata dan kelancaran logika.

Karena bangsa Arab telah mencapai standar tinggi dalam bahasa dan
sastra, Alquran menantang mereka. Meskipun mereka memiliki keterampilan
berbahasa yang tidak dapat ditandingi oleh orang lain, seperti keterampilan
berpuisi, syair atau prosa (natsar) yang memberikan penjelasan dalam gaya sastra
yang tidak dapat diakses oleh orang lain. Tapi tetap saja mereka tetap tak berdaya
di hadapan Al-Qur'an.3

Selain itu, jika bangsa Arab terbukti ketidakmampuannya ketika


berkompeten di bidang bahasa dan sastra, maka kemukjizatan Al-Qur'an juga
terbukti dalam kaitannya dengan bahasa dan sastra serta argumentasi terhadap
mereka dan orang lain. Karena dipahami bahwa jika suatu pekerjaan tidak dapat
dilakukan oleh seorang ahli di bidangnya sendiri, maka tentunya hal yang tidak
mungkin masih dapat dilakukan lebih lanjut oleh mereka yang bukan ahli di
bidangnya sendiri.4

Menurut riwayat, al-Walid al-Mughirah, seorang tokoh Quraisy terkemuka


pada saat itu, pernah berkunjung kepada Rasulullah Saw., kemudian beliau
membaca al-Qur‟an dihadapannya, lalu ia menampakkan rasa simpatinya kepada
al-Qur‟an. Kejadian ini lalu diketahui oleh Abu Jahal, kemudian Abu jahal
berkata kepadanya; “Hai paman, apakah engkau hendak menghimpun harta
kekayaan, sehingga engkau mendatangi Muhammad untuk memperoleh sesuatu

3
Manna al-Qathan, “Mabahits fi Ulum al-Qur’an” diterjemahkan oleh Aunur Rafiq El-
Mazni, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2010), cet. Ke-10, h. 323
4
Muhammad Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Quran, Juz III, (Mesir: Isa Al-Babi Al-Himabi, t.t.) h.
332
daripadanya? Al-Walid pun menjawab, “Seseungguhnya seluruh suku Quraisy
sudah mengetahui bahwa akulah yang paling kaya di antara mereka”. Kemudian
Abu Jahal berkata, “Kalau begitu, katakan sesuatu untuk meyakinkan kaummu,
bahwa engkau mengingkari bacaan Muhammad itu”. Lalu al-Walid menjawab,
“Aku bingung apa yang harus kukatakan. Demi Allah, tidak ada yang lebih
mengerti dari aku diantara kalian tentang syi’ir baik rijaznya, qasyidahnya
maupun segala macam dans egala jenis syi’ir yang halus dan indah. Demi Allah!
Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syi’ir,
bukan sihir dan bukan pula kata-kata tukang sihir atau tukang ramal seperti yang
dikatakan orang selama ini. Sesungguhnya al-Qur‟an itu ibarat sebuah pohon yang
rindang, akarnya terhujam dalam tanah, susunan kata-katanya amat manis dan
sangat enak didengar. Itu bukan kata-kata manusia. Ia sangat tinggi dan tidak ada
yang dapat menandingi dan mengatasainya.5

Diantara pendusta dan musyrik Arab pada saat itu, yang mencoba
berusaha menandingi al-Qur‟an ialah Musailamah al-Kadzdzab. Ia mengaku
bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur‟an yang diturunkan dari langit dan dibawa
oleh Malaikat yang bernama Rahman. Diantara gubahan-gubahannya yang
dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur‟an itu adalah antara lain:

ِ ّْ‫الط‬ ِ ُ‫ْي نَِّقي ماتُنَ ِق ْْي أ َْعالَ ِك ِِف اْمل ِاء وأَس َفل‬
ِ ‫ك ِِف‬ ِ ‫ِض ْف َدع بِْن‬
‫ْي‬ ْ َ َ َ َ ْ ِ ْ ‫ت ض ْف َد َع‬ ُ ُ

Artinya:
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau
bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”.

Menanggapi gubahan Musailamah al-Kadzdzab tersebut, al-Jahiz seorang


sastrawan terkemuka, dalam karyanya “al-Hayawan” memberikan komentar
dengan mengatakan‟ “Saya tidak mengerti apa yang menggerakkan hati
Musailamah al-Kadzdzab menyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotor

5
Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970), h. 104
gubahan yang dikatakannya sebagai ungkapan yang sama dengan ayat al-Qur‟an,
yang dia katakannya diturunkan kepadanya sebagai wahyu.”6

Selain Musailamah al-Kadzdzab, masih banyak lagi tokoh-tokoh


masyarakat Arab pada waktu itu yang ingin menandingi kalam Allah itu, namun
selalu mengalami kegagalan sehingga benarlah al-Qur‟an itu sebagai suatu
mukjizat.

6
Munawar Khalil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani, t.th), h. 67
C. Contoh-contoh I’jaz lughowi di dalam Al Qur’an

Kemukjizatan Al Quran dalam aspek Bahasa adalah 2 yaitu; Segi


kesesuaian kalimat dan Segi ushlub bahasa yang terkandung.

1. segi kesesuaian kalimat

a. ayat dengan ayat

Setiap ayat dalam Alquran mempunyai korelasi dengan ayat sebelumnya, seperti
muqabalah (kata yang bertolak belakang) antara sifat-sifat orang mukmin dengan
sifat-sifat orang musyik, ancaman bagi mereka dan janji bagi yang lainnya, ayat-
ayat yang berkaitan dengan rahmat disebut setelah ayat-ayat yang berkaitan
dengan azab, dan sebagainya. Contohnya :

Allah berfirman :

ً ِ‫لُ َو ْليَ ْب ُكىا َكث‬


} >8 : ‫يزا َجزَ ا ًُء ِب َما َكاُنُىا يَ ْك ِسبُىنَُ { التىبة‬ ْ َ‫فَ ْلي‬
ُ ‫ض َح ُكىا قَ ِلي‬

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai


pembalasan dari apa yang mereka selalu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 82).

َ ِ‫علَ ْي ِه ُْن ْال َخ َبائ‬


}7;= : ‫ثُ { األعزاف‬ َ ‫ت َويُ َح ِ ّز ُُم‬ َّ ‫َوي ُِحلُ لَ ُه ُْن‬
ُِ ‫الطيِّ َبا‬

“Menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
apa yang buruk.” (QS. Al-A‟raf : 157).

b. antara surat dengan surat

Seperti surat-surat yang mengandung kata-kata „al-hamdu‟:

1) Al-hamdu yang berkaitan dengan zharf makan (tempat). Contonya :

Allah berfirman :

َُ ‫ت َواأل َ ْر‬
}7 : ‫ض { األنعام‬ ُِ ‫س َم َاوا‬ َُّ ِ ُ‫ا ْل َح ْم ُد‬
َّ ‫لِلِ الَّذِي َخلَقَُ ال‬

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi...” (QS. Al-
An‟am : 1)
2) al-hamdu sebagai pembuka Alquran.

Contohnya :

Allah berfirman :

} :-8 ‫ك يَ ْوِم ال ِّدي ِن { الفاحتو‬


ِ ِ‫ مال‬. ‫ان الهرِحي ِم‬
َ
ِ ‫ الهر ْْح‬0 ‫ب الْعالَ ِمْي‬
َ
ِِ ْ
َ َ ِّ ‫اْلَ ْم ُد هّلِل َر‬

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha pemurah lagi Maha
Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan.” (QS. Al-Fatihah: 2-4)

Allah berfirman :

} 97 : ‫اب َوََلْ ََْي َع ْل لَوُ ِع َو َجا { الكحف‬ ِ ِِ ِ ِِ ْ


َ َ‫اْلَ ْم ُد هّلِل الهذي أَ َنزَل َعلَى َعْبده الْكت‬

“Segala puji bagi Allah Yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada
hambanya-Nya... (QS. Al-Kahfi : 1)7

c. Keserasian antara pembuka surat dan penutupnya

Seperti surat (28) Al-Qashash : Surat ini diawali oleh kisah Nabi Musa
yang mengalami aneka rupa cobaan dalam menghadapi kekejaman Fir‟aun.
Kemudian diakhiri dengan hiburan dari Allah kepada Nabi Muhammad dan para
sahabatnya yang selalu disakiti, diejek, dan diusir oleh orang-orang musyik
Mekkah dengan menerangkan bahwa orang-orang yang beriman itu akan
menerima cobaan atas keimanan kepada nabi mereka, seperti yang dialami oleh
Nabi Musa dan Bani Israil.

d. Kesesuaian kandungan suatu surat dengan surat yang lain

1) Dalam surat Quraisy Allah mengatakan bahwa Dia membebaskan manusia


dari kelaparan, maka dalam surat Al-ma‟un Allah mencela orang yang tidak
menganjurkan dan tidak memberi maka orang miskin.

7
ibid
2) Dalam surat Quraisy Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya
kepada-Nya maka dalam surat Al-ma‟un Allah mencela orang yang salat dengan
lalai dan riya.

e. Keserasian bunyi huruf Akhir (bersajak)

1) Huruf-huruf yang sejenis, seperti :

1. (QS. Ath-Thur : 1-4)

ٍ ِ ِ
ِ ‫ والْب ي‬. ‫ ِِف رٍّق مْن ُشوٍر‬. ‫اب مسطُوٍر‬
}:-7 : ‫ت الْ َم ْع ُموِر { الطور‬ َْ َ َ َ ْ َ َ‫ َوكت‬. ‫َوالطُّور‬

2. (QS. An-Nas : 1-6)

ِ‫ه‬ ِ ِ‫ مل‬. ‫ب النها ِس‬


ِ ‫ ِم ْن َشِّر الْ َو ْس َو‬. ‫ إِلَِو النها ِس‬. ‫ك النها ِس‬
‫س ِِف‬ ِ
ُ ‫ الذي يُ َو ْسو‬. ‫اْلَنها ِس‬
ْ ‫اس‬ َ ِّ ‫قُ ْل أَعُوذُ بَِر‬
}<-7 : ‫اْلِن ِهة َوالنها ِس { الناس‬
ْ ‫ ِم ْن‬. ‫ص ُدوِر النها ِس‬
ُ

2) Huruf-huruf yang saling berdekatan, seperti :

(QS. Al-Fatihah : 3-4)

}:-9 : ‫ { الفاحتو‬. ‫ك يَ ْوِم ال ِّدي ِن‬


ِ ِ‫ مال‬. ‫الهر ْْحَا ِن الهرِحي ِم‬
َ
Karena dekatnya huruf mim dengan nun dalam akhir kata.

3) Dua kata yang sama dalam wazan dan huruf-huruf sajaknya, seperti8

(QS. Al-Ghasyiah : 13-14)

ْ ‫َوََنَا ِر ُق َم‬
ُّ ِ‫ َوَزَر‬. ٌ‫ص ُفوفَة‬
}7<-7; : ‫اِب َمْب ثُوثَةٌ { الغاشية‬

8
http://www.warna-sahabat.com/2014/05/ijaz-lughawi-aspek-bahasa-alquran.html.
2. Segi ushlub bahasa yang terkandung

Para ulama sepakat bahwa Alquran memiliki uslub yang tinggi.

Uslub Alquran memilki keistimewaan yang tidak akan didapati pada omongan
manusia.

Di antara keistimewaan uslub Alquran ialah :

· Keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika mendengar


harakat dan sukunnya, madd dan gunnah-nya, wahsal dan saktah-nya, sehingga
telinganya tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin senantiasa terus
mendengarnya.

·Keragaman khitab-nya (pengungkapan kata-kata yang ditujukan kepada orang


banyak), yang menyebabkan berbagai orang golongan manusia dengan berbagai
tingkat intelektualitas dapat memahami kitab itu sesuai tingkatan akalnya,
sehingga masing-masing dari mereka memandangnya sesuai dengan
keperluannya, baik mereka orang awam maupun kalangan ahli.

·Memuaskan akal dan menyenangkan perasaan, oleh karena Alquran dapat


memenuhi kebutuhan jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara
berimbang. Kekuatan fikir tidak menindas kekuatan rasa dan kekuatan rasa pun
tidak mematikan kekuatan fikir.

·Memiliki fashahah (ketepatan dalam pilihan kata, baik lafalnya, intonasi, dan
sebagainya), serta mengandung balaghah. (kefasihan lidah).9

Fashahah dan balaghah Alquran ini memiliki beberapa bentuk, di


antaranya:

A) Majaz (kiasan), yaitu arti kata yang bukan sebenarnya.

Contohnya :

· Allah berfirman:

9
http://www.warna-sahabat.com/2014/05/ijaz-lughawi-aspek-bahasa-alquran.html.
: ‫ { األنفال‬...‫ت َعلَْي ِه ْم آايتُوُ َز َادتْ ُه ْم إِْْيَا اًن‬ ِ
}8 ْ َ‫وإِذَا تُلي‬...
َ

“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya terhadap mereka, ayat-ayat itu menambah


keimanan mereka.” (QS. Al-Anfal:2).

Dalam ayat, tersebut, kata „tambahan‟ dinisbahkan kepada ayat, padahal


semestinya dinisbahkan kepada iman orang mukmin yang bertambah karena
mendengar bacaan ayat-ayat tersebut.10

B) Isti’arah (pinjaman), yaitu suatu lafazh yang digunakan tidak menurut arti asli.

Contoh :

· Allah berfirman :

ُ ْ‫ َوا ْشتَ َع َل الهرأ‬...


}: : ‫ { مرمي‬... ‫س َشْي باا‬

“Dan telah penuh uban di kepala (ku)‟ (QS. Maryam:4)

Lafazh “isyta’ala” dalam ayat di atas adalah lafazh isti‟arah, karena arti
asalnya “menyala” untuk api bukan untuk uban. Namun karena uban itu terjadi
sedikit demi sedikit, maka tak ubahnya seperti nyala api pada arang.

C) Tasybih (metafora), yaitu menunjukan adanya penyerupaan antara sesuatu


dengan sesutu yang lain dari segi maksudnya.11

Contohnya :

· Allah berfirman :

ِ ِ ِ ِ‫ون ه‬ ِ ‫مثَل اله ِذين هاَّتَ ُذوا ِمن د‬


ْ ‫اّلِل أ َْوليَاءَ َك َمثَ ِل الْ َعن َكبُوت هاَّتَ َذ‬
ُ ‫ت بَْي تاا َوإِ هن أ َْوَى َن الْبُيُوت لَبَ ْي‬
‫ت‬ ُ ْ َ ُ َ
ِ ‫الْعْن َكب‬
}:7 : ‫وت لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُمو َن { العنكبوت‬ُ َ

10
ibid
11
ibid
“Perumpamaan orang-orang menjadikan pelindung-pelindung selain Allah, tak
ubahnya seperti labak-labak yang membuat rumah, padahal sesungguhnya rumah
yang paling lemah adalah rumah labak-labak, jika mereka mengetahui.” (QS. Al-
Ankabut:41)

Ayat ini gambaran yang jelas bahwa pegangan orang-orang musyrik dalam
beribadah kepada selain Allah itu adalah pegangan yang paling lemah. Mereka
berusaha dengan mencurahkan tenaga dan pikiran, akan tetapi mereka tidak akan
dapat memetik buah dari hasil usaha itu. Ini tak ubahnya seperti usaha labak-labak
yang membuat rumah atau sarang, padahal yang dibuatnya itu sangat rapuh, tidak
sesuai dengan jerih payah yang telah dikerahkan.12

D) Al-I’jaz, yaitu menggunakan lafaz ringkas yang memilki banyak makna.

Contohnya :

·Allah berfirman :

ِ
ِ ‫ص‬
}7=? : ‫ { البقرة‬... ٌ‫اص َحيَاة‬ َ ‫َولَ ُك ْم ِِف الْق‬

“Dan dalam qishah itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu...” (QS. Al-
Baqarah : 179).

Ayat tersebut diungkap dengan lafazh yang ringkas, tapi mengandung


makna yang luas, karena yang dimaksud oleh ayat di atas ialah apabila seseorang
membunuh maka ia mengetahui kapan ia akan dibunuh. Ayat di atas menyuruh
seseorang untuk menghindarkan diri dari pembunuhan. Karena pembunuhan akan
menghilangkan kehidupan bagi dirinya (pembunuh) dan bagi orang lain (yang
dibunuh). Dengan cara itu dia akan opanjang umur dan banyak turunan, sehingga
masing-masing akan memperolah manfaat dari kehidupannya.

E) Al-Ithnab, yaitu menambah lafazh pada suatu makna untuk memberi tambahan
kaidah, seperti

12
ibid
1. Menyebutkan sesuatu yang khusus setelah yang umum

Contohnya :

· Allah berfirman :

} 89>: ‫ { البقرة‬... ‫ص َالةِ الْ ُو ْسطَى‬ ِ ‫صلَو‬


‫ات َوال ه‬ ِ
َ ‫َحافظُوا َعلَى ال ه‬

“Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) salat wustha”. (QS. Al-Baqarah :
238).

Lafazh “salat wustha (ashar)” secara khusus disebut setelah salat-salat


lainnya. Hal ini untuk menunjukan bahwa salat ashar memiliki keutamaan yang
lebih dari satu segi bila dibandingkan dengan salat-salat lainnya.13

2. Menyebutkan kembali lafazh yang telah disebut

Contohnya :

· Allah berfirman :

َ ‫ ُثُه َكاله َس ْو‬. ‫ف تَ ْعلَ ُمو َن‬


} :-9 : ‫ف تَ ْعلَ ُمو َن { التكاثر‬ َ ‫َكاله َس ْو‬

“Jangan lah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) dan
jangan lah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (QS. At-Takasur : 3-4).

Lafazh “saufa ta’lamun” disebut kembali setelah yang pertama, dengan maksud
untuk memberikan rasa takut yang berlebihan terhadap kesalahan yang mereka
lakukan.

F) At-Taqdim (mendahulukan penyebutan suatu lafazh) dan At-Takhir


(mengakhirkan penyebutan suatu lafazh).

Contohnya :

· Allah berfirman :

13
ibid
ِ
ُ ‫إِ هاي َك نَ ْعبُ ُد َوإِ هاي َك نَ ْستَع‬
} ; : ‫ْي { الفاحتو‬

“Hanya kepada engkau lah kami beribadah dan hanya kepada engkau lah kami
memohon pertolongan (QS. Al-Fatihah : 5).

Pada ayat di atas lafazh “iyyaka” didahulukan penyebutannya dari pada


“na’budu” dan ”nastian”, hal ini bertujuan untuk mengagungkan Allah serta agar
menjadi perhatian. Disamping itu untuk menekankan bahwa ibadah dan isti‟anah
itu khususnya hanya kepada Allah, karena Allah mempunyai kekuasaan yang
mutlak terhadapnya.14

14
ibid
D. Hikmah mempelajari ilmu i’jaz lughowi

Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, yang harus


dipahami oleh setiap Muslim dengan benar. Itulah pentingnya mempelajari i'jaz
al-Qur'an. Selain i'jaz al-Qur'an merupakan prinsip dasar kenabian, perlu juga
diketahui makna firman Allah SWT. Pentingnya mukjizat ini bagi umat Islam
adalah untuk menunjukkan sumber keaslian tulisan dan untuk mendukung otoritas
otentik dalam hal wahyu ilahi ini.

I‟jaz lughowi adalah kemukjizatan Al Qur‟an yang terkandung dari segi


bahasanya. Dengan memahaminya kita bisa lebih meyakini dan menamba
keimanan kita bahwa Al Qur‟an adalah sebuah kitab yang penuh kemukjizatan
yang luar biasa, bukanlah syair belaka.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

I’jaz lughawi dari segi bahasa bermaksud al Quran mempunyai gaya


bahasa khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari sudut
pemilihan huruf dan kalimat yang keduanya mempunyai makna yang dalam.

Dikarenakan bahasa yang memiliki makna yang tinggi ini lah Al Quran
menjadi mukjizat nabi Muhammad SAW untuk membantah orang-orang Arab
pada masa itu yang mengatakan bahwa Al Quran adalah syair.

Sejarah telah membuktikan bahwa pada masa turunnya Al-Qur'an, bangsa


Arab mencapai taraf yang belum pernah dicapai bangsa di dunia ini, baik sebelum
maupun sesudahnya, dalam bidang kompetensi linguistik (Balaghah). Mereka
juga menempuh jalan yang tidak pernah ditempuh orang lain, dalam
kesempurnaan (al-bayan) dalam menyampaikan penjelasan, keselarasan susunan
kata dan kelancaran logika.

Kemukjizatan Al Quran dalam aspek Bahasa adalah 2 yaitu; Segi


kesesuaian kalimat dan Segi ushlub bahasa yang terkandung.

I‟jaz lughowi adalah kemukjizatan Al Qur‟an yang terkandung dari segi


bahasanya. Dengan memahaminya kita bisa lebih meyakini dan menamba
keimanan kita bahwa Al Qur‟an adalah sebuah kitab yang penuh kemukjizatan
yang luar biasa, bukanlah syair belaka.
DAFTAR PUSTAKA

Isa, D. J. (2016). I’JAZ LUGHAWI DALAM SURAH SYURA AYAT 7 DAN


KAITANNYA DENGAN ELEMEN GEOLOGI

Manna al-Qathan, “Mabahits fi Ulum al-Qur’an” diterjemahkan oleh


Aunur Rafiq El-Mazni, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,
2010),

Muhammad Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Quran, Juz III, (Mesir: Isa
Al-Babi Al-Himabi, t.t.)

Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, (Bairut: Dar al-


Irsyad, 1970)

Munawar Khalil, Al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadani,


t.th)

http://www.warna-sahabat.com/2014/05/ijaz-lughawi-aspek-bahasa-
alquran.html.

Anda mungkin juga menyukai