Anda di halaman 1dari 20

SYAIR PUJIAN KARYA ABU NAWAS

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dirasah Mutaqaddimah

Dosen Pengampu :
Dr. Rizzaldy Satria Wihana, M.Hum

Disusun Oleh :
Rika Indri Cahyani
2230090021

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
ABSTRAK

Syair adalah salah satu bentuk karya sastra Indonesia lama. Syair berasal dari
Persia atau Arab yang memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan jenis
karya sastra lainnya, sehingga syair memiliki arti tersendiri bagi para
pembacanya. Syair adalah berasal dari bahasa Arab yaitu berasal dari
kata Syi’ir atau Syu’ur. Syi’ir atau Syu’ur dalam bahasa Arab memiliki makna
yaitu ‘perasaan’ atau ‘menyadari’. Kata Syu’ur tersebut kemudian berkembang
menjadi ‘Syi’ru’ yang artinya ‘puisi’. Sehingga secara istilah bahasa Arab, syair
adalah sebuah ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk puisi. Dari
penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa syair adalah ungkapan perasaan
seseorang yang dituangkan dalam sebuah karya sastra, yang memiliki arti
tersendiri bagi para pembacanya. Seiring berjalannya waktu karya sastra yang
berupa syair ini semakin berkembang. Syair yang berkembang juga turut
mengembangkan para penyairnya. Salah satu penyair yang terkenal adalah Abu
Nawas. Nama aslinya adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami, beliau
adalah sastrawan terkemuka yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah. Abu
Nawas memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dalam merangkai kata puitis,
salah satu karya syair nya yang terkenal adalah I’tiraf, namun pada pembahasan
kali ini syair yang disampaikan oleh Abu Nawas adalah syair pujian yang
ditujukan kepada khalifah Al-Amin. Oleh karena itu, hasil pembahasan inti
menjunjukan bahwa penyair yaitu Abu Nawas sangat menyangjungi khalifah Al-
Amin dan menghormati kedudukannya. Selanjtnya, dalam pembahasan syair ini
juga ia beranggapan bahwa Al-Amin adalah seorang yang dermawan, yang
tangannya di penuhi dengan hadiah dan hadiah, dan dia adalah seorang ksatria
dengan tubuh yang lebar dan sangat tinggi, yang perawakannya tinggi menjulang
diatas kepala manusia. Ia diangkat menjadi khalifah ketika masih muda, dan
usianya yang masih muda tidak menghalanginya untuk mengambil sarana
keberhasilan dalam mengatur urusan negara dan urusan agama serta urusan
duniawi umat Islam, dan hal ini tercapai untuknya sehingga ia mendapat
keridhaan Allah SWT. Allah SWT mengaruniainya hikmat/ kemampuan dan
hikmah yang memampukannya mengatasi rintangan dan masalah sesulit apapun.
Dan sebaliknya, ia terus melangkah lebih jauh lagi dengan penilaian dan
hikmatnya, karena pedang tajam tak berdaya menghadapi keteguhan hati dan
kebijaksanaannya. Karena Abu Nawas sangat menyangjungi Al-Amin seperti
yang ia katakana dalam baitnya yang ke delapan : “ cahayanya bersinar dalam
dewan kekhalifahannya seperti bulan purnama yang bersinar, sehingga islam
menghargai dan memperkuat pondasinya, sungguh melalui dia islam
mendapatakan Kembali kejayaan dan kekuatannya”.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
A. Pendahuluan ..................................................................................................................1
B. Hasil ..............................................................................................................................3
C. Pembahasan ...................................................................................................................5
a. Makna kosakata dan Struktur Kebahasaan ................................................................5
b. Penjelasan Teks Syair .................................................................................................6
c. Analisis Mendalam terhadap Teks Syair ....................................................................7
d. Soal Latihan dan Jawaban ..........................................................................................9
D. Kesimpulan ................................................................................................................. 16

ii
A. Pendahuluan
Abu Nawas atau dikenal sebagai Abu Ali Al-Hasan Bin Al-Hakami. Dia
dilahirkan pada tahun 139 H di salah satu desa di kota Ahvaz di negri Persia (Iran
Sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan Ibu Persia mengalir di tubuhnya.
Ayahnya meninggal ketika dia berusia enam tahun, kemudian dia pindah ke
Bashrah (Irak) di bawa oleh ibunya, di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu
pengetahuan. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap sebagai
salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Ketika berumur 30 tahun ia pindah
ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasiyah inilah ia berkumpul dengan
para penyair. Berkat kehebatannya dalam menulis puisi, Abu Nawas dapat
berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para
bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja
dan menjilat penguasa. Abu nawas memiliki kemampuan yang sangat luar biasa
puitis yang ia sempurnakan dengan belajar dalam menulis dengan rentan waktu
yang cukup lama.

Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas


tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu,
sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan
dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu
Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara dalam
Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya
bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman.
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi,
telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan
Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya
kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar
menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab
Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab. Karena kepandaiannya
dalam menulis puisi klasik sehingga ia melampaui banyak penyair, hal ini di
buktikan dengan perkataan al-Jahidz : “ Saya belum pernah melihat orang yang
berpengetahuan dalam Bahasa daripada Abu Nawas”.
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan
sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan
tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya
justru jarang dikenal di dunia intelektual. Abu Nawas memiliki sifat kepekaan yang
halus dan selera yang bagus juga lembut dalam memilih kata-kata yang juga sangat
sesuai dengan kehidupan sehari-hari. diantara karyanya yaitu puisi bertema anggur,

1
cinta, pujian dan pengampunan. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian
Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas
dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad). Berdasarkan hal ini Abu
Nawas memuji Khalifah Harun Al-Rasyid, dengan perkataan yang sangat dilebih-
lebihkan, seperti :

Dari kekekalanku aku telah ditutupi oleh bayangan sayapnya # sehingga mataku
melihat kekekalanku namun tidak melihatku
Sekiranya hari-hari menanyakan siapa namaku, niscaya mereka tidak akan
menoleh # dan mereka tidak akan mengetaui keberadaanku
Dalam elenginya, ia ditandai dengan kehangatan dialek dan kejujuran
perasaan, mungkin elegi ini menjadi elegi terbaik yang dimiliki semuanya dalam
karya Al-Amin. Elegi ini mengalir dengan kesedihan dan duka yang
mendalam,sebagaimana diungkapkan dalam perkataannya:
Kematian telah terlipat diantara aku dan Muhammad # Dan ketika kematian
terlipat tidak ada yang menyebarkannya
Aku selalu waspada terhadap kematian bersamanya # sehingga tidak ada lagi yang
harus aku waspadai

Jika ada rumah yang ingin aku kunjungi # maka itu adalah rumah yang telah dihuni
oleh salah satu kuburan yang aku cintai.

Dari penggalan syair diatas Abu Nawas merupakan salah satu orang yang
cenderung spesifik dalam pengucapan kata dan makna. Kritikannya terhadap
penyair zaman itu adalah karena meniru para penyair kuno dalam memulai puisi
mereka dengan seruan kehancuran. Namun, Sikapnya yang jenaka menjadikan
perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata
dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah
peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya
ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani
Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas
memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada
Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh
pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk
Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke
Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi
religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh
glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Memang,

2
pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat.
Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan.
Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski
dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam
kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru
membawa keberkahan tersendiri. Seiring bertambahnya usia, ia mulai memikirkan
kebangkitan dan kehidupan akhirat yang membuatnya mengulang nada-nada
berbeda dalam pengasingan dan permohonan kepada Allah, sebagaimana
dinyatakan oleh perkataannya :
Ya Rabbi, jika dosaku begitu besar # sungguh, aku tahu pengampunan-Mu begitu
besar

Jika hanya orang yang berbuat baik yang berharap kepadaMu # lalu kepada siapa
penjahat itu dapat meminta perlindungan?
Aku tidak mempunyai jalan kepadamu kecuali harapan # dan AmpunanMu itu
indah, maka aku seorang muslim
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian,
akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya
menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan
ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya. Mengenai tahun
meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190
H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain
tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena
dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh
dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

B. Hasil
Abu Nawas termasuk salah satu orang yang mendukung Khalifah Al-Amin
dan mendukungnya melawan pihak-pihak yang menentang kepemimpinannya,
akan tetapi ia tetap setia kepadanya. Teks syair berikut adalah salah satu pujiannya
terhadap Al-Amin yang berasal dari Bahr (Al-Kamil).

‫جال َحر ُام‬ ‫الر‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ُ ‫َف ُظ‬


َ ‫هور ُه َّن‬ # ‫غن ُم َح َّمدا‬َ ‫) َوإذا املَط ُّي بنا َب َل‬١(
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َف َلها َع َلينا ُح َرم ٌة َو ِذ‬
‫مام‬ # َ ‫) َق َّر َبننا من َخير َمن َوط َئ‬٢(
‫الحص ى‬ ِ ِ ِ
َ َ
َ ‫عت‬ َ ‫) َمل ٌك إذا َعل َقت َي‬٣(
ُ ‫ؤس َواإل‬
‫عدام‬ ِ
ُ ‫الب‬ ُ ‫ريك‬ ‫ال ي‬ # ‫داك ِب َح ِبل ِه‬ ِ ِ ِ
ُ ‫باب بنور ِه اإل‬ َ ‫الش‬ َ َ َ َ َ ‫الب ُهو ُم‬
َ ‫شتم ٌل ب‬ َ َ
‫سالم‬ ِ ِ ِ ‫ل ِبس‬ # ‫در ِخالف ٍة‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ ‫ف‬ ) ٤(

3
ُ َ ‫َف َر َع‬
َ ‫الجماج َم‬ َ َ ‫بط‬ ُ َ
‫السماط ِقيام‬ ِ ‫و‬ ِ # ‫جاد ِه‬
ِ ‫نان ِإذا ِاحتبى ِب ِن‬ ِ ‫الب‬ ‫ ) س‬٥)
ُ ‫هو ُغ‬
‫الم‬ َ ‫لك َو‬َ ُ‫َمل ٌك َت َر ّدى امل‬
ِ # ‫دي ِه‬‫ه‬َ ‫) إ َّن َّالذي َيرض ى اإل َل ُه ِب‬٦(
ِ ِ ِ
َ َ ُّ َ َ ٌ َ ُ َ َ َ
ُ ‫هو ُح‬
‫سام‬ َ ‫يف َو‬ ‫رأي يفل الس‬ # ‫مور َمض ى ِب ِه‬ َ ‫األ‬ ‫) َم ِل ٌك ِإذا ِاعتسر‬٧(
َ ‫َح ّتى َأ َف‬
ُ ‫قن َوما به َّن َس‬
‫قام‬ # ‫العمى‬ َ ‫لوب م َن‬ َ ‫الق‬ ُ َ ‫) داوى به‬٨(
ُ ‫َللا‬
ِِ ِ ِِ
َ ‫َو َت‬ َ َّ َ َ َ َ
ّ ‫قاع َست َعن َيوم َك‬
‫األي ُام‬ ِ # ‫مر الذي ُترجى ل ُه‬ ِ ‫) فس ِلمت ِلأل‬٩(

Arti Syair :
(1) jika telah sampai tunggangan mereka bersamaan dengan Muhammad
(Al-Amin) # Maka akan nampak pada mereka seorang laki-laki yang terjaga
(kesuciannya)
(2) Dekatkanlah kami dengan kebaikan dari kebaikan disetiap pijakan
tanahnya # dan ia menampakkan pada kami kesucian dan penjagaannya
(3) wahai baginda, andaikan tanganmu terikat pada talinya # maka kamu
tidak akan ditimpa kesengsaraan dan kematian
(4) seluruh perangainya bak bulan purnama kekhalifahan # menghiasi para
pemuda dengan Cahaya keislaman
(5) yang menguraikan ujung jarinya apabila pedang itu berayun # dia
mengangkatnya dan menyetujinya sampai barisan para prajurit itu berdiri
(6) Orang yang diridhai Allah SWT dengan karunianya # adalah seorang
Raja yang menjadi raja sejak dia masih kecil
(7) seorang Raja yang jika keadaan semakin sulit, ia akan terus maju # dia
melihat pedang itu berayun dan itu adalah Hussam
(8) Dengan itu Allah SWT menyembuhkan hati dari kebutaan # Hingga
mereka sadar (terbangun) dan tidak ada penyakit pada mereka
(9) maka sebuah pengharapan agar urusannya terpenuhi # dan
mendoakannya agar panjang umur

4
C. Pembahasan

a. Makna kosakata dan Struktur Kebahasaan

‫املعان‬ ‫املفردات‬ ‫الرقم‬


Jamak dari kata “ ‫ ” مطيّة‬yang berarti
binatang yang ditunggangi ‫الْ َم ِطي‬ 1
Berpijak pada tanah/ berjalan diatas
bumi
‫صى‬ ْ ‫َو ِط َئ‬
َ َ‫اْل‬
2
Suci
‫ِذ َمام‬ 3
Melekat
‫َعلِ َقت‬ 4
Pelaksanaan hukuman/ eksekusi
‫ا ِإلعدام‬ 5
Tempat yang luas untuk menerima
‫البَ هو‬ 6
tamu-tamu ( majlis khalifah )
Yang terkandung
‫مشتَ ِمل‬ 7
Luurs/ terurai = yang menguraikan
‫سبط‬ 8
Memilih
‫احتىب‬ 9
Tempat pedang itu di gantung
‫النجاد‬ 10
ِ ‫فَرع اجل‬
‫ماج َم‬ 11
Dia mengangkat dan menyetujuinya َ ََ
Barisan para prajurit ِ
‫السماط‬ 12
Akan mengutusnya
‫َهديه‬ 13
Memakaikan pakaian, maksudnya
‫تردى‬ 14
adalah menduduki kekhalifahan ّ
Urusan yang sulit
‫اعتسر األمور‬ 15
Menaklukan hukumannya
‫يفل السيف‬ 16
Orang yang memotong
‫اْلسام‬ 17
Penyakit
‫سقام‬ 18
Mendoakannya agar panjang umur
‫تقاعست عن يومك األايم‬ 19

5
b. Penjelasan Teks Syair
Teks syair tersebut merupakan syair pujian yang ditulis oleh Abu
Nawas untuk Khalifah Al-Amin, yang juga terdiri dari sembilan bait. Abu
Nawas mengawali syairnya dengan memuji Al-Amin dan kedudukannya
sebagai khalifah, ia memandang bahwa gunung-gunung yang ada
disekitarnya yang terhubung dengannya berhak dilarang untuk
diperlihatkan kepada semua pengendara karena memenuhi harapan mereka
untuk bertemu dengan orang yang berjalan di muka bumi, sehingga mereka
harus membalas budi dengan menjaga kesucian dan perlindungannya. Ia
beranggapan bahwa tidak ada pertemuan yang setara dengan pertemuan
dengan khalifah dan tidak ada harapan yang lebih besar dari harapan
bertemu dengannya. Dan penyair pun berpendapat bahwa barang siapa yang
mencarinya maka ia akan menemukan kebaikan dan kemurahan hati dalam
jangkauannya, serta akan selamat dari kesengsaraan dan malapetaka zaman.
Dengan penjelasan tersebut Abu Nawas terus memberi pujian
kepada Khalifah Al-Amin sebagai bukti bahwa ia menyanjungi beliau, dan
menghormati kedudukannya. Sebagaimana perkataannya :” cahayanya
bersinar dalam dewan kekhalifahannya seperti bulan purnama yang
bersinar, sehingga islam menghargai dan memperkuat pondasinya, sungguh
melalui dia islam mendapatakan Kembali kejayaan dan kekuatannya”. Dari
penggalan pujian tersebut, penyair terus mengeksploitasi Khalifah Al-Amin
dan terus memujinya dengan mengatakan :

Al-Amin adalah seorang yang dermawan, yang tangannya di penuhi


dengan hadiah dan hadiah, dan dia adalah seorang ksatria dengan tubuh
yang lebar dan sangat tinggi, yang perawakannya tinggi menjulang diatas
kepala manusia. Ia diangkat menjadi khalifah ketika masih muda, dan
usianya yang masih muda tidak menghalanginya untuk mengambil sarana
keberhasilan dalam mengatur urusan negara dan urusan agama serta urusan
duniawi umat Islam, dan hal ini tercapai untuknya sehingga ia mendapat
keridhaan Allah SWT. Allah SWT mengaruniainya hikmat/ kemampuan dan
hikmah yang memampukannya mengatasi rintangan dan masalah sesulit
apapun. Dan sebaliknya, ia terus melangkah lebih jauh lagi dengan penilaian
dan hikmatnya, karena pedang tajam tak berdaya menghadapi keteguhan
hati dan kebijaksanaannya.

Dengan penggalan syair yang dibuatnya juga penjelasan diatas ia


beanggapan bahwa khalifah Al-Amin adalah khalifah yang datang dan
membuka tabir hati, kesesatan jiwa-jiwa, dan musibah-musibah, sehingga

6
ia dapat sembuh dari kelemahan dan kelemahan yang menimpanya, dan
membuat ia sadar dan kembali bangkit.

Penyair mengakhiri pujiannya dengan mendoakan Al-Amin,


memohon agar Allah SWT menjadikannya sumber harapan yang terpenuhi
dan memperpanjang umurnya.

c. Analisis Mendalam terhadap Teks Syair

Teks syair ini mewakili jenis pujian yang tersebar luas di kalangan
penyair zaman Dinasti Abbasiyah, Abu Nawas melukiskan gambaran
khalifah Al-Amin yang senada dengan perasannya dan luapan perasaan
kasih sayang dan dukungannya, seraya mengagung-agungkan dalam dirinya
sifat-sifat yang dimilki orang-orang Arab. Mengagungkan sifanya seperti :
kemurahan hati, keberanian, keagungan, kemuliaan, kekuatan. Ia
mengungkapkan makna-makna ini dalam Balaghoh Mauhiyah, yang
terdapat pada bait pertama ( ‫ )ف ظ ظظ ظ ظظوره ظ ظظن ع ظ ظل ظ ظظى ال ظ ظظرج ظ ظظال ح ظ ظرام‬dalam bait ini
menunjukkan bahwa akan nampak seorang laki-laki beserta kesuciannya
ditengah Masyarakat dan dialah Al-Amin.
Pada bait kedua ia menjelaskan bahwa jika kita didekatkan dengan
kebaikan-kebaikan yang ada padanya, maka ia akan menemukan kebaikan
dan kemurahan hati dalam jangkauannya, serta akan selamat dari
kesengsaraan dan malapetaka zaman. Dan kita harus bisa membalasa budi
dengan menjaga kesuciannya.
Pada bait ketiga terdapat Isti’arah Tashrihiyyah yang
menggambarkan kualitas tali, bahwa siapapun yang memegangnya tidak
akan tersentuh oleh kemiskinan atau kekurangan. yang bertujuan untuk
menyoroti kemurahan hati dan kehadirannya.
Pada bait keempat juga terdapat Isti’arah Tashrihiyyah yaitu pada
kalimat ( ‫ )ب ظظدر الةالف ظظة‬yang menggambarkan dan menyamakan dia dengan
bulan purnama dalam kemegahannya dan cahayanya. Dan dalam bait yang
sama, kita di sajikan dengan perumpamaan yang indah yaitu ( ‫لبس الشباب‬
‫)بظ ظ ظنظ ظ ظظوره اإلسظ ظ ظ ظ ظ ظ ظظالم‬ dimana dalam kalimat ini memberikan pandangan dan
mencerminkan peran khalifah dalam membangun prinsip-prinsip
keagamaan setelah korupsi dan kesesatan merajelela dalam Masyarakat.

7
Pada bait keenam yaitu pada kalimat ((
ّ ‫تظ ظ ظ‬
‫ظردى املظ ظ ظلظ ظ ظظك‬ )) terdapat

Isti’arah Makniyah dengan Syibh nya adalah ‫املظ ظ ظلظ ظ ظظك بظ ظ ظظالظ ظ ظ ظ ظ ظظوب‬ dengan

membuang Musyabah bih nya yaitu ‫ ال وب‬yang menyertakan sifat dari raja
itu sendiri, yaitu
ّ ‫) تظ ظ ظ‬
(‫ظردى‬ dan perumpamaan ini memberi kesan bahwa
serorang raja seolah-olah memang di karuniai hikmat/ kemampuan dan
hikmah yang memampukannya mengatasi rintangan dan masalah sesulit
apapun.
Pada bait ketujuh ia menjelaskan bahwa Allah SWT mengaruniainya
hikmat/ kemampuan dan hikmah yang memampukannya mengatasi
rintangan dan masalah sesulit apapun. Dan sebaliknya, ia terus melangkah
lebih jauh lagi dengan penilaian dan hikmatnya, karena pedang tajam tak
berdaya menghadapi keteguhan hati dan kebijaksanaannya.
Pada bait kedelapan terdapat perumpamaan ( Isti’arah Tashrihiyah)
yang menggambarkan bahwa kegelapan dan kebutaan menyiratkan
kebutaan dalam ungkapan (( ‫ ))دواى هللا ال ظق ظلظظوب مظظن ال ظع ظمظظى‬yang juga terdapat
َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ
dalam makna Al-Qur’an dalam Q.S Al-Hajj : 46 (( ‫صظ ظ ظ ُار َول ِ ْن‬
َ ‫األ ْب‬ ‫ف ِإنها ال تعمى‬
ُ ُّ َّ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ
‫ور‬
ِ ‫ )) ت ظع ظم ظى ال ظق ظل ظوب ال ظ ِت ظ ِ ظ الصظ ظ ظ ظ ظ ظ ظد‬sebagaimana ungkapan ( ‫ )دواى ب ظ ظظه هللا‬dapat
menambah pengaruh baru yang abadi dalam perlawanan terhadap
kelemahan moral dan agama.
Pada bait kesembilan yaitu dalam bait terakhir penyair mendoakan
khalifah Al-Amin, memohon agar Allah SWT menjadikannya sumber
harapan yang terpenuhi dan memperpanjang umurnya.
Beberapa gambaran yang digambarkan dalam teks puisi berasal dari
kebesaran penyair yang terkadang mengarahkannya untuk berlebihan,
seperti dalam peribahasa- peribahasa beruntun di bawah ini : ( ‫خير من وطئ‬
‫ )الحصىىى‬sebagai perumpamaan tentang keunggulan, ( ‫ ) سىىىال الا‬sebagai
perumpamaan tentang kemurahan hati, ( ‫ ) فرع الجم جم‬sebagai perumpamaan
tentang tingginya postur. Frasa -frasa teks tersebut mengalir dengan tegas
juga tenang, tanpa keanehan atau kelemahan dan mencerminkan gambaran
dari makna dan pemikiran yang diungkapkan.
Dalam baris-baris teks syair tersebut memiliki gaya Bahasa yang
bersifat berita, dan tujuan dari balaghohnya adalah memberikan pujian
kepada khalifah Al-Amin, dan memuji sifat-sifat beliau. Pada bait terakhir,
tujuan balaghoh dari berita tersebut adalah doa.

8
‫‪Selanjutnya dalam teks tercermin dalam kesatuan topik dan kesatuan‬‬
‫‪psikologis. Adapun ciri-ciri teknis atau seni dari gaya bahasa Abu Nawas‬‬
‫‪dalam teks tersebut mencakup kemudahan dan kejelasan kata-katanya,‬‬
‫‪kekuatan ekspresi, imajinasi yang kaya, dan kecenderungan untuk‬‬
‫‪berlebihan. Salah satu ciri-ciri suasana dalam syair tersebut adalah :‬‬
‫‪menyebutkan Binatang tunggangan dan pedang.‬‬

‫‪Adapun analisis mengenai Arudh di dalam syair ini menggunakan‬‬


‫) ‪Bahr Kamil‬‬ ‫)البحر الكامل‬

‫هذا البحر يستعمل تاما ومجزوءا‬

‫متفاعلن متفاعلن متفاعلن )‬ ‫‪#‬‬ ‫أجزاءه ‪ ( :‬متفاعلن متفاعلن متفاعلن‬

‫رمزه ‪( :‬متكامل) وكمال وجهك فاتن‬

‫‪d. Soal Latihan dan Jawaban‬‬

‫األجوبة‬ ‫الرقم األسئلة‬


‫كان يحظى بملكات شعرية بديعة‪،‬‬ ‫‪ ١‬ما العوامل الت ساعدت‬
‫صقل املوهبة الشعرية عند أبي صقلها بالدرس واملران الطويل‬
‫الشعر القديم واللغة العربية األصلية‬ ‫نواس ؟‬
‫منذ صباه‪ ،‬حتى فاق ك يرا من‬
‫االشعراء‪.‬‬
‫ّ‬
‫الفنية ألسلوب أبي‬ ‫‪ ٢‬ما الفن الشعري الذي اشتهربه أما الخصائص‬
‫ّ‬ ‫ّ‬
‫النص فتتمثل بسهولة‬ ‫نواس في‬ ‫أبو نواس ؟‬
‫وقوة العبارة‪،‬‬ ‫ّ‬ ‫األلفاظ وجزالتها‬
‫وخصب الخيال‪ ،‬وامليل إلى املبالغة‬
‫‪ ٣‬ماالصفات الت أضفاها أبو قد رسم أبو نواس صورة للةليفة‬
‫األمين توافق شعوره ومشاعره‬ ‫نواس على ممدوحه ؟‬

‫‪9‬‬
‫الفياضة بالتأييد و املناصرة‪ ،‬إذ ّ‬
‫مجد‬ ‫َّ‬
‫فيه الصفات الت حرص العرب على‬
‫تمجيدها ‪ :‬كالجود والشجاعة واملهابة‬
‫والرفعة وطول القامة‪.‬‬
‫أبو نواس كان يعيب على شعراء‬ ‫كان أبو نواس يعيب على شعراء‬ ‫‪٤‬‬
‫عصره بسبب تقليدهم للقدماء‪،‬‬ ‫عصره تقليد القدماء‪ .‬إلى ّ‬
‫أي‬
‫حيث كان يفضل اإلبداع واالبتكار‬ ‫ّ‬
‫نصه؟‬ ‫حقق ذلك‬‫مدى تراه قد ّ‬
‫الشعر بدال من االنحياز إلى التقاليد‬
‫القديمة‪ .‬نصوصه‪ ،‬أظهر أبو‬
‫نواس رفضه للتقليد ودعوته إلى‬
‫التجديد واالبتكار األسلوب‬
‫واملضمون الشعري‪ُ .‬يعتبر ذلك‬
‫تحقيقا نوعيا نصوصه‪ ،‬حيث‬
‫حاول تحفيز الشعراء على التجديد‬
‫واالبتعاد عن القيود التقليدية‪.‬‬

‫النص مايدل على تأثره البيت ال امن فقد حعلت الفساد و‬ ‫‪٥‬‬
‫بالبيئة‪ ،‬وفيه توظيف لبعض الضالل عمى قوله (( دواى هللا‬
‫وضح القلوب من العمى)) وفيها توظيف‬ ‫معاني القرآن ال ريم‪ّ .‬‬
‫ملعاني القرآن ال ريم قوله تعالى ‪:‬‬ ‫ذلك؟‬
‫َ‬
‫َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َّ‬
‫وب ال ِت‬‫((ف ِإنها ال تعمى األبصار ول ِ ن تعمى القل‬
‫الص ُد ِور )) ‪ .‬أما التعبير بقوله ‪(( :‬دواى‬ ‫ُّ‬
‫ِ‬
‫به هللا )) فهو يضيف مآثر جديدة إلى‬
‫مآثر الةالدة مناهضة األمراض‬
‫االجتماعية والضعف الةلقي أو‬
‫الدين ‪.‬‬

‫‪10‬‬
‫أ‪ .‬املحدثة‬ ‫اختر اإلجابة الصحيحة من بين‬ ‫‪٦‬‬
‫ب‪ .‬سهولة األلفاظ‬ ‫األقواس فيما يأتي ‪:‬‬
‫ج‪ .‬سرعة املطايا‬ ‫أ‪ .‬قاد أبو نواس ثورة على‬
‫د‪ .‬الضالل‬ ‫التقاليد الفنية ‪ ( ....‬املحدثة‬
‫ه‪ .‬التأكيد‬ ‫– املوروثة – املزدوحة )‬
‫و‪ .‬اإلحياء‬ ‫مميزة أسلوب أبي نواس‬ ‫ب‪ .‬من ّ‬
‫ز‪ .‬مفعول به وفاعل‬ ‫النص ‪( ....‬غرابة األلفاظ‪-‬‬
‫ح‪ّ .‬‬ ‫ّ‬
‫ذمة‬ ‫تكلف الصور – سهولة‬
‫ط‪ .‬الدعاء‬ ‫األلفاظ)‬
‫ي‪ .‬أحاسيسه بصدق‬ ‫ج‪ .‬التعبير بقوله ( بلغن محمدا)‬
‫يدل على ‪( ...‬بعد مكانه –‬ ‫ّ‬
‫علو مكانته – سرعة املطايا)‬
‫النص‬ ‫د‪ .‬كلمة ((أفقن))‬
‫توح بالصحو بعد ‪( ...‬النوم‪-‬‬
‫الغفلة‪ -‬الضالل)‬
‫ه‪ .‬ت ّررت كلمة ((ملك))‬
‫النص للداللةى على ‪..........‬‬
‫(التعظيم‪-‬التعميم‪ -‬التأكيد)‬
‫ضد الكلمة (( اإلعدام)) ف‬ ‫و‪ّ .‬‬
‫النص ‪ ( ...‬الحياة‪ -‬الغنى‪-‬‬
‫اإلحياء )‬
‫ز‪ .‬إعراب الضميرين على‬
‫ّ‬
‫((قربننا))‪...‬‬ ‫الترتيب‬
‫(مفعول به وفاعل – فاعل‬

‫‪11‬‬
‫ومضاف إليه – فاعل‬
‫ومفعول به )‬
‫ح‪ .‬مرادف كلمة ((حرمه))‬
‫(ذمة – منعة –‬ ‫النص ‪ّ ...‬‬
‫امرأة)‬
‫ط‪ .‬الغرض البالغ من الةبر‬
‫((سلمت لألمر ‪( )) .....‬النصح‬
‫– الدعاء – املدح)‪.‬‬
‫ي‪ .‬سيطر األسلوب الةبري‬
‫النص ألن الشاعر معن ٌّ‬
‫بالتعبير عن ‪(...‬أحاسيسه‬
‫بصدق – خياله الواسع )‪.‬‬

‫من الصعب إصدار ح م نهائي حول‬ ‫قال أبو نواس ‪:‬‬ ‫‪٧‬‬
‫ّ‬
‫جمالية الكلمة‪ ،‬فالجمال غالبا قضية‬ ‫إن الذي يرض ى اإلله بهديه ‪#‬‬
‫ذات طابع شةص وثقا ‪ .‬يم ن أن‬ ‫تردي امللك وهو غالم‬ ‫ملك ّ‬
‫يكون رأي بعض النقاد حول عدم‬ ‫وقال أبو ّتمام رثاء محمد‬
‫"تردى" بيت أبو نواس‬‫جمالية كلمة ّ‬ ‫الطوس ‪:‬‬
‫مسألة ذات ذوق شةص ‪ .‬يجدر‬ ‫حمرا فمادجا‬ ‫تر ّدى ثباب املوت ً‬
‫بالذكر أن تقدير الشعر يتأثر بعوامل‬ ‫‪ #‬لها الليل إال وهي من سندس‬
‫متعددة‪ ،‬بما ذلك السياق ال قا‬ ‫خضر‬
‫ِ‬
‫والتاريخ للشاعر والقصيدة‪.‬‬ ‫ّ‬
‫وردت كلمة ((تردى)) في البيتين‪.‬‬
‫وقد أى بعض الن َّقاد ّ‬
‫أن الكلمة‬ ‫ر‬
‫في بيت أبي نواس غير جميلة‪.‬‬
‫ّ‬
‫هل تو افقهم الرأي ؟ علل‪.‬‬

‫‪12‬‬
‫البيتين‬ ‫أ‪ .‬املعنى املشترك‬ ‫قال مروان بن أبي حفصة‬ ‫‪٨‬‬
‫يتم ل إشادة باألمين (رض‬ ‫مدح محمد املهدي ‪:‬‬
‫هللا عنه)‪ ،‬حيث يتحدث أبو‬ ‫محمد ‪ #‬سنن‬‫ٌ‬ ‫أحياأميراملؤمنين‬
‫نواس البيت األول عن أن‬ ‫ّ‬
‫النبي حرامها وحاللها‬
‫جمال البهو (الفضاء) يتجلى‬ ‫وقال أبو نواس مدح األمين ‪:‬‬
‫ببدر خالفة‪ُ ،‬مشيرا إلى بريق‬ ‫مشتمل ببدر خالفة ‪#‬‬ ‫ٌ‬ ‫فالبهو‬
‫الح م والقيادة‪ .‬أما البيت‬ ‫ُ‬
‫اإلسالم‬ ‫لبس الشباب بنوره‬
‫ال اني‪ ،‬فيتحدث عن لبس‬ ‫أ‪ .‬مااملعن املشتركة‬
‫الشباب نور اإلسالم‪ُ ،‬مظهرا‬ ‫البيتين ؟‬
‫كيف أن اإلسالم يضفي نورا‬ ‫أي البيتين – من وجهة‬ ‫ب‪ّ .‬‬
‫وإشراقا على حياة الشباب‪.‬‬ ‫نظرك – أجمل تعبيرا‬
‫باختصار‪ُ ،‬يظهر البيتان‬ ‫وضح‬‫عن دور املمدوح ؟ ّ‬
‫إعجاب أبو نواس باألمين‬ ‫ذلك‪.‬‬
‫ويبرزان دوره اإليجابي البيئة‬
‫والدين‪.‬‬
‫ب‪ .‬من وجهة نظري‪ ،‬يم ن اعتبار‬
‫ٌ‬
‫مشتمل‬ ‫البيت األول "فالبهو‬
‫ببدر خالفة" أكثر جماال‬
‫التعبير عن إشادة باألمين‪.‬‬
‫يستخدم أبو نواس صورة‬
‫للبدر (القمر) لتم يل جمال‬
‫خالفة األمين‪ ،‬مما يضفي على‬
‫البيت تعبيرا فنيا أكثر‪.‬‬

‫‪13‬‬
‫دور املمدوح (املمدوح البيتين هو‬
‫األمين) يظهر كونه مصدر إلهام‬
‫شدد على دوره‬ ‫للشاعر‪ ،‬حيث ُيمدح ُوي َ‬
‫عبر عن‬‫اإليجابي البيئة والدين‪ُ ،‬وي ّ‬
‫ِ‬
‫جماله ونوره الحياة والشباب‪.‬‬

‫بيت أبو تمام‪ُ ،‬يظهر النص تقديره‬ ‫قال أبو ّتمام ‪:‬‬ ‫‪٩‬‬
‫ّ‬
‫للمجتدين الذين ال يعلمون بجود‬ ‫وماكان يدري مجتدي جود كفة‬
‫ُ‬ ‫ّ ّ ُ‬
‫كفة الشةص حتى يواجهوا‬ ‫العسر‬ ‫‪ #‬إذا مااستهلت أنه خلق‬
‫التحديات‪ ،‬مما يظهر أن صبرهم‬ ‫مدح‬ ‫وقال أبو العتاهية‬
‫واستمرارهم يبرز جودهم مواجهة‬ ‫هارون الرشيد ‪:‬‬
‫الصعوبات‪.‬‬ ‫وراع يراعي هللا في حفظ ّأم ٍة‬ ‫ٍ‬
‫أما بيت أبو العتاهية‪ُ ،‬يبرز النص‬ ‫قود‬ ‫َّ‬
‫‪#‬يدافع عنها الشرغير ر ِ‬
‫الدور النبيل للراع الذي يحافظ على‬ ‫النص مايحمل‬ ‫هات من أبيات ّ‬
‫أمته ويدافع عنها‪ ،‬ويقاوم الشر‬ ‫مما سبق‪.‬‬ ‫معنى كل بيت ّ‬
‫بتصميم ويقظة‪ ،‬مما يع س قيم‬
‫الرق والحماية القيادة‪.‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫ٌ‬
‫مل ه إذا ارتبطت يديك‬ ‫أ‪.‬‬ ‫بحبل ِه‬
‫‪ )١ ١٠‬ملك إذا ع ِلقت يداك ِ‬
‫بحبله‪ ،‬تشعر بأنك لن تتأثر‬ ‫ُ‬
‫واإلعدام‬ ‫ُ‬
‫البؤس‬ ‫َ‬
‫اليعتريك‬ ‫‪#‬‬
‫بالبؤس واإلعدام‪ .‬هذا امللك‬ ‫ببدر خالفة‬ ‫ٌ‬
‫‪ )٢‬فالبهو مشتمل ِ‬
‫يع س قوة االرتباط والتمسك‬ ‫ُ‬
‫اإلسالم‬ ‫بنوره‬ ‫َ‬
‫لبس الشباب ِ‬
‫ُ‬
‫بالسلطة‪ .‬و البهو الذي‬ ‫‪ )٣‬سبط البنان‪ ،‬إذا اجتبى‬
‫َ‬
‫يتناغم مع بدر الةالفة‪،‬‬ ‫َ‬
‫الجماجم‪،‬‬ ‫بنجاده‪ #‬ف َر َع‬
‫اط ق َي ُ‬ ‫ّ َ ُ‬
‫ويتألق الشباب بنور اإلسالم‪،‬‬ ‫ام‬ ‫والسم ِ‬ ‫ِ‬

‫‪14‬‬
‫يظهر الجمال والتألق البيئة‬ ‫أ‪ .‬انثر األبيات نثرا أدبيا‬
‫الدينية واالجتماعية‪.‬‬ ‫ّ‬
‫يحدد‬ ‫ب‪ .‬ضع لها عنوانا‬
‫أما سبط البنان الذي ُيختار‬ ‫ف رتها‬
‫بنجاده‪ ،‬فيظهر فرع الجماجم‬
‫والسماط قائما‪ ،‬مما يرمز إلى‬
‫القوة واالستمرارية االختيار‬
‫والتصميم‪.‬‬
‫ه ذا‪ ،‬تنسجم هذه األبيات‬
‫لتروي قصة تضاف إلى بعضها‬
‫بعضا‪ ،‬تمتزج فيها القيم‬
‫لتكون لوحة شاملة‬ ‫ّ‬
‫والصفات ِ‬
‫تعبر عن القوة والجمال‬
‫مختلف السياقات‪.‬‬
‫ب‪ .‬العنوان املناسب لهذه‬
‫القصائد قد يكون "الح مة‬
‫والتفاؤل وجه التحديات"‪،‬‬
‫حيث تتناول القصائد‬
‫مجملها ف رة الصمود‬
‫مواجهة‬ ‫والتفاؤل حتى‬
‫الظروف الصعبة‪ ،‬وتسلط‬
‫الضوء على قيم اإليمان‬
‫وال قة باهلل‪.‬‬
‫يفل السيف" يستخدم‬ ‫أي ُّ‬‫يفل السيف)) اشرح التعبير "ر ٌ‬ ‫أي ُّ‬ ‫‪ (( ١١‬ر ٌ‬
‫االستعارة التعبير السابق‪ ،‬االستعارة أو املجاز للتعبير عن‬
‫فاعلية وتأثير الرأي أو الف رة‪ .‬هنا‬ ‫موضحا دورها املعنى‪.‬‬ ‫ّ‬

‫‪15‬‬
‫ُيشبه الرأي بأنه ش ء قادر على تليين‬
‫ وهو تصوير مجازي‬،‫أو تفل السيف‬
‫يرتبط بف رة أن الرأي القوي واملقنع‬
‫قادر على التغلب على املش الت‬
‫ تماما كما يم ن للش ء‬،‫والصعاب‬
.‫فل السيف الحاد‬ّ ‫اللين أن ُي‬
‫ ُتظهر االستعارة‬،‫هذا السياق‬
‫أهمية الرأي والتف ير القوي التأثير‬
.‫على األمور وتغيير الظروف إيجابيا‬

D. Kesimpulan
Abu Nawas atau dikenal sebagai Abu Ali Al-Hasan Bin Al-Hakami. Dia
dilahirkan pada tahun 139 H di salah satu desa di kota Ahvaz di negri Persia (Iran
Sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan Ibu Persia mengalir di tubuhnya.
Ayahnya meninggal ketika dia berusia enam tahun, kemudian dia pindah ke
Bashrah (Irak) di bawa oleh ibunya, di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu
pengetahuan. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap sebagai
salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Ketika berumur 30 tahun ia pindah
ke Baghdad.
Abu nawas memiliki kemampuan yang sangat luar biasa puitis yang ia
sempurnakan dengan belajar dalam menulis dengan rentan waktu yang cukup lama.
Ia memiliki sifat kepekaan yang halus dan juga luar biasa lembut. Dalam
pembahasan teks syair ini mewakili jenis pujian yang tersebar luas di kalangan
penyair zaman Dinasti Abbasiyah, Abu Nawas melukiskan gambaran khalifah Al-
Amin yang senada dengan perasannya dan luapan perasaan kasih sayang dan
dukungannya, seraya mengagung-agungkan dalam dirinya sifat-sifat yang dimilki
orang-orang Arab. Mengagungkan sifanya seperti : kemurahan hati, keberanian,
keagungan, kemuliaan, kekuatan.
Syair ini merupakan syair pujian yang ditulis oleh Abu Nawas untuk Khalifah
Al-Amin, yang juga terdiri dari sembilan bait. Abu Nawas mengawali syairnya
dengan memuji Al-Amin dan kedudukannya sebagai khalifah, ia memandang
bahwa khalifah Al-Amin adalah khalifah yang datang dan membuka tabir hati,
kesesatan jiwa-jiwa, dan musibah-musibah, sehingga ia dapat sembuh dari
kelemahan dan kelemahan yang menimpanya, dan membuat ia sadar dan kembali
bangkit. Penyair mengakhiri pujiannya dengan mendoakan Al-Amin, memohon

16
agar Allah SWT menjadikannya sumber harapan yang terpenuhi dan
memperpanjang umurnya.
Selanjutnya dalam teks syair ini terdapat penggambaran dan perumpamaan
yang luar baisa yang ditujukan kepada Khalifah Al-Amin, dalam ilmu Balaghoh
dalam teks ini terdapat 2 isti’arah yaitu isti’arah tashrihiyyah dan isti’arah
makniyah. Serta Analisis Arudh yang digunakan dalam teks syair ini adalah Bahr
Al-Kamil.

17

Anda mungkin juga menyukai