Disusun Oleh :
MAKASSAR
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyang.
Segala puji kita panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelasaikan makalah ini yang berjudul TELAAH SYAIR
WASF AL-QALB Oleh Ibn Qayyim al-Jauziyyah ini dengan seyogyahnya.
Makassar
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.4 Tujuan dan Manfaat.................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.1 Tema Besar dan Kecil..............................................................................................6
2.2 Athifa atau rasa........................................................................................................6
2.3 Khayal atau Imajinasi :.............................................................................................7
2.4 Fikrah atau Pikaran :................................................................................................7
2.5 Titik Keakuratan :....................................................................................................8
2.6 Gaya Bahasa (al-Ushlub) :.......................................................................................8
2.7 Pertanyaan Hasil Diskusi Kelompok 1.....................................................................9
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................12
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara teori, semua karya sastra mengandung produk pemikiran yang
bernilai estetis. Syair adalah karya sastra yang paling tinggi, karena ia lebih tinggi
kadar imajinasinya disbanding yang lainnya.
Syair-syair gubahan Ibn Qayyim bisa dilihat dari dua kitabnya yaitu
Majmu’ah al Qasidah al-Nuniyah yang berjumlah 6.000 bait dan Majmu’ah al-
Qasidah al-Mimiyah yang berjumlah 279 bait, dan syair-syair lainnya yang
tersebar dalam berbagai karyanya. Hasil karya sastra seperti ini penulis tidak
temukan pada enyair lainnya. Di Antara jenis syair wasf karya Ibn Qayyim antar
lain wasf al-dunya, wasf al-Qalbi, wasf al-Nisa, wasf al-Janna, dan lain-lain.
Kandungan Majmu’ah itu antara lain mengungkap faham mazhab Hambali dan
kritik social dari situasi dan kondisi pada masa itu. Tulisan ini difokuskan pada
wasf al-Qalb (deskripsi hati), karena hati merupakan bagian dari diri manusia
yang menjadi penentu kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di
samping itu hati sangat erat kaitannya dengan perilaku, iman, dan amal salih
manusia di dunia yang diharpkan akan membuahkan kebahagiaan di akhirat, yakni
surga.
Dinasti Mamluk yang menang dalam pertempuran di Ain Jalut (Syira) yang
dipimpin Baybars 1260 – 1277 M.
1. Rasa (athifah)
Ada dua istilah yang oleh para satrawan sering kali disamakan dengan
rasa, yaitu feeling ad emosi. Feeling adalah sikap sang penyair terhadap pokok
permasalahan atau objeknya (Henry Guntur Tarigan;1993:11). Sedangkan emosi
adalah keadaan bathin yang kuat, yang memperlihatkan kegembiraan, kesedihan,
keharuan, atau keberanian yang bersifat subyektif (Syamsir Arifin: 1991; 40).
3
2. Imajinasi (al-Khoyal)
3. Gagasan/Pemikiran (al-Fikroh)
4. Titik keakuratan
syair, tidak semua dapat dikatakan sebagai titik keakuratan. Hanya beberapa
kategori kata saja yang dapat dikatakan sebagai titik keakuratan, diantaranya;
nama (benda, tempat, dll), penyebutan nama itu sendiri, penyebutan warna dan
pergerakan.
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,
salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Pada setiap tulisan pastilah
mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus
memikirkan tema apa yang akan dibuat. Pada karya sastra tema adalah gagasan
(makna) dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur
semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat
motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Tema bisa berupa persoalan
moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan
masalah kehidupan. Tema juga bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau
keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.
Dalam hal ini, kami hanya menjelaskan beberapa gaya bahasa yang telah
dijelaskan dipertemuan kelas telaah puisi arab, yakni Kinayah, Tasybih, dan
Isti’arah, dengan pembagiannya masing-masing.
2. Bagaimana Athifa, Pemikiran, Titik Keakuratan, serta Gaya Bahasa dari syair
Ibn Qayyim al-Jauziyyah?
2. Untuk mendeskripsikan kajian sastra arab dari syair wasf al-Qalbi milik Ibn
Qayyim al-Jauziyyah.
5
6
BAB 2. PEMBAHASAN
Syair Wasfh al-Qalbi karya Ibn Qayyim Al-Jauziyyah
ِ ِ
ض ِر ُم
ْ َك ي
َ اها َبنْي َ َجْنَبْي َ َويَا ُم ْوق ًدا نَ ًارا لغَرْيِ َك
َ َض ْو ُؤ َها َو َحٌّر لَظ
Inikah ilmu yang kau petik dari yang kau tanam, dan inikah buah yang
kau harapkan untuk dimakan.
Inikah jalan yang kau sukai untuk dirimu di dunia dan akhirat yakni
kedudukan dan uang.
1. Bait pertama bertemakan Kejahilan, yakni kami melihat dari segi sastra bahwa
orang yang menjadi objek dari syair tersebut itu tidak mengetahui kebenaran akan
perbuatannya yang di syair tersebut di tulis dengan kata “Wahai orang yang
menyalakan api,,,,”, hal tersebut menandakan kebodohan objek yang dibicarakan
dalam melakukan sesuatu.
3. Bait ke-empat bertemakan Nasihat, hal tersebut sangat tergambarkan ketika Ibn
Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan “,,,tidak ada keuntungan dan tidak ada asal
(pokok) yang bisa menyelamatkanmu.”, yang dimana penulis memberikan sebuah
nasihat kepada objek syair bahwasanya apa yang ia telah lakukan tidaklah
bermanfaat dan tidak pula tertolongkan.
1. Menegur
3. Ketidaksenangan
8
1. Sedih
2. Sorang yang buta akan apa yang dia dapat dari hasil kerjanya
Pembaca :
2. Pada bait menjelaskan bahwa apakah buah atau hasil itu yang dapat
memuaskanmu sedangkan hal itu tidaklah bernilai sama sekali (Jelaskan dengan
cara rasional). Hal tersebut juga memberikan kita pemahaman bahwa ketika kita
ingin mendapatkan hasil yang baik dari usaha kita, maka haruslah kita
9
3. Koheren dengan bait sebelumnya yang menekankan bahwa apakah hanya itu
yang ingin engkau dapatkan padahal itu tidaklah abadi dan bernilai jika
dibandingkan dengan akhirat. Bait ini menjelaskan kepada kita bahwa hal yang
kita usahakan jika hanya untuk mendapatkan materil atau yang bersifat duniawi
maka hal tersebut tidaklah mendapat keberkahan didalamnya, selayaknya kita
tidak terlalu menggantungkan diri terhadap dunia melainkan akhirat yang abadi.
2. Buah, kata ini menggambarkan hasil atau harapan dari objek yang ingin
dapatkan
3. Kedudukan dan Uang, kata tersebut menggambarkan hasil duniawi yang objek
inginkan
4. Umur, dalam hal ini penyair mengisyaratkan bahwa selama proses atau usaha
yang objek telah lakukan itu tidak mempunyai keuntungan dan tidak dapat
tertolongkan.
Isti’arah :
10
a. Tashrihiyyah :
2. Inikah ilmu yang kau petik dari yang kau tanam, kata petik disini
berartikan semua ilmu yang telah ia dapat dan tanam disini berartikan usaha yang
telah ia lakukan. Hal tersebut menjelaskan bahwa objek hanya berusaha untuk
melakukan atau menyebarkan keburukan walaupun ia telah bersusah payah untuk
mendapatkan ilmu yang ingin dia sebarkan tersebut.
b. Makniyyah
2. dan inikah buah yang kau harapkan untuk dimakan, kaya buah tersebut
menandakan hasil yang objek harapkan untuk didapat.
= Pertama, kita harus melihat dari konteks syair ini dikeluarkan. Kehidupan
Ibn Qayyim diwarnai dengan berkembangnya aliran-aliran teologi pada masa
kemunduran Islam antara lain mazhab Rafidah dan Syi’ah di Khurasan dan Irak,
mazhab Zaidiyah di Yaman dan mazhab Asy’ariyah yang dianut oleh mayoritas
umat Muslim saat itu. Aliran teologi yang sangat ditentang dan dikritik oleh Ibn
Qayyim dan gurunya Ibn Taimiyah adalah aliran Mu’tazilah dan Jahmiyah. Dalam
hal ini, kita dapat melihat bahwa syair ini dikeluarkan oleh Ibn Qayyim Al-
Jauziyyah untuk mengkritik beberapa ustadz atau da’i pada zaman tersebut.
11
2. Pada bait pertama, kenapa penyair menggunakan kata menyalakan api dan
kepada siapa itu ditujukan (Gita Sabrilah).
= Pertanyaan ini hampir mirip dengan yang pertama, yakni menyalakan api
disini berartikan bahwa orang yang sering menyebarkan kebohongan dan
keburukan kepada orang lain. Dan jika ditanyakan mengenai kepada siapa syair
ini ditujukan, untuk konteks pada zaman penyair, maka hal ini ditujukan kepada
beberapa da’i yang berada pada zaman itu. Jika dilihat secara sastra, maka hal ini
berlaku untuk semua orang yang menyebut dirinya seorang da’i yang
menyebarkan kebenaran padahal hal itu hanyalah sebuah kebohongan.
12
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertama, gambaran hati menurut perspektif Ibn Qayyim adalah ibarat raja.
Kedudukan raja adalah pemimpinan di suatu negara, tidak ada pengatur yang
lebih berkuasa di suatu negara kecuali seorang raja. Dialah yang menggerakkan
seluruh anggota badan manusia. Hati menggerakkan seluruh anggota badan untuk
meakukan pekerjaan yang baik atau buruk.
Secara garis besar, Ibn Qayyim mengatakan di saat hati disifati dengan
kehidupan dan kematian, maka hati terbagi dalam 3 kondisi: yakni pertama, wasf
al-qalb (gambaran hati) yang sehat, kedua, wasf al-Qalbi (gambaran hati) yang
mati, dan ketiga, wasf al-Qalb (gambaran hati) yang sakit.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan.
Perspektif atau pandangan penulis makalah yang kurang dalam memahami
kondisi real dari penyair membuat deskripsi dari syair Ibn Qayyim al-Jauziyyah
ini sedikit kurang tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkajian lebih dalam
terkait ilmu Sastra Arab atau Sya’ir Arab itu sendiri agar translitrasi makna dari
puisi atau syair dapat lebih dipahami secara komprehensif.