Oleh
CHALID
80600220002
Dosen Pemandu
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar, para ulama telah membagi jenis tafsir kepada empat
bagian. Pertama, tafsir Tah}li>li, kedua, tafsirIjma>li. Ketiga, tafsir Muqa>ran. Dan
keempat, tafsir Maudu>’i. Khusus untuk jenis tafsir yang pertama, ada beberapa
Dari sekian banyak jenis tafsir, tentu berbeda pula metode dalam
banyak dilakukan oleh para mufassir klasik. Begitu juga untuk jenis ke dua dan
ketiga. Sementara untuk jenis yang terakhir, metode tafsir ini baru dilakukan
sekitar abad 20-an. Tafsir al-Qur’an sendiri yang bermula dari Rasulullah hingga
sekarang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh penafsir yang banyak sekali dan
ahli dalam bidang masing-masing. Secara umum ini disebabkan karena semakin
masing. Salah satu tokoh penafsir yang akan dibahas adalah Ibnu Kas\ir> dan Abu
Hayyan.
i
2
B. Rumusan Masalah
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mencoba untuk mengetahui
lebih jauh mengenai sosok Ibnu Kas\ir\ dan Abu Hayyan dan metode tafsirnya.
Supaya tidak terlalu melebar, penulis mencoba membatasi pembahasan ini dalam
1. Bagaimana biografi dan perjalanan hidup Ibnu Kas\i>r dan Abu Hayyan
3. Bagaimana metode dan corak tafsir dalam kitab Ibnu Kas\i>r dan Abu
Hayyan?
i
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibnu Kas\i>r
1. Biografi Ibnu Kas\i>r
Dalam khazanah disiplin ilmu-ilmu al-Qur’an, dikenal dua tokoh dengan
nama Ibnu Kas\ir. Pertama, Ibnu Kas\ir dengan nama lengkap Abu> Muhammad bin
Abdullah bi Kas\i>r al-Da>r al-Makki>y yang lahir dimekah pada tahun 45 H/ 665 M.
Ia adalah generasi ulama pada generasi tabi’in yang dikenal sebagai salah seorang
Kedua adalah Isma>’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kas\ir al-Bas}ri> al-Dimasyqi>
H,3 ada yang mengatakan 705 H,4 dan ada pula yang mengatakan701 H (1302
M). Dan wafat pada 774 H.Lahir di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah. Ayah
beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal ketika beliau baru
berusia empat tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakaknya, Syaikh Abdul
Wah}h{ab> dan dialah yang mendidik beliau di usia dininya. Kemudian beliau
pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706H, ketika beliau berusia lima
tahun.5
1
Makalah dipresentasikan oleh Abdul Rahman dalam Mata Kuliah Kajian Teks Tafsir
(Tinjauan Metode Tafsir Ibnu kas\ir, al-Qurthubi, dan al-T{abari dalam Surah al-Nashr) pada
Tahun 2014/2015. h. 6.
2
Abu> al-Fada>i Isma>’i>l bin ‘Umar al-Qura>syi> al-Damasyqi>, Tafsi>r al-Qur’an al-‘Az{i>m, Juz
I, (Cet. II; Da>r al-T{aibah Li al-Nisyri> Wa al-Tauzi’i), h. 12.
3
Isma’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kasir al-Basri, Terj. Tafsir Ibn Kasir, (Cet. IV; Pustaka
Imam al-Syafi’i, 2005), Juz I, h. 21.
4
Muh}ammah ‘Abdal-‘Az{i>m al-Z{arqa>ni, Mana>hil al-‘Urfa>ni Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an (Cet. I;
Baerut: Da>r al-Fikr, 1996), h. 23.
5
Syaikh Abdal-Qadir al-Arnaut}h, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Terbitan
Pustaka Ibnu Kas\ir, t.th),h. 21.
i
4
yaitu Burhan al-Din al-Fazari, salah seorang ulama tafsir yang bermazhab
Syafi’i, tetapi pola pikirnya banyak dipengaruhi oleh Ibn Taimiyah. Dengan
perantara Burhan al-Din al-Fazari inilah Ibn Kas\i>r dapat berguru pada Ibn
Taimiyah.
Di samping Ibn Kas\i r berguru pada Burhan al-Din al-Fazari dan Ibn
Taimiyah, beliau juga berguru pada Jamal al-Din al-Mizzi, Ibn Syuhbah,
ilmu tafsir.
Pada tahun 764 H/1365 M, Ibn Kas\i>r membela mati-matian Qadhi Qudrat
Mangkali Bughah membentuk sebuah komisi penyelidik dan Ibn Kas\i>r dianugrahi
jabatan imam dan guru besar tafsir di Mesjid negara pada bulan syawal 767 H /
1366 M.7
Taimiyah.9 Bahkan lebih jauh lagi, beliau dengan ikhlas menerima fitnahan dan
siksaan disebabkan Ibn Taimiyah sebagai gurunya banyak mendapat sorotan dari
pihak penguasa.
6
Muhammad Husain al-Zahabiy, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Juz I, (Cet.II; t.p., 1396
H/1976 M), h.242.
7
Muhammad Husain al-Zahabiy, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Juz I,h.243.
8
Muhammad Nusaib al-Rifa’i, Tafsiral-A<li al-Qadir li Ikhtisa>r Tafsi>r Ibnu Kas\ir, Juz I
(t.tp; Maktabah Ma’rif, 1819 M ) h.11.
9
Ibnu Kas\i>r, dalam Harun Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 1992), h. 366.
i
5
dengan nama Tafsir al-Quran al-‘Az{i m . Kitab ini pertama kali diterbitkan
Pada mulanya buku ini ditulis dengan sepuluh jilid, tapi kemudian
dicetak dengan empat jilid dengan jilidan yang sangat tebal. Tafsir ini
disusun oleh Ibnu Kas\i >r berdasarkan sistematika tertib susunan ayat-ayat
sistematika tertib mushafi. Secara rinci kandungan dan urutan tafsir yang
terdiri dari empat jilid ini ialah Jilid I, dari surat al-Fatih{ah sampai surat
al-Nisa>. Tebal: 552 halaman, Jilid II, dari surat al-Maidah sampai surat al-
Nahl. Tebal: 573 halaman, Jilid III, dari surat al-Isra> sampai surat Yaasiin.
Tebal: 558 halaman dan Jilid IV, dari surat as-Sha>fat sampai surat an-Na>s .
Tebal:580 halaman.
Pada tahun 1991 Mahmud Hasan merevisi penerbitannya dengan
menambahkan sedikit komentar. 10 Di Indonesia, kitab Tafsir Ibnu Kas\i >\r ini
juga telah diterbitkan oleh Toha Putra Semarang dengan jumlah empat jilid
Dalam pendahuluan kitab Tafsir Ibnu Kas\i >\r, disebutkan bahwa cara
10
Tafsir, dalam Tim Penyusun Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1992), h.392.
i
6
argumentasinya.
berikut:
11
Abu al-Fida> Ismail Ibn Kas\ir\> , Terj. Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz I, (Semarang: Toha
Putra, t.th), h.3-4.
12
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an,(Pustaka Pelajar:Yogyakarta, 2011), h. 168
13
Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz I, h.81.
14
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, (Cet.
II; Ciputat: Lentera Hati, 1434H./ 2012M), h.54.
i
7
Dalam tafsir Ibn Kas\i >\r, ditemukan interpretasi bahwa yang di-
maksud Allah swt. dengan ( )ﳇـﲈتdalam ayat tersebut adalah firman Allah
dalam swt. dalamQS. al-A’ra> f/7:23 sebagai berikut:
ِ ِ ,َْﻦ ِﻣ َﻦ اﻟ-َ ْﺮ َ ْﲪ ﻨَﺎ ﻟ َﻨَ ُﻜ ﻮ1 ﻨَﺎ َوا ْن ﻟ َ ْﻢ ﺗ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟ َﻨَﺎ َو8ﻧ ْ ُﻔ َﺴ:% ﻗَ َﺎﻻ َرﺑ ﻨَﺎ َﻇ ﻠ َ ْﻤ ﻨَﺎ
َﺎﴎ َ*ﻦ
Terjemahnya:
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi’. 15
b. Penafsiran ayat dengan hadis. 16 Misalnya QS. al-Baqarah/2: 3
… ﻮن ِ>ﻟْﻐَ ْﯿ ِﺐ
َ ُ? َ*ﻦ ﯾ ُ ْﺆ ِﻣBِا
Terjemahnya:
‘Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. 17
Tafsir Ibn Kas\i >r, mengiterpretasikan kalimat “ ”ﻳﺆﻣﻨــﻮن ﻟﻐﻴــﺐ
dengan hadis sebagai berikut:
ﺣــﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴــﺪد ﻗــﺎل ﺣــﺪﺛﻨﺎ إﲰﺎﻋﻴــﻞ ﺑــﻦ إﺑـﺮاﻫﻴﻢ ﻗــﺎل أﺧــﱪ اﻟﺘﻴﻤــﻲ ﻋــﻦ أﰊ ﻫﺮﻳــﺮة
ﻩ ﺟﱪﻳﻞ ﻓﻘﺎل. ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻲ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رزا ﻳﻮﻣﺎ ﰲ اﻟﻨﺎس ﻓﺄ: ﻗﺎل
اﻹﳝﺎن ﻷن ﺗﺆﻣﻦ = وﻣﻼﺋﻜﺘﻪ وﺑﻠﻘﺎﺋﻬﻮرﺳﻮﻟﻪ وﺗﺆﻣﻦ ﻟﺒﻌﺚ: ﻣﺎ اﻹﳝﺎن ﻗﺎل
Artinya:
‘Musaddad menceritakan kepada kami, Isma’il ibn Ibrahim
menceritkan kepada kami, Abu hayyan al-Taymiy menceritakan
kepada kami dari Abu Hurayrah berkata; bahwa suatu hari Nabi saw
berada di tengah-tengah sahabatnya dan secara tiba-tiba datang
seorang laki-laki (yaitu Malaikat Jibril) dan berkata (kepada Nabi):
Terangkan kepadaku tentang iman. Nabi saw menjawab: Iman itu
adalah engkau percaya kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, hari
kemudian, kepada Rasul-Nya dan kepada hari kebangkitan. 18
15
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, h.153.
16
Contoh yang dikemukakan berikut ini, lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Kas\ir\> ,Tafsir al-
Qur’an al-‘Azim, Juz I,h. 15.
17
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, h. 2.
18
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid I (Semarang:
Toha Putra, t.th), h. 18.
i
8
Jadi, ketika Ibn Kas\i >\r tidak menemukan penafsiran ayat, dengan
tabi’in.
Ibnu Kas\i >\r setelah menampilkan ayat-ayat, atau hadis, atau fatwa
ayat, atau hadis, atau fatwa sahabat dan tabi’in. Dengan demikian tafsir
ayat yang terdapat dalam surah al-Fatihah, Ibnu Kas\i >\r mengemukakan
pula keutamaan surah tersebut. 20
19
Muh{ammad H{usain al-Z{ahabi, Tafsir al-Mufassirun, Juz II, h.18.
20
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-‘Az{im, Juz I,.h.9.
21
Qira’ah yang dimaksud disini adalah salah satu mazhab atau aliran pengucapan al-
Qur’an yang dipilih oleh iman qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda mazhab lainnya. Uraian
i
9
()ﺻ ـﺮاط اﻟــﺬﻳﻦ اﻧﻌﻤــﺖ ﻋﻠــﻴﻬﻢ ﻏــﲑ اﳌﻐﻀــﻮت ﻋﻠــﻴﻬﻢ وﻟﻀــﺎﻟﲔIbn Kas\i>\r
menyatakan bahwa; kalimat ﺻـﺮاط ا ﻟـﺬﻳﻦ اﻧﻌ ﻤـﺖ ﻋ ﻠـﻴﻬﻢadalah badal
dimiliki Tafsir Ibnu Kas\>i \r yang antara lain; interpretasinya dapat dijadikan
dengan gurunya yakni Ibn Taymiyyah, akan tetapi Ibnu Kas\i >r lebih tegas
dalam menghadapi masalah ini. Sebagaimana ulama yang lain, Ibnu Kas\i >\r
sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh syari’at Islam. Kedua, riwayat yang
bersebrangan dengan Islam, berarti kewajiban untuk ditolak, karena
lebih lanjut, lihat Manna’ al-Qattan, Mabahis\ Fi Ulum al-Qur’a>n (Beirut: Dar al-Mansyurat al-
Haditsah, 1973), h. 170.
22
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.26.
23
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.28.
24
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.35.
i
10
ditangguhkan. Hal ini menuntut sikap untuk tidak meyakini 100 % dan
kamu tentang bani Israil karena hal itu tidak mengapa bagi kamu“. Dan
mendustakan mereka”. Untuk poin yang pertama dan kedua ibnu Kas\i >r
sepakat dengan ulama yang lain tapi untuk poin ketiga Ibnu Kas\i >\r kurang
sepakat dalam tatanan realitanya. hal ini bisa kita cermati, ketika beliau
israiliyat, karena riwayat ini kurang mempunyai faidah baik itu dalam
gunakan dalam menghadapi riwayat ini. Seperti, tidak menyebutkan riwayat ini
israiliyat tersebut.26
25
Pada dasarnya, Israiliyat ialah kisah, cerita, yang bersumber dari bani israil. (keturunan
Nabi Ya’kub As). Kata ini mempunyai perluasan makna, seiring dengan berkembangnya waktu.
Kalimat ini tidak terbatas pada orabf yahudi saja. Tapi juga kepada orang nashrani beserta konco-
konconya. Ulama tafsir dan hadits menggunakan istilah ini karena banyak sekjali kisah-kisah
yang bersunber darinya yang telah menggerogoti kemurnian ajaran islam. Makanya, istilah ini
tidak hanya sebatas pemahaman dulu , tapi juga penggerogotan dan propaganda serta
penyelewengan dalam tafsir dan hadits di era sekarang. Lihat Jamal Mushtafa Abdul Hamid
Abdul Wahab al-Najar “us}ul al-dakhil fî al-tafsi>r al-tanzi>l”
26
Berbagai istilah Ia ungkapkan dalam menolak israiliyat ini, seperti, riwayat israiliyat
itu bathil tidak sahih, ia tidak mengungkapkannya karena hawatir terlalu bertele-tele, tidak ada
manfatnya, dan lain-lain. Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,
h.29-31.
i
11
bidang hadis beliau menulis; 2)Kitab al-Takmi>l yang berisi daftar nama-
nama ulama hadis kurun pertama, 28 3) Kitab al-Jami’ yang memuat hadis-
hadis dari riwayat Musnad Ahmad bin Hanbal, al-Kutub al-Sittah dan
oleh Ibn Hajar al-Asqalani. Selain itu ditemukan pula hasil karyanya dalam
27
Dalam bidang sejarah, cuplikan pilihan dari al-Bidayah waal-Nihayah. Lihat; Manna’
Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS., (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2011), h. 527.
28
Buku ini adalah rujukan dalam ilmu hadist serta untuk mengetahui jarh wa ta’dil. karya
ini adalah karya gabungan dua karya imam Dzahabi yaitu Tahdzi>bu al-Kama>l fi Asma>’i al-Rija> l
dan Miza>n al-I’tida>l fi Naqd al-Rija>l dengan tambahan dalam jarh wa ta’dil.
29
Lihat Ali Muhammad Umar, T{abaqat al-Mufassirin (t.tp: Maktabah Wahabah Abadan,
1392 H / 1972 M), h.49.
30
Muhammad ‘Ali al-Sabuniy, al-Tibya>n Fi Ulu>m al-Qur’a>n, diterjemahkan oleh
Muhammad Qadirun Nur dengan judul Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani,
t.th), h.266.
i
12
3. Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat
730H),
5. Bahauddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam
6. Ibnu al-Syirazi,
7. Ishaq bin Yahya al-Amidi Afifuddin, ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
al-Mizzi (wafat 742 H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba
9. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdi al-Salam
11. Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
12. Abul Fath ad-Dabbusi,Ali bin Umar al-Sawani dan lain-lain.31
5. Penilaian Ulama
Ibnu Kas\i>r seorang pakar fikih yang mumpuni, ahli hadis yang cerdas,
sejarawan ulung dan mufassir unggulan. Menurut Ibn Hajar, Ibnu Kas\i>r seorang
31
Syaikh Abdul Qadir al-Arna’uth, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Kats\ir, (Jilid I, Terbitan
Pustaka Ibnu Katsir), h. 21.
i
13
ahli hadis yang fakih. Karya-karyanya tersebar luas di berbagai negeri semasa
Ahli sejarah yang terkenal dengan nama Abul Mahasin Jamaluddin Yusuf
Ibnu Saifuddin yang terkenal dengan nama Ibnu Taghri Bardi berkata dalam
yaitu Syaikh Imam al-’Allamah’ Imaduddin Abu al-Fida’ merupakan ulama yang
banyak berkarya, terus bekerja, meraup ilmu dan menulis, pakar dalam bidang
menyampaikan hadis dan menulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam
ilmu hadis, tafsir, fiqih, bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan
fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, semoga Allah merahmati beliau. Beliau
dikenal sebagai ulama yang memiliki hafalan yang kuat dan tulisan yang bagus.
Kemudian al-Suyu>ti juga menilai Ibnu Kas\i>r dan kitab tafsirnya sebagai
bukti keahlian ibnu Kas\ir> dengan kitab tafsirnya yaitu: al-Suyu>ti berkata: Tafsir
Ibnu Kas\ir> merupakan karya yang tidak ada duanya. belum pernah ditemukan
kitab tafsir yang sistematik dan karateristiknya menyamai kitab tafsir ini.34
B. Abu H{ayyan
1. Biografi Abu H\\{ayyan
Nama lengkap Abu H{ayyan penyusun kitab Tafsir al-Bah{r al-Muhi>t
adalah Abu Abdillah As\iruddin Muhammad bin Yusuf bin Ali bin H{ayyan al-
32
Syaikh Manna al-Qat}t}an, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Cet. X; Jakarta: Pustaka
Kausar, 2014), h. 478.
33
Abul Mah{asin Jamaluddin Yu>suf Ibnu Saifuddin (Ibnu Taghri> al-Bardi>), Al-Manhalu
al-S{a>fi> wa al-Mustaufa ba’da al-Wa>fi>, Juz I, h. 177.
34
Rasihan Anwar, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-T{abari>y dan Tafsir
Ibnu Kas\i>r, (Cet. I, Bandung; CV Pustaka Setia, 1999 M), h. 74.
i
14
syawal 654 H/1256 M dan wafat di Mesir pada tahun 745 H/1344 M. Ia adalah
seorang ulama besar dalam beberapa disiplin ilmu seperti hadis, tafsir, bahasa
arab, qira’at, adab dan sejarah. Abu H{ayyan dipandang sebagai ulama yang
bermazhab syafi’i dalam masalah furu’, berakidah yang benar dan bebas dari
Abu H{ayyan adalah seorang ulama yang berwawasan luas dan suka
Ia berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk belajar pada ulama
terkenal. Ia belajar hadis di Andalusia dan Afrika, dan ia belajar ilmu qira’at
kepada Abdun Nashir bin Ali al-Maryuthi di Iskandariyah. Ia pandai mengubah
syair dan banyak menulis qasidah syair dan puisi muwasysyahat. Ia amat
mengagumi Sibawayh, tokoh nahwu. Mulanya ia berhubungan baik dengan Ibnu
35
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bah{r al-Muh{it> fi al-Tafsi>r, (Beirut: Da>r al-Fikr,
1420), h. 4.
36
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2016) h.
107
37
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 4.
i
15
membantah rwayat dari syeiknya ini. Hal ini dilaporkan kepada sultan yang
Andalas. Pada saat itu awalnya beliau berpaling dari pada ilmu-ilmu aqliyah
seperti Falsafah, Mantiq dan Ilmu Kalam dan Astrologi dan sebagainya. Menurut
Andalus merosost dan sesat. Obsesi ini berdalih bahwa menggunakan ilmu
falsafah dapat menyibukkan diri dalam ilmu tersebut yang bersifat dengan zindiq.
Dan itulah yang dikatakan oleh pentahqiq bahwa Abu H{ayyan semasa di Andalus
mempunyai aqidah yang selamat. Berkata Ibn Hajar dalam Kitabnya al-Darar
tentang aqidah Abu H{ayyan: beliau adalah boleh dipercaya, hujjah yang dhabit
dan selamat dari pada ikutan falsafah dan i’tizal dan tajsim.
Imam Malik. Dalam satu riwayat didalam kitab-kitab tabaqat dan juga sejarah
mengatakan beliau bertukar-tukar mazhab berbilang-bilang yaitu mazhab maliki,
zaihiri dan yang terakhir bermazhabkan syafi’i. Selepas sampai di mesir beliau
mengikuti mazhab syafi’i dan mengarang kitab al-Wahaj fi Ikhtisar al-Minhaj.
Minhaj adalah karangan Imam Nawawi beliau juga mensyarahkan mazhab dalam
fiqh Syafi’i, kebanyakan pandangan-pandangan di dalam Kitab tafsirnya di ambil
sebagai berikut:
1) Bidang Tafsir seperti Bahrul Muhit dan Nahrul Mad
38
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 107-108.
i
16
al-Bah{r al-Muh}it> . Bahwa Abu H{ayyan menulis karyanya ini karena beliau sadar
bahwasanya segala keilmuan yang ada di dunia ini adalah penting terutama
kebahagiaan. Dimana kebahagiaan disini bisa diraih dengan ilmu, utamanya ilmu
yang berkaitan tentang kitab Allah yaitu Ilmu Tafsir dan menafsirkan al-Qur’an,
maka dari itu, Abu H{ayyan sangat menekuni berbagai cabang ilmu yang akhirnya
bisa melahirkan tafsir al-Bah{r al-Muh{it> .39
tahun sewaktu menjadi pengajar tafsir di kubah sultan al-Malik al-Manshur. kitab
ini dituliskannya bukan karena ingin mendapat penghargaan dari manusia tapi
terkenal dimasa hidup penulis dan rujukan para ulama dan para pencinta ilmu
39
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 109.
i
17
ilmu nahwu yang dianalisis dan ada yang dibantah oleh Abu Hayyan. Karena
banyaknya pembahasan nahwu di dalamnya, kitab tafsir ini dianggap lebih cocok
susunan Abu H{ayyan tersebut adalah al-Bah{r al-Muh{it> . Tafsir al-Bah{r al-Muh{it>
1. Isi Kitab
delapan juz ada sembilan juz (satu juz untuk al-Faharis) dan ada sepuluh
juz.Adapun yang terdiri dari delapan juz, warna sampulnya yaitu hijau,
diterbitkan oleh Da>r al-Fikr pada tahun 1978 M/1398 H.Adapun yang terdiri dari
sembilan juz, warna sampulnya yaitu biru tua, diterbitkan oleh Da>r al-Kutub al-
Ilmiyah Beirut pada tahun 1992 M/1413 H.Sedangkan yang terdri dari sepuluh
juz, warna sampulnya yaitu hitam, juga diterbitkan oleh Da>r al-Fikr beirut pada
tahun 1992 M/1412 H.
Adapun pembagian dari isi kitab al-Bahr al-Muhit adalah sebagai berikut:
a. Juz 1, surah al-Fatih}ah dan surah al-Baqarah sampai ayat 141
d. Juz IV, surah an-Nisa dari ayat 87 sampai akhir, surah al-Maidah dan
surah al-An’am
40
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 110.
41
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 60.
i
18
f. Juz VI, surah Yunus, surah Hud, surah Yusuf, surah al-Ra’d, surah
g. Juz VII, surah al-Isra, surah al-Kahfi, surah Maryam, surah Thaha, surah
h. Juz VIII, surah an-Nur, surah al-Furqan, surah asy-Syuara’, surah an-
i. Juz IX, surah fathir, surah Yasin, surah as-Shaffat, surah Shad, surah al-
42
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 109.
i
19
melalui lisan semata. Lawan dari al-Hamd adalah al-Idzan yang berarti celaan.
Fiil dari al-Hamd yaitu hamida. Al-Hamd searti dengan al-Syukr atau al-Hamd
b. Pendekatan Qira’at
Aba Hayah, dan Ibn Abi Ablah membacanya dengan men-dhammahmim jadi
dibaca al-Jumu’ah. Sedang riwayat yang bersumber dari Abi Amr, Zaid bin Ali
dan al-A’masy dibaca dengan men-sukun huruf mim jadi dibaca al-Jum’ah.43
c. Pendekatan Fiqhi
ِﻗﳰُﻮا:]َ ُ ْﲂ ﻓَﺎ َذا ْاﻃ َﻤ]_ﻧَ^ ْ ُ ْﱲ ﻓaِ ﺎ ًﻣﺎ َوﻗُ ُﻌﻮدًا َو َ َﲆ ُﺟ?ُﻮeَ ِﻗTا َ ﻓَﺎ َذا ﻗَﻀَ ْﯿ ُ ُﱲ اﻟﺼ َﻼ َة ﻓَ ْﺎذ ُﻛ ُﺮوا
ًgاﻟﺼ َﻼ َة ان اﻟﺼ َﻼ َة َﰷﻧ َْﺖ َ َﲆ اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِ? َﲔ ِﻛ َﺘ ًﺎ> َﻣ ْﻮﻗُﻮ
Terjemahnya:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.
43
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 554.
i
20
dianatara pemahaman ulama mazhab empat, seperti Imam Syafi’i dan Abu
Hanifah. Dalam hal ini, Syafi’i memahami akan wajibnya shalat apabila waktu
shalat telah tiba, sekalipun dalam keadaan perang, dan shalat tersebut wajib di
qadha (diganti) apabila keadaan telah aman. Berbeda dengan Abu Hanifah, ia
Mengenai contoh dari penafsiran secara ra’yi, maka dapat dilihat dari
madzhab empat diatas ketika menafsirkan QS al-Nisa 4: 103. Dan adapun contoh
untuk penafsiran secara ma’tsur, maka dapat di lihat pada penafsiran kata as-
Shalat yang pertama pada yang terdapat pada QS al-Nisa 4: 103 diatas.
melaksanakan shalat dengan berdiri bagi orang sehat dan duduk bagi yang tak
sanggup berdiri dan berbaring bagi yang terluka, sakit dan tak sanggup duduk.
Bila perang telah usai, keadaan aman, maka shalat dilakukan seperti shalat safar
tidak seperti shalat al-Khauf. Dan bila sudah kembali ke kampung halaman, maka
4. Penilaian Ulama
Kitab tafsir al-Bahr al-Muhit merupakan tafsir yang secara jujur
menyebutkan sumber-sumber rujukan kutipannya dalam masalah-masalah i’rab
44
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 113-114.
i
21
Kita tidak dapati didalamnya banyak hal yang ada dalam sejumlah tafsir bi al-
Ra’yi, tetapi tafsir ini hanya sedikit menaruh perhatian pada hadis Nabi karena
tafsir al-Bahr al-Muhit sebagai satu kitab yang harus dimiliki peneliti al-Qur’an
dan harus tersedia di perpustakaan sebab Abu Hayyan adalah salah seorang
ulama besar dalam bahasa Arab, tafsir, hadis, dan ilmu bahasa.46
45
Shubhi Shalih, Maba>his\ fi Ulu>m al-Qur’an (Beirut: Da>r al-Ilm li al-Malayin, 1985) h.
297.
46
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 117.
i
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Isma>’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kas\ir al-Bas}ri> al-Dimasyqi> ‘Ima>duddi>n Abu
al-Fida>’ al-H{a>fiz} al-Muh}addis\ al-Sya>fi’i>. Lahir pada tahun 700 H ada yang
mengatakan 705 H, dan ada pula yang mengatakan 701 H (1302 M). Dan
3. Kitab Tafsir Ibnu Kas\i\>r, disebutkan bahwa cara yang digunakan dalam
mengambil dalil-dalil dari al-Qur’an, dari al-Sunnah atau hadis, dari aqwa>l
4. Kitab al-Bah{r al-Muh{it> ditulis oleh Abu H{ayyan ketika ia berusia 57 tahun
sewaktu menjadi pengajar tafsir di kubah sultan al-Malik al-Manshur. kitab
sudah terkenal dimasa hidup penulis dan rujukan para ulama dan para
pencinta ilmu pengetahuan disepanjang masa yang silih berganti khususnya
i
23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a>n al-Kari>m
Abdullah, Mawardi. Ulumul Qur’an, Pustaka Pelajar:Yogyakarta, 2011.
Abu> Abdillah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid I
Semarang: Toha Putra, t.th.
Abu> al-Fada>i Isma>’i>l bin ‘Umar al-Qura>syi> al-Damasyqi>, Tafsi>r al-Qur’an al-
‘Az{i>m, Juz I, (Cet. II; Da>r al-T{aibah Li al-Nisyri> Wa al-Tauzi’i), h. 12.
Anwar, Rasihan. Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-Tabari>y dan
Tafsir Ibnu Kas\ir. Cet. I, Bandung; CV Pustaka Setia, 1999 M.
al-Qattan, Manna’. Mabahis\ Fi Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Dar al-Mansyurat al-
Haditsah, 1973.
al-Qattan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Cet. X; Jakarta:
Pustaka Kausar, 2014.
al-Rifa’i, Muhammad Nusaib. Tafsiral-Ali al-Qadir li Ikhtisar Tafa>sir Ibnu Kas\ir.
Juz I t.tp; Muktabah Ma’rif, 1819 M.
al-Sabuniy, Muhammad ‘Ali. al-Tibya>n Fi Ulum al-Qur’a>n, diterjemahkan oleh
Muhammad Qadirun Nur dengan judul Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis
Jakarta: Pustaka Amani, t.th.
al-Z{arqa>ni, Muh}ammah ‘Abd al-‘Az{i>m Mana>hil al-‘Urfa>ni Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an.
Cet. I; Baerut: Da>r al-Fikr, 1996.
al-Z{ahabi, Muhammad Husain. Tafsir al-Mufassirun. Juz II. Kairo: Dar al-Kutub
al-Ha>dis\ah, 1976H.
Ibn Kas|i\ r\> , Abu al-Fida Ismail. Terj. Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, Semarang:
Toha Putra, t.th.
Khalid, Rusydi. Mengkaji Metode Para Mufassir. Jakarta: Mazhab Ciputat, 2016.
Nasution, Harun, dalam Ibn Katsi\ret.al., Ensiklopedi Islam Indonesia,
Jakarta: Djambatan, 1992.
Shalih, Shubhi.Maba>his\ fi Ulu>m al-Qur’an, Beirut: Da>r al-Ilm li al-Malayin,
1985.
Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Katsir. Jilid I, Terbitan
Pustaka Ibnu Katsir.
Umar, Ali Muhammad. T{abaqat al-Mufassirin. t.tp: Maktabah Wahabah Abadan,
1392 H / 1972 M.
Yusuf Ibnu Saifuddin,Abu al-Mah{asin Jamaluddin, Ibnu Taghri> al-Bardi>. Al-
Manhalu al-S{a>fi> wa al-Mustaufa ba’da al-Wa>fi>, Juz I.
Yusuf, Abu Hayyan Muhammad. al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r. Beirut: Da>r al-
Fikr, 1420.