Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN TAFSIR ABAD VIII

(Tafsir al-Qur’a>n al-‘Az}i>m dan Tafsir al-Bah}r al-Muh}i>t)}

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Sejarah PerkembanganTafsir

Oleh

CHALID

80600220002

Dosen Pemandu

Dr. Hj. Rahmi Damis, M.Ag.

Dr. Daming K, M. Ag.

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara garis besar, para ulama telah membagi jenis tafsir kepada empat

bagian. Pertama, tafsir Tah}li>li, kedua, tafsirIjma>li. Ketiga, tafsir Muqa>ran. Dan

keempat, tafsir Maudu>’i. Khusus untuk jenis tafsir yang pertama, ada beberapa

macam yang tercakup di dalamnya. Seperti, tafsirbi al-Matsu>r, tafsirbi al-Ra’yi,

dan tafsir al-Su>fi.

Dari sekian banyak jenis tafsir, tentu berbeda pula metode dalam

penafsiran dan penyusunan karyanya. Hampir semua pengarang tafsirTah}li>li,

banyak dilakukan oleh para mufassir klasik. Begitu juga untuk jenis ke dua dan

ketiga. Sementara untuk jenis yang terakhir, metode tafsir ini baru dilakukan

sekitar abad 20-an. Tafsir al-Qur’an sendiri yang bermula dari Rasulullah hingga

sekarang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh penafsir yang banyak sekali dan

ahli dalam bidang masing-masing. Secara umum ini disebabkan karena semakin

beragamnya masalah yang ada disekitar masyarakat yang itu membutuhkan


solusi. Akhirnya muncullah tokoh-tokoh penafsir yang lahir di daerahnya masing-

masing. Salah satu tokoh penafsir yang akan dibahas adalah Ibnu Kas\ir> dan Abu
Hayyan.

i
2

B. Rumusan Masalah
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mencoba untuk mengetahui

lebih jauh mengenai sosok Ibnu Kas\ir\ dan Abu Hayyan dan metode tafsirnya.

Supaya tidak terlalu melebar, penulis mencoba membatasi pembahasan ini dalam

beberapa poin dengan berangkat dari rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi dan perjalanan hidup Ibnu Kas\i>r dan Abu Hayyan

dalam mencari ilmu?

2. Bagaimana sejarah penulisan tafsir Ibnu Kas\ir> dan Abu Hayyan?

3. Bagaimana metode dan corak tafsir dalam kitab Ibnu Kas\i>r dan Abu

Hayyan?

i
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ibnu Kas\i>r
1. Biografi Ibnu Kas\i>r
Dalam khazanah disiplin ilmu-ilmu al-Qur’an, dikenal dua tokoh dengan

nama Ibnu Kas\ir. Pertama, Ibnu Kas\ir dengan nama lengkap Abu> Muhammad bin

Abdullah bi Kas\i>r al-Da>r al-Makki>y yang lahir dimekah pada tahun 45 H/ 665 M.

Ia adalah generasi ulama pada generasi tabi’in yang dikenal sebagai salah seorang

Imam Tujuh dalam Qira’ah Saba’ah (Bacaan yang tujuh).1

Kedua adalah Isma>’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kas\ir al-Bas}ri> al-Dimasyqi>

‘Ima>duddi>n Abu al-Fida>’ al-H{a>fiz} al-Muh}addis\ al-Sya>fi’i>.2Lahir pada tahun 700

H,3 ada yang mengatakan 705 H,4 dan ada pula yang mengatakan701 H (1302

M). Dan wafat pada 774 H.Lahir di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah. Ayah

beliau adalah seorang khatib di kota itu. Ayahnya meninggal ketika beliau baru

berusia empat tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakaknya, Syaikh Abdul

Wah}h{ab> dan dialah yang mendidik beliau di usia dininya. Kemudian beliau
pindah ke Damsyik, negeri Syam pada tahun 706H, ketika beliau berusia lima

tahun.5

1
Makalah dipresentasikan oleh Abdul Rahman dalam Mata Kuliah Kajian Teks Tafsir
(Tinjauan Metode Tafsir Ibnu kas\ir, al-Qurthubi, dan al-T{abari dalam Surah al-Nashr) pada
Tahun 2014/2015. h. 6.
2
Abu> al-Fada>i Isma>’i>l bin ‘Umar al-Qura>syi> al-Damasyqi>, Tafsi>r al-Qur’an al-‘Az{i>m, Juz
I, (Cet. II; Da>r al-T{aibah Li al-Nisyri> Wa al-Tauzi’i), h. 12.
3
Isma’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kasir al-Basri, Terj. Tafsir Ibn Kasir, (Cet. IV; Pustaka
Imam al-Syafi’i, 2005), Juz I, h. 21.
4
Muh}ammah ‘Abdal-‘Az{i>m al-Z{arqa>ni, Mana>hil al-‘Urfa>ni Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an (Cet. I;
Baerut: Da>r al-Fikr, 1996), h. 23.
5
Syaikh Abdal-Qadir al-Arnaut}h, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Terbitan
Pustaka Ibnu Kas\ir, t.th),h. 21.

i
4

Dalam keadaan demikian, beliau diasuh oleh seorang guru terkemuka

yaitu Burhan al-Din al-Fazari, salah seorang ulama tafsir yang bermazhab

Syafi’i, tetapi pola pikirnya banyak dipengaruhi oleh Ibn Taimiyah. Dengan

perantara Burhan al-Din al-Fazari inilah Ibn Kas\i>r dapat berguru pada Ibn

Taimiyah.

Di samping Ibn Kas\i r berguru pada Burhan al-Din al-Fazari dan Ibn

Taimiyah, beliau juga berguru pada Jamal al-Din al-Mizzi, Ibn Syuhbah,

Ibn Asakir dan lain-lain. 6Dengan banyaknya beliau berguru, sehingga

menjadikan dirinya menguasai berbagai disiplin ilmu. Khususnya tafsir dan

ilmu tafsir.

Pada tahun 764 H/1365 M, Ibn Kas\i>r membela mati-matian Qadhi Qudrat

Taj al-Din yang dituduh melakukan beberapa penyelewengan, sehingga Gubernur

Mangkali Bughah membentuk sebuah komisi penyelidik dan Ibn Kas\i>r dianugrahi

jabatan imam dan guru besar tafsir di Mesjid negara pada bulan syawal 767 H /

1366 M.7

Predikat al-Busrawi sering dicamtumkan dibelakang namanya karena ia


lahir di Basrah, dan predikat al-Syafi’i karena berkaitan dengan

mazhabnya.8walau dalam hukum fiqih, Ibn Kas\i>r bermazhab Syafiiyah, beliau


ternyata tidak menjadikan halangan untuk belajar ilmu keislaman dari Ibn

Taimiyah.9 Bahkan lebih jauh lagi, beliau dengan ikhlas menerima fitnahan dan
siksaan disebabkan Ibn Taimiyah sebagai gurunya banyak mendapat sorotan dari

pihak penguasa.
6
Muhammad Husain al-Zahabiy, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Juz I, (Cet.II; t.p., 1396
H/1976 M), h.242.
7
Muhammad Husain al-Zahabiy, al-Tafsir Wa al-Mufassirun, Juz I,h.243.
8
Muhammad Nusaib al-Rifa’i, Tafsiral-A<li al-Qadir li Ikhtisa>r Tafsi>r Ibnu Kas\ir, Juz I
(t.tp; Maktabah Ma’rif, 1819 M ) h.11.
9
Ibnu Kas\i>r, dalam Harun Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 1992), h. 366.

i
5

2. Sejarah Penulisan Tafsir Ibnu Kas\i >r


Tafsir Ibn Kas\i >r adalah nama lain dari Tafsir al-Qur’an al-
Az{i m .Para penulis sejarah tafsir al-Qur’a>n seperti Muhammad H{usain al-
Z|ahabi dan Muhammad ‘Ali al-Sabu>n i menyebut tafsir karya ibnu Kas\i >r ini

dengan nama Tafsir al-Quran al-‘Az{i m . Kitab ini pertama kali diterbitkan

di Kairo oleh penerbit Ma’alim al-Tafsi>r al-Baga>wi pada tahun 1342

H/1923 M. Kemudian diterbitkan oleh Da>r al-Fikr Li al-Taba’at Wa al-

Nasy Wa al-Tawziy dalam 4 juz besar pada tahun 1983.

Pada mulanya buku ini ditulis dengan sepuluh jilid, tapi kemudian

dicetak dengan empat jilid dengan jilidan yang sangat tebal. Tafsir ini

disusun oleh Ibnu Kas\i >r berdasarkan sistematika tertib susunan ayat-ayat

dan surat-surat dalam mushaf al-Quran yang lazim disebut sebagai

sistematika tertib mushafi. Secara rinci kandungan dan urutan tafsir yang

terdiri dari empat jilid ini ialah Jilid I, dari surat al-Fatih{ah sampai surat

al-Nisa>. Tebal: 552 halaman, Jilid II, dari surat al-Maidah sampai surat al-

Nahl. Tebal: 573 halaman, Jilid III, dari surat al-Isra> sampai surat Yaasiin.
Tebal: 558 halaman dan Jilid IV, dari surat as-Sha>fat sampai surat an-Na>s .

Tebal:580 halaman.
Pada tahun 1991 Mahmud Hasan merevisi penerbitannya dengan

menambahkan sedikit komentar. 10 Di Indonesia, kitab Tafsir Ibnu Kas\i >\r ini
juga telah diterbitkan oleh Toha Putra Semarang dengan jumlah empat jilid

besar, yang mencakup tiga puluh juz.

Dalam pendahuluan kitab Tafsir Ibnu Kas\i >\r, disebutkan bahwa cara

yang digunakan dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an

10
Tafsir, dalam Tim Penyusun Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam (Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1992), h.392.

i
6

adalahcorakbi al-ma’tsur. Yakni, mengambil dalil-dalil dari al-Qur’an, dari

al-Sunnah atau hadis, dari aqwa>l al-S{aha>b ah dan tabi’in . 11

3. Metodologi Penulisan Tafsir al-Qur'an al-Az}i m Karya Ibnu Kas\i >r


Tafsir al-Qur'an al-Az}i m ini dapat digolongkan sebagai salah satu
tafsir dengan metode tah}l i>l i> (analitis). Karena dalam menafsirkan setiap

ayat, Ibnu Kas\i >r menjelaskannya secara rinci dengan mencantumkan

beberapa periwayatan yang digunakan sebagai pendukung dari

argumentasinya.

Adapun yang dimaksud dengan metode tah}l i>l i>adalah menafsirkan

ayat-ayat al-Qur’a>n dengan memaparkan ayat-ayat al-Qur’a>n dan

memaparkan berbagai aspek yang terkandung didalam ayat-ayat yang

sedang ditafsirkan itu, serta menerangkan makna-makna yang tercakup

didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan dari mufassir yang

menafsirkan ayat-ayat tersebut. 12

Contoh-contoh penafsiran Ibnu Kas\i >\r dalam mengiterpretasikan

ayat-ayat al-Qur’an adalah sebagai berikut:


a. Penafsiran ayat dengan ayat. 13 Misalnya QS.al-Baqarah/2: 37 sebagai

berikut:

ُ ‫ﺎب َﻠ َ ْﯿ ِﻪ اﻧ ُﻪ ﻫ َُﻮ اﻟﺘ ﻮ‬


‫اب اﻟﺮ ِﺣ ُﲓ‬ ٍ ‫ ٓ َد ُم ِﻣ ْﻦ َرﺑِ ّ ِﻪ َ ِﳇ َﻤ‬% ‫ﻓ َ َﻠ َﻘﻰ‬
َ َ َ ‫ﺎت ﻓ‬
Terjemahnya;
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya; sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang. 14

11
Abu al-Fida> Ismail Ibn Kas\ir\> , Terj. Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz I, (Semarang: Toha
Putra, t.th), h.3-4.
12
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an,(Pustaka Pelajar:Yogyakarta, 2011), h. 168
13
Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, Juz I, h.81.
14
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, (Cet.
II; Ciputat: Lentera Hati, 1434H./ 2012M), h.54.

i
7

Dalam tafsir Ibn Kas\i >\r, ditemukan interpretasi bahwa yang di-

maksud Allah swt. dengan ( ‫ )ﳇـﲈت‬dalam ayat tersebut adalah firman Allah
dalam swt. dalamQS. al-A’ra> f/7:23 sebagai berikut:

ِ ِ ,ْ‫َﻦ ِﻣ َﻦ اﻟ‬-‫َ ْﺮ َ ْﲪ ﻨَﺎ ﻟ َﻨَ ُﻜ ﻮ‬1‫ ﻨَﺎ َوا ْن ﻟ َ ْﻢ ﺗ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟ َﻨَﺎ َو‬8‫ﻧ ْ ُﻔ َﺴ‬:% ‫ﻗَ َﺎﻻ َرﺑ ﻨَﺎ َﻇ ﻠ َ ْﻤ ﻨَﺎ‬
‫َﺎﴎ َ*ﻦ‬
Terjemahnya:
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi’. 15
b. Penafsiran ayat dengan hadis. 16 Misalnya QS. al-Baqarah/2: 3
… ‫ﻮن ِ>ﻟْﻐَ ْﯿ ِﺐ‬
َ ُ?‫ َ*ﻦ ﯾ ُ ْﺆ ِﻣ‬B‫ِا‬
Terjemahnya:
‘Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. 17
Tafsir Ibn Kas\i >r, mengiterpretasikan kalimat “ ‫”ﻳﺆﻣﻨــﻮن ﻟﻐﻴــﺐ‬
dengan hadis sebagai berikut:

‫ﺣــﺪﺛﻨﺎ ﻣﺴــﺪد ﻗــﺎل ﺣــﺪﺛﻨﺎ إﲰﺎﻋﻴــﻞ ﺑــﻦ إﺑـﺮاﻫﻴﻢ ﻗــﺎل أﺧــﱪ اﻟﺘﻴﻤــﻲ ﻋــﻦ أﰊ ﻫﺮﻳــﺮة‬
‫ﻩ ﺟﱪﻳﻞ ﻓﻘﺎل‬.‫ ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻲ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رزا ﻳﻮﻣﺎ ﰲ اﻟﻨﺎس ﻓﺄ‬: ‫ﻗﺎل‬
‫ اﻹﳝﺎن ﻷن ﺗﺆﻣﻦ = وﻣﻼﺋﻜﺘﻪ وﺑﻠﻘﺎﺋﻬﻮرﺳﻮﻟﻪ وﺗﺆﻣﻦ ﻟﺒﻌﺚ‬: ‫ﻣﺎ اﻹﳝﺎن ﻗﺎل‬
Artinya:
‘Musaddad menceritakan kepada kami, Isma’il ibn Ibrahim
menceritkan kepada kami, Abu hayyan al-Taymiy menceritakan
kepada kami dari Abu Hurayrah berkata; bahwa suatu hari Nabi saw
berada di tengah-tengah sahabatnya dan secara tiba-tiba datang
seorang laki-laki (yaitu Malaikat Jibril) dan berkata (kepada Nabi):
Terangkan kepadaku tentang iman. Nabi saw menjawab: Iman itu
adalah engkau percaya kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, hari
kemudian, kepada Rasul-Nya dan kepada hari kebangkitan. 18

15
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, h.153.
16
Contoh yang dikemukakan berikut ini, lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Kas\ir\> ,Tafsir al-
Qur’an al-‘Azim, Juz I,h. 15.
17
Terjemahan makna disusun oleh M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya, h. 2.
18
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid I (Semarang:
Toha Putra, t.th), h. 18.

i
8

Jadi, ketika Ibn Kas\i >\r tidak menemukan penafsiran ayat, dengan

ayat (al-Qur’an dengan al-Qur’an) maka barulah beliau menafsirkan ayat

tersebut dengan hadis. Tetapi, kalaupun Tidak menemukannya pula dalam

hadis, barulah beliau menafsirkan ayat dengan pendapat sahabat atau

tabi’in.

Ibnu Kas\i >\r setelah menampilkan ayat-ayat, atau hadis, atau fatwa

sahabat dan tabi’in sebagai interpretasi ayat, barulah beliau

mengemukakan interpretasinya sendiri dengan menjelaskan kandungan

ayat, atau hadis, atau fatwa sahabat dan tabi’in. Dengan demikian tafsir

Ibn Kas\i >\r, tergolong sebagai tafsir bi al-Ma’ts\u r.

Memang tafsir Ibnu Kas\i \>r tergolong dalam deretan tafsirbial-

Ma’ts\u r. Bahkan al-Z|ahabi memposisikannya sebagai kitab tafsir bial-

Ma’tsur yang kedua setelah kitab Tafsir al-Thabari. 19

Metode bial-Ma’tsur yang dugunakan Ibnu Kas\i >\r tersebut,

menandakan bahwa kitab tafsir ini sangat patut diperpedomani dalam

mengiterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an. Di samping itu, beliau juga


menggunakan beberapa kaidah tafsir yang umumnya para mufassir

menggunakannya. Yakni sebagai berikut:


a. Mengemukakan keutamaan surah. Misalnya, ketika menafsirkan ayat-

ayat yang terdapat dalam surah al-Fatihah, Ibnu Kas\i >\r mengemukakan
pula keutamaan surah tersebut. 20

b. Menyebutkan qira’ah. 21 Misalnya; firman Allah swt dalam QS. al-

Fatihah/1:6 “ ‫”إﻫـﺪ اﻟﺼـﺮاط اﳌﺴـﺘﻘﻴﻢ‬. Ibn Kas\>i\r mengemukakan bahwa

19
Muh{ammad H{usain al-Z{ahabi, Tafsir al-Mufassirun, Juz II, h.18.
20
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-‘Az{im, Juz I,.h.9.
21
Qira’ah yang dimaksud disini adalah salah satu mazhab atau aliran pengucapan al-
Qur’an yang dipilih oleh iman qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda mazhab lainnya. Uraian

i
9

kalimat “ ‫ ”اﻟﺼـﺮاط‬boleh dibaca “‫ ”اﻟـﺰراط‬tetapi lebih dibaca “ ‫”اﻟﺼـﺮاط‬


karena bacaan ini adalah pendapat jumhur ulama. 22

c. Mengemukakan kaedah-kaedah nahwu. Misalnya, QS. al-Fatihah/1:7

(‫)ﺻ ـﺮاط اﻟــﺬﻳﻦ اﻧﻌﻤــﺖ ﻋﻠــﻴﻬﻢ ﻏــﲑ اﳌﻐﻀــﻮت ﻋﻠــﻴﻬﻢ وﻟﻀــﺎﻟﲔ‬Ibn Kas\i>\r
menyatakan bahwa; kalimat ‫ ﺻـﺮاط ا ﻟـﺬﻳﻦ اﻧﻌ ﻤـﺖ ﻋ ﻠـﻴﻬﻢ‬adalah badal

dari kalimat ayat sebelumnya. Yakni, ‫إﻫﺪ اﻟﺼﺮاط اﳌﺴﺘﻘﻴﻢ‬. 23

d. Menyebutkan kategori surah yang ditafsirkan. Misalnya, surah al-

Baqarah (2) adalah Madaniyah, 24 demikian pula surah-surah lainnya.

Pengklasifikasian tersebut dikemukakannya semua surah (114 surah)

yang terdapat dalam al-Qur’an.

Dari uraian di atas, dapat diketahui beberapa keistimewaan yang

dimiliki Tafsir Ibnu Kas\>i \r yang antara lain; interpretasinya dapat dijadikan

hujjah, karena berdasarkan dalil-dalil yang kuat. Yakni, dalil-dalil yang

bersumber dari al-Qur’an, hadis, pendapat sahabat dan tabi’in.

Adapun sikap Ibnu Kas\i >r terhadap permasalahan israiliyat sama

dengan gurunya yakni Ibn Taymiyyah, akan tetapi Ibnu Kas\i >r lebih tegas
dalam menghadapi masalah ini. Sebagaimana ulama yang lain, Ibnu Kas\i >\r

mengklasifikasikan israiliyat ke dalam tiga jenis. Pertama, riwayat yang


shahih dan kita harus meyakininya. Pendeknya, riwayat israiliyat tersebut

sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh syari’at Islam. Kedua, riwayat yang
bersebrangan dengan Islam, berarti kewajiban untuk ditolak, karena

riwayat ini adalah riwayat dusta. Ketiga, riwayat yang tawaquf

lebih lanjut, lihat Manna’ al-Qattan, Mabahis\ Fi Ulum al-Qur’a>n (Beirut: Dar al-Mansyurat al-
Haditsah, 1973), h. 170.
22
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.26.
23
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.28.
24
Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r,Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,h.35.

i
10

ditangguhkan. Hal ini menuntut sikap untuk tidak meyakini 100 % dan

menolak 100%. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, “kabarkanlah oleh

kamu tentang bani Israil karena hal itu tidak mengapa bagi kamu“. Dan

hadits lain, “janganlah kamu sekalian membenarkan mereka, juga jangan

mendustakan mereka”. Untuk poin yang pertama dan kedua ibnu Kas\i >r

sepakat dengan ulama yang lain tapi untuk poin ketiga Ibnu Kas\i >\r kurang

sepakat dalam tatanan realitanya. hal ini bisa kita cermati, ketika beliau

banyak mengedepankan tentang larangan periwatan israiliyat yang Ia

suguhkan dalam metode tafsirnya. 25

Imam Ibnu Kas\ir> juga banyak melontarkan kritik terhadap riwayat

israiliyat, karena riwayat ini kurang mempunyai faidah baik itu dalam

permasalah keduniaan maupun problematika keagamaan. Berbagai cara ia

gunakan dalam menghadapi riwayat ini. Seperti, tidak menyebutkan riwayat ini

dan kalaupun ia ungkapkan ia sandarkan kepada orang yang mengatakannya.

Lalu ia diskusikan dan menjelaskan kelemahan serta sisi kekurangan riwayat

israiliyat tersebut.26

25
Pada dasarnya, Israiliyat ialah kisah, cerita, yang bersumber dari bani israil. (keturunan
Nabi Ya’kub As). Kata ini mempunyai perluasan makna, seiring dengan berkembangnya waktu.
Kalimat ini tidak terbatas pada orabf yahudi saja. Tapi juga kepada orang nashrani beserta konco-
konconya. Ulama tafsir dan hadits menggunakan istilah ini karena banyak sekjali kisah-kisah
yang bersunber darinya yang telah menggerogoti kemurnian ajaran islam. Makanya, istilah ini
tidak hanya sebatas pemahaman dulu , tapi juga penggerogotan dan propaganda serta
penyelewengan dalam tafsir dan hadits di era sekarang. Lihat Jamal Mushtafa Abdul Hamid
Abdul Wahab al-Najar “us}ul al-dakhil fî al-tafsi>r al-tanzi>l”
26
Berbagai istilah Ia ungkapkan dalam menolak israiliyat ini, seperti, riwayat israiliyat
itu bathil tidak sahih, ia tidak mengungkapkannya karena hawatir terlalu bertele-tele, tidak ada
manfatnya, dan lain-lain. Lihat Abu al-Fida Ismail Ibn Katsi\r, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I,
h.29-31.

i
11

4. Karya-Karya Ibn Kas\i\r


Karya-karya terpenting yang diwariskan oleh Ibn Kas\i >\r antara lain;

1) Al-BidayahWa al-Nihayahsebuah karya mengenai sejarah. 27 Dalam

bidang hadis beliau menulis; 2)Kitab al-Takmi>l yang berisi daftar nama-

nama ulama hadis kurun pertama, 28 3) Kitab al-Jami’ yang memuat hadis-

hadis dari riwayat Musnad Ahmad bin Hanbal, al-Kutub al-Sittah dan

kitab-kitab hadis lainnya, 4)Kitab al-Mukhtasar berisi ringkasan

muqaddimah al-‘Ilm al-Hadi>s \k arya Ibn S{alah, 5) Syarah Shahih Bukhari

tetapi tidak sempat diselesaikan, kemudian kitab syarahan ini dilanjutkan

oleh Ibn Hajar al-Asqalani. Selain itu ditemukan pula hasil karyanya dalam

bidang Tafsir. Termasuk di dalam Kitab Tafsir al-Qur’an al-Azim yang

lazim disebut dengan namaTafsir Ibn Katsi\r. 29 Karya-karya Ibn Katsi\r

tersebut sampai saat ini masih ditemukan.

Ibnu Kas\ir\> memiliki kemampuan untuk membedakan hadis-hadis yang

sahih dan dhaif.30 Karenanya beliau banyak mengutip hadis-hadis yang

dianggapnya sahih. Demikianlah sosok Ibnu Kas\i>r\ sebagai mufassir sekaligus


muhaddis yang menguasai berbagai disiplin ilmu.

27
Dalam bidang sejarah, cuplikan pilihan dari al-Bidayah waal-Nihayah. Lihat; Manna’
Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS., (Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2011), h. 527.
28
Buku ini adalah rujukan dalam ilmu hadist serta untuk mengetahui jarh wa ta’dil. karya
ini adalah karya gabungan dua karya imam Dzahabi yaitu Tahdzi>bu al-Kama>l fi Asma>’i al-Rija> l
dan Miza>n al-I’tida>l fi Naqd al-Rija>l dengan tambahan dalam jarh wa ta’dil.
29
Lihat Ali Muhammad Umar, T{abaqat al-Mufassirin (t.tp: Maktabah Wahabah Abadan,
1392 H / 1972 M), h.49.
30
Muhammad ‘Ali al-Sabuniy, al-Tibya>n Fi Ulu>m al-Qur’a>n, diterjemahkan oleh
Muhammad Qadirun Nur dengan judul Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: Pustaka Amani,
t.th), h.266.

i
12

Adapun guru-guru dari Ibnu Kas\ir> adalah sebagai berikut:

1. Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Abdirrahman al-Fazari yang terkenal

dengan nama Ibnul Farkah (wafat 729 H).

2. Di Damsyik Syria, beliau belajar dengan Isa bin al-Muth’im,

3. Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat

730H),

4. Ibnul Hajjar yang (wafat 730 H),

5. Bahauddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam

yang wafat pada tahun 723 H,

6. Ibnu al-Syirazi,

7. Ishaq bin Yahya al-Amidi Afifuddin, ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),

8. Muhammad lbnu Zarrad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin al-Zaki

al-Mizzi (wafat 742 H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba

ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi putrinya.

9. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdi al-Salam

bin Taimiyyah (wafat 728 H),


10. Sebagaimana beliau menimba ilmu dari Syaikh al-Hafizh, seorang ahli

tarikh (sejarah), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman bin


Qayimaz al-Dzahabi (wafat pada tahun 748 H).

11. Dan ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
12. Abul Fath ad-Dabbusi,Ali bin Umar al-Sawani dan lain-lain.31

5. Penilaian Ulama
Ibnu Kas\i>r seorang pakar fikih yang mumpuni, ahli hadis yang cerdas,

sejarawan ulung dan mufassir unggulan. Menurut Ibn Hajar, Ibnu Kas\i>r seorang

31
Syaikh Abdul Qadir al-Arna’uth, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Kats\ir, (Jilid I, Terbitan
Pustaka Ibnu Katsir), h. 21.

i
13

ahli hadis yang fakih. Karya-karyanya tersebar luas di berbagai negeri semasa

hidupnya dan bermanfaat bagi orang banyak setelah wafatnya.32

Ahli sejarah yang terkenal dengan nama Abul Mahasin Jamaluddin Yusuf

Ibnu Saifuddin yang terkenal dengan nama Ibnu Taghri Bardi berkata dalam

kitabnya al-Manhalu al-S{a>fi> wa al-Mustaufa ba’da al-Wa>fibahwasanya beliau

yaitu Syaikh Imam al-’Allamah’ Imaduddin Abu al-Fida’ merupakan ulama yang

banyak berkarya, terus bekerja, meraup ilmu dan menulis, pakar dalam bidang

fiqih, tafsir dan hadis. Beliau mengumpulkan, mengarang, mengajar,

menyampaikan hadis dan menulis. Beliau memiliki penelaahan yang luas dalam

ilmu hadis, tafsir, fiqih, bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau mengeluarkan

fatwa dan mengajar hingga beliau wafat, semoga Allah merahmati beliau. Beliau

dikenal sebagai ulama yang memiliki hafalan yang kuat dan tulisan yang bagus.

Ia telah mencapai puncak dalam ilmu sejarah, hadis dan tafsir.33

Kemudian al-Suyu>ti juga menilai Ibnu Kas\i>r dan kitab tafsirnya sebagai

bukti keahlian ibnu Kas\ir> dengan kitab tafsirnya yaitu: al-Suyu>ti berkata: Tafsir

Ibnu Kas\ir> merupakan karya yang tidak ada duanya. belum pernah ditemukan
kitab tafsir yang sistematik dan karateristiknya menyamai kitab tafsir ini.34

B. Abu H{ayyan
1. Biografi Abu H\\{ayyan
Nama lengkap Abu H{ayyan penyusun kitab Tafsir al-Bah{r al-Muhi>t
adalah Abu Abdillah As\iruddin Muhammad bin Yusuf bin Ali bin H{ayyan al-

Gharnatiy al-H{ayyaniy, dan oleh Muhammad Shafa Syaikh Ibrahim Haqqiy,

32
Syaikh Manna al-Qat}t}an, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, (Cet. X; Jakarta: Pustaka
Kausar, 2014), h. 478.
33
Abul Mah{asin Jamaluddin Yu>suf Ibnu Saifuddin (Ibnu Taghri> al-Bardi>), Al-Manhalu
al-S{a>fi> wa al-Mustaufa ba’da al-Wa>fi>, Juz I, h. 177.
34
Rasihan Anwar, Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-T{abari>y dan Tafsir
Ibnu Kas\i>r, (Cet. I, Bandung; CV Pustaka Setia, 1999 M), h. 74.

i
14

nama lengkapnya ditambah setelah al-Gharnatiy menjadi al-Garnathiy al-Jayyani

al-Nifziy.35 Ia lahir di desa Thamkharisy di Granada, Andalusia pada akhir bulan

syawal 654 H/1256 M dan wafat di Mesir pada tahun 745 H/1344 M. Ia adalah

seorang ulama besar dalam beberapa disiplin ilmu seperti hadis, tafsir, bahasa

arab, qira’at, adab dan sejarah. Abu H{ayyan dipandang sebagai ulama yang

bermazhab syafi’i dalam masalah furu’, berakidah yang benar dan bebas dari

bid’ah filsafat, I’tizal (paham mu’tazilah) dan tajzim.36

Abu H{ayyan dilahirkan dalam bai’ah keilmuan yang menjadikan

pemikirannya matang dengan semangat keilmuan yang tinggi. Beliau juga

senantiasa mengikuti halaqah-halaqah bersama imam-imam. Maka bertambahlah

wawasan keilmuannya dan kefahamannya khususnya dalam bidang fiqh, hadis,

tafsir, bahasa dan banyak lagi dari cabang-cabang ilmu.37

Abu H{ayyan adalah seorang ulama yang berwawasan luas dan suka

mengembara demi menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Ia berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk belajar pada ulama

terkenal. Ia belajar hadis di Andalusia dan Afrika, dan ia belajar ilmu qira’at
kepada Abdun Nashir bin Ali al-Maryuthi di Iskandariyah. Ia pandai mengubah

syair dan banyak menulis qasidah syair dan puisi muwasysyahat. Ia amat
mengagumi Sibawayh, tokoh nahwu. Mulanya ia berhubungan baik dengan Ibnu

Taymiyyah dan membuat qasidah pujian untuknya. Namun hubungan itu


renggang karena Ibnu Taymiyyah banyak menyalahkan Sibawayh dalam masalah

tatabahasa Arab.Ia meninggalkan Granada karena berselisih paham dengan


syeikhnya, Abu Ja’far bin al-Zubayr. Lalu ia menyusun risalah menentang dan

35
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bah{r al-Muh{it> fi al-Tafsi>r, (Beirut: Da>r al-Fikr,
1420), h. 4.
36
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2016) h.
107
37
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 4.

i
15

membantah rwayat dari syeiknya ini. Hal ini dilaporkan kepada sultan yang

kemudian memintanya untuk datang menghadap sultan. Namun ia bersembunyi

dan kemudian berlayar ke Timur (Afrika).38

Dalam sisi lain, Abu H{ayyan pernah bermukim di Madinah dan di

Andalas. Pada saat itu awalnya beliau berpaling dari pada ilmu-ilmu aqliyah

seperti Falsafah, Mantiq dan Ilmu Kalam dan Astrologi dan sebagainya. Menurut

ilmuwan Islam, corak pemikiran keilmuan ini yang menjadikan masyarakat

Andalus merosost dan sesat. Obsesi ini berdalih bahwa menggunakan ilmu

falsafah dapat menyibukkan diri dalam ilmu tersebut yang bersifat dengan zindiq.

Dan itulah yang dikatakan oleh pentahqiq bahwa Abu H{ayyan semasa di Andalus

mempunyai aqidah yang selamat. Berkata Ibn Hajar dalam Kitabnya al-Darar

tentang aqidah Abu H{ayyan: beliau adalah boleh dipercaya, hujjah yang dhabit

dan selamat dari pada ikutan falsafah dan i’tizal dan tajsim.

Mengenai madzhab Abu Hayyan adalah beliau berpegang dengan fiqh

Mazhab Maliki di andalus karena beliau disana mempelajari Kitab Muwatta’

Imam Malik. Dalam satu riwayat didalam kitab-kitab tabaqat dan juga sejarah
mengatakan beliau bertukar-tukar mazhab berbilang-bilang yaitu mazhab maliki,

zaihiri dan yang terakhir bermazhabkan syafi’i. Selepas sampai di mesir beliau
mengikuti mazhab syafi’i dan mengarang kitab al-Wahaj fi Ikhtisar al-Minhaj.

Minhaj adalah karangan Imam Nawawi beliau juga mensyarahkan mazhab dalam
fiqh Syafi’i, kebanyakan pandangan-pandangan di dalam Kitab tafsirnya di ambil

dari pendapat Imam Syafi’i.


Adapun karya-karya kitab karangan Abu hayyan diantaranya adalah

sebagai berikut:
1) Bidang Tafsir seperti Bahrul Muhit dan Nahrul Mad

38
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 107-108.

i
16

2) Bidang Qira’at seperti Aqdu al-Lali Qira’at al-Sab’i al-Awali, al-Khalil


Khaliah fi Isnad Qira’at al-Aliyah, Taqrib al-Na’i fi Qira’at al-Kisa’i dan
lain-lain

3) Bidang Fiqh seperti al-Wahaj fi Ikhtisar al-Minhaj al-Anwar al-Ajali fi


Ikhtisar al-Mahla, Masail al-Rasyid fi Tajrid Masail Nihayah Ibn Rasd.
4) Bidang bahasa seperti Ituhaf al-Arib bima fi al-Qur’an, Irtidha al-Lisan.

5) Bidang Nahwu seperti al-Tazkirah, al-Syazan fi Masailah Kaza, Al-


Syazan dan Ghoyahal-Ihsan fi Ilmu Lisan.
2. Sejarah Penulisan Tafsir al-Bah{r al-Muh{i>t
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa nama kitab tafsir

susunan Abu H{ayyan tersebut adalah al-Bah{r al-Muh{it>

Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih jauh, penulis memberikan

penjelasan bahwa hanya menemukan sedikit literatur tentang munculnya tafsir

al-Bah{r al-Muh}it> . Bahwa Abu H{ayyan menulis karyanya ini karena beliau sadar

bahwasanya segala keilmuan yang ada di dunia ini adalah penting terutama

keilmuan yang menyangkut dengan kehidupan abadi yang memberikan

kebahagiaan. Dimana kebahagiaan disini bisa diraih dengan ilmu, utamanya ilmu
yang berkaitan tentang kitab Allah yaitu Ilmu Tafsir dan menafsirkan al-Qur’an,

maka dari itu, Abu H{ayyan sangat menekuni berbagai cabang ilmu yang akhirnya
bisa melahirkan tafsir al-Bah{r al-Muh{it> .39

Kitab al-Bah{r al-Muh{it> ditulis oleh Abu H>{ayyan ketika ia berusia 57

tahun sewaktu menjadi pengajar tafsir di kubah sultan al-Malik al-Manshur. kitab

ini dituliskannya bukan karena ingin mendapat penghargaan dari manusia tapi

ditulis karena semata-mata menginginkan keridhaan Allah. Kitab ini sudah

terkenal dimasa hidup penulis dan rujukan para ulama dan para pencinta ilmu

39
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 109.

i
17

pengetahuan disepanjang masa yang silih berganti khususnya dibidang tafsir,

lugah (bahasa) dan qira’at. Dalam pembahasannya, tafsir ini banyak


menyebutkan aspek-aspek i’rab, masalah-masalah Nahwu, perbedaan antara para

ilmu nahwu yang dianalisis dan ada yang dibantah oleh Abu Hayyan. Karena

banyaknya pembahasan nahwu di dalamnya, kitab tafsir ini dianggap lebih cocok

disebut salah satu kitab nahwu dibandingkan sebagai kitab tafsir.40

3. Metodologi Penulisan Tafsir al-Bah{r al-Muh{i>t


Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa nama kitab tafsir

susunan Abu H{ayyan tersebut adalah al-Bah{r al-Muh{it> . Tafsir al-Bah{r al-Muh{it>

merupakan salah satu kitab tafsir yang tergolong tafsir bi al-Ra’yi.41

1. Isi Kitab

Kitab tersebut sebagaimana terdapat diperpustakaan ada yang terdiri dari

delapan juz ada sembilan juz (satu juz untuk al-Faharis) dan ada sepuluh

juz.Adapun yang terdiri dari delapan juz, warna sampulnya yaitu hijau,

diterbitkan oleh Da>r al-Fikr pada tahun 1978 M/1398 H.Adapun yang terdiri dari

sembilan juz, warna sampulnya yaitu biru tua, diterbitkan oleh Da>r al-Kutub al-
Ilmiyah Beirut pada tahun 1992 M/1413 H.Sedangkan yang terdri dari sepuluh

juz, warna sampulnya yaitu hitam, juga diterbitkan oleh Da>r al-Fikr beirut pada
tahun 1992 M/1412 H.

Adapun pembagian dari isi kitab al-Bahr al-Muhit adalah sebagai berikut:
a. Juz 1, surah al-Fatih}ah dan surah al-Baqarah sampai ayat 141

b. Juz II, surah al-Baqarah dari ayat 142 sampai akhir


c. Juz III, sirah ali Imran dan surah an-Nisa dari ayat 1 samapi 86

d. Juz IV, surah an-Nisa dari ayat 87 sampai akhir, surah al-Maidah dan
surah al-An’am

40
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 110.
41
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 60.

i
18

e. Juz V, surah al-A’raf, surah al-Anfal dan surah al-Taubah

f. Juz VI, surah Yunus, surah Hud, surah Yusuf, surah al-Ra’d, surah

Ibrahim, surah al-Hijr dan surah an-Nahl

g. Juz VII, surah al-Isra, surah al-Kahfi, surah Maryam, surah Thaha, surah

al-Anbiya’, surah al-Hajj dan surah al-Mu’minun

h. Juz VIII, surah an-Nur, surah al-Furqan, surah asy-Syuara’, surah an-

Naml, surah al-Qashash, surah al-Ankabut, surah al-Rum, surah Luqman,

surah al-Ahzab dan surah saba’

i. Juz IX, surah fathir, surah Yasin, surah as-Shaffat, surah Shad, surah al-

Zumar, surah Ghafir, surah Fushshilat, surah asy-Syuara’ surah-Az-

Zukhruf, surah ad-Dukhan surah al-Jatsiyah, surah al-Ahqaf, surah al-

Qital, surah al-Fath, surah al-Hujurat, surah al-Qaaf, surah az-Dzariyaat

dan surah al-Thur.

j. Juz X, surah an-Najm , surah al-Qamar, surah-ar-Rahman surah al-

Waqi’ah, surah al-Hadid, surah al-Mujadalah, surah al-Hasyr, surah al-

Mumtahanah, surah ash-Shaf, surah al-Jumu’ah, surah al-Munafiqun,


surah ath-Thalaq, surah at-Tahrim, surah al-Mulk, surah al-Qalam, surah

al-Haqqah sampai surah an-Nas.42


2. Kajian metodologis

Metode pendekatan atau corak penafsiran yang digunakan oleh Abu


H{ayyan dalam tafsirnya kebanyakan memuat masalah kebahasaan khususnya

nahwu juga memuat masalah qira'at dan masalah fiqh.


a. Corak kebahasaan

Contohnya surah al-Fatihah ayat 1 Abu Hayyan dalam menafsirkan kata


al-Hamd dengan pujian atas segala yang indah berupa nikmat dan selainnya

42
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 109.

i
19

melalui lisan semata. Lawan dari al-Hamd adalah al-Idzan yang berarti celaan.

Fiil dari al-Hamd yaitu hamida. Al-Hamd searti dengan al-Syukr atau al-Hamd

lebih umum maknanya. Al-Syukr pujian pada Allah atas perbuatan-perbuatannya

sedang al-Hamd pujian padanya atas semua sifat-sifatnya.

b. Pendekatan Qira’at

Adapun contoh penafsiran pendekatan qira’at terdapat pada QS al-

Jumu’ah 62: 9 sebagai berikut:


ِ ‫ﻠﺼ َﻼ ِة ِﻣ ْﻦ ﯾ َ ْﻮ ِم اﻟْ ُﺠ ُﻤ َﻌ ِﺔ ﻓَ ْﺎﺳ َﻌ ْﻮا ا َﱃ ِذ ْﻛ ِﺮ‬Oِ ‫ ٓ َﻣ?ُﻮا ا َذا ﻧ ُﻮ ِد َي‬% ‫ َ*ﻦ‬B‫ َﺎ ِا‬Q‫ﳞ‬%: Sَ
‫ َو َذ ُروا‬T‫ا‬
َ ‫ ْ ٌَﲑ ﻟَ ُ ْﲂ ا ْن ُﻛ ْﻨ ُ ْﱲ ﺗَ ْﻌﻠَ ُﻤ‬Y ‫اﻟْ َﺒ ْﯿ َﻊ َذ ِﻟ ُ ْﲂ‬
‫ﻮن‬
Terjemahnya:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui
Kata ‫ اﻟْ ُﺠ ُﻤ َﻌ ِﺔ‬pada ayat tersebut di atas, menurut Abu Hayyan dalam
Tafsirnya ada dua macam qira’at nya, oleh al-jumhur (mayoritas), ibn al-Zubair,

Aba Hayah, dan Ibn Abi Ablah membacanya dengan men-dhammahmim jadi

dibaca al-Jumu’ah. Sedang riwayat yang bersumber dari Abi Amr, Zaid bin Ali

dan al-A’masy dibaca dengan men-sukun huruf mim jadi dibaca al-Jum’ah.43
c. Pendekatan Fiqhi

Adapun contoh penafsiran pendekatan fiqhi terdapat pada QS al-Nisa 4:

103 sebagai berikut:

‫ ِﻗﳰُﻮا‬:]َ‫ ُ ْﲂ ﻓَﺎ َذا ْاﻃ َﻤ]_ﻧَ^ ْ ُ ْﱲ ﻓ‬aِ ‫ﺎ ًﻣﺎ َوﻗُ ُﻌﻮدًا َو َ َﲆ ُﺟ?ُﻮ‬eَ ‫ ِﻗ‬T‫ا‬ َ ‫ﻓَﺎ َذا ﻗَﻀَ ْﯿ ُ ُﱲ اﻟﺼ َﻼ َة ﻓَ ْﺎذ ُﻛ ُﺮوا‬
ًg‫اﻟﺼ َﻼ َة ان اﻟﺼ َﻼ َة َﰷﻧ َْﺖ َ َﲆ اﻟْ ُﻤ ْﺆ ِﻣ ِ? َﲔ ِﻛ َﺘ ًﺎ> َﻣ ْﻮﻗُﻮ‬
Terjemahnya:
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.
43
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 554.

i
20

Berkaitan dengan penafsiran ayat diatas, Abu Hayyyan mengutip

dianatara pemahaman ulama mazhab empat, seperti Imam Syafi’i dan Abu

Hanifah. Dalam hal ini, Syafi’i memahami akan wajibnya shalat apabila waktu

shalat telah tiba, sekalipun dalam keadaan perang, dan shalat tersebut wajib di

qadha (diganti) apabila keadaan telah aman. Berbeda dengan Abu Hanifah, ia

mengatakan bahwa apabila dalam keadaan perang maka dimaafkan untuk

meninggalkan shalat sampai keadaan telah aman.

Mengenai contoh dari penafsiran secara ra’yi, maka dapat dilihat dari

penafsiran Abu Hayyan yang mengutip sebagian dari pemahaman ulama

madzhab empat diatas ketika menafsirkan QS al-Nisa 4: 103. Dan adapun contoh

untuk penafsiran secara ma’tsur, maka dapat di lihat pada penafsiran kata as-

Shalat yang pertama pada yang terdapat pada QS al-Nisa 4: 103 diatas.

Dalam penafsirannya, Abu Hayyan menjelasakan bahwa wajib

melaksanakan shalat dengan berdiri bagi orang sehat dan duduk bagi yang tak

sanggup berdiri dan berbaring bagi yang terluka, sakit dan tak sanggup duduk.

Bila perang telah usai, keadaan aman, maka shalat dilakukan seperti shalat safar
tidak seperti shalat al-Khauf. Dan bila sudah kembali ke kampung halaman, maka

shalat dilaksanakan secara sempurna 4 rakaat.44

4. Penilaian Ulama
Kitab tafsir al-Bahr al-Muhit merupakan tafsir yang secara jujur
menyebutkan sumber-sumber rujukan kutipannya dalam masalah-masalah i’rab

dan hukum-hukum fiqhim, sekalipun hanya menyebut nama-nama dari sahabat,


tabi’in tokoh bahasa, ulama tafsir, demi untuk mendukung pendapat-

pendapatnya dalam menafsirkan ayat. Karena banyaknya pembahasan i’rab


dalam tafsir tersebut.

44
Rusydi Khalid, Mengkaji Metode Para Mufassir, h. 113-114.

i
21

Menurut Shubhi Shalih bila kita meng-I’rab al-Qur’an maka hendaklah

kita menela’ah al-Bahr al-Muhit oleh Abu Hayyan al-Andalusi didalamnya

banyak pembahasan nahwu dan masalah-masalah yang beraitan dengan qira’at.

Kita tidak dapati didalamnya banyak hal yang ada dalam sejumlah tafsir bi al-

Ra’yi, tetapi tafsir ini hanya sedikit menaruh perhatian pada hadis Nabi karena

itu tafsir ini bukanlah tafsir bi al-Ma’tsur.45

Menurut Abd al-Hayy al-Farmawiy memberikan apresiasi khusus pada

tafsir al-Bahr al-Muhit sebagai satu kitab yang harus dimiliki peneliti al-Qur’an

dan harus tersedia di perpustakaan sebab Abu Hayyan adalah salah seorang

ulama besar dalam bahasa Arab, tafsir, hadis, dan ilmu bahasa.46

45
Shubhi Shalih, Maba>his\ fi Ulu>m al-Qur’an (Beirut: Da>r al-Ilm li al-Malayin, 1985) h.
297.
46
Abu Hayyan Muhammad ibn Yusuf, al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r, h. 117.

i
22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Isma>’il bin ‘Amr al-Quraisyi bin Kas\ir al-Bas}ri> al-Dimasyqi> ‘Ima>duddi>n Abu

al-Fida>’ al-H{a>fiz} al-Muh}addis\ al-Sya>fi’i>. Lahir pada tahun 700 H ada yang

mengatakan 705 H, dan ada pula yang mengatakan 701 H (1302 M). Dan

wafat pada 774 H. Lahir di Mijdal, sebuah tempat di kota Bashrah.

2. Tafsir al-Quran al-‘Az{im. pertama kali diterbitkan di Kairo oleh penerbit

Ma’alim al-Tafsi>r al-Baga>wi pada tahun 1342 H /1923 M. Kemudian

diterbitkan oleh Da>r al-Fikr Li al-Taba’at Wa al-Nasy Wa al-Tawziy dalam 4

juz besar pada tahun 1983.

3. Kitab Tafsir Ibnu Kas\i\>r, disebutkan bahwa cara yang digunakan dalam

menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an adalah corak bi al-ma’tsur. Yakni,

mengambil dalil-dalil dari al-Qur’an, dari al-Sunnah atau hadis, dari aqwa>l

al-S{aha>bah dan tabi’in.

4. Kitab al-Bah{r al-Muh{it> ditulis oleh Abu H{ayyan ketika ia berusia 57 tahun
sewaktu menjadi pengajar tafsir di kubah sultan al-Malik al-Manshur. kitab

ini dituliskannya bukan karena ingin mendapat penghargaan dari manusia


tapi ditulis karena semata-mata menginginkan keridhaan Allah. Kitab ini

sudah terkenal dimasa hidup penulis dan rujukan para ulama dan para
pencinta ilmu pengetahuan disepanjang masa yang silih berganti khususnya

dibidang tafsir, lugah (bahasa) dan qira’at.


5. Metode pendekatan atau corak penafsiran yang digunakan oleh Abu H{ayyan

dalam tafsirnya kebanyakan memuat masalah kebahasaan khususnya nahwu


juga memuat masalah qira'at dan masalah fiqh.

i
23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’a>n al-Kari>m
Abdullah, Mawardi. Ulumul Qur’an, Pustaka Pelajar:Yogyakarta, 2011.
Abu> Abdillah Muhammad ibn ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid I
Semarang: Toha Putra, t.th.
Abu> al-Fada>i Isma>’i>l bin ‘Umar al-Qura>syi> al-Damasyqi>, Tafsi>r al-Qur’an al-
‘Az{i>m, Juz I, (Cet. II; Da>r al-T{aibah Li al-Nisyri> Wa al-Tauzi’i), h. 12.
Anwar, Rasihan. Melacak Unsur-unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-Tabari>y dan
Tafsir Ibnu Kas\ir. Cet. I, Bandung; CV Pustaka Setia, 1999 M.
al-Qattan, Manna’. Mabahis\ Fi Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Dar al-Mansyurat al-
Haditsah, 1973.
al-Qattan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. Cet. X; Jakarta:
Pustaka Kausar, 2014.
al-Rifa’i, Muhammad Nusaib. Tafsiral-Ali al-Qadir li Ikhtisar Tafa>sir Ibnu Kas\ir.
Juz I t.tp; Muktabah Ma’rif, 1819 M.
al-Sabuniy, Muhammad ‘Ali. al-Tibya>n Fi Ulum al-Qur’a>n, diterjemahkan oleh
Muhammad Qadirun Nur dengan judul Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis
Jakarta: Pustaka Amani, t.th.
al-Z{arqa>ni, Muh}ammah ‘Abd al-‘Az{i>m Mana>hil al-‘Urfa>ni Fi> ‘Ulu>m al-Qur’an.
Cet. I; Baerut: Da>r al-Fikr, 1996.
al-Z{ahabi, Muhammad Husain. Tafsir al-Mufassirun. Juz II. Kairo: Dar al-Kutub
al-Ha>dis\ah, 1976H.
Ibn Kas|i\ r\> , Abu al-Fida Ismail. Terj. Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz I, Semarang:
Toha Putra, t.th.
Khalid, Rusydi. Mengkaji Metode Para Mufassir. Jakarta: Mazhab Ciputat, 2016.
Nasution, Harun, dalam Ibn Katsi\ret.al., Ensiklopedi Islam Indonesia,
Jakarta: Djambatan, 1992.
Shalih, Shubhi.Maba>his\ fi Ulu>m al-Qur’an, Beirut: Da>r al-Ilm li al-Malayin,
1985.
Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth, Terj. Sahih Tafsir Ibnu Katsir. Jilid I, Terbitan
Pustaka Ibnu Katsir.
Umar, Ali Muhammad. T{abaqat al-Mufassirin. t.tp: Maktabah Wahabah Abadan,
1392 H / 1972 M.
Yusuf Ibnu Saifuddin,Abu al-Mah{asin Jamaluddin, Ibnu Taghri> al-Bardi>. Al-
Manhalu al-S{a>fi> wa al-Mustaufa ba’da al-Wa>fi>, Juz I.
Yusuf, Abu Hayyan Muhammad. al-Bahr al-Muhit fi al-Tafsi>r. Beirut: Da>r al-
Fikr, 1420.

Anda mungkin juga menyukai