()تفسري النسفي
Makalah
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Oleh:
RAHAYU ALAM
NIM: 80600222010
Dosen Pengampu:
PASCASARJANA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang dimuliakan dalam agama Islam. Kitab
yang tidak datang kepadanya kebatilan dari awal penurunan sampai akhirnya masa.
Kitab yang begitu agungnya hingga pengkajiannya tak lekang oleh zaman. Sebagai
kitab yang Agung, Al Qur’an tidak hanya dihafalkan tetapi juga dikaji secara
mendalam agar dapat dipahami isi dan maksudnya. Salah satu usaha ulama’ untuk
menafsirkan Qur’an adalah dengan cara menulis berbagai kitab Tafsir secara
mendalam.
Terdapat banyak kitab tafsir dari para ulama’ baik klasik maupun
kontemporer. Di Zaman sekarang ini sudah banyak buku tafsir yang populer dan
dapat kita jumpai dengan mudah. Berbeda dengan buku tafsir klasik, buku tafsir
Kemudian timbul pertanyaan, lalu bagaimana dengan kitab tafsir klasik berbahasa
arab yang sudah ada pada beberapa Abad yang lalu? Haruskah kita melupakannya?
Tentu kita tak lepas dari pencarian berbagai referensi buku tafsir, tak
terkecuali buku tafsir klasik baik berbahasa arab murni ataupun pegon. Sebenarnya
buku tafsir kontemporer juga banyak merujuk kitab tafsir klasik sebelumnya.
Adapaun dalam kitab ini membahas tentang karya khususnya kitab Mada>rik al-
2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi dari Imam Al-Nasafi?
ta’wil?
ta’wil?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui biografi dari Imam Al-Nasafi?
al-ta’wil.
Haqa’iq al-ta’wil.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Al-Nasafi
Abdullah bin ahmad al-Nasafi, merupakan ahli tafsir dari kalangan Hanafiah.
Imam al-Nasafi yang memiliki nama lengkap Hafizẖuddin abu Al-Barakat Abdullah
ibn Aẖmad ibn Maẖmũd al-Nasafi. Nama Al-Nasafi merupakan penisbatan kepada
sebuah daerah yang disebut Nasaf yang ada di negeri Sanad yang terletak antara
Tidak berbeda dengan ulama kebanyakan, Imam Nasafi adalah sosok yang
zuhud, saleh dan takwa. Ia juga menguasai beragam keilmuan mulai dari fikih,
aqidah, teologi, dan tafsir.1 Ia berhasil merangkum berbagai metodologi riset yang
Sebagai ulama ahlu sunnah, nasafi mempunyai sikap yang tegas dan jelas terhadap
’Arabiyyah al-Muyassarah yang diasuh oleh Muhammad Syafiq Gharbal, yaitu tahun
1232-1310 M atau tahun 630 H. Imam al-Nasafi lahir pada masa kemunduran dinasti
1
Saiful Amin Ghofur, Mozaik MufasirAl-Qur’an, (Yogyakarta: Kaukaba, 2013, hlm.49
2
Mani’ abd Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.
44- 45
4
disebutkan dalam buku Kasyf Al-Asrãr Syarh Al-Mushannif ala Al-Manar, yang
menunjukkan bahwa ayahnya seorang yang shalih dan terpelajar. Nasafi wafat pada
tahun 701 hijriah dikota ‘aidzaj yang terletak diantara Khuzistan dan Ashfahan. 3
kitab di bidang tafsir, faqih, pakar teologi dan ushul fiqih. Diantara karya beliau
adalah:
1. Bentuk fisik
Bentuk fisik kitab Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-ta’wil berwarna biru tua.
Berjumlah 2 jilid. Jilid pertama berjumlah 331 halaman dari surat Al Fatikhah
sampai Al Isro’. Dan jilid ke 2 berjumlah 338 halaman dari surat Al Kahfi sampai
An-Nas. Penerbitnya adalah Darul Fikr, pada tahun 107 Hijriah dikota Beirut,
Libanon. Sistematika kitab tafsir ini adalah Muskhafi, karena berdasarkan urutan
3
M Mazwin, https://www.google.co.id =biografi+al+nasafi, tgl 9 september 2015, pkl 14.10
5
2. Latar belakang penulisan kitab Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-ta’wil
Yang melatar belakangi imam Nasafi menulis kitab ini adanya permintaan
dari seseorang yang menyuruh imam Nasafi untuk menulis mengenai penakwilan dan
himpunan bentuk-bentuk i’rob, qiraat dan badi’ yang ada didalam al-Qur’an. Hal itu
berdasarkan ungkapan beliau : ‚Adalah seorang yang pintanya sangat sulit bagiku
untuk tidak memperkenankannya memintaku menulis sebuah buku netral tentang
badi’ dan petunjuk-petunjuk yang tersirat. Sarat dengan pendapat Ahlu sunnah dan
3. Sistematika Pembahasan
salah satu metode tafsir yang ada. Kitab Tafsir Mada>rik Al-Tanzi>l Wa H{aqa>iq
berkaitan dengan ayat. Kemudian sistematika penulisan dalam kitab ini yakni, Imam
surat tertentu. Setelah itu Imam Al-Nasafi> menjelaskan makna ayat Al-Qur’an
satu per satu sesuai dengan urutan mushaf. Apabila ayat yang terdapat
4
Mahmud, Metodologi Tafsir, 45; Mohamed, Imam
Al-Nasafi>, dalam madinagate.org/index.php/id/tafsir-Al-Qur’an/profil-ahli-tafsir/item/4782-imam-Al-
Nasafi> diakses 21 Agustus 2021
6
asba>b al-nuzu>l maka akan dijelaskan sebab turunnya terlebih dahulu. Kemudian
lainnya dalam satu surat yang sama, atau mencari maknanya dalam kandungan
ayat di surat yang lain dari Al-Qur’an. Dalam hal penggunaan hubungan ayat
dengan urutan mushaf Utsmani, dari ayat ke ayat, dan dari surat ke surat, yang
Al-Nasafi> pada cetakan awal terdiri dari dua jilid, yang dicetak di sebuah sekolah di
Aleppo. Jilid pertama diketahui berjumlah 13.230 halaman dengan ukuran 21x13 cm
dan jilid kedua berjumlah 13.231 halaman denga ukuran kitab 22x15 cm.35
Kitab yang peneliti gunakan adalah cetakan versi Da>r Al-Kalim Al-
D{ayyib, Beirut, tahun 1998, kitab ini sudah ditahqiq oleh Yu>suf ‘Ali Badi>wi>
dan Muhyi Al-Di>n Di>b Mastu> dan kitab ini diterbitkan menjadi tiga jilid. Jilid
pertama berjumlah 744 halaman yang terdiri dari surat Al-Fa>tih}a sampai surat
Al-Tawba. Jilid kedua dengan jumlah halaman 750 halaman, yang terdiri dari
surat Yu>nus sampai surat Luqma>n. Dan jilid ketiga dengan 752 halaman yang
terdiri dari surat Al-Sajdah sampai Al-Na>s Dan salah satu ciri yang menjadi
karateristik tafsir ini adalah pembahasan tidak terlalu ringkas dan tidak bertele-tele
dalam menafsirkannya.5
5
Mamluatul Istibsyaroh, Pandangan fikih imam al-nasafi<> dalam kitab tafsir mada<rik al-tanzi<l
wa h{aqa<iq al-ta’wi<l (kajian ayat-ayat taharah, skripsi, IAIN Ponogoro, 2021), h. 31.
7
4. Metode dan corak
menggunakan metode tahlili. Hal itu dapat di lihat dari isinya yang runtut dan
penjelasannya yang cukup panjang dari ayat surat Al Fatihah sampai An Nas.
dan lain sebagainya. Namun mengandung segala unsur yang mengkin berkaitan dari
setiap ayat yang ditafsirkannya. Hal ini barangkali adalah konsekuensi dari metode
tafsir tahlili yang ditempuh oleh Imam al-Nasafi dalam tafsirnya ini.
Hal ini disimpulkan sebagai salah satu corak dari penafsiran Imam
banyak memberi perhatian pada ayat-ayat kauniyyah (alam semesta) yang ada
8
dalam Al-Qur’an dan mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan modern. Saat
saja, beliau memberikan penjelasan yang panjang lebar menenai ayat ini.8
penafsiran. Hal ini dikarenakan pemahaman yang akan dibangun tidak bisa
dilepaskan dari tradisi gramatika kebahasaan Arab. Selain itu, al-Qur’an
diturunkan dengan berbahasa Arab, tentu saja secara tidak langsung memiliki
bahasa Arab itu sendiri. Hal ini akan lebih jelas pada pembahasan selanjutnya
Kitab Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-ta’wil adalah kitab tafsir yang ilmiah.
Isi nya tidak berbelit-belit dan juga tidak terlalu singkat. Terdapat beberapa kritik
yang ditujukan terhadap tafsir Nasafi. Diantaranya, penjelasan yang minim terhadap
pendapat yang berkenaan dengan ayat-ayat yang menjadi huj jah beragam aliran,
beliau hanya menjelaskan sedikit tentang suatu ayat.
Kelemahan tafsir nasafi juga terletak pada gaya bahasa yang sulit dipahami
oleh masyarakat awam. Tafsirnya memuat berbagai disiplin ilmu yang berkaitan erat
dengan al quran, yang terkadang sulit untuk dipahami. Dan meski sudah berhati-hati,
6
Mazwin, Metode dan corak tafsir imam al-nasafi (studi analisis terhadap tafsĩr madãrik al-
tanzĩl waẖaqãiq al-ta’wĩl), Skripsi, (UIN Syarif Kasim: Riau, 2014), h. 8-9
9
6. Kelebihan dan Kekurangan
kitab yang sederhana, jelas, padat, dan ringkas mengenai penta’wilan. Namun meski
ringkas, imam pun mencakup seluruh segi I’rob dan qira’atnya. Mengandung segala
keindahan badi’ dan isyarat, jauh dari kebatilan, juga tidak panjang atau pendek.
terhadap hadis–hadis yang dikutipnya. Dalam tafsir ini masih banyak ditemukan
tafsir – tafsir Isroiliyat. Selain itu ia tidak cukup berani untuk memberi penjelasan
yang memadai terhadap berbagai pendapat yang berkenaan dengan ayat–ayat yang
Hal lain juga patut diungkap sebagai kelemahan tafsir ini adalah kerapnya
dan kelugasan yang fokus pada penafsiran. Adapun dari tafsir az–Zamakhsyari, ia
1. QS Al Hujurat :10
اَّللَ لَ َعلم ُك ْم تُ ْر ََحُو َن
َخ َويْ ُك ْم َواتم ُقوا م
َ ْي أ ِ إِمَّنَا الْم ْؤِمنو َن إِ ْخوةٌ فَأ
َ ْ ََصل ُحوا ب
ْ َ ُ ُ
Terjemahnya:
7
http://istiqomahfiqolbi.blogspot.com/2016/08/analisis-kitab-tafsir-madarik-al-tanzil.html
10
Sesungguhnya orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
antar orang beriman. Maka apabila ada pertikaian diantara orang mukmin,
hendaknya kita mendamaikan mereka. Dan antara sesungguhnya iman dapat terjalin
ada dari zaman dahulu. Apabila pertikain terjadi saudara kandung, maka wajib bagi
8
Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Al Nasafi, Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-ta’wil, Juz
3,(Beirut: Darul Firk), h. 352-353.
11
Lalu mengenai makna takwa, Imam Nasafi menyebutkan bahwa takwa berarti
2. QS al-Mudass|ir/74: 4
)4( َ ََوثِيَاب
ك فَطَ ِّه ْر
Terjemahnya:
‚Dan pakaianmu bersihkanlah
{وثيابك فطهر} ابملاء قن النجاسة ألن الصالة ال تصح إال هبا وىي األوىل يف غريه
وجرىم الذيول إذ ال يؤمن معو إصابة
ّ مصالة أو فقصر خمالفة للعرب يف تطويلهم الثياب
النجاسة أو طهر نفسك مما يستقذر من األفعال يقال فالن طاىر الثياب إذا وصفوه
9
ابلنقاء من املعايب وفالن دنس الثياب للغادر وألن من طهر ابطنو يطهر ظاىره ظاىر
ayat ini adalah membersihkan dengan air dari segala najis. Karena
sedang meyeret ekor dan bisa saja secara tidak sadar pakaian yang terseret
tersebut terkena najis. Ayat ini juga ditafsirkan dalam makna lain bisa saja
9
Abdullah bin Ahmad bin Mahmud Al Nasafi, Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-ta’wil, Juz
3h. 526.
12
yang dimaksudkan untuk dibersihkan pada ayat ini adalah membersihkan
Fulan mensucikan diri dari aib-aib, sebab jika Fulan mengotori pakaiannya
maka sama saja dia orang yang berkhianat. Karena sesungguhnya jika ia
lahiriahnya.
Pada ayat ini Imam Al-Nasafi> menjelaskan bahwa bersuci yang
dengan air yang bersih supaya dapat menghilangkan segala najis yang ada
sahnya salat adalah dalam keadaan yang suci, baik itu suci badannya,
dan mengolok-olok orang lain, dan hal-hal buruk lainnya. Karena dengan
beriman dan bertakwa, sehingga seseorang dengan hati yang bersih akan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsīr al-Nasafī atau yang lebih terkenal dengan Madārik at-Tanzīl wa
Haqā’iq at-Ta’wīl ditulis oleh Abu al-Barkāt bin Ahmad bin Mahmūd al-Nasafī al-
Hanafī. Beliau lahir di Nafas, kota Sind yang terletak diantar Jihun dan Samarqand.
wafat pada tahun 701 H di kota ‘Aidzaj yang terletak di Khuziztan dan asfahan.
kutipan dari Tafsīr al-Kassyāf dan Tafsīr al-Baiḍāwy. Akan tetapi beliau
menghapus teolgi Mu’tazilah yang terkandung dalam Tafsīr al-Kassyāf. Dari Tafsīr
Al-Kassyāf beliau mengutip tentang segi kebahasaan yaitu dari segi I’rab dan
balagah. Sedangkan dalam Tafsīr al-Baiḍāwy beliau mengutip segi pemahaman
14
DAFTAR PUSTAKA
15