Anda di halaman 1dari 8

TAFSIR IBNU ARABI

Dosen Pengampu : A.M Ismatulloh, S.Th.I, M,S,I

Disusun Oleh:
Lutfi Fadhila 1817501023
Reni Famelia 1917501095
Salsabila Nur Hasna 1917501088
Siti NurKhasanah 1917501051

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas karunia limpahan rahmat dan kasih sayangnya,
hingga pada hari ini saya masih diberi kesempatan untuk menerima rezeki yang tak ternilai
haraganya, sebab saya masih diberikan pula kesehatan jasmani maupun rohani sehingga dengan
lancar dapat menyelesaikan tugas makalah “Tafsir Ibnu Arabi” dan tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ulumul hadis dalam pembuatan
makalah ini. Dalam hal ini saya berharap makalah ini bisa dijadikan media para mahsiswa untuk
dapat lebih mudah memahami, hingga menerapkannya.
Namun demikian masih banyak kekurangan dalam penulisan kata maupun kalimat pada
maklah ini, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
menunjang perbaikan perbaikan semestinya.
Akhir kalam saya ucapkan alhamdulillah, semoga penulisan maklah ini dapat membantu proses
belajar mengajar di UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
, amin.
Waalaikumsalam wr.wb

Purwokerto, 11 Oktober 2021

Tim Penyusun
A. Latar belakang

Dunia intelektual Islam memiliki dua tokoh ternama yang memiliki nama sama, Ibnu
Arabi. Ibnu Arabi yang pertama adalah Syaikhul Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi. Ibnu Arabi yang
pertama ini tanpa awalan al, dan terkenal dengan gagasan tasawuf falsafinya yaitu wahdatul
wujud. Sedangkan yang satunya lagi adalah Ibnu al-Arabi, yang namanya ada awalannya “al”, ia
merupakan seorang ahli tafsir dari Sevilla. Walaupun keduanya sama-sama mempunyai karangan
dalam bidang tafsir, namun Ibnu al-Arabi dengan awalan “al” lebih dikenal dengan ahli tafsir
yang muncul dari barat dunia Islam. Adapun Ibnu Arabi yang yang tanpa awalan al adalah tokoh
besar tasawuf dalam Islam, dengan karangannya yang sangat fenomenal yaituFushush al-Hikam.
Sedangkan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Ibnu Arabi sang mufassir. Beliau adalah
salah satu ahli tafsir yang muncul dari dunia Islam Barat. Lahir pada tahun 468 H di Isybiliyyah,
atau saat ini terkenal dengan nama Sevilla. Ibnu al-Arabi mempunyai nama lengkap Muhammad
bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Ma‟arifi al-Isybili al-Andalusi. Sejak
kecil, Ibnu al-Arabi terdidik dalam lingkungan intelektual yang mendalami bidang fikih dan
qira‟at, karena ayahnya yaitu Abdullah bin Muhammad adalah seorang ulama besar spesialis
hukum fikih di Sevilla sekaligus murid dari Ibn Hazm.

Ibnu al-Arabi tercatat pernah melakukan rihlah ilmiah ke berbagai wilayah seperti
Mekkah, Baghdad, Syam, dan Mesir untuk mendalami berbagai disiplin ilmu Islam, seperti fikih,
ushul, hadis dan tafsir kepada ulama-ulama besar di wilayah tersebut. Ibnu al-Arabi juga
merupakan ulama yang mengikuti pandangan ahlus sunnah wal jamaah, dan pengikut madzhab
Maliki. Ibnu al-Arabi tercatat pernah berguru kepada Imam al-Ghazali, Abu Bakar al-Syasyi, dan
Abu Zakariya al-Tibrizi. Selain itu, beliau juga pernah menimba ilmu kepada Abu Abdillah bin
Manzur ketika masih di Andalusia, Tirad bin Muhammad al-Zaini ketika berada di Baghdad,
Nasr bin Ibrahim al-Maqdisi ketika berada di Damaskus, Husain bin Ali al-Tabari ketika di
Mekkah, Qadhi Abi al-Hasan al-Khila‟i ketika di Mesir dan Abi Abdillah Muhammad bin I‟tab
ketika di Cordoba. Salah satu karyanya yang terkenal adalah tafsir Ahkam Al-Quran yang
disusun pada tahun 503 H. Seperti namanya, tafsir karya Ibnu al-Arabi merupakan kitab tafsir
yang memusatkan perhatiannya kepada ayat-ayat yang mengandung muatan hukum-hukum
Islam. Kitab ini juga dipandang sebagai kitab induk dalam kajian tafsir ayat-ayat hukum dalam
fiqh Maliki. Orientasi fikih Maliki sangat kental dalam penafsiran yang dilakukan oleh Ibnu al-
Arabi, termasuk fanatisme madzhab yang cukup jelas, denganditampilkannya kritik terhadap
pemikiran di luar fikih Maliki. Untuk hal ini, dalam menguatkan pendapatnya, Ibnu al-Arabi
mendasarkan diri pada aspek kebahasaan dan persediaan riwayat.
Salah satu ciri khas tafsir Ahkam Al-Quranadalah dengan menyebutkan ayat-ayat yang
bermuatan hukum, pada setiap surat yang ada di Al-Qur‟an, dan menyebutkan jumlah
permasalahan yang ada pada setiap ayat, kemudian baru menafsirkannya. Keberhasilan Ibnu al-
Arabi dalam karir intelektualnya telah melahirkan beberapa tokoh terkemuka dalam Islam, di
antaranya adalah Abdul Khalik bin al-Yusafi, Ahmad bin Khalf al-Isybili, Hasan Ali al-Qurtubi,
Abu al-Qasim Abd al-Rahman al-Suhaili, dan lain sebagainya. Adapun murid Ibnu al-Arabi yang
populer adalah Qadi Iyadh penulis kitab al-Syifa‟ dan seorang filosof islam yaitu Ibnu Rusyd.
Ibnu al-Arabi meninggal tahun 543 H bulan Rabi‟ul Awwal di Maragaz dan dimakamkan di kota
Fez, Maroko. Ibnu al-Arabi meninggalkan beberapa karya dalam berbagai bidang keilmuan
Islam, diantara karya-karya beliau di bidang tafsir dan ilmu Al-Quran adalah tafsir Ahkam al-
Qur‟an, Anwar al-Fajr fi Tafsir al-Qur‟an, Qonun al-Ta‟wil, al-Muqtabas fi al-Qira‟at. Dalam
bidang hadis ada kitab Aridat al-Ahwazi Syarh Tirmidzi, dalam teologi ada kitab al-Awasim min
al-Qawasim, Risalah al-Ghurroh, dalam fiqh ada kitab al-Masalik ala Muwatta‟ Malik, adapun
dalam bidang nahwu dan sejarah Ibnu al-Arabi menulis kitab Mulji‟ah al-Mutafaqqihin ila
Ma‟rifat Gawamid al-Nahwiyin wa Lughawiyin, A‟yan Al‟ayan, Tartib Rihlah li al-Targib fi al-
Millah.Secara umum kitab tafsir karya Ibnu al-Arabi merupakan kitab tafsir yang cukup cermat
dalam memberikan argumentasi fikih. Bahkan kitab-kitab tafsir yang muncul dari Barat dunia
Islam banyak yang merujuk kepada karya Ibnu al-Arabi, salah satunya adalah kitab tafsir al-
Qurtubi.
B. Metode

Ibnu al-Arabi merupakan seorang yang terkenal dalam bidang penafsiran ayat–ayat
hukum. Terdapat perbedaan kitab Ahkam al-Quran Ibnu al-Arabi dengan kitab tafsir ayat-ayat
hukum yang lain terutama dari segi metode penyusunan bab dan perbincangan hukum. Ibnu al-
Arabi sangat berpengaruh dengan mazhab Maliki dalam penafsirannya disamping menerima
pendapat mazhab lain dalam keadaan tertentu. Metode penggunaannya pentafsir-pentafsir
terdahulu disamping membuat nukilan dari mereka baik banyak ataupun sedikit.. Pentafsir masa
kini hendaklah memiliki syarat-syarat yang umum dan khusus untuk menjadi seorang pentafsir
yang berkualiti. Pentafsir juga perlu mengetahui metode-metode yang umum dan khusus dalam
aktiviti penafsiran untuk memastikan hasil penafsiran benar-benar menepati ciri-ciri yang
dikehendaki. Pentafsir hendaklah mengelakkan daripada melakukan perkara-perkara yang tidak
seharusnya dilakukan dalam aktivitas penafsiran.1 Metode penafsiran yang dipakai dalam kitab
ahkâm al-Qur‟ân dapat dilihat dari beberapa segi sebagai berikut:

1. Dari segi sumbernya, kitab tafsir ini menggabungkan sumber al-ma‟tsûr (baik
al-Qur‟an2, hadits , qawl al-shahâbah, maupun tafsiran tâbi‟în dan sumber al-
ra‟yu (terutama pendekatan kebahasaan). Ia juga sering mengutip aqwâl al-
„ulamâ‟ yang tidak disertai penyebutan nama shâhib alqawl.
2. Dari segi pemaparan dan tertib ayatnya, kitab tafsir ini menggunakan metode
tahlili yakni metode tafsir yang bermaksud memaparkan segala aspek yang
terkandung dalam ayat serta menerangkan makna-makna yang tercakup di
dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir. Pemaparannya
dilakukan secara berurutan ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan
tartîb al-mushhaf . Dalam kitab ahkâm alQur‟ân, kecenderungan Ibn al-‟Arabî
adalah pada ayat-ayat ahkâm. Kitab tafsir ini juga menggunakan metode
muqaran yakni dengan membandingkan pendapat para mufassir.
3. Dari segi panjang pendeknya uraian dalam penafsiran ayat, kitab tafsir ini
dalam suatu ayat menempuh cara ithnâbîy ( panjang lebar ) dan dalam ayat
yang lain menempuh cara îjâzîy ( singkat ) menurut banyak sedikitnya
kandungan ayat yang sedang ditafsirkan.

1
Ahadan, “metode Ibnu al-Arabi dalam kitab tafsir Ahkam Al-Qur‟an dan hubungannya dengan metode penafsiran
kontemporer” https://ahadan.blogspot.com/2012/10/metode-ibnu-al-arabi-dalam-kitab-tafsir.html (diakses pada 10
oktober 2021, pukul 15.00)
C. Corak
Corak Tafsirnya Yang dimaksud dengan corak tafsir adalah kecenderungan mufassir
dalam menafsirkan al-Qur‟an menurut keahlian yang ia miliki. Dengan mencermati uraian-uraian
dalam tafsir ahkâm al-Qur‟ân, terlihat bahwa kecenderungan yang mendominasi Ibn al-Arabi
adalah kecenderungan fiqhi khususnya madzhab maliki. Tasawuf adalah salah satu trilogi ajaran
Islam. Namun kesahihannya hingga dewasa ini masih dipandang kontroversial, terutama dalam
hal landasan yuridis dan justifikasi penafsiran Al-Quran. Ibnu Arabi adalah tokoh sufi yang
melahirkan “pemikiran-pemikiran” yang dipandang kontraversial. karena itu, kajian mendalam
terhadap pendekatan tafsir karya Ibnu Arabi menjadi sangat penting. Masalah penelitian ini
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, apa konsep tafsir dalam
pemikiran Ibnu Arabi, bagaimana metode penafsiran al-Quran Ibnu Arabi, bagaimana corak
penafsiran Ibnu „Arabi, dan bagaimana validitas pemikiran sufistik Ibnu Arabi sebagai
interpretasi dari ayat-ayat al-Quran.3

Objek kajian pada tema tafsir ayat al-Quran yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, sifat
Tuhan, dan ibadah. Dari contoh-contoh penafsiran tersebut, penulis menganalisis secara kritis
sehingga didapatkan informasi tentang corak tafsir Ibnu Arabi, metode penafsiran Ibnu „Arabi,
dan pandangan-pandangan keagamaannya yang dipandang para ahli sangat kontrofersi. Adapun
sumber data juga dibatasi pada sebagian karya Ibnu Arabi, yaitu kitab al-Futūhāt alMakkiyyah,
Fusūs al-Hikam, dan Syajarah al-Kaun. Pemilihan ketiga karya Ibnu Arabi sebagai sampel
penelitian dengan pertimbangan bahwa di dalam ketiga kitab inilah pokokpokok pemikiran Ibnu
„Arabi tergambarkan dengan jelas. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, konsep tafsir
dalam pemikiran Ibnu „Arabi, pendekatan dan metode yang dipergunakan Ibnu „Arabi dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Quran, corak tafsir Ibnu Arabi, dan validitas pemikiran-pemikiran
sufistik Ibnu „Arabi sebagai hasil interpretasinya dari ayat-ayat al-Quran (produk tafsir sufi).

3
Cecep alba”, Corak Tafsir Al-qur‟an Ibnu „Arabi, Universitas Islam Negri Sunan kalijaga”, Yogyakarta, 2020, hlm
988
D. Karateristik Tafsir
Kata karakter merupakan serapan dari bahasa latin, yaitu kharakter yang memiliki
makna pembawaan individu berupa sifat, kepribadian,watak setra tingkah laku yang
diekspresikan setiap hari, maka dengan itu karakteristik tafsir ini mengungkap bagaimana
kepribadian seorang ibnu arabi didalam kesehariannya, baik dari sifat, sikap dan juga pemikiran
beliau yang ikut membangun peradaban islam pada masanya hingga sekarang.
4
Dalam menafsirkan al-qur‟an ibnu arabi ini menggunakan dimensi sufistik, sebagai
penggagas ajaran wahdat al-wujud dan Insan al-kamil ibnu arabi ini juga seorang salik atau bisa
disebut dengan orang yang menyingkap tabir penghalang antara tuhan dengan hambanya,
penafsiran sufistik ini sangat terasa jika kita mempelajari tokoh ibnu arabi ini, Seperti contohnya
saja ketika membahas surat al-maidah ayat 54 yang berbunyi :
ّ ‫فَ َسىْ فَ يَأْتِى ه‬
‫ّللاُ بِقَىْ ٍم ُّي ِح ُّبهُ ْم َويُ ِحبُّىْ نَه‬
“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai-Nya”.
Ibnu arabi menafsirkan ayat diatas bahwasanya untuk mencintai tuhan (al-hubb al-ilahiyy)
dengan sempurna diperlukan dua pondasi cinta, yaitu cinta natural (al-hubb at-tabi‟i) dan cinta
sepiritual (al-hubb ar-ruhani). 5

E. Sistematika
Dalam Kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Kata sistematika memiliki artian
pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan). Penafsiran al-qur‟an harus memiliki
sistemasi, adapun penafsiran ibn arabi ini memakai manhaj tafsir muqarin, yaitu menafsirkan
ayat-ayat yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan
memiliki redaksi yang berbeda tetapi memiliki kasus yang sama, yang kedua yaitu
membandingkan ayat al-qur‟an dengan hadits yang pada lahirnya terlihat bertentangan, yang
ketiga yaitu membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir yang menafsirkan al-qur‟an.6

4
Alfi yuda, Pengertian Karakter,unsur, Jenis, serta macam-macam pembentukannya yang perlu diketahui,
Bola.com,
5
Nihayatul Husna, Tafsir Sufistik ibn‟ Arabi (Kajian Semantik terhadap ayat-ayat hubb dalam kitab al-futuhat al-
makiyyah), Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015 hlm 8
6
Cecep alba, Corak Tafsir Al-qur‟an Ibnu „Arabi, Universitas Islam Negri Sunan kalijaga, Yogyakarta, 2020, hlm
988
KESIMPULAN

Dengan adanya berberapa pemaparan tntang terori tafsir yang dimiliki oleh ibnu Arabi
menuntun kita untuk melihat bahwa adanya keberagaman dalam usaha memahamiayat-ayat
yang ada. Wawasan pembahasan tafsir Ibnu „Arabi yang luas, gagasan yang orsinil serta
pengembangan imajinasi yang kasyfi (berdasar bimbingan Ilahi), nampak begitu jelas dalam
model penafsiran Ibnu „Arabi. Memang harus diakui bahwa al-Futūhat dan Fusūs al-hikam
bukanlah kitab tafsir kon-vensional, sehingga tidak ada penafsiran yang sistimatis dari mulai
surat al-Fātihah sampai an-Nas, sebagaimana penafsiran yang menggunakan metode
tahlili.,tetapi, seperti telah dijelaskan, substansi kajian kedua kitab termaksud diawali dengan
tema-tema tertentu dalam al-Quran yang mencakup segala aspek ajaran Islam, mulai dari aspek
akidah, syari‟ah dan hakikah dengan gaya dan sistimatika yang berbeda dengan mufassir sufi
yang lain. metodologi tafsir yang sudah baku di kalangan mufassir. Kalau me-todologinya benar
maka hasil natijahnya pun benar. Ajaran Ibnu Arabi itu dianggap controversial semata-mata
karena belum dipahaminya logika Ibnu „Arabi secara komprehensif

Anda mungkin juga menyukai