Anda di halaman 1dari 7

DZANBUN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

(Suatu Kajian Tafsir Tematik)

ILHAM RAHMAT
NIM: 80600221039

A. Pendahuluan
Al-Qur`an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu
pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT.
menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Demi membebaskan manusia dari
berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka ke jalan
yang lurus.1 Allah menamakan Al-Qur`an dengan beberapa nama, salah satunya al-
Furqân yang artinya adalah pembeda, Allah berfirman pada QS. Al-Furqan [25]:1:
َ َ َ ْٰ َ ُ َ ٰ َ َ َ ُْ َ َ َّ َ ٰ َ
‫تب َرك ال ِذ ْي نَّزل الف ْرقان على ع ْب ِد ٖه ِل َيك ْون ِللعل ِم ْين ن ِذ ْي ًرا‬

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)


kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam3” (Q.S Al-Furqan [25] : 1)

Menurut al-Qurthubî, penyebutan Al-Qur`an sebagai al-Furqân karena dua aspek.


Pertama, karena membedakan antara kebenaran dan kebatilan, Mukmin dan Kafir.
Kedua, karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang perkara yang disyariatkan
baik yang halal maupun yang haram.2 Maka dengan Al-Qur`an manusia bisa
membedakan mana perbuatannya yang mendatangkan keridhaan Allah untuknya
dan mana perbuatan yang mengakibatkan dosa bagi dirinya3. Sebagaimana
dicantumkan dalam sebuah hadis riwayat Muslim :

“Dari Muhammad bin Hâtim bin Maimûn, dari Ibnu Mahdi, dari
Mu’âwiyah bin Shâlih dari ‘Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dari
an-Nawwâs bin Sim’ân al-Anshârî, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah
saw tentang kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab,“Kebajikan adalah akhlak
yang baik dan dosa adalah apa yang membuatmu bimbang (ragu) hatimu dan
engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh manusia.” (HR. Muslim)

Sedangkan di dalam Al-Qur`an dijelaskan pula tentang dosa-dosa yang


harus dihindari oleh manusia, dan lafaz yang mengandung makna dosa di dalam
Al-Qur`an diantaranya yaitu, Dzanbun.

1
Manna al-Qaththân, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, Terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 3
2
Al-Qurthubî, Al-Jami’ li Ahkâm Al-Qur`an, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyyah, 1952),
Juz 13 , h. 2
3
Achmad Gholib, Studi Islam: Pengantar Memahami Agama, Al-Qur`an, Al-Hadis, dan
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Faza Media, 2005), h. 13
Kata dzanbun di dalam Al-Qur`an muncul sebanyak 14 kali, terdapat 9 kata
berbentuk jamak dan 5 kata berbentuk mufrad. Secara sederhana dzanbun
mencakup makna dosa, akhir sesuatu, dan keterbelakangan, digunakan untuk
menunjukkan dosa yang sudah lampau dan digunakan dalam konteks melawan atau
menentang Allah.
Di dalam Al-Qur`an lafaz dosa disebut dengan beragam kata yang masing-
masing dari kata tersebut menurut pandangan umum memiliki wilayah pengertian
dan makna yang hampir sama. Dalam ilmu Al-Qur`an ini disebut dengan istilah
Mutarâdif atau al-Tarâduf atau Sinonimitas.
Al- Tarâduf memiliki definis yang berbeda-beda dikalangan para ulama
diantaranya yaitu:
a. Menurut Ya’qub, Al- Tarâduf adalah “Berbeda artinya tetapi sama lafaznya.
Atau beragam lafaznya tetapi satu maknanya”4
b. Menurut Umar, Al- Tarâduf adalah “banyak lafaz tapi satu makna”5

Ulama linguistik Arab pada abad IV ramai berselisih pendapat tentang


eksistensi Tarâduf dalam bahasa arab: Sebagian menolak sama sekali adanya
Tarâduf , ada juga yang menyatakan adanya Tarâduf , dan ada orang yang
berlebihan dalam memahami adanya Tarâduf sehingga ada diantara mereka
berpendapat bahwa satu makna/subtansi bisa jadi memiliki ratusan sinonim untuk
mengungkapkannya. Dilihat dari sisi istilah tidak ditemukan kesepakatan para
ulama, akademisi klasik dan kontemporer. Sibawaih (w.180 H) diduga sebagai
orang pertama yang menampakkan penjelasan mengenai al- tarâduf dalam ilmu
bahasa. Menurut Sibawaih, ia membagi konteks hubungan antara lafaz dengan
makna menjadi tiga macam :
a. Lafaz yang beraneka ragam dan mempunyai makna yang beraneka ragam
juga.
b. Satu lafaz mempunyai aneka makna yang berbeda.
c. Beragam lafaz namun hanya mengandung satu makna.

B. Pengertian Lafaz Dzanbun


Kata dzanbunٌٌٌ‫ ذَ ْنب‬berasal dari kata dzanaba ( ‫َب‬
ٌَ ‫ )ذَن‬yang pada mulanya
6
berarti :
• Akhir dari sesuatu atau sesuatu yang diikut. Dari kata ini terbentuklah
beberapa kata lain yang memiliki arti yang beraneka ragam. Misalnya, ekor
binatang disebut dzanaba. Disebut demikian karena ekornya merupakan
akhir dari keseluruhan badannya dan selalu ikut kemana saja binatang itu

4
Imil Badi’ Ya’qub, Fiqh al-Lughah wa Khashâishuhâ, (Bairut : Dâr Al-Tsaqâfah al-
Islâmiyah, T.th). h. 180-181
5
Ahmad Mukhar Umar, ‘Ilm al-Dilâlah, (Kuwait :Maktabah Dâr al-Arabiyah li al-Nasr
wa al-Tauzi, 1982), cet. I, h. 145
6
M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur`an: Kajian Kosakata dan Tafsir, (Jakarta:
Yayasan Bimantara, 2002), h. 420-421
pergi. Seseorang yang mengikuti orang lain disebut al- madzânib. karena ia
datang terakhir dan mengikuti teman-temannya.
• Kata itu juga berarti “saluran air” karena airnya mengikuti saluran air
tersebut.

Bisa disimpulkan bahwa istilah “dosa” disebut dengan dzanbun (ٌ‫)ذَ ْنب‬
karena dosa itu akibat dari suatu perbuatan yang melanggar ajaran agama dan akan
mengikuti/menyertai pelakunya hingga hari kiamat.

C. Klasifikasi Ayat yang Mengandung Lafaz Dzanbun


Adapun ayat-ayat yang mengandung lafaz ini baik bentuk jamak ataupun
mufrad memiliki latar belakang persoalan yang sejenis yaitu perbuatan dosa yang
merupakan dosa besar seperti pada ayat-ayat di bawah ini:
a. QS. As-Syu’arâ [26]: 14
ُُ ْ ْ َ ُ َ ََ َْ َ َ َ
‫َول ُه ْم علَّي ذن ْۢ ٌب فاخاف انَّيقتل ْو ِن‬
Terjemah Kemenag 2019
14. Aku berdosa terhadap mereka.537) Maka, aku takut mereka akan
membunuhku.”
537) Nabi Musa a.s. merasa berdosa kepada orang-orang Mesir karena pernah
membunuh salah seorang di antara mereka tanpa sengaja sebelum menjadi nabi.

b. QS. Al-Mu`min [40]: 3


ْ َ َ ُ َّ َ ٰ َ ْ َّ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َّ َ
‫ِۗال ْيهِ ال َم ِص ْي ُر‬
ِ ‫و‬‫ه‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ل‬‫ا‬
ِ ِ ِ‫ا‬
ٓ ‫ل‬ ِۗ
‫ل‬ ‫و‬‫الط‬ ‫ى‬‫ذ‬ِ ِ ‫غ ِاف ِر الذن ْۢ ِب وق ِاب ِل التو ِب ش ِدي ِد ال ِع‬
‫اب‬ ‫ق‬
Terjemah Kemenag 2019
3. (Dia) Pengampun dosa, Penerima tobat, Pemberi hukuman yang keras, (dan)
Pemilik karunia. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua
makhluk) kembali.

c. QS. Al-Mu`min [40]: 55


َ ْ َْ َ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َّ ٌّ َ ‫َ ْ ْ َّ َ ْ َ ه‬
‫استغ ِف ْر لِذن ْۢ ِبك َو َس ِبح ِبح ْم ِد َر ِبك ِبالع ِشي َوال ِا ْبك ِار‬ ‫اّٰلل حق و‬
ِ ‫فاص ِبر ِان وعد‬
ِ
Terjemah Kemenag 2019
55. Bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, mohonlah ampun untuk
dosamu, dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi!

d. QS. At-Takwîr [81]: 8-9


ْ َ ُ َْ َ ْ َ َُ ْ َ
‫َواِ ذا ال َم ْو ٗءدة ُسىِٕلتْۖ ِباي ذن ْۢ ٍب ق ِتلت‬
ِ
Terjemah Kemenag 2019
8. apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
9. “Karena dosa apa dia dibunuh,”

e. QS. Yûsuf 12 : 29
َ ْٰ ْ ُ َّ َْ ْ َْ ْ َ َ ٰ ْ َ ْ َْ ُ ُ ُْ
ࣖ ‫ك كن ِت ِم َن الخ ِطـ ِْٕين‬ ِ ‫يوسف اع ِرض عن هذا واستغ ِف ِري لِذن ْۢ ِب‬
ِ ‫كْۖ ِان‬
Terjemah Kemenag 2019
29. Wahai Yusuf, lupakanlah ini dan (wahai istriku,) mohonlah ampunan atas
dosamu karena sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang bersalah.”

Selebihnya, disebutkan dalam bentuk jamak seperti pada :

a. QS. Âli Imrân [3]: 11


َ ْ ُ ْ َ ُ ‫ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ ََّ ُ ْ ٰ ٰ َ َ َ َ َ ُ ُ ه ُ ُ ُ ْ ْ َ ه‬ ٰ َْ َ
‫اب‬ ‫ق‬
ِ ِ ‫ع‬‫ال‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫ش‬ ‫اّٰلل‬‫و‬ ِۗ
‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫و‬
ِِ ِ‫ن‬‫ذ‬‫ب‬ ‫اّٰلل‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ذ‬‫خ‬‫ا‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ت‬‫ي‬
ِ ِ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫و‬‫ب‬ ‫ذ‬‫ك‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬
ِۗ ِ ِ ‫ب‬‫ق‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬‫ي‬
ِ ِ ‫ذ‬‫ال‬‫و‬ ‫ن‬‫و‬‫ع‬ ‫ر‬‫ف‬ِ ِ ‫كدأ ِب‬
‫ل‬ ‫ا‬
Terjemah Kemenag 2019
11. (Keadaan mereka) seperti keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang
sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Oleh sebab itu,
Allah menyiksa mereka karena dosa-dosanya. Allah sangat keras hukuman-
Nya.

b. QS. Âli Imrân [3]: 16


َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ ٰ َ َّ َ ََّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ََّ
‫اب الن ِار‬‫ال ِذين يقولون ربنآ ِاننآ امنا فاغ ِفر لنا ذنوبنا و ِقنا عذ‬
Terjemah Kemenag 2019
16. (Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya
kami benar-benar telah beriman. Maka, ampunilah dosa-dosa kami dan
selamatkanlah kami dari azab neraka.”

c. QS. Âli Imrân [3]: 31


ُ ُ َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ ‫ُ ْ ْ ُ ْ ُ ُ ْ َ ه‬
ٌ‫اّٰلل َغ ُف ْو ٌر َّرح ْيم‬
ُ ‫اّٰلل َو َي ْغف ْر لك ْم ُذ ُن ْوبَك ْمِۗ َو ه‬
ُ ‫يحب ْبك ُم ه‬ ْ َ ُّ ِ‫قل ان كنت ْم ح‬
ِ ِ ِ ‫ت بون اّٰلل فات ِبع ِوني‬ ِ
Terjemah Kemenag 2019
31. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

d. QS. Âli Imrân [3]: 93


َّ ُّ ُ ْ َّ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ ‫ه‬
ُ ‫الذ ُن ْو َب الا ه‬
َ َ َُْ َ َ َ ً َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ
ِۗ‫اّٰلل‬ ِ ‫احشة ا ْو ظل ُم ْوٓا انف َس ُه ْم ذك ُروا اّٰلل فاستغفروا لِذنو ِب ِهمِۗومن يغ ِفر‬ ِ ‫وال ِذين ِاذا فعلوا ف‬
َ َ ْ ُ ُ َ َ ٰ َ َ
‫ص ُّر ْوا على َما فعل ْوا َوه ْم َيعل ُم ْون‬ ُ ْ َ
ِ ‫و لم ي‬
Terjemah Kemenag 2019
135. Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menzalimi diri sendiri,119) mereka (segera) mengingat Allah lalu
memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat
mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa
yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka
mengetahui(-nya).
119) Perbuatan keji (fāḥisyah) adalah dosa besar yang akibatnya tidak
hanya menimpa diri sendiri, tetapi juga menimpa orang lain, seperti zina
dan riba. Adapun yang dimaksud dengan menzalimi diri sendiri adalah
perbuatan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri, baik besar
maupun kecil.

e. QS. Âli Imrân [3]: 147


َْ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ُُ ََ ْ َ َّ ُ َ ْ َ َّ َ َ َ َ
‫َو َما كان ق ْول ُه ْم ِال ٓا ان قال ْوا َربنا اغ ِف ْر لنا ذن ْوبنا َواِ س َرافنا ِف ْ ٓي ام ِرنا وث ِبت اقدامنا وانصرنا على القو ِم‬
ٰ ْ
‫الك ِف ِر ْي َن‬
Terjemah Kemenag 2019
147. Tidak lain ucapan mereka kecuali doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan
kami,123) tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir.”
123) Tindakan yang berlebihan adalah sikap melampaui batas-batas hukum
yang telah ditetapkan Allah Swt.

f. QS. Al-Mâidah [5]: 18


ََ َ ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ُ ْ ُ ُ َ ُ َ َ ْ ُ ٗ ُ َّ َ َ ‫َ ْ ُ َ ْ ٰۤ ُ ه‬ ٰ َّ ُ ْ َ َ
ِۗ‫اّٰلل وا ِحباۤؤهِۗ قل ف ِلم يع ِذبكم ِبذنو ِبكمِۗ بل انتم بش ٌر ِّمن خلق‬ ِ ‫َوقال ِت ال َي ُه ْود َوالنص ٰرى نحن ابنؤا‬
ْ َ َ ُ َ َْ َ ُ ْ ُ ‫َ ْ ُ َ ْ َّ َ ُ َ ُ َ ُ َ ْ َّ َ ُ َ ه‬
َ ‫الس ٰم ٰوت َو ْال َا ْرض َوما بينهما‬
‫ْۖواِ ل ْيهِ ال َم ِص ْي ُر‬ َّ ‫ك‬ ‫ّٰلل مل‬
ِ ‫يغ ِفر ِلمن يشاۤء ويع ِذب من يشاۤءِۗ ِو‬
ِ ِ
Terjemah Kemenag 2019
18. Orang Yahudi dan orang Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah, “(Jika benar begitu,)
mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Sebaliknya, kamu
adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia
mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia
kehendaki (pula). Milik Allahlah kerajaan langit, bumi, dan apa yang ada
di antara keduanya, dan kepada-Nya semua akan kembali.”

g. QS. Al-Mâidah [5]: 49


َ َْ ُ ‫َ َْ َ َ ه‬ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َّ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ََّ َ َ ُ ‫ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ ه‬ َ
ِۗ‫ن َبع ِض مآ انزل اّٰلل ِاليك‬ْۢ ‫َوا ِن احكم بينهم ِبمآ انزل اّٰلل ولا تت ِبع اهواۤءهم واحذرهم ان يف ِتنوك ع‬
َ ُ َٰ َّ َ ً ْ َ َّ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ ُّ ْ َ ُ ‫َ ْ َ ََّ ْ َ ْ َ ْ ََّ َ ُ ْ ُ ه‬
‫اس لف ِسق ْون‬ ِ ‫الن‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫ا‬‫ر‬ ‫ي‬‫ث‬ِ ‫ك‬ ‫ن‬ ِ‫ا‬‫ِۗو‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬
ِِ ‫و‬‫ن‬‫ذ‬ ‫ض‬ِ ‫ف ِان تولوا فاعلم انما ي ِريد اّٰلل ان ي ِصيبهم ِبب‬
‫ع‬
Terjemah Kemenag 2019
49. Hendaklah engkau memutuskan (urusan) di antara mereka menurut
aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu mereka. Waspadailah mereka agar mereka tidak dapat
memperdayakan engkau untuk meninggalkan sebagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang
telah diturunkan Allah), ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian
dosa-dosa mereka. Sesungguhnya banyak dari manusia adalah orang-
orang yang fasik.

h. QS. Yûsuf 12 : 91
َ ٰ َُّ َّ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ٰٓ ْ ُ َ
‫استغ ِف ْر لنا ذن ْوبنآ ِانا كنا خ ِطـ ِْٕين‬ ‫قالوا يابانا‬
Terjemah Kemenag 2019
97. Mereka (anak-anak Ya‘qub) berkata, “Wahai ayah kami,
mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami. Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang bersalah.”

i. QS. Nuh : 4
َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ َ َ َ ‫َ ْ ْ َ ُ ْ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ ُ ْ ٰٓ َ َ ُّ َ ًّ َّ َ َ َ ه‬
‫اّٰلل ِاذا جاۤء لا يؤخرُۘ لو كنتم تعلمون‬ ِ ‫يغ ِفر لكم ِمن ذنو ِبكم ويؤ ِخركم ِالى اج ٍل مسمىِۗ ِان اجل‬
Terjemah Kemenag 2019
4. niscaya Dia akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan
menangguhkanmu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu
yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah itu, apabila telah
datang, tidak dapat ditunda. Seandainya kamu mengetahui(-nya).”

D. KESIMPULAN

Lafaz Dzanb ٌ‫ ذَ ْنب‬kebanyakan digunakan untuk menunjukkan dosa yang


sudah lampau, ruang lingkup dalam konteks menentang Allah dan rasul-Nya.
Sedikit sekali lafaz ini digunakan dalam konteks dosa bertentangan dengan
manusia atau melakukan dosa atau kesalahan terhadap manusia. Dan lafaz
dzanb sering digunakan dalam bentuk jamak/ banyak, bisa jadi maknanya
adalah banyaknya dosa yang dilakukan atau bahkan seringnya dosa itu
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Kari>m

Gholib, Achmad, Studi Islam: Pengantar Memahami Agama, Al-Qur`an, Al-Hadis,


dan Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Faza Media, 2005.

al-Qurthubî, Al-Jami’ li Ahkâm Al-Qur`an, Kairo: Dâr al-Kutub al- Mishriyyah,


1952.
al-Qaththân , Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`an, Terj. H. Aunur Rafiq El-
Mazni, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005.

Ya’qub, , Imil Badi’, Fiqh al-Lughah wa Khashâishuhâ, Bairut : Dâr Al-Tsaqâfah


al-Islâmiyah, T.th

Shihab , M. Quraish, Ensiklopedi Al-Qur`an: Kajian Kosakata dan Tafsir, Jakarta:


Yayasan Bimantara, 2002.

Umar ,Ahmad Mukhar, ‘Ilm al-Dilâlah, Kuwait :Maktabah Dâr al-Arabiyah li al-
Nasr wa al-Tauzi, 1982,

Anda mungkin juga menyukai