Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ILMU AQSAM AL QUR’AN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Studi al Qur`an”

Dosen Pengampu:
Drs. H. M. Faishol Munif, M.Hum

Disusun oleh :
1. Arta Budiarti (08040420103)
2. Bima Chandra Setyawan (08040420106)
3. Cetrin Andyah Pramesty (08040420107)
4. Fakhriyadi Ainiyah (08040420116)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020

1
Kata Pengantar
‫س ِم‬
ْ ‫َللا ِب‬
ِ ّ ‫الرحْ َم ِن‬
ّ ‫الر ِحي‬
ّ
Assalamualaikum Warahmutallahi wabarokatuh

Puji Syukur kami berika kepada Allah SWT. Berkat rahmatt dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas kelompok dengan
judul “I;mu Aqsam Al Qur’an” dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam kami hadiahkan kepada Nabi kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Yang membawa kita dari zaman kebodohan menuju alam yang
berlimpah ilmu pengetahuan. Adapaun tujuan pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas Dosen, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Atas terselesainya tugas ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Masdar Hilmy. S.Ag. M.A., Ph.D selaku Rektor UIN Sunan
Ampel Surabaya.
2. Bapak Dr. H. AH. Ali Arifin, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Bapak Achmad Room Fitrianto, S.E., M.E.I selaku Kepala Program Studi
Ekonomi Syariah.
4. Bapak Drs. H. M. Faishol Munif, M.Hum selaku Dosen mata kuliah Studi
al Qur’an UIN Sunan Ampel Surabaya.
5. Orang tua yang selalu mendukung dan memberi semangat serta tak pernah
Lelah memberi doa dan motivasi.
6. Serta teman-teman yang membantu.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami serta berguna. saya
mohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan, dan
kembali lagi kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan
di masa yang mendatang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Surabaya, November 2020

Penyusun

2
A. Latar Belakang

Kesediaan jiwa pribadi bagi setiap individu dalam menerima dan


membenarkan sesuatuserta patuh menurut perintah Allah swt. berbeda-
beda.Jiwa bersih yang fitrahnya tidak dikotori dengan najis atau tidak
ternoda oleh kejahatan, maka hati orang ini lebih terbuka untuk menerima
petunjuk dengan kata lain bahwa jiwa yang sepertiinilah yang cepat
menangkap huda (petunjuk) Allah swt yang jatuh kepadanya sekalipun
petunjuk tersebut yang sampai kepadanya hanya sepintas.Adapun jiwa
yang diselubungi oleh awan kejahilan serta ditutupi oleh kegelapan bathil
atau gelapnya kebatilan, maka hati orang seperti ini tidak akan bersedia
menerima kebenaran agama atau tidak akantergugah hatinya kecuali
dipaksakan sampai timbul kegoncangan. Dalam arti dengan peringatan dan
bentuk kalimat yang kuat dan kokoh, sehingga dengan demikian barulah
tergoyahkan keingkarannya tersebut.
Disamping itu qasam (sumpah) dalam pembicaraan merupakan
salah satu uslub pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti konkrit
dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya. Dan hal
inilahmerupakan salah satu cara yang ampuh untuk menyadarkan mereka.
Sebagaimana di ketahui bahwa sudah menjadi kebiasaan manusia dalam
semua masa atau waktu jika berbicara, berjanji dan bersemboyang, maka
mereka selalu ingin memperkuatnya dengan berbagai cara, diantaranya
adalah dengan sumpah. Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan
mantap dalam menerima dan mempercayai ucapan yang didengarnya.
Sebab pembicaraan yang diperkuat dengan itu, berarti sudah dipersaksikan
di hadapan Tuhan. Sumpah yang ada dalam al-Qur’an cukup meliputi
berbagai hal di alam jagad raya ini. Tampil sebagai persoalan yang tidak
semata-mata benar, akan tetapi juga merupakan berita besar yang harus
dipercayai, sebab akan mendatangkan kemaslahatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa sumpah
sang khaliq dengan suatu makhluknya antara lain dimaksudkan untuk
mengagungkan tema sumpah tersebut, termasuk sebagai kesiapan jiwa
dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahayanya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ilmu aqsam al Qur’an?
2. Apa saja unsur-unsur di dalam ilmu aqsam al Qur’an?
3. Apa saja macam-macam dari ilmu aqsam al Qur’an?
4. Sebutkan sighat-sighat ilmu aqsam alQur’an!
5. Apa tujuan dan faedah dari ilmu aqsam Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aqsam al Qur’an
2. Untuk mengetahui unsur-unsur di dalam ilmu aqsam al Qur’an
3. Untuk mengetahui macam-macam dari ilmu aqsam al Qur’an
4. Untuk mengetahui sighta-sighat ilmu aqsam al Qur’an
5. Untuk mengetahui tujuan dan faedah dari ilmu aqsam al Qur’an

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Aqsam Al Qur’an
Menurut bahasa, Aqsām (‫ )أقسام‬merupakan lafadz jama’ dari kata
qasam (‫)قسم‬. Qasam sama artinya dengan kata ḫalf (‫)فلح‬, yamîn (‫ )يمين‬dan
aliyah (‫ )ألية‬yang mempunyai satu makna yaitu sumpah. Keempat kata
tersebut digunakan dalam al-Qur'an. Kata half disebut sebanyak 13 kali,
kata qasam disebut sebanyak 33 kali, kata yamīn disebut sebanyak 71 kali,
dan kata aliyah disebut sebanyak dua kali. Sumpah dinamakan dengan
yamîn karena orang arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan
masing-masing. Sumpah itu sendiri berbentuk kalimat bukan kata tunggal,
yang berfungsi sebagai penegas dan penentu terhadap isi kalimat yang
lain. Adapun qasam menurut istilah adalah mengaitkan jiwa untuk tidak
melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat
dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah, baik secara
nyata atau secara keyakinan saja.
Menurut Kāzhim Fatḫīal Rāwī, qasam berarti sesuatu yang
dikemukakan untuk menguatkan sesuatu yang dikehendaki oleh yang
bersumpah, baik untuk memastikan atau mengingkari sesuatu. Ibnu al
Qayyim mengemukakan bahwa qasam merupakan ungkapan yang
diberikan untuk penegasan dan penguatan berita jika berita-berita itu
disertai dengan kesaksian(syahādah). Jadi dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan aqsām al-Qur`ān yaitu sesuatu yang disampaikan untuk
menguatkan sebuah berita yang terdapatdi dalam al-Qur'an disertai dengan
unsur-unsur qasam untuk menghilangkan keraguan dan meyakinkannya
tentang kebenaran akan isi kandungan al-Qur'an.1
Dalam Al-Quran Allah bersumpah untuk memberitahukan kepada
seluruh hamba-hambanya dengan seluruh isi jagat dan sesuatu yang ia
lihat. Ini merupakan sumpah yang paling umum dalam Al-Quran.
Adakalanya sumpah itu disebutkan secara lengkap. Dalam Redaksi
sumpah yang ada dalam al-Qur’an ditunjukkan dengan 3 huruf yaitu
Wawu( ‫)و‬,Ta( ‫)ت‬, dan Ba ( ‫)ب‬. Ketiga huruf tersebut telah dirangkai
dengan fi’il qasam, seperti ‫باﷲ‬,‫تاﷲ‬,‫وﷲ‬.Huruf wawu tersebut telah banyak
terdapat dalam al-Qur’an dan menunjuk kepada selain Allah. Dan pada
umumnya telah berkisar pada sesuatu yang bersifat material, sehingga
dapat dilihat dalam alam nyata. Seperti sumpah-sumpah Allah yang
menyangkut pada langit, Matahari, Bulan, Masa Perbintangan, Bumi dan
sebagainya.

1
Misnawati. “Jurnal Mudarrisuna Aqsām Al-Qur`An: Gaya Bahasa Al-Qur'an
Dalam Penyampaian Pesan” Vol. 10 No. 2 2020, hal. 3-5

5
Qasam dengan huruf Ta dan Ba juga terdapat pula dalam al-Qur’an
namun tidak sebanyak qasam dengan huruf wawu tersebut. Seperti contoh
dengan huruf wawu seperti dalam surat Ad-Dhuha ‫س ٰجى‬ َ ‫ َوالَّ ْي ِل اِذَا‬dengan Ta
seperti dengan surat al-Anbiya ayat 57 َ ‫صنَا َمكُم‬ ۡ َ ‫َاّٰلل َ ََلك ِۡيدَنّ ا‬
ِ ‫ َو ت ه‬dan Ba dalam
ۡ
surat An-Nahl surat 38 ‫اّٰلل‬ ‫س ُم ۡوا بِ ه‬
َ ‫ َو اَق‬.
Dasar hukum sumpah, Firman Allah swt:
‫صدَدت ُّ ْم عَن‬ ُّ ْ‫َوَلَ تَتَّخِ ذُوا ْ أ َ ْي َمانَكُ ْم َد َخالً بَ ْينَكُ ْم فَت َ ِز َّل قَ َد ٌم بَ ْع َد ثُبُوتِ َها َوتَذُوقُواْ ال‬
َ ‫سو َء ِب َما‬
َ ‫ّللا َولَكُ ْم‬
‫عذَاب عَظِ ي ٌم‬ ِ ّ ‫س ِبي ِل‬
َ .
Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai
alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah
kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) Karena kamu
menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar”. 2
Allah bersumpah dengan Angin, Langit, nama Waktu, Nama
Binatang itu semua merupakan sebuah tanda-tanda kebesaran Allah yang
harus di perhatikan dan di pikirkan. Allah bersumpah atas pokok-pokok
keimanan yang harus wajib diketahui oleh Makhluk-Nya. Para ulama
sepakat bahwa sumpah yang sesuai dengan syari’at Islam adalah sumpah
yang kalimat sumpah-Nya menyebut nama Allah. Dan Allah juga
bersumpah dengan sesuatu yang telah terlihat dan tidak terlihat, ini
merupakan sumpah yang paling umum dalam al-Qur’an. Qasam
merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk
memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur’an
al-Karim di turunkan untuk seluruh manusia dan juga mempunyai sikap
yang bermacam-macam terhadap-Nya. Diantaranya ada yang meragukan,
ada yang mengikari dan ada pula yang memusuhi, karena itu di pakailah
kata sumpah (qasam) guna untuk menghilangkan rasa keraguan,
melenyapkan kesalapahaman dengan cara yang paling sempurna. Allah
bersumpah dengan angin, bukit, kalam, langit yang telah memiliki
gugusan bintang, disebabkan semua ini merupakan tanda-tanda kebesaran
Allah yang harus diperhatikan dan dipikirkan. Allah bersumpah atas
(untuk menetapkan) pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui oleh
Makhluk.
Allah juga dapat bersumpah dengan apa yang telah dikehendaki-
Nya, mengingat dari perbedaan yang mendasar, maka Allah dapat
memakai apa dan siapa saja yang dikehendaki- Nya dalam bersumpah.
Dan sebaliknya manusia tidak boleh bersumpah kecuali atas nama Allah
jika mereka bersumpah atas nama-nama selain Allah itu dianggap syirik,
dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah.

2
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran al-Qur’an, 1971), hlm. 378.

6
Dalam al-Qur’an, Allah bersumpah dengan seluruh isi jagat raya
untuk memberitahukan kepada hamba-hambanya, bahwa Allah bersumpah
dengan sesuatu yang terlihat Allah juga dapat bersumpah dengan apa yang
telah dikehendaki-Nya, mengingat dari perbedaan yang mendasar, maka
Allah dapat memakai apa dan siapa saja yang dikehendaki-Nya dalam
bersumpah. Dan sebaliknya manusia tidak boleh bersumpah kecuali atas
nama Allah jika mereka bersumpah atas nama-nama selain Allah itu
dianggap syirik dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah. Sebagaimana
ditegaskan oleh Nabi saw dalam sebuah hadisnya dari Umar bin khatab r.a
‫من حلف بغيرﷲ فقدكفراواشرك‬. ‫رواه الترمذى‬
Artinya :“Barang Siapa bersumpah kepada selain ( nama ) Allah,
maka ia telah kafir atau telah mempersekutukan (Allah)”.(H.R. Ahmad
dan at-Turmudzy).
Menurut ’Aisyah bint al-Syathi’ sendiri juga memberikan
penjelasan tentang ayat-ayat sumpah Allah dalam al-Qur’an meliputi surah
ad-Dhuha sumpah Allah dengan nama waktu, an-Nazi’at sumpah Allah
dengan nama Malaikat dan al-Balad sumpah Allah dengan nama benda
yang artinya menyebutkan nama kota.namun setidaknya dapat di
golongkan berdasarkan macam atau golongan. Di lihat dari kata sumpah
Allah dengan nama Makhluk-Nya Sumpah Allah dengan nama Benda,
Kedua Sumpah Allah dengan nama Waktu dan Ketiga Sumpah Allah
dengan nama Malaikat dan sebagainya.
Denda atau hukuman bagi orang yang mempermainkan asma Allah
dengan sumpahnya . kita mengenal selama ini wujud denda dari suatu
perbuatan melanggar hukum dalam tata hukum yang positif yang
diciptakan oleh manusia dengan membayarkan harta milik, khususnya
membayar dengan mata uang. Di sini ada suatu perbedaan yang mendasar
pada wujud denda tersebut, yang satu (Hukum Islam) mewujudkan denda
itu dengan menunjukkan kadar atau bobot beban denda yaitu dengan:
1. Memberikan makanan kepada 10 orang miskin.
2. Memberika beberapa pakaian untuk orang miskin.
3. Memerdekakan budak.
4. Berpuasa selama tiga hari. 3

B. Unsur-Unsur Ilmu Aqsam Al Q ur’an


Sesuatu itu dinamai dengan uslub qasam jika dia itu diiringi
dengan unsur-unsur yang mendukung qasam tersebut. Ada beberapa unsur
qasamyang mesti ada yaitu:

3
Fajar hidayanto,”NILAI FILOSOFI KAFARAT SUMPAH DALAM SYARIAT
ISLAM,(Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia),hlm.57

7
1) Fi‟il ‫ أقسم‬dan ‫ فلحأ‬yang dimuta’addikanatau disertai dengan huruf bā'
(‫ )ءابال‬sebagai sighah asli qasamyang mesti diiringi oleh fi'il.
Contohnya surat al-Taubah ayat 62 yang berbunyi:

َ‫ّللاُ َو َرسُ ۡولُ ۤٗه اَحَقُّ ا َ ۡن يُّ ۡرض ُۡوهُ ا ِۡن كَانُ ۡوا ُم ۡؤ ِمنِ ۡين‬
‫اّٰلل لَـكُمۡ ِليُ ۡرض ُۡوكُمۡ ۚ َو ه‬
ِ ‫يَ ۡح ِلفُ ۡونَ بِ ه‬

“Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk


menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas
mereka mencari keridaan-Nya jika mereka orang mukmin”.

Adakalanya fi`il qasamdidahului oleh lāalnāhiyah(‫ )`ال الناهية‬Ā'isyah


binti al Syāthi' menyatakan bahwa ungkapan ‫ال أقسم‬ yang mendapat
tambahan lā dalam al-Qur'an hanya berlaku untuk muqsam bihnya Allah.
Bentuk sumpah yang ditambah huruf lādi depanfi‟il qasamnya,seperti
surat al-Ma‟ārijayat 40 yang berbunyi:

َ‫ب إِنَّا لَ ٰقَد ُِرون‬


ِ ‫ق َوٱ ْل َم ٰغَ ِر‬ َ ٰ ‫ب ٱ ْل َم‬
ِ ‫ش ِر‬ ِ ‫ال أ ُ ْق‬
ِ ّ ‫س ُم ِب َر‬ ٓ َ َ‫ف‬

“MakaAku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat


terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh,
Kami pasti mampu”.
Kebanyakan bentuk fi`ilini dibuang,karena banyak dipergunakan dalam
pembicaraan. Bentuknya dipersingkat dan cukup dengan bā' saja dan
bā'nya diganti dengan huruf qasam (‫ )أداةالقسم‬lainnya berupa huruf waw
(‫ )واوال‬pada isim zhāhir (kata benda yang nyata atau bersifat indrawi).
Umumnya ia terdapat pada awal surat al-Qur'an. Maksud tidak digunakan
huruf waw berbaringan dengan fi`il qasam agar tujuannya itu tidak batal
ketika digantikannya dengan huruf bā'. Penggunaan huruf waw lebih
ringan dibandingkan dengan huruf bā'setelah fi`ilnya dibuang10.
Contohnya seperti surat al-Lailayat 1-4 yang berbunyi: 4

َ َّ‫ ِإن‬٣ ‫ق الذَّك ََر َو ْاْلُنث َ ٰ ٓى‬


َ َ‫س ْع َيكُ ْم ل‬
٤5 ‫شت َّ ٰى‬ َ ‫َار ِإذَا ت َ َجلَّ ٰى‬
َ َ‫و َما َخل‬٢ َ ‫َوالَّ ْي ِل ِإذَا َي ْغش َٰى‬
ِ ‫والنَّه‬١

4
PT Pustaka Rizki Putra. “Aqsamul Quran”, semarang, diakses dari
https://www.academia.edu/12944801/AQSAMUL_QURAN diakses pada 04
November 2020 pukul 20.00
5
Misnawati.“Jurnal MUDARRISUNA AQSĀM AL-QUR`AN: GAYA BAHASA AL-
QUR'AN DALAM PENYAMPAIAN PESAN” Vol. 10 No. 2, 2020 hal. 5-13

8
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Demi siang apabila
terang benderang. Demi penciptaan laki-laki dan perempuan.
Sungguh, usahamu memang beraneka macam”.

‫ىَلَقا َ َم َوكبَ َركَعهدَواَم‬.‫ىَجَسا َ ِذإِ ْليهلالَو‬.‫ىَحضالَو‬

Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi


malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau
(Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.

Huruf qasam lainnya yaitu huruf tā`(‫ )التاء‬yang khusus digunakan


pada lafadh jalālah(‫)ﷲ‬. Penggunaan huruf tā`ini sebagai ganti huruf waw
yang sudah biasa digunakan di kalangan bangsa Arab. Mereka itu beralih
dari huruf waw ke huruf lainnya apabila terletak di awal kata. Ia dianggap
di antara huruf-huruf qasam yang paling lemah dan tidak disertai
bersamanya fi`il qasam sebagaimana huruf bā'. Ia tidak masuk pada kata
kata ‫ الرحمن‬،‫ الرب‬،‫ﷲ‬, dan jika ada selain ini maka itu suatu yang aneh dan
cacat. Al Mukhtāral Salāmī berpendapat bahwa huruf tā' bukanlah huruf
asli dalam qasam tapi ia adalah ganti dari huruf waw karena keduanya
berdekatan dalam makhrajnya misalnya"" ‫ تراث‬asal katanya "‫"وراث‬.
Contohnya surat al-Anbiyā` ayat 57 yang berbunyi:

۟ ُّ‫ص ٰنَ َمكُم َب ْع َد أَن ت َُول‬


َ‫وا ُم ْد ِب ِرين‬ ْ َ ‫ٱّٰلل َْل َ ِكيدَنَّ أ‬
ِ َّ َ ‫َوت‬

Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya”.

Jadi dalam penggunaannya waw dan tā`al-qasam mesti dibuang


fi'ilnya.Ja'far al Subḫānī menyebutkan untuk unsur yang pertama ini
dengan istilah lain yaitu al-Qāsim (‫ )القاسم‬atau al-Hālif (‫)الحالف‬. Perbedaan
yang digunakan untuk unsur yang pertama hanyalah perbedaan istilah saja,
namun tujuannya sama semua.

2) Muqsam bih (‫ )الدقسم به‬atau penguat sumpah, yaitu sumpah itu harus
diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah yaitu
Allah. Ditinjau dari muqsam bihnya, maka qasam itu hanya dengan
menggunakan nama atau sesuatu yang diagungkan atau dibesarkan.
Kadangkala Allah bersumpah dalam al-Qur'an dengan menyebut diri-
Nya atau zat-Nya, dan ini terdapat di tujuh tempat 14 yaitu:

a. Surat Yūnus ayat 53: ‫ق ۖ َو َما ٓ أَنت ُم‬ ٌّ ‫ست َۢنبِـُٔونَكَ أ َ َح‬
ٌّ ‫ق ه َُو ۖ قُ ْل إِى َو َربِّ ٓى إِنَّ ۥه ُ لَ َح‬ ْ َ‫َوي‬
‫ِب ُم ْع ِج ِزي َن‬

9
“Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab) itu pasti
benar”.

b. Surat al Taghābun ayat 7: ‫ۚ قُ ْل َبلَ ٰى َو َر ِّبي لَت ُ ْبعَثُنَّ ث ُ َّم لَتُنَبَّؤُنَّ بِ َما عَ ِم ْلت ُ ْم‬

“Katakanlah (Muhammad), “Tidak demikian, demi Tuhanku,


kamu pasti dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah
kamu kerjakan”.

c. Surat Sabā' ayat 3: ‫ساعَة ُ ۖ قُ ْل بَلَ ٰى َو َر ِبّي لَت َأْتِيَنَّكُ ْم‬


َّ ‫قَا َل الَّذِينَ َكفَ ُروا ََل ت َأْتِينَا ال‬

“Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari Kiamat itu tidak


akan datang kepada kami.” Katakanlah, “Pasti datang, demi
Tuhanku yang mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti akan
datang kepadamu”.

ِ ‫ش ٰيَطِ ينَ ث ُ َّم َلنُح‬


d. Surat Maryam ayat 68 : ‫ْض َرنَّ ُه ْم َح ْو َل‬ َّ ‫فَ َو َربِّكَ لَنَ ْحش َُرنَّ ُه ْم َوٱل‬
‫ِجثِيًّا‬ ‫َج َهنَّ َم‬
“Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan
mereka bersama setan, kemudian pasti akan Kami datangkan
mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut”.

e. Surat al Ḫijr ayat 92 : َ‫سـَٔلَنَّ ُه ْم أ َ ْج َم ِعين‬


ْ َ‫فَ َو َربِّكَ لَن‬
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua”.

َ ‫فَ َال َو َربِّكَ ََل يُؤْ ِمنُونَ َحت َّٰى يُ َح ِ ّك ُموكَ فِي َما‬
f. Surat al Nisā' ayat 65 : ‫ش َج َر بَ ْينَ ُه ْم‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka
menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan”.

g. Surat al Ma`ārij ayat 40 : َ‫ب ِإ َّنا لَ ٰقَ ِد ُرون‬


ِ ‫ق َوٱ ْل َم ٰ َغ ِر‬ َ ٰ ‫ب ٱ ْل َم‬
ِ ‫ش ِر‬ ِ ‫ال أ ُ ْق‬
ِ ّ ‫س ُم بِ َر‬ ٓ َ َ‫ف‬
“Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-
tempat6 terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang),
sungguh, Kami pasti mampu”7

6
Misnawati.“Jurnal MUDARRISUNA AQSĀM AL-QUR`AN: GAYA BAHASA AL-
QUR'AN DALAM PENYAMPAIAN PESAN” Vol. 10 No. 2, 2020 hal. 5-13
7
PT Pustaka Rizki Putra.“AQSAMUL QUR'AN”, semarang, diakses dari
https://www.academia.edu/12944801/AQSAMUL_QURAN diakses pada 04
November 2020 pukul 20.00

10
Selain dari ayat-ayat tersebut di atas makaAllah bersumpah dalam
al Qur'an semuanya dengan menggunakan ciptaannya sesuai dengan
kehendaknya. Al Zarkasyī menjelaskan beberapa argument bahwa Allah
bersumpah menggunakan makhluk ciptaan-Nya.
1. membuang mudhāf seperti ayat ‫ورب الفجر‬ dan ayat ‫ورب التين‬,
demikian juga contoh lainnya.
2. Benda-benda yang dipakai untuk bersumpah oleh Allah adalah benda-
benda yang dikagumi oleh orang Arab dan mereka mempergunakannya
untuk bersumpah, sehingga al-Qur'an diturunkan sesuai dengan
kebiasaan mereka.
3. Sumpah-sumpah yang diucapkan tersebut dengan menggunakan
makhluk ciptaan-Nya disebabkan karena benda-benda tersebut
menunjukkan tanda-tanda kebesaran penciptanya. Di sisi lain, Abū al
Qāsim al Qushairī seperti yang dikutip oleh al Zarkasyī menjelaskan
bahwa sumpah Allah terhadap ciptaanNya mencakup dua hal yaitu
karena kelebihannya, seperti yang terdapat dalam surat al Dhuḫā ayat
1-3:
‫س ٰجى َما َو َّدعَكَ َربُّكَ َو َما قَ ٰلى‬
َ ‫َوالض ُّٰحى َوالَّ ۡي ِل اِذَا‬
“Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi
malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau
(Muhammad) dan tidak (pula) membencimu”.

atau karena manfaatnya seperti yang terdapat dalam surat al Tīn


ayat 1-4:
‫س ِن ت َ ۡق ِو ۡيم‬
َ ‫سانَ فِ ۡۤٗى ا َ ۡح‬ ِ ۡ ‫س ۡي ِن ۡينَ َو ٰهذَا ۡالبَلَ ِد ۡاَلَ ِم ۡي ِن لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا‬
َ ‫اَل ۡن‬ ِ ‫الز ۡيت ُۡو ِن َوطُ ۡو ِر‬
َّ ‫َوال ِت ّ ۡي ِن َو‬
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan
demi negeri (Mekah) yang aman ini. Sungguh, Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Jadi Allah bersumpah dengan sebahagian makhluk-Nya itu karena


ia memiliki kelebihan dalam penciptaannya dan menunjukkan
sempurnanya kekuasaan Allah dan begitu besar hikmahnya.

11
Ibnu `Āsyūr berpandangan bahwa sumpah-sumpah yang ada dalam
al-Qur'an itu menggunakan sesuatu yang agung yang menunjukkan kepada
kemahakuasaan Allah. Dan juga digunakan untuk sesuatu yang berkah.
Demikian pula Al Biqā`īmelihat bahwa sumpah Allah kepada
makhlukNya itu karena adanya kemuliaan dan keagungan akan indahnya
ciptaan Allah. Hal ini menunjukkan pada kemahakuasaan-Nya yang luar
biasa. Sementara untuk sumpah selain Allah, seseorang itu hanya
dibenarkan bersumpah dengan mengaitkan dengan lafadh Allah. Dengan
bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, maka hal ini sama
dengan mengagungkan Allah karena telah menjadikan namanya selaku zat
yang diagungkan sebagai penguat sumpah. Oleh sebab itu manusia tidak
diperkenankan bersumpah dengan menyebut nama selain Allah. Karena itu
ketika seseorang bersumpah hendaklah ia berpikir secara matang karena ia
sudah mengaitkan sumpahnya itu dengan Allah.
Muqsam alaih (‫ )عليهمسقلما‬atau berita yang diperkuat dengan
sumpah yaitu berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang
yang mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tersebut.Muqsam `alaihini
dinamakan juga dengan jawāb al qasam (‫)جواب القسم‬. Inilah sebenarnya
yang menjadi tujuan dari sumpah itu sendiri yaitu membenarkan dan
menguatkan berita yang disampaikan. Dalam arti bentuk berita yang ingin
dipercaya/diterima oleh orang yang mendengarnya sehingga diperkuat
dengan sumpah tersebut, atau disebut juga jawab qasam. Posisi muqsam
alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena yang
dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidi muqsam alaih
(menguatkannya). Menurut Mana’ul Quthan (t.t.:123-125), ada empat hal
yang harus dipenuhi muqsam alaih, yaitu. 8
a. Muqsam alaih/berita itu harus terdiri dari hal-hal yang
baik, terpuji, atau hal-hal yang penting.
b. Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap
bentuk sumpah. Jika kalimat muqsam alaih tersebut
terlalu panjang, maka muqsam alaihnya boleh dibuang.
Seperti yang terdapat dalam surah Al-Qiyamah ayat 1- 2
c. Jika jawab qasamnya berupa fi’il madhi mutaharrif yang
positif (tidak dinegatifkan), maka muqassam alaihnya
harus dimasuki huruf “lam” dan “qod”.
d. Materi isi muqsam alaih itu bisa bermacam-macam,
terdiri dari berbagai bidang pembicaraan yang baik-baik
dan penting. Seperti keterangan bahwa Rasulullah SAW.
adalah benar-benar utusan Allah

8
Minawati,2020,GAYA BAHASA AL-QURAN DALAM PENYAMPAIAN PESAN, jurnal MUDARRISUNA
vol.10 no.2

12
Al Mukhtār al Salāmī menyebutkan bahwa fi`il qasam, adāt al
qasam, dan muqsam bih dengan jumlah al qasam (‫( )جملة القسم‬kalimat untuk
sumpah), sedangkan untuk muqsam alaih disebut jawāb al-qasam ( ‫جواب‬
‫)القسم‬. Biasanya muqsam alaih disebutkan, namun kadangkala dia dibuang
kalua sekiranya banyak dan dipahami dalam konteks pembicaraan.
Muḫammad al Mukhtār al Salāmī menjelaskan bahwa orang Arab dalam
pembicaraannya kadangkala membuang kalimat jawab al-qasam secara
lengkap dan kadangkala sebahagian saja.Contoh seperti yang terdapat
dalam surat al Ra`d ayat 31:

‫طعَتْ بِ ِه ْٱْل َ ْرضُ أ َ ْو كُ ِلّ َم بِ ِه ٱ ْل َم ْوت َٰى ۗ بَل ِّ َّّٰللِ ْٱْل َ ْم ُر جَمِ يعًا‬
ّ ِ ُ‫ۗ َولَ ْو أَنَّ قُ ْر َءانًا سُيِّ َرتْ بِ ِه ٱ ْل ِجبَالُ أ َ ْو ق‬

“Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu
gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi
terbelah,9atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-
Qur'an). Sebenarnya segala urusan itu milik Allah”.10

Muqsam alaih dalam ayat di atas dibuang, itu idealnya, «‫»لما آمنوا‬.
Dalam ayat berikut tergambar ketiga unsur qasam, yaitu surat al-Nahl
ayat 38 yang merupakan shighat qasam yang asli yang berbunyi:

َّ‫علَ ْي ِه َحقًّا َو ٰلَ ِكن‬


َ ‫عدًا‬ْ ‫ٱّٰللُ َمن يَ ُموتُ ۚ بَلَ ٰى َو‬
َّ ‫ث‬ ُ َ‫ٱّٰلل َج ْه َد أ َ ْي ٰ َمنِ ِه ْم ََل يَ ْبع‬ ۟ ‫س ُم‬
ِ َّ ِ‫وا ب‬ َ ‫َوأ َ ْق‬
َ‫اس ََل َي ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫أ َ ْكث َ َر ٱلن‬
Artinya : “Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan
sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang
yang mati.” Tidak demikian (pasti Allah akan membangkitkannya),
sebagai suatu janji yang benar dari-Nya,tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.

9
PT Pustaka Rizki Putra.“AQSAMUL QUR'AN”, semarang, diakses dari
https://www.academia.edu/12944801/AQSAMUL_QURAN diakses pada 04
November 2020 pukul 20.00
10
Misnawati.“Jurnal MUDARRISUNA AQSĀM AL-QUR`AN: GAYA BAHASA
AL-QUR'AN DALAM PENYAMPAIAN PESAN” Vol. 10 No. 2, 2020 hal. 5-13

13
Kata ‫او َم ْسقَأَو‬
ُ merupakan shighat qasam yang asli yang merupakan
unsur yang pertama yaitu fi'il qasam atau al-Qāsim. Kata ‫ِهللَّ ِب‬
َّ ‫ي ِْنَ ُم‬
merupakan muqsam bih. Kata ‫هلالُث َ ْعبَيَ ْل‬ ُ ُِ merupakan muqsam
ْ َِ‫تو‬
alaih. Jika jawab al qasam itu berupa jumlah fi`liyyah (kalimat yang terdiri
dari fi`il danfā`il) yang berbentuk fi`il mudhāri`(kata kerja bentuk
sekarang dan akan datang) maka dia dikuatkan oleh lam dannun al taukīd.
Contohnya surat al Insyiqāq ayat 16-19 yang berbunyi:

َ َّ‫ق َوالَّ ْي ِل َو َما َوسَقَ َوا ْلقَ َم ِر اِذَا اتَّسَقَ لَت َ ْر َكبُن‬
َ ‫ط َبقًا ع َْن‬
‫ط َب ۗق‬ ِ َ‫شف‬ ِ ‫ال ا ُ ْق‬
َّ ‫س ُم ِبال‬ ٓ َ َ‫ف‬
Artinya : “Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu
senja, Demi malam dan apa yang diselubunginya, Demi bulan apabila jadi
purnama, Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam
kehidupan)”.

Dan jika jawab al qasam itu fi`il mādhi (kata kerja bentuk lalu)
maka hendaklah ia diikuti oleh lam al taukīd. Contoh surat al Balad ayat
1-4 yang berbunyi
َ ‫اَل ۡن‬
‫سانَ فِ ۡى َكبَد‬ ِ ‫ََل ۤٗۤ ا ُ ۡق‬
ِ ۡ ‫س ُم بِ ٰهذَا ۡالبَلَ ِد َوا َ ۡنتَ ِح ٌّل ۢ بِ ٰهذَا ۡالبَلَ ِد َو َوا ِلد َّو َما َولَ َد لَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا‬
Artinya : “aku bersumpah dengan negeri ini (Mekah). Dan engkau
(Muhammad), bertempat di negeri (Mekah) ini. Dan demi (pertalian)
bapak dan anaknya. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada
dalam susah payah”.

Namun jika jawab al qasamitu jumlah ismiyyah (kalimat yang


terdiri dari mubtadā' dan khabar), maka diaitu dikuatkan oleh Inna (‫ )نإ‬dan
lam al taukīd atau lam al taukīd saja. Contoh surat al Takwīr ayat 15-19
yang berbunyi:
َ َّ‫ْح إِذَا تَنَف‬
(١٨) ‫( إِنَّ ۥه ُ لَقَ ْو ُل َرسُول ك َِريم‬١٧) ‫س‬ ِ ‫صب‬
ُّ ‫( َوٱل‬١٦) ‫س‬
َ َ‫سع‬ َ ‫( َوٱلَّيْ ِل إِذَا‬١٥)‫س‬
ْ ‫ع‬ ِ َّ‫ٱ ْل َج َو ِار ٱ ْلكُن‬
(١٩)‫ش َمكِين‬ ِ ‫ذِى قُ َّوة عِن َد ذِى ٱ ْلعَ ْر‬

14
Artinya : “Aku bersumpah demi bintang-bintang. Yang beredar
dan terbenam. Demi malam apabila telah larut. Dan demi subuh apabila
fajar telah menyingsing. Sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar firman
(Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)”.
Dengan demikian bentuk asli dalam sumpah ialah bentuk sumpah
yang terdiri dari tiga unsur,yaitufi‟il qasamyang diikutioleh hurufba’,
muqsam bihdan muqsam alaihseperti contoh-contoh di atas.Dan
berdasarkan pembagian tersebut nampak jelas bahwa yang menjadi
muqsam `alaih adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal yang
penting yang terdapat dalam kehidupan manusia, dan mempunyai hikmah
yang perlu untuk dikaji lebih dalam lagi.

e. Macam-Macam Ilmu Aqsam Al Qur’an


Qasam (sumpah) dalam al-Qur’an terbagi kepada kepada dua
macam yakni sumpah yang zhahir , jelas, tersurat dan yang mudhmar,
yang tersirat.
1. Sumpah yang jelas (zhahir) adalah kalimat sumpah yang
dijelaskan dengan kata kerja “ aqsama “ dan derivasinya, dan
disebutkan “ muqsam bih “ objek sumpahnya, atau juga tidak
disebutkan kata yang berarti sumpah tapi diganti dengan kata
depan “ al-ba “ , al-waw dan al-tau. Contohnya dalam Q.S.al-
Hijr / 14 : 92

(٩٢) َ‫سـَٔلَنَّ ُه ْم أَجْ َم ِعين‬


ْ َ‫فَ َو َر ِّبكَ لَن‬

Artinya : “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai


mereka semua”.

2. Kadang-kadang pada fi’l “ qasama “ dimasukkan “ la” untuk


menafikan pada beberapa tempat dalam ayat-ayat al-Qur’an
seperti pada Q.S al-Qiyamah / 30 : 1-2
ِ ‫﴾ َو ََل أ ُ ْق‬١﴿ ‫س ُم ِبيَ ْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة‬
﴾٢﴿ ‫س ُم ِبالنَّ ْف ِس اللَّ َّوا َم ِة‬ ِ ‫ََل أ ُ ْق‬

Artinya : “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah


dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)”.

15
Ada tiga pendapat tentang “ la “ di ayat tersebut, pertama “ la”
menafikan kalimat yang tak disebutkan sesuai dengan konteksnya yakni
tidak benar apa yang.11 kalian duga bahwa tidak ada hari perhitungan
(hisab) dan siksaan, setelah itu dilanjutkan dengan, “ saya bersumpah demi
hari kiamat dan jiwa yang amat menyesali dirinya”, bahwa kalian pasti
akan dibangkitkan. Kedua, bahwa “ la “ untuk menafikan sumpah seolah-
olah Tuhan berfirman, Saya tidak bersumpah untuk kamu demi hari
kiamat dan jiwa yang menyesali diri itu, tetapi saya bertanya kepadamu
tanpa bersumpah, apakah engkau mengira bahwa kami tidak akan
mengumpulkan tulang-belulangmu bla tercerai-berai karena kematian. Hal
ini sudah jelas tanpa perlu ada sumpah. Ketiga, “la“ adalah “Za idah“ ,
jawab al-Qasam (jawaban sumpah) pada ayat tersebut dihilangkan
Sumpah yang tersamar (Mudhmar). Qasam seperti ini adalah
qasam yang tidak dinampakkan “fi’l qasamnya“ dan muqsam bih” nya.
Qasam ini ditandai dengan masuknya “lam taukid“ , pada jawab al-qasam
seperti dalam Q.S.Ali Imran / 4 :186

َ‫ب ِمن قَ ْب ِلكُ ْم َو ِمنَ ٱلَّ ِذين‬َ َ ‫ُوا ٱ ْل ِك ٰت‬


۟ ‫س َمعُنَّ ِمنَ ٱ َّل ِذينَ أُوت‬ ِ ُ‫لَت ُ ْبلَ ُونَّ فِ ٓى أ َ ْم ٰ َو ِلكُ ْم َوأَنف‬
ْ َ ‫سكُ ْم َو َلت‬
ٰ ۟ ُ‫وا َوتَتَّق‬
۟ ‫صبِ ُر‬
ْ َ ‫يراۚ أَش َْرك ُٓو ۟ا أَذًى َوإِن ت‬
ِ ‫وا فَ ِإنَّ ذَ ِلكَ ِم ْن ع َْز ِم ْٱْل ُ ُم‬
‫ور‬ ً ِ‫َكث‬
Artinya : “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu
dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguhnya mendengar dari
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.
jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk urusan yang patut diutamakan
3. Sanksi melanggar sumpah
Denda atau hukuman bagi orang yang mempermainkan asma Allah
dengan sumpahnya . kita mengenal selama ini wujud denda dari suatu
perbuatan melanggar hukum dalam tata hukum yang positif yang
diciptakan oleh manusia dengan membayarkan harta milik, khususnya
membayar dengan mata uang. Di sini ada suatu perbedaan yang mendasar
pada wujud denda tersebut, yang satu (Hukum Islam) mewujudkan denda
itu dengan menunjukkan kadar atau bobot beban denda yaitu dengan:
1. Memberikan makanan kepada 10 orang miskin.
2. Memberika beberapa pakaian untuk orang miskin.
3. Memerdekakan budak.
4. Berpuasa selama tiga hari. 12

Amir.“QASAM DALAM AL-QUR’AN (SUATU TINJAUAN USLUB


11

NAHWIYYAH)”, Vol. 9, No. 1, 2014, hal. 28

12

16
f. Sighat Ilmu Aqsam al Qur’an
Sighat qasam yang asli itu terdiri dari tiga rukun yaitu
1. Ada fi’il qasam yang di muta’addikan dengan huruf ba’. Dalam
percakapan sehari-hari atau dalam ayat al Quran, sumpah itu tidak
terlalu lengkap mencakup rukun tersebut. Kadang-kadang fi’il
qasamnya dibuang/tidak disebutkan. Tetapi dalamAl-Qur’an,
penggunaan huruf ba’ini hanya terjadi jika fi’il qasamnya disebutkan.
Contohnya seperti dalam ayat 53 surat An Nur: .‫ٱّٰلل َج ْه َد أ َ ْي ٰ َمنِ ِه ْم‬ِ َّ ِ‫وا ب‬ ۟ ‫س ُم‬ َ ‫َوأ َ ْق‬
Bahkan terkadang huruf ba’itupun diganti dengan wawu, seperti
surat Al lail ayat 1 :‫ َوالَّ ۡي ِل اِذَا يَ ۡغ ٰشى‬Atau diganti dengan huruf
ta’,seperti dalam surat Al Anbiya’ ayat 57 : ‫صنَا َمكُمۡ بَ ۡع َد ا َ ۡن‬
ۡ َ ‫َاّٰللِ ََلَك ِۡيدَنَّ ا‬
‫َو ت ه‬
ۡ ۡ ۡ ُّ
‫ت َُولوا ُمدبِ ِري َن‬
Sumpah ada juga yang menggunakan huruf wau. Sumpah yang
menggunakan wau ini tidak perlu menggunakan lafad aqsama,
ahlafa. Sebaliknya huruf itu harus digunakan kata yang jelas, bukan
pengganti

2. Ada muqsam bih (penguat sumpah), yaitu sumpah itu harus diperkuat
sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah. Misalnya dengan
menggunakan lafal Allah yang di contohkan dalam surat Yunus ayat
53:

‫ق ۖ َو َما ٓ أ َنت ُم بِ ُم ْع ِج ِزين‬ ٌّ ‫ست َۢنبِـُٔونَكَ أ َ َح‬


ٌّ ‫ق ه َُو ۖ قُ ْل إِى َو َربِّ ٓى إِنَّ ۥه ُ لَ َح‬ ْ َ‫َوي‬

Artinya : “ Dan mereka menanyakan kepadamu:“Benarkah (azab


yang dijanjikan)itu? Katakanlah:“Ya,demi
Tuhanku,Sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-
kali tidak bias luput (daripadanya)

3. Ada muqsam ‘alaihi (berita yang diperkuat dengan sumpah itu), yaitu
ucapan yang ingin diterima/dipercaya orang yang mendengar, lalu
diperkuat dengan sumpah tesebut. Misalnya dalam QS. Adz-
Dzahiriyat 1-6

َ ‫) إِنَّ َما ت ُو‬٤( ‫ت أ َ ْم ًرا‬


َ‫عدُون‬ ِ ‫س َما‬ّ ِ َ‫)فَالْ ُمق‬٣( ‫س ًرا‬ ِ ‫) فَا ْل َج ِار َيا‬٢( ‫ت ِو ْق ًرا‬
ْ ُ‫ت ي‬ ِ ‫) فَا ْل َحامِال‬١( ‫ت ذَ ْر ًوا‬
ِ ‫َوالذَّ ِار َيا‬
)٦( ‫) َو ِإ َّن ال ِدّينَ لَ َواقِ ٌع‬٥( ‫ق‬ ٌ ‫لَصَا ِد‬

Artinya : “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengankuat, dan


awan yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar
dengan mudah, dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi

17
urusan. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar,
dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi”. 13
a. Keadaan MuqsamBih
Dr. Bakri Syekh Amin dalam buku At Ta’bir Alfan
fil Qur’an menceritakan bahwa kebiasaan sumpah orang-
orang arab jahiliyah yang selalu memakai muqsam bih
selain Allah, misalnya dengan umurnya, kakeknya,
hidupnya, kepala dan sebagainya. Maksud sumpah orang
Arab Jahiliyah tersebut adalah untuk memuliakan hal-hal
yang dijadikan muqsam bih itu. Menurut kebiasaan, mereka
memang memuliakan hal tersebut. Sejalan dengan
kebiasaan orang Arab itulah, dalam Al Qur’an juga kadang-
kadang terdapat qasam seperti qasam orang Arab Jahiliyah.
Misalnya yang terdapat dalam surat Al Hijr ayat 72

َ ‫لَعَ ْم ُركَ إِنَّ ُه ْم لَفِى‬


‫سك َْرتِ ِه ْم يَعْ َم ُهو َن‬

Padahal menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu


seharusnya memakai nama Allah SWT, Dzat atau sifat-
sifat-Nya, terutama bagi sumpah manusia. Sebab ada
larangan bersumpah dengan muqsam bih selain Allah, yang
dihukumi musyrik. Hal itu berdasarkan hadits riwayat
Umar:

)‫ من حلف بغير هللا فقد كفر او اشرك (رواه الترمذى‬: ‫ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya: “barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka berarti dia telah
kafir atau musyrik”. (H.R. Tirmdzi)
Bagi Allah boleh bersumpah dengan apa saja.
Sebab, muqsam bih itu harus berupa sesuatu yang
diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah yang
Maha Agung tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya.
Sehingga dia boleh bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun
makhluk-Nya, tetapi tidak untuk mengagungkan makhluk
itu. Melainkan supaya manusia mengerti bahwa
makhluk/benda yang dijadikan muqsam bih Allah SWT. itu
adalah benda yang penting dan besar artinya.

13
Zahid Mohammad. “ makalah ILMU AQSAMUL QUR’AN”. 2018, hal. 8-10

18
b. Keadaan Muqsam Alaihi
Muqsam Alaih adalah berarti yang diikutkan dengan
sumpah atau di sebut juga jawaban sumpah. Ada empat hal yang
harus dipenuhi musam ‘alaih,yaitu:
i. Muqsam ‘alaih/berita itu terdiri dari
hal-hal yang baik terpuji atau hal-hal
yang penting.
ii. Muqsam ‘alaih itusebaiknya
disebutkan dalam setiap bentuk
sumpah. Jika muqsam ‘alaih tersebut
dalam setiap bentuk sumpah. Jika
muqsam ‘alaih tersebut kalimatnya
terlalu Panjang maka muqsam ‘alaih
boleh dibuang.
iii. Jika jawaban qasamnya berupa fi’il
madhi mutaharrif yang positif (tidak
dinegatifkan), maka harus dimasuki
huruf “lam”dan “qad”.d.Materi isi
muqsam ‘alaih itu bias bermacam-
macam, terdiri dari berbagai bidang
pembicaraan yang baik-baik dan
penting-penting.

Dalam Al-Qur’an,muqsam ‘alaih terdiri dari hal-hal


sebagaiberikut:
a) Pokok-pokok keimanan dan ketauhidan.
b) Penegasan bahwa Al-Qur’an itu adalah bener-benar
mulia.
c) Keterangan bahwa Rasulullah Saw. itu adalah
benar-benar utusan Allha.
d) Penjelasan tentang balasan, janji dan ancaman yng
benar-benar akan terlaksana.
e) Keteranagan tentang ikhwal manusia.14

14
Hasbiyallah,. “ Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”, Vol. 19, No. 02,
2019. Hal. 25

19
1. Tujuan dan Faedah Ilmu Aqsam Al-Qur’an
1) Tujuan Qasam
Kalimat Sumpah dalam Al-Quran bertujuan untuk memberikan
penegasan dan pengukuhan atas informasi yang disampaikan dalam
suatu pesan atau pernyataan dengan menyebut nama Allah atau
ciptaanNya. Dalam Al-Quran, penyebutan kalimat qasam kadangkala
dengan memakai kata aqsama, dan adakalanya dengan menggunakan
kata halafa atau yamana. 15 Hal ini sejalan dengan tanggapan manusia
pada umumnya terhadap ajaran yang disampaikan kepada manusia.
Dengan kata lain tujuan sumpah adalah untuk memperkuat
pemberitaan kepada orang lain, yang mungkin akan mengingkari
kebenarannya, sehingga pemberitaan tersebut dapat diterima dengan
yakin. Di antara golongan manusia itu ada yang meragukan,
mempertanyakan bahkan menolak kebenaran al-Quran. Dalam hal ini
sumpah dalam al-Quran ditunjukkan untuk menghilangkan keraguan,
menegakkan argumentasi dan menguatkan hujjah yang dalam hal ini
yaitu ajaran atau pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari qasam itu sendiri dalam al- Qur`an di
antaranya memantapkan dan memperkuat berita yang disampaikan.
Juga sumpah bertujuan untuk mengajak lawan bicara mempercayai
dan mendengarkan berita yang disampaikan, atau mengalihkan
pandangan kepada pentingnya muqsam bih dan rahasia-rahasia serta
symbol-symbol yang ada padanya atau untuk menjelaskan kesucian
dan kemuliaannya.

15
Muqodas. 2018.“PENAFSIRAN AYAT-AYAT QASAM DI AWAL SURAT
menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailaini”. Skripsi.
Semarang: UIN Walisongo

20
2) Faedah adanyan qasam Al-Quran
Qasam dalam Al-Quran digunakan untuk menguatkan pesan-
pesan Al-Quran yang sampai kepada manusia terutama untuk orang
yang masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran
ajaran-ajaran al-Quran. Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk
memperkuat pembicaraan agar dapat diterima atau dipercaya oleh
lawan bicara. Sedangkan sikap lawan bicara sesudah mendengar
qasam akan berbeda keadaannya yang dalam ilmu ma’ani dikenal
dengan ‫ الثالثة الخبر أضرب‬yang berarti tiga macam pola penggunaan
kalimat berita atau tiga tingkatan psikologis mukhatab atau lawan
bicara. Berikut akan diuraikan secara singkat : 16
a) Mukhathab atau lawan bicara kadang kala cara berfikirnya
kosong dari hukum, tidak netral, tidak ragu dan tidak pula
mengingkari berita yang disampaikan. Mukhathab tidak ada
asumsi apa-apa terhadap Mutakallim. Maka pembicaraan yang
disampaikan kepadanya itu tidak perlu kepada penguat. Kalam
seperti dikenal dengan istilah ibtidā`iy (‫) ابتدائي‬.
b) Mukhathab atau lawan bicara itu ragu-ragu antara ada atau
tidaknya berita yang disampaikan. Maka alangkah baiknya
pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu disertai dengan
penguat untuk menghilangkan keraguan. Kalam seperti ini
dikenal dengan istilah thalabiy ( .)‫ طلبي‬Contoh surat al- Ḫadīd
ayat 8 yang berbunyi: :

Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rosul


mengajarkan kamu beriman kepada Tuhanmu? Dan dia telah
mengambil janji (setia) mu jika kamu orang-orang mukmin”.
Penguat di ayat ini menggunakan satu lafadh taukid yaitu ‫قد‬
.
c) Mukhathab atau lawan bicara itu mengingkari berita yang
didengar. Oleh karena itu berita yang disampaikannya harus
disertai dengan penguat sesuai kadar keingkarannya. Bila kadar
keingkarannya sedikit, cukup dengan satu taukid saja. Kalam
seperti ini dikenal dengan istilah inkariy. Contoh surat An-Nisa
ayat 40 :

Hasbiyallah,. “ Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”, Vol. 19, No. 02,
16

2019. Hal. 25

21
”Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzaraah, dan
jika ada kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan
memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya”.

Sedangkan kadar keingkarannya cukup berat, maka menggunakan taukid


(penguat). Seperti surat al-Ma’idah ayat 72 yang berbunyi:


S
u
ngguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya
Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam”. Padahal Al-Masih
sendiri berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu”. Sesungguhnya barang siapa yang
mempersekutukan (sesuatu dengan ) Allah, maka sungguh, Allah
mengharamkan surge baginya dan tempatnya ialah neraka. Dan
tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim”.

Dalam ayat di atas diberi dua taukid berupa lafadz ‫ قد‬dan lam taukid dan apabila
kadar keingkarannya sangat berat ditambah dengan beberapa taukid. Seperti surat
Al-Anbiya ayat 57 yang berbunyi:

“Dan demi Allah, sungguh aku akan melakukan tipu daya


terhadap berhala-berhalamu setalahkamu pergi
meninggalkannnya”.
Dalam ayat di atas terdapat tiga taukid berupa lafadz qasam, lam, taukid, dan nun
taukid tsaqilah

Menurut Hasan Zaini, ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam al-
Qur’an, yaitu: ibtida’i, thalabi, dan inkari. 17

17
Muqodas. 2018.“PENAFSIRAN AYAT-AYAT QASAM DI AWAL SURAT
menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailaini”. Skripsi.
Semarang: UIN Walisongo

22
1) Ibtida’, (berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan
wajarwajar saja dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak
mengingkarinya. Ibtida’ digunakan bagi mukhaththab yang yang sama
sekali tidak mengetahui apa yang dibicarakan dan tidak perlu dilakukan
penta’kidan.
2) Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran suatu
berita, sehingga berita yang disampaikan kepadanya perlu diberikan
sedikit penguat yang disebut dengan kalimat thalabi atau taukid untuk
meyakinkan dan menghilangkan keraguannya. Thalabi digunakan bagi
mukhaththab yang terkadang ragu-ragu kebenaran apa yang disampaikan.
3) Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu
menyangkal suatu berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus disertai
dengan kalam inkari (diperkuat sesuai dengan kadar keingkarannya). Oleh
karena itu Allah menggunakan kalimat sumpah dalam al-Qur’an, untuk
menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah dan menguatkan berita
terhadap orang-orang yang seperti ini. Inkari digunakan bagi mukhaththab
yang menolak isi pembicaraannya.

Jadi apabila suatu berita sampai pada mukhāthab dan dia tidak menolak,
tentunya berita tersebut dapat diterima dan dipercaya. Karena telah diperkuat
dengan sumpah apalagi dengan menggunakan lafadh Allah. Pembawa beritapun
akan merasa lega, karena telah menyampaikan berita dengan menggunakan kata
sumpah atau dengan beberapa penguat. Hal ini sangat berbeda apabila dia
menyampaikan berita dengan tidak menggunakan sumpah.
Jadi sumpah itu tidak tepat diucapkan kecuali dalam kondisi yaitu
hendaklah sesuatu yang disumpahkan itu adalah sesuatu yang dianggap penting,
adanya keraguan dari mukhāthab (lawan bicara) dan adanya pengingkaran dari
mukhāthab

23
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Qasam Al-Qur’an yang di artikan sebagai sumpah, sedangkan jika
di tinjau dari segi istilah adalah kalimat untuk mentauhidkan menguatkan
suatu pemberitaan. Dalam hal ini maksud dan tujuan qasam di dalam aya-
ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an ialah bermaksud untuk menguatkan
sebuat informasi atau makna yang terkandung didalamnya. Didalam
firmannya Allah bersumpah atas (untuk menetapkan) pokok-pokok
keimanan yang wajib diketahui makhluk.
Dalam hal ini terkadang bersumpah untuk menjelaskan tauhid,
terkadang untuk menegaskn bahwa qur’an itu hak, terkadang untuk
menjelaskan bahwa rasul itu benar, terkadang untuk menjelaskan balasan,
janji dan ancaman, dan terkadang juga untuk menerangkan keadaan
manusia. Siapa saja yang meneliti dengan cermat qasam-qasam dalam al-
qur’an, tentu ia akan memperoleh berbagai macam pengetahuan yang tidak
sedikit.
Unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam qasam yaitu ada fi‟il
qasam,muqsam bih, dan muqsam alaih. Dengan melihat berbagai bentuk
qasam yang ada dalam al-Qur'an yang banyak menggunakan makhluk,
nampak jelas bahwa Allah tidak memaksa manusia untuk menerima
wahyu sebagai sebuah kebenaran muthlak yang sampai kepadanya.
Namun Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk berfikir
secara logis dengan akal yang telah diberikan kepadanya.

B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya. Dan dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kritik dan saran yang
membangun kami harapkan untuk masukan dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Makalah ini dapat digunakan oleh pembaca sebagi referensi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Ulumul Qur’an
terutama pada aqsam Al-Qur’an.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amir.2014. “QASAM DALAM AL-QUR’AN (SUATU TINJAUAN USLUB


NAHWIYYAH)”, Vol. 9, No. 1 halaman 28 pada tanggal 10 November
2020 pukul 20.00

Hasbiyallah, Hasbiyallah.2019. “ Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”,


Vol. 19, No. 02 halaman 25.Pada tanggal 16 November 2020 pukul 0.31
WIB
Hasbiyallah, Ani Jailani. 2019. “Kajian Amtsal dan Qasam dalam Al-Quran”.
Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman p-ISSN:1693-8712|e-ISSN:
2502-7565 Vol. 19, No. 02 halaman 25-26 diakses dari
file:///C:/Users/Nitasari%20Putri/Downloads/373-1-1891-1-
1020191231%20(5).pdf pada 12 November pukul 20.00 WIB.

Misnawati.2020 “Jurnal MUDARRISUNA AQSĀM AL-QUR`AN: GAYA


BAHASA AL-QUR'AN DALAM PENYAMPAIAN PESAN” Vol. 10 No.
2 halaman 3-5 diakses dari
file:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/7766-19239-1-PB-2.pdf pada

Muqodas. 2018. “PENAFSIRAN AYAT-AYAT QASAM DI AWAL SURAT menurut


Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailaini”. Skripsi.
Semarang: UIN Walisongo diakses dari
http://eprints.walisongo.ac.id/9249/1/134211086.pdf. pada 12 November
2020 pukul 20.00 WIB.

PT Pustaka Rizki Putra.2002 “AQSAMUL QUR'AN”, semarang, diakses dari


https://www.academia.edu/12944801/AQSAMUL_QURAN diakses pada
04 November 2020 pukul 20.00

Zahid Mohammad.2018. “ makalah ILMU AQSAMUL QUR’AN”. Diakes pada


https://www.researchgate.net/publication/338097769_AQSAMUL_QUR%
27AN pada 05 november 2020, pukul 21:30 WIB

25
1

Anda mungkin juga menyukai