Anda di halaman 1dari 17

PERINTAH MENUNTUT ILMU PERSPEKTIF HADIST

Mata Kuliah : Hadist Tarbawi

Dosen Pengampu :Dr.H.Ahmad.Fatoni.M.Pd.I

Kelompok 1

Dwi Yuliana : 2011010207

Mita Farera : 2011010220

Nisa Adelia Putri : 2011010110

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan nikmat kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Hadist Tarbawi tentang
”Perintah Menuntut Ilmu Perspektif Hadist” dengan tepat sesuai waktu yang diberikan.
Kemudian sholawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
Nabi Muhammad SAW. Semoga kelak kita sebagai umatnya mendapatkan syafaat nya di
yaumul kiamah. Karena beliau lah suri tauladan yang menjadi uswatun hasanah. Tidak lupa
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.H.Ahmad.Fatoni.M.Pd.I selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Hadist Tarbawi. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kesalahan dan kukurangan. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga penyusunan makalah ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 6 september 2021

Penulis Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………,.2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………....4

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………....4

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………….…..4

1.3 TUJUAN MASALAH……………………………………………………………….....4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………....5

2.1 PENGERTIAN ILMU DAN MENUNTUT ILMU ? ………………………………………..5-7

2.2 MENGENAI PERINTAH MENUNTUT ILMU PERSPEKTIF HADITS ? ……………….7-9

2.3 HUKUM MENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF HADITS, KEUTAMAAN MENUNTUT


ILMU, METODE MENUNTUT ILMU, DANTUJUAN MENUNTUT ILMU KEUTAMAAN
MENUNTUT ILMU………………………………………………………………………….…9-15

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..16

3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………...16

3.2 SARAN………………………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Belajar atau Menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tanpa ilmu, manusia tidak dapat melakukan
segala hal. Untuk mencari nafkah perlu ilmu, beribadah perlu ilmu, bahkan makan dan
minum pun perlu ilmu. Dengan demikian belajar merupakan sebuah kemestian yang tidak
dapat ditolak apalagi terkait dengan kewajiban seorang sebagai hamba Allah swt. Jika
seorang tidak mengetahui kewajibannya sebagai hamba bagaimana bisa dia dapat
memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan pengertian ilmu dan menuntut ilmu ?
2. Jelaskan Mengenai Perintah Menuntut Ilmu Perspektif Hadits ?
3. Jelaskan Hukum Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadits, Keutamaan Menuntut Ilmu
Metode Menuntut Ilmu,dan Tujuan Menuntut Ilmu

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Menjelaskan pengertian ilmu dan menuntut ilmu

2. Menjelaskan Mengenai Perintah Menuntut Ilmu Perspektif Hadits

3. Menjelaskan Hukum Menuntut Ilmu Dalam Perspektif Hadits,Metode Menuntut Ilmu,


Tujuan Menuntut Ilmu dan Keutamaan Menuntut Ilmu

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ILMU DAN MENUNTUT ILMU

Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti
mengerti, memahami benar-benar, mengetahui sesuatu , lawan dari kata Jahl yang artinya
bodoh. Ilmu secara umum adalah apa saja yang kita peroleh dan kita ketahui tanpa batasan
obyek, metode, dan lain-lain Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu adalah ilmu
tentang pengetahuan tentang suatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejalagejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.

Menuntut ilmu adalah belajar atau mencari ilmu dan dapat disimpulkan pengertian dari
menuntut ilmu ialah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku
dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju
kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Ilmu dalam pandangan Islam adalah suatu abstraksi
yang dapat menyingkap (obyek) dengan jelas yang didalamnya tidak mengandung keraguan
dan kemungkinan untuk keliru, melainkan memiliki keyakinan akan kebenaran. Definisi
tentang menuntut ilmu atau belajar banyak dipaparkan oleh pakar pendidikan sebagai berikut:

a) Syekh Abdul Azizi dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul waThuruqut Tadris
mendefinisikan belajar sebagai berikut. Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku
pada diri (jiwa) si pelajar berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki menuju perubahan
baru.
b) Qardhawi, mengatakan bahwa “belajar adalah suatu upaya untuk mengikis habis
kebodohan dan membuka cakrawala alam semesta serta mendekatkan diri pada Tuhan”

Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits nabi Muhammad
saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur‟an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.
Agama Islam memerintahkan supaya menuntut ilmu, karena menuntut ilmu adalah kewajiban
utama dan sarana terbaik untuk mencerdaskan umat dan pembangunan dunia, khususnya bila
ilmu itu disertai dengan amal. Menuntut ilmu dapat disebut pula dengan mencari ilmu atau

5
belajar Perintah untuk belajar ini tidak berdiri sendiri. Wahyu pertama kali diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yaitu dalam Al-Qur‟an Surat Al-Alaq Ayat 1 – 5

َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬


َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ خَ ل‬
١–‫ق‬

ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


٢–‫ق‬ َ َ‫َخل‬

َ ُّ‫اِ ْق َرْأ َو َرب‬


٣ – ‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬

٤ – ‫الَّ ِذيْ عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬

٥ - ‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

Artinya : 1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2)Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3)Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4)yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5) Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya

Penafsiran Surat Al-alaq 1-5

 Kata Iqra’ (‫رأ‬uuu‫ )اق‬digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan
sebagaianya dan karena objeknya bersifat umum maka objek kata tersebut mencakup
segala yang dapat terjangkau, baik ia merupakan perkataan suci yang bersumber dari
tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Alhasil perintah Iqra’ mencakup telah terhadap alam raya, masyarakat dan diri

sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak. Huruf ba’ (‫ )ب‬pada kata bismi (‫)بِسْم‬
ada juga yang memahaminya sebagai berfungsi menyertaan atau mulabasah sehingga
dengan demikian ayat tersebut berarti “Bacalah disertai dengan nama Tuhanmu.
Mengaitkan pekerjaan membaca dengan nama Allah mengantarkan pelakunya untuk tidak
melakukannya kecuali karena Allah hal ini akan menghasilkan kebadian karena hanya
Allah yang kekal abadi dan hanya aktivitas yang dilakukan secara ikhlas yang akan
diterima-Nya tanpa keiklasan, semua aktifitas akan berakhir dengan kegagalan dan
kepunahan. Kata Khalaqa (َ‫ ) َخلَق‬dari segi pengertian kebahasaan memiliki sekian banyak
arti, antara lain ; menciptakan (dari tiada), membuat dan sebagainya. Kata ini biasanya
memberikan tekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.
 Ayat yang ke-2 memperkenalkan Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW dan
yang membaca. Ulama berbeda pendapat tentang tujuan pengulangan itu. Ada yang
6
menetapkan bahwa perintah pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW.,
sedang yang kedua kepada umatnya, atau yang pertama untuk membaca dalam sholat,
sedang yang kedua di luar solat. Pendapat ketiga menyatakan yang pertama perintah
belajar, sedang yang kedua adalah perintah mengajar orang lain. Ada lagi yang
menyatakan bahwa perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa
percaya diri kepada Nabi Muhammad SAW., tentang kemampuan beliau membaca karena

tadinya beliau tidak pernah membaca. Di sini kita dapat melihat perbedaan antara
perintah membaca pada ayat pertama dan perintah membaca pada ayat ketiga, yakni yang
pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketrika membaca (dalam
segala pengertian) yaitu membaca demi karena Allah, sedang perintah yang kedua
menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan pengulangan bacaan
tersebut.
 Dalam ayat ketiga, Allah menjanjikan bahwa pada saat seseorang membaca
dengan ikhlas karena Allah akan menganugrahkan kepadanya ilmu pengetahuan,
pemahaman-pemahaman, wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu juga.
Apa yang dijanjikan ini terbukti secara sangat jelas. Kegiatan ‘membaca” alam
raya ini telah menimbulkan fenomena-fenomena baru yang membuka rahasia-rahasia
alam, walaupun objek bacaannya itu-itu juga. Ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh generasi
terdahulu dan alam raya yang mereka huni, adalah sama tidak berbeda, namun
pemahaman mereka serta penemuan rahasianya terus berkembang.
 Ayat 4 dan 5 bahwa menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT. Dalam mengajar
manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca manusia, dan yang kedua
mealui pengajaran secara lengsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah
(‫ )علم لدني‬ilm ladunniy. Pada awal surah ini, Allah telah memperkenalkan diri sebagai
yang maha kuasa, maha mengetahui dan maha pemurah.Pengteahuan-Nya meliputi segala
sesuatu. Sedangkan karan (kemurahan)-Nya tidak terbatas, sehingga dia kuasa dan
berkenaan untuk mengajarkan manusia dengan atau tanpa pena.

2.2 PERINTAH MENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF HADITS

Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup,
baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu, Allah SWT mengajarkan kepada
adam dan semua keturunannya. Dengan ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan

7
tugasnya dalam kehidupan ini, baik tugas sebagai khalifah maupun tugas ubudiah . Oleh
karena itu, Rasulullah SAW menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar
menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw:

َ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تـ َ َعلَّ ُموا ْال ِع ْل َم َو َعلَّ ُموْ هُ الن‬
‫اس تـ َ َعلَّ ُموا‬ َ ِ ‫لى َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫َع ِن اب ِْن َم ْسعُو ٍد ق‬
ِ ‫ال‬
ُ‫اس فَا ِءن ِّى ا ْم ُرٌؤ َم ْقبُوضٌ َو ْال ِع ْل ُم َسيـ ُ ْنتـَقَص‬َ َّ‫اس تـ َ َعلَّ ُموا ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ ُموْ هُ الن‬
َ َّ‫ض َو َعلَّ ُموْ هُ الن‬ َ ‫ْالفَ َراِئ‬
ِ ‫يجدَا ِن َأ َحدًا يـ َ ْف‬
‫ص ُل بـَيـْنـَهُ َما‬ ِ َ‫ض ٍة ال‬ َ ‫فى فَ ِر ي‬ ِ ‫يختَلِفَ اثـْنَا ِن‬ ْ ‫ى‬ َّ ‫تن َحت‬ ْ ‫َوت‬
ُ ِ‫َظهَ ُر ْالف‬

(‫رواه اديم وال بياحقي‬

Artinya:

“ Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ‘Tuntutlah ilmu
pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah
kepada orang lain. Pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan
mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan
pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun
yang dapat menyelesaikannya “

Dalam hadits diatas ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari al-‘ilm, al-
fara’id, dan Al-Quran. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu
syariat dan segala jenisnya. Al- Fara’id adalah ketentuan-ketentuan, baik ketentuan islam
secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari Al-Quran mencakup
menghafalnya. Setelah dipelajari ajarkan pula kepada orang lain supaya lebih sempurna.
Beliau memerintahkan agar sahabat mempelajari ilmu karena beliau sendiri adalah manusia
seperti manusia pada umumnya. Pada suatu saat, beliau akan wafat. Dengan adanya orang
mempelajari ilmu, ilmu pengetahuan itu tidak akan hilang. Sesungguhnya ilmu memiliki
kedudukan yang mulia dan tinggi seperti yang di jelaskan dalam, QS.Al-Mujadilah:11

‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

8
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S al-
Mujadilah : 11

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ilmu yang dimilki oleh seorang mempunyai
peranan yang sangat besar untuk meninggikan derajat seseorang. Menurut M. Quraish Shihab
dalam tafsir Al-Misbah disebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, bukan hanya karena ilmu yang
dimilikinya, akan tetapi adanya amal dan pengajaran yang dilakukan kepada pihak lain baik
secara lisan maupun secara tulisan.engetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

Rasulullah SAW juga menegaskan keutamaan ilmu yang bermanfaat, baik semasa di
dunia bahkan setelah manusia itu wafat. Seperti dalam hadits tentang menuntut ilmu berikut,
dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َأوْ َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ِإ َذا َماتَ اِإل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَالَثَ ٍة ِإالَّ ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

"Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal;
dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang
mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)

Jangan berhenti menuntut ilmu, bahkan hingga akhir hayat. Di mana pun, kapan pun,
bukan hanya di lembaga pendidikan formal ataupun di pengajian saja. Namuan juga dalam
setiap hal dan kesempatan yang diberikan oleh Allah dalam kehidupan kita.

2.3 HUKUM MENUNTUT ILMU DALAM PERSPEKTIF HADITS

Selain perintah menuntut ilmu pengetahuan dalam hadis di atas, masih ada lagi hadis
yang lebih tegas tentang kewajiban menuntut ilmu, sebagaimana dalam hadits Rasulullah
Saw yaitu sebagai berikut:

َ ‫صلَّى هَّللا ِ َو َسلَّ َم طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬


‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬ َ ِ ‫ين ب ِن َعلِّي قَا َل قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا‬
ْ ‫ع َْن ُح َس‬

. (‫رواه ال بياحقي‬

Artinya: “Husain bin Ali meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda, Menuntut ilmu
wajib bagi setiap orang Islam.

9
‫ض ٌة َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم‬
َ ‫َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِر ْي‬

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)

Hukum mencari ilmu wajib bagi seluruh kaum Muslimin baik laki-laki dan perempuan,
makna wajib disini adakalanya wajib’ ain dan adakalanya wajib kifayah. Kata “Muslim”
berbentuk mudzakar (laki-laki), tetapi maknanya mencakup mudzakar dan muannats
(perempuan). Maksudnya orang Muslim yang mukalaf yakni Muslim, berakal, balig, lakilaki,
dan perempuan. Dari sekian banyak buku hadits penulis tidak menjumpai kata muslimatiin
setelah kata Muslim diatas. Hukum mencari ilmu fardhu bagi setiap orang Islam baik laki-
laki maupun perempuan. Hukum mencari ilmu wajib sebagaimana hadis diatas. Masa
mencari ilmu seumur hidup sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara, bahwa menuntut ilmu
sejak lahir sampai mati. Sebagian ulama salaf berkata:

َ ‫ب ْال ِع ْل ِم ِمنَ ْال َم ْه ِد ِإ‬


‫لى اللَّحْ ِد‬ ْ ُ‫ا‬
ِ ُ‫طل‬

“Carilah ilmu dari ayunan sampai lubang kubur.”

Selanjunya menurut Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa menuntut ilmu terbagi dua,
yaitu: Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, puasa,. Inilah
yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menurut ilmu itu hukumnya
wajib. Kedua,hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian hak,
tentang pelaksanaan hukum qishas, cambuk, potong tangan dan lain sebagainya.Ketahuilah,
menuntut ilmu itu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan yang
sangat tinggi bahkan seperti berjihad di jalan Allah Swt.

Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam al-Qur‟an surat At-Taubah: ayat 122

َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم‬
‫ط ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّدي ِْن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم اِ َذا َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم‬
َ‫ࣖ يَحْ َذرُوْ ن‬

“Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada qaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” ( Q.S, Surat atTaubah, 122)

Dari sinilah dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan
hidup manusia. Karena dengan pendidikan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang

10
buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa mudlorot.
Menurut Al-Marâghi, ayat tersebut merupakan isyarat tentang wajibnya melakukan
pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya di tempat-tempat pemukiman serta
memberikan pemahaman kepada orangorang lain tentang agama, sebanyak yang dapat
memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum
agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin. Orang-orang yang beruntung
adalah orang yang memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti
ini. Mereka mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan tidak kalah tingginya dari
kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah,
membela agama dan ajarannya.

 Keutamaan Menuntut Ilmu

1. Dimudahkan Jalan ke Surga

‫ط ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هَّللا ُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬
َ َ‫َو َم ْن َسلَك‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

2. Ilmu akan mengangkat derajat seorang mukmin diatas tingkatan hamba lainnya.
Menjadi orang yang berilmu memiliki keistimewaannya sendiri dalam Islam. Hadis
mencari ilmu lain juga menunjukan tingginya derajat orang berilmu dibanding manusia
lainnya. Rasulullah SAW bersabda:

‫ال يَرْ فَ ُع هَّللا ُ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َعلَى الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬ ٍ ‫س يَرْ فَ ُع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬
َ َ‫ت ق‬ ٍ ‫ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫ت‬
ٍ ‫بِ َد َر َجا‬

Dari Ibnu Abbas radliallahu anhu: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-
orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. al-mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah "Allah meninggikan orang-
orang yang diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat". (HR. Darimi)
No. 356

3. Dicintai Rasulullah

ُ‫ض َر هَّللا ُ ا ْم َرًأ َس ِم َع ِمنَّا َح ِديثًا فَ َحفِظَهُ َحتَّى يُبَلِّ َغه‬


َّ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل ن‬
َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫ت قَا َل َس ِمع‬
ٍ ِ‫ع َْن َز ْي ِد ْب ِن ثَاب‬
َ ‫فَرُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه ِإلَى َم ْن هُ َو َأ ْفقَهُ ِم ْنهُ َورُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه لَي‬
‫ْس بِفَقِي ٍه‬

11
Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu
menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang
menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu
yang tidak berilmu." (HR. Abu Daud) No. 3175.Shahih.

4. Paling Utama
ُ‫ضلَ ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َو َعلَّ َمه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن َأ ْف‬
َ ‫ع َْن ع ُْث َمانَ ْب ِن َعفَّانَ قَا َل قَا َل النَّبِ ُّي‬

Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Orang
yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran dan
mengajarkannya." (HR. Bukhari) No. 4640. Shahih.

5. Dimintakan Ampun Seisi Bumi dan Langit Keutamaan lain orang berilmu yakni:

ِ ‫ض َحتَّى ْال ِحيت‬


‫َان فِي‬ ِ ْ‫ت َو َم ْن فِي اَأْلر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل ِإنَّهُ لَيَ ْستَ ْغفِ ُر لِ ْل َعالِ ِم َم ْن فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬ َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫قَا َل َس ِمع‬
‫ْالبَحْ ِر‬

Dari Abu Ad Darda` ia berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk seorang alim makhluk yang di
langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut." (HR. Ibnu Majah) No.235. Shahih

6. Bahagia Dunia dan Akhirat Rasulullah SAW bersabda:

‫ َو َم ْن َأ َرا َدهُ َما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫ َو َم ْن َأ َرا َد اَأل ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫َم ْن َأ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬

“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa
yang ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan
keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan.

7. Para malaikat akan membentangkan sayap rahmatnya kepada para penuntut ilmu.

8. Orang yang mengajarkan ilmu akan di mudahkan Allah jalan menuju syurga.

َ ُ‫ َسهَّ َل هللاُ لَه‬,‫ك طَ ِر ْيقًايَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬


‫ َر َواهُ ُم ْسلِم‬. ‫ط ِر ْيقًا ِإلَى ال َجنَّ ِة‬ َ َ‫َم ْن َسل‬

Artinya:

"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti
mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

12
9. Pahala seorang yang berilmu (ulama) akan terus bemanfaat dan tidak akan
terputus meskipun telah wafat.

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫اريَ ٍة َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َأوْ َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ِإ َذا َماتَ اِإل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَالَثَ ٍة ِإالَّ ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬

Artinya: "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali
dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak saleh
yang mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)

10. Orang yang menuntut ilmu pahala seperti orang jihad

‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَهُ َو فِى َسبِي ِْل هللاِ َحتَّى يَرْ ِج َع‬
َ ‫َم ْن خ ََر َج فِى‬

Artinya : "Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah
hingga ia pulang." Hadis ini diriwayatkan oleh Tarmidzi

11. Keutamaan orang yang berilmu Bermanfaat bagi sekitar

12. Orang yang berilmu mudah untuk menyelesaikan suatu masalah

13. Bagi orang berilmu, makin tinggi ilmunya semakin tawaduk atau tidak sombong

ُ‫اضعُوْ ا لِ َم ْن تَتَ َعلّ ُموانَ ِم ْنه‬


َ ‫واالع ْل َم َوتَ َعلّ ُموْ ا لِ ْل ِع ْل ِم ال ّس ِك ْينَةَ َو ْال َوقَا َر َوتَ َو‬
ِ ‫تَ َعلّ ُم‬

Artinya: " Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah
pada orang yang kamu belajar darinya".

14. Ilmu merupakan warisan yang sangat berharga

Warisan yang paling berharga yang ada di bumi ini, bukanlah harta atau kekayaan
semata, melainkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Sebagaimana yang pernah
diriwayatkan dalam hadist berikut:

‫ب َوِإ َّن ْال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اَأل ْنبِيَا ِء َوِإ َّن اَأل ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُو ِّرثُوا‬
ِ ‫وَِإ َّن فَضْ َل ْال َعالِ ِم َعلَى ْال َعابِ ِد َكفَضْ ِل ْالقَ َم ِر لَ ْيلَةَ ْالبَ ْد ِر َعلَى َساِئ ِر ْال َك َوا ِك‬
ٍّ ‫ِدينَارًا َوالَ ِدرْ هَ ًما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن َأ َخ َذهُ َأخَ َذ بِ َح‬
‫ظ َوافِ ٍر‬

“Keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama atas
seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Para Nabi
tidaklah mewariskan dirham dan dinar, akan tetapi mereka mewarisi ilmu. Maka barang siapa
yang mengambilnya, sungguh dia telah mengambil keberuntungan yang besar” (HR. Abu

13
Dawud. Dinilai sahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abu Dawud no.
3641)

Ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadits- hadist di atas menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu
bagi seseorang di dunia dan akhirat, dimana akan memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh
orang-orang disekitarnya. Bahkan jika seorang yang berilmu terangsingkan dari kehidupan
sekitarnya, ilmu yang dimiliki akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi
penghibur dalam kesendiriannya.

 Metode Menuntut Ilmu


a. Metode al-Hikmah Dalam dakwah bil hikmah atau bil hal, al-alim dituntut untuk menjadi
suri tauladan yang baik (Uswatun Hasanah) secara individual atau organisasi. Perilaku
dan amal perbuatan, merupakan cerminan dari ilmunya.
b. Metode dakwah yang kedua adalah Mauidlotul Hasanah. Mauidloh hasanah dapat
diartikan sebagai pengajaran yang baik, pesan-pesan yang baik, yang disampaikan berupa
nasihat, pendidikan dan tuntunan sejak kecil
c. Al- Mujadalah

 Tujuan Menuntut Ilmu

Tujuan adalah batas akhir yang di cita citakan seorang dan di jadikan pusat perhatian
untuk di capai melalui usaha. Dalam tujuan terkandung cita-cita, kehendak, dan kesengajaan
serta berkonsekuensi penyusunan daya-upaya untuk mencapainya. Tujuan menuntut ilmu
juga adalah untuk melaksanakan petunjuk Allah SWT, sebab itulah menuntut ilmu adalah
fardhu bagi setiap muslim. Ahmad tafsir mengklarifikasikan tujuan tersebut ke dalam tiga
kategori:

 Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan,
tingkah laku, jasmani, dan rohani serta kemampuan-kemampuan yang harus di miliki
untuk hidup di dunia dan akhirat.
 Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat mencakup tingkah laku individu dalam
masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat dan pengkayaan pengalaman masyarakat.
 Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni sebagai profesi dan sebagai aktifitas di antara aktivita-aktivitas masyarakat.

14
Dengan kata lain tujuan menuntut ilmu ialah untuk membina kekuatan ummah Islam
dan untuk mencari kemaslahatan masyarakat manusia. Membina kekuatan umat
merupakan salah satu tanggung jawab para penuntut kerana merekalah bakal pemimpin di
masa depan. Oleh yang demikian, kemaslahatan ummah banyak bergantung kepada
pemimpin dan kepimpinannya.

 Adab-Adab Menuntut Ilmu

Niat ikhlas kepada Allah SWT Tekun dan bertawakkal Menjauhi segala maksiat Memilih
kawan yang sholeh Memperbanyak zikir atau mengingat Allah SWT Menghormati diri
sendiri dan orang lain Doa dari ayah ibu Menghormati guru Beramal dengan ilmu yang
dipelajari

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menuntut ilmu ialah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.Ilmu akan mengangkat derajat seorang
mukmin diatas tingkatan hamba lainnya. Menjadi orang yang berilmu memiliki
keistimewaannya sendiri dalam Islam. Dalam Al-Quran, disebutkan bahwa orang yang
berilmu akan memperoleh kedudukan yang mulia. Ilmu agama menjadi prioritas untuk
dipelajari. Namun bukan berarti lmu-ilmu lain diabaikan. Sebab dengan ilmulah, manusia
dapat ikut serta membangun kemajuan zaman, mengungkap kebenaran, dan memahami
rahasia-rahasia yang Allah ciptakan.

3.2 SARAN

Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah menjadi pelopor bagi
umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya dan membimbing orang lain agar memiliki ilmu
pengetahuan. Selain itu juga harus mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan tauladan
bagi orang-orang sekitarnya dalam ketaatan dan ajaran-ajaran agama, sehingga ada sebuah
kata bijak yang mangatakan:‟Ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon yang tidak berbuah”.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/keutamaan-menuntut-ilmu/2

https://media.neliti.com/media/publications/226469-pendidikan-dalam-perspektif-qs-al-alaq-
1-8a1ba720.pdf

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3266/3/3105144_Bab%202.pdf

https://www.idntimes.com/life/education/tyas-hanina-1/hadist-tentang-menuntut-ilmu/7

https://slideplayer.info/slide/3273706/

17

Anda mungkin juga menyukai