TAFSIR TARBAWI
Penafsiran dan Pemahaman Tarbawi Terhadap
QS. Al-alaq : 1-5, QS. Al-mujaddalah :11 dan QS. At-taubah :122
DOSEN PENGAMPUH: Shobihus Surur, M.Pd.I
Anggota kelompok
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kami tetap iman dan islam, serta
komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan
Solawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari Zaman yang gelap menuju Zaman yang terang benderang yakni
dengan agama islam.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi bapak
shobihus surur, M.Pd.I karena atas tugas yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
melatih diri agar lebih terbiasa dalam membuat sebuah karya tulis maupun makalah. Dan tak
lupa terhadap rekan-rekan juga yang telah membantu hingga terselesaikan makalah ini.
ii
Daftar isi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….……………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..……………………………….8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..……………………………………….9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, sebagai petunjuk
Allah yang bila dipelajari akan menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan
pedoman bagi penyelesaian problem hidup,1 karena Al-Qur’an memuat
petunjuk tentang hablu min Allah (hubungan manusia dengan Tuhannya), hablu
min annas (manusia dengan sesamanya), dan hablu min al alam (manusia
dengan alam sekitarnya). Dengan demikian, untuk dapat memahami ajaran
Islam secara sempurna, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah petunjuk yang bila dipelajari, makan
akan ditemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman hidup. Oleh karenanya
Alquran sering menyebut dirinya sebagai petunjuk (al-hudâ), rahmat, peringatan
(adz-Dizkr), dan nasehat (mau’idhah).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. Al-alaq ayat 1-5.
Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. Al-mujaddalah ayat 11.
Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. At-taubah ayat 122.
C. Tujuan
Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. Al-alaq ayat
1-5.
Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. Al-
mujaddalah ayat 11.
Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. At-taubah
ayat 122.
BAB II
PEMBAHASAN
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.(2) Dia telah
menciptakan manusia dari 'Alaq.(3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling
Pemurah. (4) Yang mengajar manusia dengan pena. (5)Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya”.
Dari berbagai macam kajian tafsir yang lainya seperti tafsir jalalain, tafsir al
misbah, kita dapat memahami kandungan makna tafsir tarbawi pada Qs.Al-alaq: 1-5
tersebut.
2
a. Menunjukkan kewajiban setiap muslim membekali diri dengan ilmu
pengetahuan (membaca). Membaca memiliki makna yang sangat luas
meliputi : menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan sebagainya yang bermuara pada makna
menghimpun. Perintah Iqra mencakup telaah terhadap alam raya,
masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun
tidak.
b. Allah sebagai Rabb (Tuhan) karena Dialah memberikan tarbiyah yang
hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan, perbaikan makhluk
ciptaannya.
c. Allah dalam mengajar manusia melalui dua metode, pertama melalui
pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat.
d. Salah satu cara yang ditempuh oleh Al-Qur’an untuk mengantar manusia
menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati
dirinya antara lain dengan menguraikan kejadian manusia. Bahwa
manusia diciptakan dari al ‘alaq (segumpal darah).
۟ ُوا َكٓا َّف ًة ۚ َفلَ ْواَل َن َف َر مِن ُك ِّل فِرْ َق ٍة ِّم ْن ُه ْم َطٓاِئ َف ٌة لِّ َي َت َف َّقه
ِ ُوا فِى ٱل ِّد
ين ۟ ون لِ َينفِر
َ ان ْٱلمُْؤ ِم ُن
َ َو َما َك
َ ُوا َق ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجع ُٓو ۟ا ِإلَي ِْه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ َذر
ُون ۟ َولِيُن ِذر
3
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum
yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan
mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu
merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian
bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada
iman dan menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi
benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh
tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.[2]
Dalam ayat ini pentingnya memperdalam ilmu, juga terkait dengan
keterangan mengenai jihad. Ketegasan ayat ini menjelaskan bahwa
memperdalam ilmu agama adalah salah satu strategi pertahanan perang
yang paling besar, inti dari tujuan perjuangan, dengan kata
lain ‘pendidikan’ adalah wujud dari perang yang sebenarnya.
4
memperdalam ilmu agama supaya tidak mudah tergoyahkan. Karena jika
tidak ada yang memperdalam pengetahuan tentang agama, bagaimana
kalau kelak terjadi perdamaian sedangkan agama yang diperjuangkan
telah runtuh dan padam cahayanya, masjid-masjid runtuh, ahli agama
telah gugur, dan tempat-tempat belajar telah hancur.[3]
15M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Mudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Cet. XI, Bandung: Mizan, 2000), h. 426-427. 16Abuddin Nata, op. cit., h. 155
nilai pendidikan yang terkandung dalam surat qs. Al-mujaddalah ayat 11; Hai orang-
orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian: "ber lapang-lapanglah" berluas-
luaslah dalam majlis yaitu majlis tempat Nabi saw berada, dan majlis zikir, sehingga
orang orang yang datang kapda kalian dapat tempat duduk. Menurut satu qira'at lafaz
al-majalis dibaca al-majlis dalam bentuk mufrad. Maka lapangkanlah. niscaya Allah akan
memberi kelapangan untuk kalian di surga nanti. Dan apabila dikatakan "berdirilah
kalian" un-tuk melakukan shalat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal kebaikan
maka ber dirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kalian karena ketaatannya dalam hal tersebut, dan Dia meninggikan pula orang-orang
yang diberi ilmu penge tahuan beberapa derajat di surga nanti. Dan Allah mengetahui
apa yang kalian kerjakan. [4]
[4] Jalaluddin al-Mahilly dan Jalaluddin as Suyuthi, op. cit., jilid 4, h. 2102-2403
5
Hikmah dari yang dapat dipetik dari asbabun nuzul ayat ini sebagaimana yang telah
penulis ungkapkan di awal pemba-hasan yang berhubungan dengan pendi-dikan ialah
bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majlis
Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat dengan mudah mendengar weja-ngan dari
Rasulullah saw yang diyakini bahwa dalam wejangan itu terdapat kebai-kan yang amat
dalam serta keistimewaan yang agung.
Mengenai hal ini (melapangkan majlis), Hasbi ash-Shiddiqy memberi ko mentar dalam
tafsirnya, apabila dikatakan j kepada kamu (wahai kaum muslimin), "Lapang-kanlah
sedikit tempat duduk untuk diduduki oleh saudara-saudaramu", b maka hendaklah
kamu berbaik hati memberi ruang bagi saudara-saudaramu supaya Allah memberikan
keluasan kepadamu, karena orang yang memberi kelapangan bagi saudaranya di dalam
majlisnya, Allah memberikan keluasan kepadanya bahkan memuliakannya, karena
mengingat bah 18 wa pembalasan itu sejenis amalan.[18] Dari ungkapan ini seakan
tersirat bahwa janganlah salah seorang di antara kita membiarkan begitu sia saudara-
saudara seiman tidak berpendidikan, ayat ini seakan-akan mengajak kepada setiap
pembacanya agar memperhatikan keadaan sekitar, serta memberikan kesempatan
kepada setiap muslim untuk mengenyam pendidikan. Bagi yang memiliki kela pangan
rizki, sudah selayaknya memberi bantuan materi kepada yang mereka yang sedang
mengalami kepailitan hidup agar dapat belajar dengan baik. Bagi mereka yang memiliki
ilmu pengetahuan, sudah selayaknya mengajarkannya pada yang membutuhkan, meski
tanpa imbalan.
1. Asbab nuzul ayat ini berkenaan dengan majelis-majelis zikir. Yaitu jika ada di antara
para sahabat yang datang terlam bat di majelis zikir, sahabat-sahabat yang lain tidak
berkenan memberik tempat kepada sahabat yang baru datang tersebut untuk duduk di
dekat Rasulullah saw. kemudian turunlah ayat ini yang memerintahkan kepada segenap
kaum mukminin agar memberi tempat kepada saudara seimannya di dalam majelis zikir,
meskipun mereka datang terlambat.
a. Kata tafassah dan ifsah terambil dari kata fasaha, maknanya yakni lapang atau
melapangkan tempat duduknya kepada sebagian yang lain, dan berarti juga
mempersilahkan.
6
b. Kata unsyuzu terambil dari kata nusyuz, yakni tempat yang tinggi, dapat pula berarti
bangkit melaku kan satu aktivitas positif, ada juga yang mema-haminya perintah untuk
berdiri melak-sanakan shalat atau hal-hal lainnya yang termasuk amal amal kebaikan.
c. Kata majalis adalah bentuk jamak dari kata majlis, yang pada mulanya ber-arti
"tempat duduk". Sedangkan dalam konteks ayat ini adalah tempat duduk Nabi saw
memberi tuntunan agama ketika itu.
d. Kata 'ilm secara bahasa berarti keje lasan, dan mempunyai arti denotatif "bekas
sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari yang .. lainnya." Ada juga yang
berpenda pat bahwa ilmu ialah mengetahui hakikat sesuatu.
3. Ayat ini bukan hanya berbicara tentang kemuliaan penuntut ilmu yang dimulia kan
dengan derajat tertentu, akan tetapi juga berbicara tentang etika atau akhlak ketika
berada di majelis ilmu. Etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk mendukung
terciptanya keter tiban, kenyamanan dan keterangan sua sana selama dalam majelis,
sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini kita
dapat mengatakan, bahwa ajaran Islamlah yang amat peduli terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan de ngan berbagai aspeknya. Pada ayat tersebut juga terkandung
motivasi yang amat kuat agar orang giat menuntut ilmu pengetahuan, yaitu dengan
mem berikan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Alah swt.
[18] Teungku M. Hasbi Al-Shiddiqy, Tafsir al Qur'an al-Majid, Jilid 5 (Cet. II, Jakarta: PT.
Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995), h. 4000.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
salah satu tafsir tarbawi yang di ambil dari qs. Al-alaq ayat 1-5 yaitu
Menunjukkan kewajiban setiap muslim membekali diri dengan ilmu pengetahuan
(membaca). Membaca memiliki makna yang sangat luas meliputi :
menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu dan sebagainya yang bermuara pada makna menghimpun. Perintah Iqra
mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan
tertulis, baik suci maupun tidak.
8
Daftar Pustaka
Al-Qur’anul Karim
Ibnu Katsir, Abi Fida Ismail bin Umar, Tafsîr al-Qur’ân al-Adhîm, Beirut: Dâr
Ibnu Hazm, 1974.
Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, Vol. 15,
2012.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Mudhu'i atas Pelbagai Per soalan Umat,
cet. XI, Bandung: Mizan, 2000.
Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, Volume 5 dan 13, cet. III;
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2005.