Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI
Penafsiran dan Pemahaman Tarbawi Terhadap
QS. Al-alaq : 1-5, QS. Al-mujaddalah :11 dan QS. At-taubah :122
DOSEN PENGAMPUH: Shobihus Surur, M.Pd.I

Anggota kelompok

Irna liwa’ul Jannah (2093044045)

Hasan mustofa (2093044073)

Dwi Khoironir r. (2093044059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI JOMBANG


2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kami tetap iman dan islam, serta
komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan

Solawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari Zaman yang gelap menuju Zaman yang terang benderang yakni
dengan agama islam.

Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi bapak
shobihus surur, M.Pd.I karena atas tugas yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
melatih diri agar lebih terbiasa dalam membuat sebuah karya tulis maupun makalah. Dan tak
lupa terhadap rekan-rekan juga yang telah membantu hingga terselesaikan makalah ini.

Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dimohonkan untuk dapat memberikan


saran dan kritik kepada kami untuk menjadi sebuah pembelajaran dan pengalaman untuk kami

Jombang, 19 september 2021

ii
Daftar isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….……………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….………………………1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..……………………………………1


B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Tafsir tarbawi Qs. Al-Alaq ayat 1-5…..……………………………………………………….………….2


B. Tafsir tarbawi Qs. At-taubah ayat 122……………………….…………………………..…………….3
C. Tafsir tarbawi Qs. Al-mujaddalah ayat 11……..……………………………………………………..5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..……………………………….8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..……………………………………….9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, sebagai petunjuk
Allah yang bila dipelajari akan menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan
pedoman bagi penyelesaian problem hidup,1 karena Al-Qur’an memuat
petunjuk tentang hablu min Allah (hubungan manusia dengan Tuhannya), hablu
min annas (manusia dengan sesamanya), dan hablu min al alam (manusia
dengan alam sekitarnya). Dengan demikian, untuk dapat memahami ajaran
Islam secara sempurna, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memahami Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah petunjuk yang bila dipelajari, makan
akan ditemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman hidup. Oleh karenanya
Alquran sering menyebut dirinya sebagai petunjuk (al-hudâ), rahmat, peringatan
(adz-Dizkr), dan nasehat (mau’idhah).

Surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diturunkan


kepada Rasulullah. Terdapat banyak hikmah dan pelajaran yang terkandung di
dalamnya serta surat al-mujaddalah ayat 11 dan surat at-taubah ayat 122.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. Al-alaq ayat 1-5.
 Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. Al-mujaddalah ayat 11.
 Bagaimana kajian tafsir tarbawi dalam Qs. At-taubah ayat 122.

C. Tujuan
 Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. Al-alaq ayat
1-5.
 Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. Al-
mujaddalah ayat 11.
 Untuk mengetahui nilai Pendidikan yang terkandug dalam Qs. At-taubah
ayat 122.
BAB II
PEMBAHASAN

A. QS. Al-Alaq ayat 1-5

َ ‫) ا ْق َرْأ َو َرب‬2( ‫ان مِنْ َعلَ ٍق‬


( ‫ُّك اَأْل ْك َر ُم‬ َ ‫) َخلَ َق اِإْل ْن َس‬1( ‫ِّك الَّذِي َخلَ َق‬ َ ‫ا ْق َرْأ ِباسْ ِم َرب‬
‫ان َما لَ ْم َيعْ لَ ْم‬َ ‫) َعلَّ َم اِإْل ْن َس‬4( ‫) الَّذِي َعلَّ َم ِب ْال َقلَ ِم‬3

“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.(2) Dia telah
menciptakan manusia dari 'Alaq.(3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling
Pemurah. (4) Yang mengajar manusia dengan pena. (5)Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya”.

Dari berbagai macam kajian tafsir yang lainya seperti tafsir jalalain, tafsir al
misbah, kita dapat memahami kandungan makna tafsir tarbawi pada Qs.Al-alaq: 1-5
tersebut.

1. Ditinjau dari Proses Turunnya Ayat.

a. Mimpi yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. menggambarkan sebuah


tahapan awal dalam pendidikan yang dikenal dengan Istilah Pra-Kondisi.
Pra-Kondisi sebagai upaya memastikan kesiapan peserta didik untuk
belajar.
b. Allah membuat Nabi Muhammad SAW. menyukai kesendirian dan
melakukan kontemplasi di Gua Hira. Seakan mengisyaratkan kehendak Allah
agar terjadi upaya mensucikan diri dan hatinya supaya bersih dari segala
kotoran jiwa. Dalam kaitannya dengan pendidikan, perlu dilakukan
tazkiyatun nafs sebelum melaksanakan pendidikan.
c. Jibril sebagai sosok penyampai wahyu, memberikan isyarat bahwa seorang
guru harus merupakan pribadi yang berintegritas, amanah dan mempunyai
kelembutan budi pekerti.
d. Peran Khadijah menggambarkan peran keluarga dalam pendidikan.
Keluarga hendaknya dapat memberikan partisipasi, peran penguatan dan
meyakinkan anak didik terhadap materi pelajaran maupun nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah. Selain itu juga perlu melakukan konsultasi kepada yang
ahli dalam upaya menguatkan pendidikan anaknya, sebagaimana
digambarkan peran Waraqah dalam penguatan Nabi Muhammad SAW.
peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW.

2. Ditinjau dari isi ayat yang diturunkan

2
a. Menunjukkan kewajiban setiap muslim membekali diri dengan ilmu
pengetahuan (membaca). Membaca memiliki makna yang sangat luas
meliputi : menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu dan sebagainya yang bermuara pada makna
menghimpun. Perintah Iqra mencakup telaah terhadap alam raya,
masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun
tidak.
b. Allah sebagai Rabb (Tuhan) karena Dialah memberikan tarbiyah yang
hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan, perbaikan makhluk
ciptaannya.
c. Allah dalam mengajar manusia melalui dua metode, pertama melalui
pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan kedua melalui
pengajaran secara langsung tanpa alat.
d. Salah satu cara yang ditempuh oleh Al-Qur’an untuk mengantar manusia
menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati
dirinya antara lain dengan menguraikan kejadian manusia. Bahwa
manusia diciptakan dari al ‘alaq (segumpal darah).

B. Qs. At-Taubah ayat 122.

۟ ‫ُوا َكٓا َّف ًة ۚ َفلَ ْواَل َن َف َر مِن ُك ِّل فِرْ َق ٍة ِّم ْن ُه ْم َطٓاِئ َف ٌة لِّ َي َت َف َّقه‬
ِ ‫ُوا فِى ٱل ِّد‬
‫ين‬ ۟ ‫ون لِ َينفِر‬
َ ‫ان ْٱلمُْؤ ِم ُن‬
َ ‫َو َما َك‬
َ ‫ُوا َق ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َجع ُٓو ۟ا ِإلَي ِْه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َيحْ َذر‬
‫ُون‬ ۟ ‫َولِيُن ِذر‬

“ Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan


perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

 menurut tafsir al-munir bahwa ayat tersebut berkaitan dengan hukum


berperang jihad fii sabilillah. Dalam tafsir al-munir, jihad tidak diwajibkan atas
semua mukmin jika Nabi tidak turut di dalamnya, akan tetapi mereka yang tidak
turut berperang, mereka tetap wajib berjihad melalui jalan memepelajari dan
memperdalam ilmu agama, agar mereka dapat member peringatan kepada kaum
mereka apabila perang telah usai. Karena sesungguhnya mencari ilmu adalah
sebagian dari jihad. [1]
Wahbah Az-Zuhail, Tafsir Al-Munir,  jilid.5, hlm. 81. FOOTNOTE
[2] Ahmad Mushthafa Al-Maraghiy, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy,  (Semarang:
CV. Toha Putra), hlm. 84-85.
[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XI,  (Jakarta: Pustaka Panjimas), hlm. 86-87.

3
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum
yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan
mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu
merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian
bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada
iman dan menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang
menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk jadi
benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh
tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.[2]
Dalam ayat ini pentingnya memperdalam ilmu, juga terkait dengan
keterangan mengenai jihad. Ketegasan ayat ini menjelaskan bahwa
memperdalam ilmu agama adalah  salah satu strategi pertahanan perang
yang paling besar, inti dari tujuan perjuangan, dengan kata
lain ‘pendidikan’ adalah wujud dari perang yang sebenarnya.

“Dan tidaklah boleh orang-orang yang beriman itu turut semuanya”. Di


sini menunjukkan bahwa betapa pentingnya pembagian tugas . Dalam
pendidikan pembagian tugas itu sangat penting agar pendidikan bisa
terfokus dan menjadi maksimal.
Orang beriman sejati tidaklah semuanya turut bertempur berjihad
dengan senjata ke medan perang, “tetapi alangkah baiknya keluar dari
tiap-tiap golongan itu, di antara mereka, satu kelompok supaya mereka
memperdalam pengertian tentang agama”. Dengan susunan
kalimat falaulaa yang berarti diangkat naiknya, maka Tuhan telah
menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan
berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masaing-
masing, baik secara ringan ataupun secara berat. Maka dengan ayat ini
Tuhan pun menuntut hendaklah jihad itu dibagi kepada jihad
bersenjata dan jihad memperdalam ilmu pengetahuan dan pengertian
tentang agama.
Jika yang pergi ke medan perang itu bertarung nyawa dengan
musuh, maka yang tinggal di garis belakang memperdalam tentang
agama. Sebab tidaklah pula kurang penting jihad yang mereka hadapi.
Ilmu agama wajib diperdalam. Dan tidak semua orang akan sanggup
mempelajari.[3]
Surat at-taubah ayat 122 memberikan bimbingan penting dalam
jihad. Di dalamnya menerangkan penjelasan bahwa jihad tidak hanya
berada di medan perang, sehingga diperintahkan agar sebagian kelompok
keluar dari barisan perang dan memperdalam ilmu agama, sehingga
mereka dapat kembali pada kaumnya dan memberi peringatan.
Ayat ini menjelaskan pentingnya pembagian tugas, dan untuk
waspada dalam berjuang tidak hanya berjuang pada masa yang tengah
dihadapi, tetapi juga untuk masa depan. Bahwa setelah berselisih, kelak
pasti ada penyelesaian. Setelah perang pasti akan ada perdamaian.
Banyak yang akan runtuh karena perang, namun satu hal harus terus
dibangun, yaitu rohaniah dan kesadaran beragama. Kita berperang karena
mempertahankan agama, oleh karena itu kita juga harus tetap

4
memperdalam ilmu agama supaya tidak mudah tergoyahkan. Karena jika
tidak ada yang memperdalam pengetahuan tentang agama, bagaimana
kalau kelak terjadi perdamaian sedangkan agama yang diperjuangkan
telah runtuh dan padam cahayanya, masjid-masjid runtuh, ahli agama
telah gugur, dan tempat-tempat belajar telah hancur.[3]
15M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Mudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Cet. XI, Bandung: Mizan, 2000), h. 426-427. 16Abuddin Nata, op. cit., h. 155

Nilai Pendidikan yang terkandung dalam qs.At-taubah ayat 122


adalah
1.       Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam
mencari ilmu, yaitu semata-mata lillahi ta’ala mengingat
keutamaan yang diberikan kepada ahli ‘ilmu, yaitu setara
dengan jihad fii sabilillah.
2.      Pentingnya ilmu untuk tetap dijaga dan dikaji supaya bisa
diajarkan kembali kepada generasi berikutnya, serta memberantas
kebodohan.
3.      Pentingnya pembagian tugas/tanggungjawab dalam suatu
pendidikan supaya target tercapai sesuai keinginan
4.      Kesungguhan dalam menuntut ilmu.

C. QS. Al-Mujaddalah ayat 11


۟ ‫ِس َفٱ ْف َسح‬
‫ُوا َي ْف َس ِح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم َت َف َّسح‬
ِ ‫ُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬
َ ُ‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون‬ ۟ ‫ِين ُأو ُت‬
ٍ ‫وا ْٱلع ِْل َم دَ َر ٰ َج‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫وا مِن ُك ْم َوٱلَّذ‬ َ ‫وا َيرْ َف ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّذ‬ ۟ ‫ش ُز‬
ُ ‫وا َفٱن‬ ۟ ‫ش ُز‬ ُ ‫ٱن‬
11<‫> َخ ِبي ٌر‬

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

nilai pendidikan yang terkandung dalam surat qs. Al-mujaddalah ayat 11; Hai orang-
orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian: "ber lapang-lapanglah" berluas-
luaslah dalam majlis yaitu majlis tempat Nabi saw berada, dan majlis zikir, sehingga
orang orang yang datang kapda kalian dapat tempat duduk. Menurut satu qira'at lafaz
al-majalis dibaca al-majlis dalam bentuk mufrad. Maka lapangkanlah. niscaya Allah akan
memberi kelapangan untuk kalian di surga nanti. Dan apabila dikatakan "berdirilah
kalian" un-tuk melakukan shalat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal kebaikan
maka ber dirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kalian karena ketaatannya dalam hal tersebut, dan Dia meninggikan pula orang-orang
yang diberi ilmu penge tahuan beberapa derajat di surga nanti. Dan Allah mengetahui
apa yang kalian kerjakan. [4]

[4] Jalaluddin al-Mahilly dan Jalaluddin as Suyuthi, op. cit., jilid 4, h. 2102-2403

5
Hikmah dari yang dapat dipetik dari asbabun nuzul ayat ini sebagaimana yang telah
penulis ungkapkan di awal pemba-hasan yang berhubungan dengan pendi-dikan ialah
bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majlis
Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat dengan mudah mendengar weja-ngan dari
Rasulullah saw yang diyakini bahwa dalam wejangan itu terdapat kebai-kan yang amat
dalam serta keistimewaan yang agung.

Mengenai hal ini (melapangkan majlis), Hasbi ash-Shiddiqy memberi ko mentar dalam
tafsirnya, apabila dikatakan j kepada kamu (wahai kaum muslimin), "Lapang-kanlah
sedikit tempat duduk untuk diduduki oleh saudara-saudaramu", b maka hendaklah
kamu berbaik hati memberi ruang bagi saudara-saudaramu supaya Allah memberikan
keluasan kepadamu, karena orang yang memberi kelapangan bagi saudaranya di dalam
majlisnya, Allah memberikan keluasan kepadanya bahkan memuliakannya, karena
mengingat bah 18 wa pembalasan itu sejenis amalan.[18] Dari ungkapan ini seakan
tersirat bahwa janganlah salah seorang di antara kita membiarkan begitu sia saudara-
saudara seiman tidak berpendidikan, ayat ini seakan-akan mengajak kepada setiap
pembacanya agar memperhatikan keadaan sekitar, serta memberikan kesempatan
kepada setiap muslim untuk mengenyam pendidikan. Bagi yang memiliki kela pangan
rizki, sudah selayaknya memberi bantuan materi kepada yang mereka yang sedang
mengalami kepailitan hidup agar dapat belajar dengan baik. Bagi mereka yang memiliki
ilmu pengetahuan, sudah selayaknya mengajarkannya pada yang membutuhkan, meski
tanpa imbalan.

Berdasarkan uraian pembahasan QS al-Mujadalah ayat 11 di atas, maka dapat penulis


simpulkan:

1. Asbab nuzul ayat ini berkenaan dengan majelis-majelis zikir. Yaitu jika ada di antara
para sahabat yang datang terlam bat di majelis zikir, sahabat-sahabat yang lain tidak
berkenan memberik tempat kepada sahabat yang baru datang tersebut untuk duduk di
dekat Rasulullah saw. kemudian turunlah ayat ini yang memerintahkan kepada segenap
kaum mukminin agar memberi tempat kepada saudara seimannya di dalam majelis zikir,
meskipun mereka datang terlambat.

2. Tafsir perkata dalam ayat ini adalah sebagai berikut:

a. Kata tafassah dan ifsah terambil dari kata fasaha, maknanya yakni lapang atau
melapangkan tempat duduknya kepada sebagian yang lain, dan berarti juga
mempersilahkan.

6
b. Kata unsyuzu terambil dari kata nusyuz, yakni tempat yang tinggi, dapat pula berarti
bangkit melaku kan satu aktivitas positif, ada juga yang mema-haminya perintah untuk
berdiri melak-sanakan shalat atau hal-hal lainnya yang termasuk amal amal kebaikan.

c. Kata majalis adalah bentuk jamak dari kata majlis, yang pada mulanya ber-arti
"tempat duduk". Sedangkan dalam konteks ayat ini adalah tempat duduk Nabi saw
memberi tuntunan agama ketika itu.

d. Kata 'ilm secara bahasa berarti keje lasan, dan mempunyai arti denotatif "bekas
sesuatu yang dengannya dapat dibedakan sesuatu dari yang .. lainnya." Ada juga yang
berpenda pat bahwa ilmu ialah mengetahui hakikat sesuatu.

3. Ayat ini bukan hanya berbicara tentang kemuliaan penuntut ilmu yang dimulia kan
dengan derajat tertentu, akan tetapi juga berbicara tentang etika atau akhlak ketika
berada di majelis ilmu. Etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk mendukung
terciptanya keter tiban, kenyamanan dan keterangan sua sana selama dalam majelis,
sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini kita
dapat mengatakan, bahwa ajaran Islamlah yang amat peduli terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan de ngan berbagai aspeknya. Pada ayat tersebut juga terkandung
motivasi yang amat kuat agar orang giat menuntut ilmu pengetahuan, yaitu dengan
mem berikan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Alah swt.

[18] Teungku M. Hasbi Al-Shiddiqy, Tafsir al Qur'an al-Majid, Jilid 5 (Cet. II, Jakarta: PT.
Pustaka Rizki Putra Semarang, 1995), h. 4000.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

7
salah satu tafsir tarbawi yang di ambil dari qs. Al-alaq ayat 1-5 yaitu
Menunjukkan kewajiban setiap muslim membekali diri dengan ilmu pengetahuan
(membaca). Membaca memiliki makna yang sangat luas meliputi :
menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu dan sebagainya yang bermuara pada makna menghimpun. Perintah Iqra
mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan
tertulis, baik suci maupun tidak.

Nilai Pendidikan yang terkandung dalam qs.At-taubah ayat 122 adalah


Agar senantiasa memperhatikan dan memperbaiki niat dalam mencari
ilmu, yaitu semata-mata lillahi ta’ala mengingat keutamaan yang diberikan
kepada ahli ‘ilmu, yaitu setara dengan jihad fii sabilillah.
Nilai Pendidikan yang terkandung dalam qs.Al-mujaddalah ayat 11 .
Asbab nuzul ayat ini berkenaan dengan majelis-majelis zikir. Yaitu jika ada di
antara para sahabat yang datang terlam bat di majelis zikir, sahabat-sahabat
yang lain tidak berkenan memberik tempat kepada sahabat yang baru datang
tersebut untuk duduk di dekat Rasulullah saw. kemudian turunlah ayat ini yang
memerintahkan kepada segenap kaum mukminin agar memberi tempat kepada
saudara seimannya di dalam majelis zikir, meskipun mereka datang terlambat.

8
Daftar Pustaka
Al-Qur’anul Karim

Ibnu Katsir, Abi Fida Ismail bin Umar, Tafsîr al-Qur’ân al-Adhîm, Beirut: Dâr
Ibnu Hazm, 1974.

Al-Mahallî, Jalâluddîn dan Jalâluddîn al-Suyûthî. Tafsir Jalalain, Beirut: t.t


Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996.

Al-Maliki, Muhammad bin Alawi. Zubdatul Itqon fî ‘Ulû m Al-Qur’an,


Jeddah: Dar al Fikr,1986.

Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang


Pendidikan, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007.

Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, Vol. 15,
2012.

Yunus, Badruzzaman M. Pengantar Tafsir Tarbawy, Al-Bayan: Jurnal Studi Al-


Qur’an dan Tafsir 1, 1 Juni 2016.

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur'an: Tafsir Mudhu'i atas Pelbagai Per soalan Umat,
cet. XI, Bandung: Mizan, 2000.

Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur'an, Volume 5 dan 13, cet. III;
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2005.

Anda mungkin juga menyukai