Ica Faizah
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Email : icafaizah031099@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Nabi Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh
Allah untuk menyampaikan pesan-pesan ilahiyyah kepada manusia. Setelah
beliau wafat, tidak ada lagi rasul yang ditugaskan setelahnya. Di sisi lain,
Islam juga merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah kepada
manusia, namun tidak berarti dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Maka eksistensi Agama Islam demikian pentingnya dakwah sehingga
menjadikan tugas ini sebagai pedoman dalam kehidupan.
Pembahasan
Asal kata dakwah dalam berbagai bentuknya (fi’il dan isim), terulang
dalam Al-Qur'an sebanyak 211 kali (Muhammad Fu’ad abdu albaqi, 1992: 326),
dengan rincian, dalam masdar terulang 10 kali, fi'il Madhi 30 kali, Fi'iI Mudhari'
112 Isim Fa'il 7 kali dan sedangkan dengan kata dua sebanyak 20 kali, Dakwah
dan yang seakar dengan kata Da’wah dalam bentuk Masdar 10 kali dan dalam
AIQur'an, yaitu dalam surat alBaqarah: 186, Al-a’raf: 5, Yunus: 10, 89, al-Rad :
14, Ibrahim : 44, AI-Anbiya': 15, ar-Rum 25, al-Ghafir: 43 Dalam bentuk fi’il
Madhi diulang 30 kali, antara lain dalam surat 186, ali-Imran: 38, al-Anfal: 24,
Yunus: 12, al-Rum: 25, alzumar 8,49, Fushilat: 33, ad-Dukhan: 22, al-Qamar: 10
dan lain-lain. Sedangkan kata da’wah dalam bentuk fi’il mudhari’ diulang
sebanyak 112 kali, antara lain dalam surat al-baqarah :271, ali-imran :104,
annisa’117 (dua kali ), al-an’am :52, 108, yunus 66, Hud :101, al-rad :14, an-
nahl : 20, al-isra’:67, Al-kahfi : 28, al-Hajj: 62, al-furqan :68, al-Qasash :41, al-
ankabut :42 dan lain sebagainya. Dalam bentuk fi’il amar diulang sebanyak 32
kali, antara lain : surat al-baqarah :61, 68, 70, al-a’raf :134, dan an-nahl:125, al-
hajj :67, al-qashash: 87 asy-syura : 15, ad-zukhruf :49 dan lain-lain. Dalam
bentuk Isim Fa'il diulang 7 kali, yaitu dalam surat al-Baqarah: 186, Thaha :108,
al-Ahzab : 46, al-Ahqaf. 31,32 dan al-Qamar: 6,7 Berdasarkan uraian di atas
ternyata kata dakwah dalam al-Quran dari berbagai bentuknya terdapat 211 kali,
ini menggambarkan bahwa dakwah itu sangat penting dan harus di lakukan oleh
umat Islam, baik secara individu ataupun secara kelompok, dengan terencana
dan propesional sesuai dengan tujuan dakwah itu sendiri.1 Berdasarkan
penelusuran terhadap ayat-ayat di atas ternyata tidak semua kata Da'wah yang
berarti ajakan dan seruan, bahkan ada yang berarti do’a dan permohonan.
1
Abdul Karim Zaidan. (alih bahasa M.asywadi syukur) dasar-dasar ilmu dakwah, Jakarta : madiun
dakwah
Namun menurut hemat penulis dakwah juga dapat di artikan menerangkan atau
menjelaskan, hal ini dapat kita lihat dalan surat al-Baqarah ayat 256.
Jadi ayat ini menerangkan bahwa dakwah itu cukup dengan menjelaskan
atau menerangkan dan tidak boleh dengan paksa. Dakwah berarti permohonan.
Dari pengertian dakwah yang terdapat dalam ayat-ayat di atas dapat
penulis ambil suatu kesimpulan bahwa dakwah yang berarti menyeru, memohon
ataupun mengajak dalam ayat tersebut bermaksud membawa manusia kepada
jalan dan situasi yang baik atau dengan kata lain, dakwah dalam arti
permohonan atau doa kepada Tuhan dan Allah menjanjikan akan
mengabulkannya, dengan syarat melakukan semua perintah Allah dan beriman
padanya. Kemudian dakwah yang berarti mengajak kepada ma’ruf yang diredhai
allah SWT dan melarang berbuat mungkar, perbuatan yang dibenci oleh Allah.2
3
Abdul munir mulkan, dakwah perspektif al-qur'an, Jakarta : TMF, 2002.
tentang Allah memberikan kitab kepada nabi-Nya, dengan kitab ini manusia
akan dikeluarkan dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang.
Firman Allah dalam Q.S. al-Mâidah/5: 16, “Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ”Sebagai tambahan, Allah berfirman
dalam Q.S. al-Hadîd/57: 9 “Dia-lah yang menurunkan kepada hamba-Nya
ayat-ayat yang terang (al-Qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya...
Mengeluarkan manusia dari situasi kekafiran kepada cahaya ketuhanan
menandai terutusnya Rasul-rasul Allah. Di saat syariat agama yang dibawa
oleh seorang Rasul, karena perjalanan waktu, mulai redup dan umat mulai
terperosok ke dalam kegelapan, maka Allah mengutus Rasul yang baru
untuk membawa mereka kepada cahaya ketuhanan. Kemunculan agama
Yahudi tidak lepas dari upaya ilahi menunjuki manusia ke arah kehidupan
sesuai dengan hidayah Allah setelah ajaran yang dianut masyarakat telah
dirasuki dengan berbagai paham-paham yang mengaburkan prinsip-prinsip
agama yang benar. Dalam kasus yang sama, kemunculan agama Nasrani
sesungguhnya dimaksudkan untuk menolong manusia yang telah
menyimpang jauh dari syariat yang tedapat dalam agama Yahudi. Dalam
pentas sejarah, Nabi Isa as. telah memainkan peran penting dalam
membimbing masyarakat dalam kehidupan yang penuh cinta kasih. Sebagai
tambahan, kasus serupa, kedatangan agama Islam, pada hakekatnya untuk
menyelamatkan manusia yang hanyut dalam arus jahiliyah. Dalam konteks
historisnya, Nabi Muhammad SAW. telah menunjukkan usaha keras dan
tidak mengenal lelah melepaskan manusia dari cengkeraman jahiliah menuju
kehidupan yang penuh rahmat dalam genggaman Islam.
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” Menurut Muhammad Asad, termafithrah berarti
kecondongan alami, melukiskan kemampuan intuitif untuk membedakan
antara yang benar dan yang salah, yang haq dengan yang bathil, hingga
makna keesaan dan eksistensi Tuhan. Dalam hadis riwayat Bukhari Muslim
disebutkan “Setiap anak yang lahir dilahirkan menurut fitrahnya, orang
tuanya lah yang menyebabkan. ia menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
”Dalam pandangan Muhammad Asad, ketiga formulasi agama ini, sangat
dikenal pada zaman Nabi, adalah mereka yang dikontraskan dengan
“disposisi alami” yang terdapat dalam kognisi instinktif pada Tuhan dan
penyerahan diri (Islam) kepada-Nya. Terma “orang tua” di sini memiliki
makna yang lebih luas yaitu pengaruh sosial (social influence) atau
lingkungan (environment).
Kesimpulan
5
Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997) hlm. 28
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim Zaidan. (alih bahasa M.asywadi syukur) dasar-dasar ilmu dakwah,
Jakarta : madiun dakwah
Abdul Munir Mulkan, ideologi gerakan dakwah, episode kehidupan M. Natsir dan
azhar basyir, yogyakarta : press, 1996.