PENDAHULUAN
1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, Terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni,
Lc.MA (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, Cet 10 2014), hlm. 16.
ilmu, memiliki tiga disiplin ilmu sekaligus, yakni ilmu ma‟ani, „ilmu bayan, dan ilmu
badi‟.
Dalam ilmu ma‟ani, kita dituntun untuk dapat berbicara sesuai dengan
tuntunan situasi dan kondisi (muqtadha al-hal), seperti situasi dan kondisi lawan
bicara, ada orang yang polos (khali al-dzihni), ada orang yang meragukan
(mutaraddid), dan juga ada orang yang mengingkari (munkir) apa yang kita
sampaikan. Kondisi seperti ini akan menuntut gaya pengungkapan tersendiri.
Sesungguhnya ilmu ma‟ani merupakan bagian terpenting sebelum ilmu bayan dan
ilmu badi‟ dalam kajian ilmu balaghah. Ilmu ini menuntun kita untuk dapat
menyesuaikan pembicaraan dengan tuntutan konteks atau keadaan pada saat
berbicara (muthabaqat al-kalam bi muqtadha al-hal). Oleh karena itu, dalam ilmu ini
lebih ditekankan bagaimana menempatkan kemampuan berbahasa dalam kondisi
yang berbeda-beda, sesuai dengan perubahan keadaan.
Secara garis besar, objek kajian ilmu ma‟ani adalah uslub khabari, uslub
insya‟i, qashr, fashal, washal, ijaz, ithnab, dan musawah.
Uslub insya‟i adalah ungkapan yang isinya tidak dapat dinilai atau dihukumi
benar atau bohong. Ungkapan ini sering disebut kalimat imperatif. Contohnya antara
lain, kalimat perintah (amar), kalimat larangan (nahi), kalimat tanya (istifham),
kalimat panggilan (nida‟), dan sebagainya.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membuat satu penelitian yang
terkait dengan salah satu cabang ilmu yang terdapat dalam bagian ilmu ma‟ani yaitu
uslub insya‟i dan dilalahnya. Uslub insya‟i dan dilalahnya adalah kajian balaghah.
Uslub insya‟i akan berakibat kepada dilalah. Artinya, uslub insya‟i memberi makna
dilalah yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat melalui ayat firman-Nya :
2
2
QS. Shaad :17.
2
Dalam ayat di atas menjelaskan tuntutan melakukan sesuatu yang datang dari
atas kepada yang ada di bawahnya. Tuntutan ini didatangkan melalui bentuk fi‟il
amr. Kata “ ْ ” إِصْ بِرdalam potongan kalimat di atas adalah bentuk fi‟il amr dari kata
َ yang mengandung arti “bersabarlah” dan kata “ ْ ” َوا ْذكرdari kata َي ْذكر-َذ َك َر
َيصْ ِبر-ص َب َر
mengandung arti “ingatlah”.
Allah Ta‟ala juga berfirman dalam al-Qur‟an :
3
Artinya:“dan janganlah Engkau menurut hawa nafsu, kerana yang demikian itu
akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”
Dalam ayat di atas menjelaskan pengertian nahi. Nahi adalah tuntutan untuk
meninggalkan sesuatu yang datang dari atas kepada yang ada di bawahnya. Nahi ini
dapat diungkapkan melalui satu cara, yaitu dengan menggunakan fi‟il mudhari‟ yang
didahului dengan la nahi.4
Allah Ta‟ala juga berfirman dalam al-Qur‟an :
5
3
QS. Shaad : 26.
4
Ahmad Izzan, Uslubi Kaidah-Kaidah Ilmu Balaghah (Tafakur : Bandung : 2012), hlm. 15.
5
QS. Shaad : 5.
6
As-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Jawahirul Balaghah Fil Ma‟ani Wal Bayan Wal Badi (Maktabatul
Adab : Kaherah : 2005), hlm. 67.
3
Antara i‟jazul Qur‟an itu adalah i‟jazul lughawi al-balaghi. Jadi kajian ini
bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan al-Qur‟an aspek balaghahnya.
Pembicaraan yang sesuai dengan tuntutan keadaan dalam bentuk uslub insya‟i.
Penulis dahulu merupakan pelajar pesantren dan pernah belajar ilmu balaghah
ini dengan salah seorang ustaz di sana. Bidang kajian balaghah menjadi minat
penulis dan ingin meneruskan kajian ini diperingkat yang lebih tinggi yaitu penulis
ingin menjadikan kajian ini sebagai judul skripsi.
Berdasarkan perbahasan ayat di atas, penulis tertarik untuk menyusun
sebuah skripsi yang mengkaji tentang penggunaan ilmu bahasa tersebut di dalam al-
Qur‟an dengan judul: “Uslub Insya’i Dan Dialahnya Dalam Al-Qur’an (Kajian
Ilmu Balaghah Dalam Surat Shaad)”.
4
1.3.1 Uslub insya’i
Susunan kalimat7 kalam yang tidak mengandung kebenaran dan
kedustaan bagi dzatnya. 8
1.3.2 Dilalah
Dilalah dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab yakni daala –
yadulu – dilalah yang artinya petunjuk atau yang menunjukan. Dalam
logika ilmu mantik berarti satu pemahaman yang dihasilkan dari
sesuatu hal yang lain seperti adanya asap di balik bukit, berarti ada api
dibawahnya dalam hal ini api disebut madlul dan asapnya adalah dalil.
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain. Sesuatu
yang pertama disebut madlul dan segala sesuatu yang kedua disebut
dalil.
1.3.3 Balaghah
Balaghah berarti menyampaikan suatu gagasan melalui ungkapan
yang benar, fasih,, dan menyentuh jiwa serta sesuai dengan tuntutan
keadaan (kontekstual).9
7
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah : Jakarta :
2010), hlm. 42.
8
Syaikh Harish Alaikum bin Dimyathi bin Abdullah bin Abdul Manan Al-Tarmasiy, Intisari Ilmu
Balaghah Terjemah Syarh Al-Jauhar Al-Maknun ( Yogyakarta : Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 115.
9
Ahmad Izzan, Uslubi Kaidah-Kaidah Ilmu Balaghah, hlm. 15.
5
1.4.2 Batasan Masalah
Dalam menyajikan tema ini penulis mengkaji secara tuntas dan detil
mengenai uslub insya‟i yang terdapat dalam surat Shaad dengan
merujuk kepada tafsir al-Maraghi, Shafwatut Tafasir dan tafsir al-
Munir. Penulis memilih surah Shaad bukan surah lain dengan alasan
dalam surah Shaad banyak uslub insya‟i baik jenis thalabi dan ghair
thalabi. Penulis merujuk tiga kitab tafsir di atas karena mufassirnya
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an ke arah bahasa dan pembahasannya
adalah ilmu balaghah.
1.5 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
1.5.1.1 Untuk mengetahui maksud dengan uslub insya‟i dan
bagaimana bentuk-bentuknya dan dilalahnya.
1.5.1.2 Untuk mengetahui uslub insya‟i yang terdapat dalam surah
Shaad dan dilalahnya.
1.5.1.3 Untuk mengetahui penafsiran mufassir terhadap ayat-ayat
mengandung uslub insya‟i dalam surat Shaad tersebut.
6
1.6 Tinjauan Pustaka
Kajian dengan judul “Uslub Insya’i Dan Dilalahnya Dalam Al-Qur’an (Kajian
Ilmu Balaghah Dalam Surah Shaad)” merupakan studi perpustakaan yang
difokuskan pada kajian uslub insya‟i dan dilalahnya yang ada dalam al-Qur‟an yaitu
lebih tepatnya dalam surah Shaad. Untuk itu, penulis menemukan beberapa literatur
yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
Muhammad Iqbal Thanthowi dalam skripsinya yang berjudul “Muatan Kalam
Insya‟i Dalam al-Quran Surat Maryam (Kajian Ilmu Balaghah)” menjelaskan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan kalam insya‟i berdasarkan al-Qur‟an surat
Maryam. Di dalam skripsi ini, fokus permasalahannya adalah apa saja ayat-ayat yang
memuat kalam insya‟i di dalam al-Qur‟an surat Maryam serta bagaimana bentuk
muatan kalam insya‟i yang terdapat pada ayat-ayat al-Qur‟an di dalam surat Maryam
tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat beberapa
ayat al- Qur‟an yang memuat kalam insya‟i dalam surat Maryam, yaitu 23 lafazh
dalam bentuk amar, 3 lafazh dalam bentuk nahi, 12 lafazh dalam bentuk istifham, 13
lafazh dalam bentuk nida, dan 1 lafazh dalam bentuk tamanni.10
Ahmad Nuruddin dalam skripsinya yang berjudul “Uslub Ma‟ani Dalam
Surat Al-Haqqah” yang membahas tentang bagaimana gaya bahasa al-Qur‟an dalam
kesesuaian kalimat terhadap kontekstualnya, sehingga dapat diketahui kecocokan
kalimat dengan tujuan yang dikehendaki, dan hal itu terdapat dalam kajian balaghah
ilmu ma‟ani yang mempelajari tentang al-Kalam, al-Qashr, al-Fashl wa al-Washl,
al-Musawah wa al-Ijaz wa al-Ithnab. Objek yang dikaji adalah salah satu surat
dalam al-Qur‟an yaitu surat Al-Haqqah. Adapun beberapa hasil analisis dari
penelitian ini, dapat diperoleh data-data sebagai berikut, yaitu pertama, 34 kalam
khabari yang terdiri dari 24 ibtida‟i, 4 thalabi, dan 6 inkari. Kedua, 15 kalam insya‟i
yang terdiri dari 6 amar, 4 istifham, 3 tamanni, dan 2 nida‟. Ketiga, 7 kalimat yang
termasuk dalam al-Qashr. Keempat, 20 kalimat yang termasuk al-Washl, dan 19
yang termasuk al-Fashl. Kelima, 34 kalimat al-Musawah, 4 kalimat al-Ijaz, dan 11
kalimat al-Ithnab.11
10
Skripsi Muhammad Iqbal Thanthowi , (Muatan Kalam Insya‟i Dalam Al-Quran Surat Maryam),
hlm. 62.
11
Skripsi Ahmad Nuruddin, (Uslub Ma‟ani Dalam Surat Al-Haqqah), hlm. 137-138.
7
Berdasarkan dari tinjauan pustaka di atas, penulis melihat tidak wujud lagi
perbahasan atau karya yang mengkhususkan penulisan dalam membahas uslub
insya‟i secara khusus dan difokuskan hanya kepada surat Shaad, dengan ini,
penulisan yang akan penulis bahas merupakan penulisan baru dan bukan satu
pengulangan.
8
Khusus pengkajian ilmu tafsir, sekurang-kurangnya ada empat
macam metode utama penafsiran al-Qur‟an yaitu metode ijmali,
muqaran, tahlili dan maudhu‟i. Dalam pengkajian ini metode yang
digunakan adalah metode tematik iaitu suatu metode yang berusaha
mencari jawaban al-Qur‟an tentang masalah tertentu, dengan cara
mengumpulkan seluruh ayat-ayat yang dimaksudkan, lalu dianalisa
lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas,
untuk melahirkan suatu pengertian yang utuh tentang sesuatu. Dalam
mengumpulkan dan menganalisa, penelitian ini memakai pendekatan
maudhu‟i.
Adapun langkah-langkah atau cara kerja yang ditempuh dalam
penafsiran ini adalah sebagaimana berikut:
1.7.2.1 Menghimpun ayat-ayat yang mengandung uslub insya‟i dalam
surat Shaad.
1.7.2.2 Mengkaji makna atau dilalah uslub insya‟i dalam ayat-ayat
tersebut.
1.7.2.3 Menjelaskan penafsiran ulama tafsir terhadap ayat-ayat yang
mengandung uslub insya‟i itu.12
1.7.3 Teknik Analisis Data
Analisa yang diperolehi, penulis menggunakan teknik analisa
kebahasaan atau pendekatan ilmu balaghah bahasa arab, karena
penelitian ini adalah kajian ayat-ayat al-Qur‟an. Namun pendekatan
lain juga berperan dalam rangka melengkapi pengkajian ini karena
penelitian ini adalah kajian tentang uslub insya‟i yang terdapat di
dalam ayat al-Qur‟an khususnya surat al-Shaad.
Penulisan bagi kajian adalah meliputi kepada lima bab. Setiap bab penulis menyusun
kepada beberapa sub dan pasal. Untuk keserasian pembahasan dan mendapat hasil
analisis yang utuh , maka penulisan ini disusun secara sistematis dalam lima bab
yaitu :
12
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir (Pekanbaru : Daulat Riau, 2013), hlm. 81-82.
Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, Manahilul-„Irfan fi „Ulumil-Qur‟an ( Beirut : Dar al-Madar al
Islami, 2000) vol II, hlm. 303.
9
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, yang diuraikan kepada beberapa
sub topik. Bab ini berisi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan
istilah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, bab ini memuat tinjauan umum tentang definisi uslub insya‟i,
kedudukannya dalam ilmu balaghah dan dilalahnya dalam kalam arab.
Bab ketiga, bab ini membahaskan tentang ayat-ayat dari surah Shaad yang
mengandung uslub insya‟i.
Bab keempat, bab ini membahas tentang penafsiran Ahmad Mushthafa al-
Maraghi, Muhammad Ali Ash-Shabuni, dan Wahbah Az-Zuhaili mengenai ayat-ayat
yang dibahas dan analisis terhadap uslub insya‟i dalam surah Shaad.
Bab kelima, merupakan bagian penutup dari penelitian ini yang terdiri
daripada kesimpulan dan saran.
10