Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui perantaraan malaikat Jibril. Kemudian Nabi Muhammad menyampaikan
kepada seluruh umat Islam tentang isi-isi al-Qur‟an. Sehingga sekarang kita masih
dapat membaca dan menghafal al-Qur‟an melalui usaha para sahabat dan tabi‟in
dalam menulis dan membukukan al-Qur‟an.1
Al-Qur‟an merupakan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad. Banyak rahsia yang terkandung di dalam al-Qur‟an yang sehingga
sekarang masih dikaji oleh setiap manusia yang bukan saja dari kalangan umat Islam,
malah bangsa-bangsa Barat juga turut mengkaji rahsia keilmuannya.
Salah satu rahsia keagungan al-Qur‟an adalah, daripada aspek bahasanya.
Penggunaan bahasa dalam ayat al-Qur‟an sangat tinggi sehingga memerlukan ilmu
yang banyak untuk memahami suatu ayat. Melalui al-Qur‟an ini muncul satu ilmu
yang berkaitan dengan Bahasa Arab yaitu Ilmu Balaghah.
Sebagai ilmu, balaghah selain menjadi “pisau analisis” untuk menggali
berbagai teks keagamaan yang berbahasa Arab, seperti al-Quran, hadits atau teks
sastra Arab, juga dapat membimbing seseorang menjadi cerdas berbahasa dalam
pergaulan sehari-hari. Hal ini tidaklah berlebihan jika didasarkan pada fungsi dan
peran ilmu ini.
Dalam wilayah kajian stilistika, ada tiga peran ilmu balaghah. Pertama,
balaghah dapat membimbing seseorang yang berbahasa sesuai dengan konteks atau
tuntutan keadaan saat ia berbicara, sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan
„ilmu ma‟ani. Kedua, balaghah juga mengajarkan tentang ide-ide, gagasan, atau
maksud dan tujuan melalui bahasa yang indah dan menarik, sebagaimana dijabarkan
dalam „ilmu bayan. Ketiga, balaghah menjelaskan tentang segi-segi yang dapat
memperindah sebuah bahasa, baik dari aspek lafaz maupun maknanya, sebagaimana
yang dikaji dalam ilmu badi‟. Dengan demikian, balaghah sebagai sebuah disiplin

1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur‟an, Terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni,
Lc.MA (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, Cet 10 2014), hlm. 16.
ilmu, memiliki tiga disiplin ilmu sekaligus, yakni ilmu ma‟ani, „ilmu bayan, dan ilmu
badi‟.
Dalam ilmu ma‟ani, kita dituntun untuk dapat berbicara sesuai dengan
tuntunan situasi dan kondisi (muqtadha al-hal), seperti situasi dan kondisi lawan
bicara, ada orang yang polos (khali al-dzihni), ada orang yang meragukan
(mutaraddid), dan juga ada orang yang mengingkari (munkir) apa yang kita
sampaikan. Kondisi seperti ini akan menuntut gaya pengungkapan tersendiri.
Sesungguhnya ilmu ma‟ani merupakan bagian terpenting sebelum ilmu bayan dan
ilmu badi‟ dalam kajian ilmu balaghah. Ilmu ini menuntun kita untuk dapat
menyesuaikan pembicaraan dengan tuntutan konteks atau keadaan pada saat
berbicara (muthabaqat al-kalam bi muqtadha al-hal). Oleh karena itu, dalam ilmu ini
lebih ditekankan bagaimana menempatkan kemampuan berbahasa dalam kondisi
yang berbeda-beda, sesuai dengan perubahan keadaan.
Secara garis besar, objek kajian ilmu ma‟ani adalah uslub khabari, uslub
insya‟i, qashr, fashal, washal, ijaz, ithnab, dan musawah.
Uslub insya‟i adalah ungkapan yang isinya tidak dapat dinilai atau dihukumi
benar atau bohong. Ungkapan ini sering disebut kalimat imperatif. Contohnya antara
lain, kalimat perintah (amar), kalimat larangan (nahi), kalimat tanya (istifham),
kalimat panggilan (nida‟), dan sebagainya.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membuat satu penelitian yang
terkait dengan salah satu cabang ilmu yang terdapat dalam bagian ilmu ma‟ani yaitu
uslub insya‟i dan dilalahnya. Uslub insya‟i dan dilalahnya adalah kajian balaghah.
Uslub insya‟i akan berakibat kepada dilalah. Artinya, uslub insya‟i memberi makna
dilalah yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat melalui ayat firman-Nya :

2
            

Artinya:“Bersabarlah (Wahai Muhammad) terhadap apa sahaja yang mereka


katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Nabi Daud, yang mempunyai
kekuatan (dalam pegangan ugamaNya); Sesungguhnya ia adalah sentiasa
rujuk kembali (kepada Kami dengan bersabar mematuhi perintah Kami).”

2
QS. Shaad :17.

2
Dalam ayat di atas menjelaskan tuntutan melakukan sesuatu yang datang dari
atas kepada yang ada di bawahnya. Tuntutan ini didatangkan melalui bentuk fi‟il
amr. Kata “ ْ‫ ” إِصْ بِر‬dalam potongan kalimat di atas adalah bentuk fi‟il amr dari kata
َ yang mengandung arti “bersabarlah” dan kata “ ْ‫ ” َوا ْذكر‬dari kata ‫ َي ْذكر‬-‫َذ َك َر‬
‫ َيصْ ِبر‬-‫ص َب َر‬
mengandung arti “ingatlah”.
Allah Ta‟ala juga berfirman dalam al-Qur‟an :

3
      

Artinya:“dan janganlah Engkau menurut hawa nafsu, kerana yang demikian itu
akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”

Dalam ayat di atas menjelaskan pengertian nahi. Nahi adalah tuntutan untuk
meninggalkan sesuatu yang datang dari atas kepada yang ada di bawahnya. Nahi ini
dapat diungkapkan melalui satu cara, yaitu dengan menggunakan fi‟il mudhari‟ yang
didahului dengan la nahi.4
Allah Ta‟ala juga berfirman dalam al-Qur‟an :

5
         

Artinya;“Patutkah ia menafikan tuhan-tuhan yang berbilang itu dengan


mengatakan, Tuhan hanya satu? Sesungguhnya ini adalah satu perkara
yang menakjubkan!”

Dalam ayat di atas menjelaskan tentang istifham. Istifham adalah tuntutan


untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Kalimat tanya ini dapat
diungkapkan melalui kata tanya yang disebut adawat al-istifham. Contoh di atas
menggunakan hamzah yang bermaksud “patutkah”.6

3
QS. Shaad : 26.
4
Ahmad Izzan, Uslubi Kaidah-Kaidah Ilmu Balaghah (Tafakur : Bandung : 2012), hlm. 15.
5
QS. Shaad : 5.
6
As-Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Jawahirul Balaghah Fil Ma‟ani Wal Bayan Wal Badi (Maktabatul
Adab : Kaherah : 2005), hlm. 67.

3
Antara i‟jazul Qur‟an itu adalah i‟jazul lughawi al-balaghi. Jadi kajian ini
bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan al-Qur‟an aspek balaghahnya.
Pembicaraan yang sesuai dengan tuntutan keadaan dalam bentuk uslub insya‟i.
Penulis dahulu merupakan pelajar pesantren dan pernah belajar ilmu balaghah
ini dengan salah seorang ustaz di sana. Bidang kajian balaghah menjadi minat
penulis dan ingin meneruskan kajian ini diperingkat yang lebih tinggi yaitu penulis
ingin menjadikan kajian ini sebagai judul skripsi.
Berdasarkan perbahasan ayat di atas, penulis tertarik untuk menyusun
sebuah skripsi yang mengkaji tentang penggunaan ilmu bahasa tersebut di dalam al-
Qur‟an dengan judul: “Uslub Insya’i Dan Dialahnya Dalam Al-Qur’an (Kajian
Ilmu Balaghah Dalam Surat Shaad)”.

1.2 Alasan Pemilihan Judul


Dipilihnya judul di atas tentu tidak terlepas daripada alasan dan argumen.
Adapun alasan dan argumen yang di maksudkan adalah :
1.2.1 Karena mendalami ilmu-ilmu al-Qur‟an sesuai dengan bidang studi
penulis di UIN SUSKA, yaitu jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir.
1.2.2 Karena judul ini belum ada yang melakukan pengkajian dalam bentuk
kajian ilmiah.
1.2.3 Karena mengetahui dan mendalami jenis uslub insya‟i thalabi dan
ghair thalabi yang ada dalam surah Shaad.
1.2.4 Karena setelah penulis meneliti, , surat Shaad meskipun tergolong Al-
matsani(surat yang kurang sedikit dari seratus ayat), namun memuat
banyak uslub insya‟i thalabi (Amar, Nahi, Istifham, dan Nida) dan
uslub insya‟i ghair thalabi (Madhu, Dzamm, dan Qasam). Dalam
surah Shaad juga terlalu banyak uslub insya‟inya berbanding surah
lain.
1.3 Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dari kekeliruan sekaligus
dapat memahami maksud penelitian ini dengan jelas, penulis perlu
memberikan penegasan istilah-istilah yang terdapat di dalam judul di atas.

4
1.3.1 Uslub insya’i
Susunan kalimat7 kalam yang tidak mengandung kebenaran dan
kedustaan bagi dzatnya. 8

1.3.2 Dilalah
Dilalah dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab yakni daala –
yadulu – dilalah yang artinya petunjuk atau yang menunjukan. Dalam
logika ilmu mantik berarti satu pemahaman yang dihasilkan dari
sesuatu hal yang lain seperti adanya asap di balik bukit, berarti ada api
dibawahnya dalam hal ini api disebut madlul dan asapnya adalah dalil.
Dilalah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain. Sesuatu
yang pertama disebut madlul dan segala sesuatu yang kedua disebut
dalil.
1.3.3 Balaghah
Balaghah berarti menyampaikan suatu gagasan melalui ungkapan
yang benar, fasih,, dan menyentuh jiwa serta sesuai dengan tuntutan
keadaan (kontekstual).9

1.4 Rumusan Dan Batasan Masalah


1.4.1. Rumusan Masalah
Untuk mewujudkan hasil yang komprensif dan terarah sesuai dengan
latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah berikut:
1.4.1.1 Apakah yang dimaksud dengan uslub insya‟i dan bagaimana
bentuk-bentuk dan dilalahnya?
1.4.1.2 Apa saja uslub insya‟i yang terdapat dalam surah Shaad dan
apa dilalahnya?
1.4.1.3 Bagaimana penafsiran mufassir terhadap ayat-ayat
mengandung uslub insya‟i dalam surah Shaad tersebut?

7
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah : Jakarta :
2010), hlm. 42.
8
Syaikh Harish Alaikum bin Dimyathi bin Abdullah bin Abdul Manan Al-Tarmasiy, Intisari Ilmu
Balaghah Terjemah Syarh Al-Jauhar Al-Maknun ( Yogyakarta : Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 115.
9
Ahmad Izzan, Uslubi Kaidah-Kaidah Ilmu Balaghah, hlm. 15.

5
1.4.2 Batasan Masalah
Dalam menyajikan tema ini penulis mengkaji secara tuntas dan detil
mengenai uslub insya‟i yang terdapat dalam surat Shaad dengan
merujuk kepada tafsir al-Maraghi, Shafwatut Tafasir dan tafsir al-
Munir. Penulis memilih surah Shaad bukan surah lain dengan alasan
dalam surah Shaad banyak uslub insya‟i baik jenis thalabi dan ghair
thalabi. Penulis merujuk tiga kitab tafsir di atas karena mufassirnya
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an ke arah bahasa dan pembahasannya
adalah ilmu balaghah.
1.5 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
1.5.1.1 Untuk mengetahui maksud dengan uslub insya‟i dan
bagaimana bentuk-bentuknya dan dilalahnya.
1.5.1.2 Untuk mengetahui uslub insya‟i yang terdapat dalam surah
Shaad dan dilalahnya.
1.5.1.3 Untuk mengetahui penafsiran mufassir terhadap ayat-ayat
mengandung uslub insya‟i dalam surat Shaad tersebut.

1.5.2 Kegunaan Penelitian


1.5.2.1 Menambah cakrawala berpikir dan memperkaya khazanah
pengetahuan keIslaman, khususnya dalam disiplin Tafsir.
1.5.2.2 Sebagai langkah awal dari upaya pengambangan kajian nilai-
nilai Qur‟ani, khususnya tentang uslub insya‟i dalam surat
Shaad.
1.5.2.3 Hasil penelitian ini diharapkan mampu menarik minat peneliti
lain untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang nilai-nilai
akhlak yang terdapat di dalam al-Qur‟an yang menjadi
petunjuk kepada umat Islam, sebagai salah satu syarat untuk
menulis proposal Strata 1 pada jurusan Ilmu Al-Qur‟an Dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA RIAU.

6
1.6 Tinjauan Pustaka
Kajian dengan judul “Uslub Insya’i Dan Dilalahnya Dalam Al-Qur’an (Kajian
Ilmu Balaghah Dalam Surah Shaad)” merupakan studi perpustakaan yang
difokuskan pada kajian uslub insya‟i dan dilalahnya yang ada dalam al-Qur‟an yaitu
lebih tepatnya dalam surah Shaad. Untuk itu, penulis menemukan beberapa literatur
yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
Muhammad Iqbal Thanthowi dalam skripsinya yang berjudul “Muatan Kalam
Insya‟i Dalam al-Quran Surat Maryam (Kajian Ilmu Balaghah)” menjelaskan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan kalam insya‟i berdasarkan al-Qur‟an surat
Maryam. Di dalam skripsi ini, fokus permasalahannya adalah apa saja ayat-ayat yang
memuat kalam insya‟i di dalam al-Qur‟an surat Maryam serta bagaimana bentuk
muatan kalam insya‟i yang terdapat pada ayat-ayat al-Qur‟an di dalam surat Maryam
tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa terdapat beberapa
ayat al- Qur‟an yang memuat kalam insya‟i dalam surat Maryam, yaitu 23 lafazh
dalam bentuk amar, 3 lafazh dalam bentuk nahi, 12 lafazh dalam bentuk istifham, 13
lafazh dalam bentuk nida, dan 1 lafazh dalam bentuk tamanni.10
Ahmad Nuruddin dalam skripsinya yang berjudul “Uslub Ma‟ani Dalam
Surat Al-Haqqah” yang membahas tentang bagaimana gaya bahasa al-Qur‟an dalam
kesesuaian kalimat terhadap kontekstualnya, sehingga dapat diketahui kecocokan
kalimat dengan tujuan yang dikehendaki, dan hal itu terdapat dalam kajian balaghah
ilmu ma‟ani yang mempelajari tentang al-Kalam, al-Qashr, al-Fashl wa al-Washl,
al-Musawah wa al-Ijaz wa al-Ithnab. Objek yang dikaji adalah salah satu surat
dalam al-Qur‟an yaitu surat Al-Haqqah. Adapun beberapa hasil analisis dari
penelitian ini, dapat diperoleh data-data sebagai berikut, yaitu pertama, 34 kalam
khabari yang terdiri dari 24 ibtida‟i, 4 thalabi, dan 6 inkari. Kedua, 15 kalam insya‟i
yang terdiri dari 6 amar, 4 istifham, 3 tamanni, dan 2 nida‟. Ketiga, 7 kalimat yang
termasuk dalam al-Qashr. Keempat, 20 kalimat yang termasuk al-Washl, dan 19
yang termasuk al-Fashl. Kelima, 34 kalimat al-Musawah, 4 kalimat al-Ijaz, dan 11
kalimat al-Ithnab.11

10
Skripsi Muhammad Iqbal Thanthowi , (Muatan Kalam Insya‟i Dalam Al-Quran Surat Maryam),
hlm. 62.
11
Skripsi Ahmad Nuruddin, (Uslub Ma‟ani Dalam Surat Al-Haqqah), hlm. 137-138.

7
Berdasarkan dari tinjauan pustaka di atas, penulis melihat tidak wujud lagi
perbahasan atau karya yang mengkhususkan penulisan dalam membahas uslub
insya‟i secara khusus dan difokuskan hanya kepada surat Shaad, dengan ini,
penulisan yang akan penulis bahas merupakan penulisan baru dan bukan satu
pengulangan.

1.7 Metode Penelitian


Penelitian ini termasuk salah satu bentuk penelitian kepustakaan (library research),
yakni suatu penelitian yang mengadakan penyelidikan dari berbagai literatur yang
ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Dalam kajian ini meneliti tentang
uslub insya‟i melalui pemahaman mufassir dengan pendekatan metode tematik.
1.7.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasi kepada dua
kategori,yaitu :
1.7.1.1 Data primer adalah al-Qur‟an dan kitab tafsir al-Maraghi,
Shafwatut Tafasir serta Tafsir Al-Munir.
1.7.1.2 Data skunder adalah karya literatur-literatur yang relevan
dengan pembahasan ini yang mana masih ada kaitan atau
berhubungan dengan tema. Data-data yang tersedia selanjutnya
disajikan dan dianalisis dengan menggunakan metode tematik,
yakni; Menetapkan masalah (topik) yang ingin dibahas,
menelusuri dan mengindentifikasi ayat-ayat al-Qur‟an yang
berkaitan dengan tema, penulis merujuk kepada kitab Mu‟jam
Maudhu‟i li al- Ayat al-Qur‟an dan Mu‟jam Mufaharas li al-
fazh al-Qur‟an al-Karim. Mengemukakan dan menganalisis
pendapat mufassir terhadap ayat yang dibahas. Menarik
kesimpulan dan melakukan penilaian yang objektif terhadap
penafsiran ayat-ayat yang dibahas.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
dengan cara membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, terutama dari
kitab-kitab tafsir baik secara langsung maupun tidak secara langsung.

8
Khusus pengkajian ilmu tafsir, sekurang-kurangnya ada empat
macam metode utama penafsiran al-Qur‟an yaitu metode ijmali,
muqaran, tahlili dan maudhu‟i. Dalam pengkajian ini metode yang
digunakan adalah metode tematik iaitu suatu metode yang berusaha
mencari jawaban al-Qur‟an tentang masalah tertentu, dengan cara
mengumpulkan seluruh ayat-ayat yang dimaksudkan, lalu dianalisa
lewat ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas,
untuk melahirkan suatu pengertian yang utuh tentang sesuatu. Dalam
mengumpulkan dan menganalisa, penelitian ini memakai pendekatan
maudhu‟i.
Adapun langkah-langkah atau cara kerja yang ditempuh dalam
penafsiran ini adalah sebagaimana berikut:
1.7.2.1 Menghimpun ayat-ayat yang mengandung uslub insya‟i dalam
surat Shaad.
1.7.2.2 Mengkaji makna atau dilalah uslub insya‟i dalam ayat-ayat
tersebut.
1.7.2.3 Menjelaskan penafsiran ulama tafsir terhadap ayat-ayat yang
mengandung uslub insya‟i itu.12
1.7.3 Teknik Analisis Data
Analisa yang diperolehi, penulis menggunakan teknik analisa
kebahasaan atau pendekatan ilmu balaghah bahasa arab, karena
penelitian ini adalah kajian ayat-ayat al-Qur‟an. Namun pendekatan
lain juga berperan dalam rangka melengkapi pengkajian ini karena
penelitian ini adalah kajian tentang uslub insya‟i yang terdapat di
dalam ayat al-Qur‟an khususnya surat al-Shaad.

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan bagi kajian adalah meliputi kepada lima bab. Setiap bab penulis menyusun
kepada beberapa sub dan pasal. Untuk keserasian pembahasan dan mendapat hasil
analisis yang utuh , maka penulisan ini disusun secara sistematis dalam lima bab
yaitu :

12
Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir (Pekanbaru : Daulat Riau, 2013), hlm. 81-82.
Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, Manahilul-„Irfan fi „Ulumil-Qur‟an ( Beirut : Dar al-Madar al
Islami, 2000) vol II, hlm. 303.

9
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, yang diuraikan kepada beberapa
sub topik. Bab ini berisi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan
istilah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, bab ini memuat tinjauan umum tentang definisi uslub insya‟i,
kedudukannya dalam ilmu balaghah dan dilalahnya dalam kalam arab.
Bab ketiga, bab ini membahaskan tentang ayat-ayat dari surah Shaad yang
mengandung uslub insya‟i.
Bab keempat, bab ini membahas tentang penafsiran Ahmad Mushthafa al-
Maraghi, Muhammad Ali Ash-Shabuni, dan Wahbah Az-Zuhaili mengenai ayat-ayat
yang dibahas dan analisis terhadap uslub insya‟i dalam surah Shaad.
Bab kelima, merupakan bagian penutup dari penelitian ini yang terdiri
daripada kesimpulan dan saran.

10

Anda mungkin juga menyukai