……………..
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kuliah “Balaghoh”
Dosen Pengampu: Bisyarotul Hanun, M.Pd.I
OLEH :
UMUL MULYATUN
NOER FADHILA
NASHIRA ANWAR
1. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW.
Kemu’jizatannya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Di aspek bahasa Al-
Qur’an mempunyai tingkat fasohah dan balaghoh yang tinggi. Sedangkan dari
aspek isi pesan dan kandungan maknanya melampaui batas-batas kemampuan
manusia. Banyak dari ulama-ulama kemudian mulai menyusun ilmu Nahwu,
shorrof dan balaghoh untuk mengetahui kesustraan dan keindahan dalam Al-
Qur’an.
Oleh karena itu, dalam makalah ini pemakalah akan membahas tentang ilmu
ma’ani karena ilmu tersebutlah yang menjadi factor kami diperkuliahan semester
sekarang ini.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengertian Ilmu Ma’ani
2. Objek Kajian Ilmu Ma’ani
3. Manfaat Ilmu Ma’ani
4. Pengertian Musnad dan Musnad Ilaih
5. Me-makrifat-kan dan Me-nakirah-kan Musnad Ilaih
6. Menyebut dan Membuang Musnad Ilaih
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Ilmu Ma’ani
2. Untuk mengetahui Objek Kajian Ilmu Ma’ani
3. Untuk mengetahui Manfaat Ilmu Ma’ani
4. Untuk mengetahui Pengertian Musnad dan Musnad Ilaih
5. Untuk mengetahui cara Me-makrifat-kan dan Me-nakirah-kan Musnad Ilaih
6. Untuk mengetahui cara Menyebut dan Membuang Musnad Ilaih
BAB II
PEMBAHASAN
Peletakan dasar pertama Ilmu Ma’any adalah Al-Imam Abdul Qahir Al-
Jurjani dalam kitabnya Dalail Al-Jaz dan Asrar Al-Balaghah. Kemudian
diteruskan oleh Jarullah Az-Zamakhsyari dalam tafsirannya Al-Kasysyaf, As-
Sasaki dalam Miftah Al-Ulum dan lainnya.
1
Asep M. Tamam dan M. Iqbal Abdul Wakil, Ilmu Ma’ani: Antara Teori dan Praktik (Maghza
Pustaka, 2022),hal 1-3.
Objek kajian ilmu ma’any hampir sama dengan ilmu nahwu. Kaidah-kaidah
yang berlaku digunakan dalam ilmu nahwu berlaku dan digunakan pula dalam
ilmu ma’any. Dalam ilmu nahwu dibahas masalah taqdim,, ta’khir, hadzf, dan
dzikr. Hal-hal tersebut juga merupakan objek kajian dari ilmu ma’any.
1. Khabar Mubtada’.
2. Fi’il Tam
3. Isim fi’il
4. Khabar كانdan akhwatnya
3
Ahmad Mudakir, Gaya Bahasa Al-Qur‟an (Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2020).
4
Murdiono, PENGANTAR ILMU MANI (UMMPress, 2022).
ّ dan akhwatnya
5. Khabar أن
ّ dan akhwatnya
6. Maf’ul kedua dari ظن
2. Musnad Ilaih
المسند اليه هو المبتدأ الذى له خبر والفاعل ونوائبه وأسماء النواسخ
1. Fa’il
2. Naibul fa’il
3. Mubtada’
4. Khabar كانdan sejenisnya
ّ dan sejenisnya
5. Khabar أن
ّ dan sejenisnya.5
6. Maf’ul pertama ظن
ٌ ِت طَال
ق ِ أ ْن
Pada ayat di atas terdapat kata yang di-nakirah-kan, yaitu kata" "غشاوة
Pe-nakirah-an tersebut bertujuan untuk menunjukkan suatu jenis"غشاوة
"yang tidak banyak diketahui oleh manusia. Jenis tersebut adalah
tertutupnya mata seseorang dari melihat ayat-ayat Allah.
2) Nakirah untuk menunjukkan banyak, seperti firman Allah dalam surah al-
„Araf ayat 113,
قالوا ان لناالجرا
Pada ayat di atas terdapat kata yang di-nakirah-kan yaitu kata Pe-
nakirah-an kata ‘راIIII’آج. Pe-nakirah-an tersebut bertujuan untuk
menunjukkan banyaknya pahala yang akan mereka terima.
Pada dialog di atas terdapat kalimat yang padanya dibuang musnad ilaih-
nya, yaitu pada kata ""عليلKalimat lengkapnya adalah ""أنا عليل
Pada ayat kedua terdapat lafazh yang dibuang, yaitu kata هيyang
kedudukannya sebagai musnad ilaih.
4. Li al-ta‟mîm (generalisasi)
Membuang musnad ilaih pada suatu kalimat juga mempunyai tujuan untuk
mengeneralkan pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak disebut subjeknya
secara jelas akan menimbulkan kesan bahwa pesan itu berlaku untuk
umum (orang banyak).
Tamam, Asep M., dan M. Iqbal Abdul Wakil. Ilmu Ma’ani: Antara Teori dan
Praktik. Maghza Pustaka, 2022.