Anda di halaman 1dari 13

ILMU MA’ANI Al-HADIST

Kelompok : 4
- Nurul Hasanah (21211746)
- Neuis Amelia (21211729)
- Miska Salsabila (21211710)
- Maryam Qurrota A’yun (21211701)

Pendahuluan
Resume ini dibuat semata-mata dibuat dengan tujuan memenuhi tugas UTS
ulumul Hadis yang diberikan oleh Dra. Chalimatus Sa’dijah, MA., penyusunan
resume ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Ilmu Maani Al-
Hadist.

A. Pengertian Ilmu Maani

Al-hadist adalah Ilmu ma’anil hadits inilah ilmu yang menelaah suatu hadis agar
mudah dipahami, baik itu hadis yang bersifat tekstual maupun kontekstual. Dari tujuan
dibentuknya ilmu tersebut, diharapkan muncul bukti-bukti yang jelas bahwa dalam
berbagai hadis Nabi, terkandung ajaran Islam yang bersifat universal, temporal, atau local,
Secara bahasa kata ma’ani berarti maksud atau arti, Adapun menurut istilah, ilmu ma’anil
hadits berarti ilmu yang mempelajari hal ihwal lafazh atau kata bahasa arab yang sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi1

B. Latar Belakang dan Perkembangan Ilmu Ma’ani


Pada zaman Nabi, Sahabat, maupun Tabii’in, belum ada istilah ilmu Ma’ani Hadits
namun disebut dengan istilah fiqh al-hadits atau syarah hadits. Istilah Ilmu Ma’ani ini
dipakai dalam studi hadits kontemporer. Sebenarnya ilmu Ma’ani sudah diaplikasikan
pada zaman Nabi saw, meskipun sederhana dan tidak terlalu kompleksnya. Karena beliau
juga menyampaikan dengan bahasa Arab dan mereka juga dapat langsung mengetahui
konteks pembicaraan, maka secara umum mereka langsung dapat mengerti.Ilmu Ma’ani
ini dimaksudkan untuk meringkas disiplin ilmu-ilmu hadis terkait dengan objek kajian
matan hadits, yang sudah diaplikasikan para ulama dulu dalam ilmu gharib hadits, nasikh
mansukh, mukhtalifil hadits, tarikhul mutun, ashabul wurud, dan sebagainya.2
1
Kusmaningsih Abdining Gusti, “ Ilmu Ma’anil Hadist”, Jurnal Academia.
2
“05. BAB II.Pdf,” n.d., accessed March 15, 2022, http://eprints.stainkudus.ac.id/2453/5/05.%20BAB
%20II.pdf.
Ilmu ma’ani dipahami sebagai ilmu yang mengandung kaidah-kaidah yang dapat
dijadikan dasar untuk menentukan kualitas kalimat dari sisi kesesuaian kalimat itu dengan
Ahmad Fathoni, Strategi Pembelajaran Ilmu Ma’ani 107 konteksnya.3

Perkembangan Ilmu ma’âni hingga kini kita rasaakan manfaatmya yaitu sebagai
berikut:4

1. Mengetahui kemukjizatan Alquran berupa segi kebagusan penyampaian, keindahan


deskripsinya, pemilihan diksi, kefasihan kalimat, dan penyatuan antara sentuhan dan qalbu.

2. Menguasai rahasia-rahasia ketinggian dan kefasîhan bahasa Arab baik pada syi’ir
maupun prosanya. Dengan mempelajari ilmu ma’âni bisa dibedakan mana ungkapan yang
benar dan yang tidak, yang indah dan yang rendah, dan yang teratur dan yang tidak, dll.

C. Urgensi Ilmu Ma’ani Al-Hadits


Banyak munculnya aliran-aliran dalam agama islam yang merasa paling benar sendiri
dalam menjalankan agama Allah, ini adalah salah satu  akibat dari adanya perbedaan
sudut pandang atau pendakatan dalam memahami dan menjelaskan maksud
kandungan suatu hadis.5

Jika pendekatan dalam memahami hadis bisa disadari sejak dini, memungkinkan
perbedaan sudut pandang diatas akan terhindar, karena masing-masing aliran akan
menyadari sebuah perbedaan yang menyebabkan hasil pemahamannya berbeda. Untuk
iltulah ilmu ma’āny al-hadīth sangat urgen kedudukannya dalam memahami atau
menjelaskan maksud kandungan hadis dengan pemahaman yang benar.

Ilmu Maani mempelajari pernyataan tentang bagaimana kalimat (angka) bahasa Arab
berhubungan dengan konteks. Mengetahui hal tersebut, ini bisa disampaikan dengan ide
atau gagasan kepada Muhattab tergantung situasi dan kondisi. Dengan melihat objeknya
mempelajari ilmu ini dapat memberi manfaat Sebagai berikut:

3
“162510-ID-Strategi-Pengajaran-Ilmu-Maani.Pdf,” n.d., accessed March 15, 2022,
https://media.neliti.com/media/publications/162510-ID-strategi-pengajaran-ilmu-maani.pdf.
4
Ibrahim Lubis, “Ilmu Maani Al-Hadis,” Aneka Ragam Makalah, n.d., accessed March 15, 2022,
https://www.anekamakalah.com/2012/11/makalah-ilmu-maani-al-hadis.html.
Muhammad Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Jogjakarta: Tiara
5

Wacana, 2003), 43.


1. Mengetahui kemukjizatan Al-quran berupa segi kebagusan penyampaian, keindahan
deskripsinya, pemilihan diksi, kefasihan kalimat, dan penyatuan antara sentuhan dan
qalbu.

2. Untuk memberikan prinsip-prinsip metodologi dalam memahami hadis.

3. Untuk mengembangkan pemahaman hadis secara kontekstual dan progresif.

4. Untuk melengkapi kajian ilmu hadits riwayah, sebab kajian hadits riwayah saja tidak
cukup.

5. Sebagai kritik terhadap model pemahaman hadis yang terasa rigid dan kaku.

6. Menguasai rahasia-rahasia ketinggian dan kefasîhan bahasa Arab baik pada syi’ir
maupun prosanya.

Dengan mempelajari ilmu ma’âni bisa dibedakan mana ungkapan yang benar dan yang
tidak, yang indah dan yang rendah, dan yang teratur dan yang tidak, dan lain-lain.6

D. Bentuk Matan Hadis dan Contoh Hadistnya


Cara nabi menyampaikan berita yaitu berupa penyampaian dalam bentuk jami’al
kalim (ungkapan yang singkat, namun sangat sarat makna), tamsil (sebuah
perumpamaan), ragam bahasa simbolik (ramzi), bahasa percakapan (dialog), ungkapan
analogi (dalam bentuk qiyash). Perbedaan bentuk matan hadits ini menunjukkan bahwa
pemahaman terhadap hadis nabi saw pun berbeda-beda, Antara lain:7

1. Jawami’ Al-Kalim

Jamawi’ Al-Kalim merupakan bentuk plural dari jami’yang berarti sekumpulan adalah
ungkapan yang singkat, namun sangat padat maknanya

‫ا عن أىب‬00‫لم وغريه‬00‫ارى ومس‬00‫الم رواه البخ‬00‫ع الك‬00‫بعثت جبوام‬


‫هريرة‬

6
Ibrahim Lubis, “Ilmu Maani Al-Hadis,” Aneka Ragam Makalah, n.d., accessed March
1, 2022, https://www.anekamakalah.com/2012/11/makalah-ilmu-maani-al-hadis.html.
7
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan),” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 17 1, no. 1 (2021): 119–143.
Artinya: “Saya diutus (oleh Allah) dengan (kemampuan untuk menyatakan) ungkapan-
ungkapan yang singkat, namun padat makna". ( HR al-Bukhari, Muslim dan lain-lain,
dari Abu Hurairah)”.

Adapun contoh matan hadis mengandung jawamil kalim,

‫كرحرام رواه‬0000‫ل مس‬0000‫كرمخر وك‬0000‫ل مس‬0000‫ك‬


‫البجارى‬

Artinya:“Setiap yang minuman yang memabukkan adalah khamar dan setiap minuman
yang memabukkan adalah haram.” (HR.Bukhori)

dalam memahami hadis berupa ungkapan jawami’ al kalim haruslah melihat bagaimana
kondisi atau latar belakang hadis itu muncul. Dilihat dari segi kebahasaan yang padat dan
singkat namun mengandung arti yang sangat mendalam, hadis jawami’ al kalim ini dapat
dipahami melalui gramatika susunan kalimatnya.

Contoh lain:

‫ب‬00‫ال ال تغض‬00‫رارا ق‬00‫ قال فردد م‬,‫ اوصين‬: ‫عن ايب هريرة رضي هلال عنه ان رجال قال للنيب صلى هلال عليه وسلم‬
‫ ال تغضب‬Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu sesungguhnya seseorang telah
bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: (Ya Rasulullah) nasihatilah saya.
Beliau bersabda: Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali, maka beliau
bersabda: Jangan engkau marah. (HR. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas, nabi saw menyampaikan pesan yang singkat namun berisi
makna yang padat. Marah bukanlah solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah,
selain itu, marah juga membuat manusia lepas control dan mengikuti hawa nafsu, marah
dalam perspektif kesehatan juga sangat merugikan tubuh dan jiwa serta masih banyak lagi
aspek yang dikandung oleh pesan nabi tersebut.8

Contoh hadits yang bentuk matan-nya jawami‘ al-kalim yakni:

ً‫الح ْر َب َخ ْد َعة‬
َ

Perang itu siasat”. (HR. al-Bukhari)

Apa yang dinyatakan hadits di atas berlaku secara universal tanpa peduli waktu dan
tempat. Faktanya semua perang pasti membutuhkan siasat. Bila terdapat sekelompok
8
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
orang yang berangkat ke medan temput tanpa siasat sama sekali, artinya mereka sedang
berangkat untuk bunuh diri. Universalitas ini juga berlaku pada hadits yang bentuk matan-
nya jawami’ al-kalim berikut:

ْ ‫ ُّل ُم‬0‫ َو ُك‬،‫ ٌر‬0‫ ِك ٍر َخ ْم‬0 ‫س‬


… ‫ ِك ٍر‬0 ‫س‬ ْ ‫ ُّل ُم‬0‫ُك‬
‫َح َرا ٌم‬

“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap yang memabukkan itu haram…”.
(HR. Muslim).9

2. Tamsil
Tamsil merupakan suatu ungkapan Bahasa yang berbentuk “perumpamaan”
atau mempersamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Bahasa Indonesia biasa
disebut dengan “pribahasa”, hanya saja jika bahasa pribahasa selalunya singkat dan
populer, dan membandingkan satu hal dengan satu hal yang lain. Sedangkan bahasa
tamsil dalam hadis, seperti halnya bahasa tamsil (al-matsal) al-Qur’an, tidak hanya
mempersamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain secara ekual, tetapi persamaannya
selalu lebih banyak. Contoh hadis yang mengandung bahasa tamsil:

‫ى عن‬00‫ده عن ايب موس‬00‫ردة عن ج‬00‫د هلال بن ايب ب‬00‫ردة بن عب‬00‫فيان عن ايب ب‬00‫دثنا س‬00‫حدثنا خالد بن حيىي قال ح‬
‫النيب صلى هلال عليه وسلم قال ان املؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا وشبك اصابعه‬

Artinya: “sesungguhnya orang yang beriman terhadap orang yang beriman yang lain
ibarat bangunan,bagian yang satu memperkokoh bagian yang lain dan jarijemarinya
berjalinan Artinya: Orang yang beriman terhadap orang yang beriman lainnya ibarat
bangunan bagian yang satu memperkokoh terhadap bagian lainnya.” (HR.Bukhari)

Hadis Nabi tersebut berisi tamsil bagi orang-orang yang beriman yang diumpamakan
seperti bangunan. Tamsil tersebut sangatlah logis dan berlaku tanpa terikat oleh waktu
dan tempat, oleh karena setiap bangunan pastilah antara satu bagian dengan bagian
yang lainnya berfungsi saling memperkokoh. Orang yang beriman begitu pula

9
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
seharusnya. Dalam artian orang yang satu memperkuat yang lainnya dan tidak
berusaha untuk saling menjatuhkan. Dari aspek kebahasaan, matan tersebut
mengandung ungkapan gaya bahasa tasybih tamsil jika ditinjau dari wajah syibh-nya.
Tasybih tamsil yakni bila wajah syibh-nya berupa suatu gambaran yang dirangkai dari
keadaan beberapa hal dari Rasulullah saw menyerupakan dua orang mukmin dengan
sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan. Musyabbah dalam hadis
nabi di atas berupa hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya
musyabbah bih-nya ialah bangunan yang bagian-bagiannya saling memperkokoh atau
memperkuat sedang wajah syibh-nya yaitu gambaran bagian-bagian bangunan yang
memperkuat sebuah bangunan sehingga kokoh.10

Bahasa tamsil  (perumpamaan) bisa dilihat pada hadits berikut:

‫ضا‬
ً ‫ضهُ بَ ْع‬ ُ َ‫ِإنَّ ال ُمْؤ ِمنَ لِ ْل ُمْؤ ِم ِن َكا ْلبُ ْنيَا ِن ي‬
ُ ‫ش ُّد بَ ْع‬
“Sesungguhnya mukmin satu dengan mukmin lainnya ibarat bangunan; bagian yang
satu memperkokoh bagian lainnya”. (HR. al-Bukhari)11

3. Ramzi (Ungkapan Simbolik)


Ramzi atau dikenal dengan ungkapan atau model bahasa nabi menyampaikan berita
dalam bentuk simbol. Adapun contoh bentuk matan mengandung ramzi sebagai
berikut:

‫املؤمن ايكل ىف معى واحد والكافر أيكل ىف سبعة أمعاء )رواه خباري‬
Artinya: “Orang yang beriman itu makan dengan satu usus (perut) sedang orang kafir
makan dengan tuju husus” (HR.Bukhari)

hadis diatas, dapat dimaknai bahwa usus nya orang yang beriman berbeda dengan
ususnya orang kafir. Padahal dalam kenyataan yang sesungguhnya, perbedaan
anatomi tubuh pada manusia tidak dibedakan oleh perbedaan imannya. Dengan
demikian, pernyataan hadis itu merupakan ungkapan simbolik, harus dipahami secara
kontekstual. Perbedaan makna usus dalam matan hadis diatas menunjukkan sebagai
10
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
11
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
sebuah perbedaan sikap atau pandangan dalam menghadapi nikmat Allah Swt
termasuk ketika makan. Orang yang beriman berpendapat bahwa makanan bukan
sebagai tujuan hidupnya. Untuk itu, orang yang beriman mestinya tidak banyak
menutut dalam kelezatan makanan, yang banyak menuntut kelezatan makanan
umumnya orang kafir. Dapat dipahami juga bahwa orang yang beriman selalu
bersyukur dalam menerima nikmat Allah, termasuk tatkala makan, sedangkan orang
kafir mengingkari nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya.12

contoh hadits yang menggunakan ungkapan simbolik:

ُ‫ه‬0 َ‫يب ل‬
َ ‫تَ ِج‬0 ‫س‬ْ ‫ فََأ‬،‫ ْدعُونِي‬0 َ‫ َمنْ ي‬:‫اآلخ ُر يَقُو ُل‬ ُ ُ‫س َما ِء ال ُّد ْنيَا ِحينَ يَ ْبقَى ثُل‬
ِ ‫ث اللَّ ْي ِل‬ َّ ‫يَ ْن ِز ُل َربُّنَا تَبَا َر َك َوتَ َعالَى ُك َّل لَ ْيلَ ٍة ِإلَى ال‬
ْ َ‫ َمنْ ي‬،ُ‫سَألُنِي فَُأ ْع ِطيَه‬
‫ستَ ْغفِ ُرنِي فََأ ْغفِ َر لَه‬ ْ َ‫َمنْ ي‬
“Tuhan kita (Allah) tabaraka wa ta‘ala setiap malam turun ke langit dunia pada
sepertiga malam yang akhir. (Allah) berfirman: “Barangsiapa yang berdoa kepada-
Ku, niscaya Aku kabulkan doanya tersebut; barangsiapa meminta (sesuatu) kepada-
Ku, niscaya Aku memberinya; barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku
mengampuninya”. (HR. al-Bukhari).

Secara tekstual hadits tersebut terkesan tidak logis karena waktu di belahan
bumi satu dengan di belahan bumi lain itu tak sama. Artinya, bila hadits tersebut
dipahami secara tekstual, konsekuensi pemahaman yang timbul adalah Allah tak
pernah kembali naik lagi. Oleh sebab itu, orang-orang yang memahami hadits tersebut
secara tekstual menganggap bahwa matan hadits di atas memiliki
kualitas dha‘if (lemah).

Namun, bila dipahami secara kontekstual, hadits tersebut tidak akan terasa
janggal. Maksud Allah turun ke bumi setiap sepertiga malam akhir itu buka dzat-Nya,
melainkan limpahan rahmat-Nya. Dipilihnya waktu sepertiga malam akhir disebabkan
karena pada waktu tersebut manusia akan mudah memperolah kekhusyukan dalam
beribadah dan berdoa, hal tersebut menyebabkan limpahan rahmat Allah mudah

12
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).
didapat. Kendati demikian, bukan berarti limpahan rahmat Allah hanya turun di
sepertiga malam yang terakhir.13

4. Bahasa Percakapan (Dialog)

contoh hadis dengan model percakapan, seperti berikut ini:

‫ تطعم الطعا م وتقرؤ السالم على من عرفت ومن ملتعرف‬:‫ أي االسالم خري؟ قال‬:‫أن رجال سأل النيب صلعم‬

Artinya: Ada seorang lelakibertanya kepada Nabi: “amalan Islam yang manakah yang
lebih baik? Nabi lalu bersabda: “kamu memberi makan orang yang menghajatkannya,
dan kamu menyebarkan salam kepada orang yang kamu kenal (tahu) dan orang yang
tidak kamu kenal (tidak tahu) (Muttafaq Alaih).”

Makna memberi makan orang yang menghajatkannya dan menyebarkan salam


memang merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat universal. Namun, dalam hal
sebagai melaksanakan “amal yang lebih baik”, maka hadis nabi saw tersebut dapat
berkedudukan sebagai temporalatau sementara, sebab ada beberapa matan hadis
lainnya yang memberi petunjuk tentang amal yang lebih baik, namun jawaban nabi
tentang amal yang lebih baik tersebut berbeda-beda. Dalam memberikan jawaban,
nabi berbeda-beda menjawabnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penanya atau
“lawan bicara” yang berbeda pula, terbukti dengan adanya jawaban tentang “amalan
yang lebih” pada kondisi penanya dalam hadis lainnya.14

ada juga hadits yang bentuk matan-nya dialog, tetapi konsekuensinya berlaku secara
umum (seluruh umat Islam). Hal ini bisa ditemui dalam hadits berikut:

‫ دَكَ – َوفِي‬0‫ دًا َب ْع‬0‫هُ َأ َح‬0‫سَأ ُل َع ْن‬


ْ ‫ساَل ِم َق ْواًل اَل َأ‬ ُ ‫ َيا َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬:‫ قَا َل‬،‫س ْفيَانَ ْب ِن َع ْب ِد هللاِ الثَّقَفِ ِّي‬
ْ ‫ قُ ْل لِي فِي اِإْل‬،ِ‫سو َل هللا‬ ُ ْ‫عن‬
ْ ‫ فَا‬،ِ‫ آ َم ْنتُ بِاهلل‬:‫ ” قُ ْل‬:‫سا َمةَ َغ ْي َركَ – قَا َل‬
‫ستَقِ ْم‬ َ ‫ث َأبِي ُأ‬
ِ ‫ح ِدي‬ 
َ

13
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.

14
Usman and Ermawati, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan).”
Dari Sufyan ibn ‘Abd Allah al-Tsaqafi, ia berkata: Aku bertanya: Ya Rasulallah!
Katakanlah kepadaku sebuah pernyataan tentang Islam, (sehingga) aku tidak perlu
lagi bertanya kepada orang lain sesudah engkau (mengatakannya)―dalam hadits
riwayat Abu Usamah dinyatakan ‘selain (dari) engkau’―. Beliau menjawab:
Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah’, lalu berpegang teguhlah (dengan pernyataan
tersebut)”. (HR. Muslim).15

5. Ungkapan Analogi (Qiyas)

Analogi dapat diartikan sebagai kesamaan, keserupaan, atau perbandingan. Dengan


demikian, analogi disebut juga perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah
ada. Ungkapan analogi tersebut memperlihatkan adanya hubungan ungkapan yang
sangat logis dan dapat diterima oleh akal, salah satu bentuk “nalar logis” yang biasa
dipraktikkan nabi dapat dijumpai dalam hadis berikut: (

‫رأيتم لووضعها فى حرام أكا ن عليه فيها وزر؟ فكذالك اذا وضعها فى الحال ل كا ن له أجر )رواه مسلم‬

Artinya:“Bagaimanakah pendapatmu sekiranya Hasrat seksual seseorang


disalurkannya dijalan yang haram, apakah dia menanggung dosa? Maka demikianlah
bila hal tersebut disalurkan kejalan yang halal (yang diridhai), dia mendapat
pahala.”(HR.Muslim).

Matan hadis diatas, merupakan jawaban yang dikemukakan atas pertanyaan tentang
menyalurkan hasrat seksual (kepada wanita yang halal) adalah sedekah. Pernyataan
nabi dalam hadis diatas diasumsikan sebagai bentuk ungkapan analogi, yang
menyebutkan bahwa penyaluran hasrat seksual secara haram adalah perbuatan dosa,
maka penyaluran hasrat seksual secara halal merupakan perbuatan yang bernilai
pahala. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara tekstual hadis tersebut telah
memberi petunjuk. Contoh pada hadis lain:

15
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
:‫ال‬0‫ ق‬,‫ا‬00‫ا لورق‬0‫ ان فيه‬:‫ال‬0‫ا من اوراق ؟ ق‬00‫ل فيه‬00‫ ه‬:‫ال‬0‫ر ق‬00‫ مح‬:‫ فما الواهنا ؟ قال‬:‫ قال‬,‫ هل لك من ابل ؟ نعم‬:‫قال‬
‫اء‬00‫ف االنتف‬00‫ه ى‬00‫رخص ل‬00‫ قال اي رسول هلال عرق نزعها ؟ قال لعل هذا عرق نزعه ومل ي‬,‫فإين ترى ذلك جاءها‬
‫(منه )رواه ابن ماجه‬

Artinya: Nabi bertanya: “apakah kamu mempunyai unta?”, pria tersebut menjawab:
“ya”. Nabi bertanya lagi: “apa warna untamu itu?”, pria tersebut menjawab: “merah”,
Nabi bertanya lagi: “apakah (mungkin untamu itu) dari (keturunan unta) yang berkulit
abu-abu?”, pria tersebut menjawab: “sesungguhnya (mungkin saja) unta itu berasal
dari (unta yang) berkulit abu-abu”. Nabi bersabda: “sesungguhnya saya menduga
(bahwa unta merah milikmu itu) berasal dari (unta yang berkulit abu-abu tersebut)”,
pria itu menjawab: “Ya Rasul, keturunan (unta merahku itu) berasal dari unta abu-abu
tersebut”, lalu nabi mengatakan: “(masalah anakmu yang berkulit hitam tersebut)
semoga berasal juga dari keturunan (nenek moyang) nya dan (nenek moyang anakmu
yang kulit hitam itu) tidaklah menurunkan keturunan yang menghilangkan (tanda-
tanda keturunan) darinya.”

Hadis di atas berbicara tentang adanya pertanyaan seorang laki-laki dari bani Fazarah
mengadu kepada nabi. Dengan menceritakan kasusnya, bahwa istrinya telah
melahirkan seorang anak laki-laki dan kulitnya hitam. Laki-laki tersebut
menyangkalnya (karena kulitnya berbeda sekali dengan kulit saya). Dalam hadis di
atas nabi saw menjawab tidak dalam bahasa terbuka yang mungkin saja dapat
membuat 12 malu atau merendahkan penanya, tetapi nabi saw menjawab dengan
memberikan analogi atau qiyas atau mempersamakan kasusnya dengan sosok lain
inilah sebenarnya salah satu keistimewaan nabi, yakni tidak langsung memberikan
jawaban secara instan, melainkan memberikan kesempatan penanya untuk berfikir
sekaligus memotivasi potensi akal.16

Matan hadits yang berbentuk ungkapan analogi salah satunya terdapat pada hadits di
bawah ini:

‫ض َع َها فِي ا ْل َحاَل ِل َكانَ لَهُ َأ ْج ٌر‬


َ ‫ض َع َها فِي َح َر ٍام َأ َكانَ َعلَ ْي ِه فِي َها ِو ْز ٌر؟ فَ َك َذلِكَ ِإ َذا َو‬
َ ‫َأ َرَأ ْيتُ ْم لَ ْو َو‬

16
Ermawati Usman, “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan Bentuk
Matan),” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 17, no. 1 (August 12, 2021): 119–143
“…Bagaimana pendapat kalian sekiranya hasrat seksual (seseorang) disalurkannya
di jalan haram, apakah (ia) menanggung dosa?. Maka demikianlah, bila hasrat
seksual disalurkan ke jalan yang halal, maka dia mendapat pahala”. (HR. Muslim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa apabila penyaluran hasrat seksual di jalan haram
adalah sebuah dosa, maka penyaluran hasrat seksual di jalan halal adalah perbuatan
yang akan diberi pahala. Hal ini berlaku secara universal, berlaku bagi seluruh umat
Islam dalam setiap masa .17

Dalam riwayat yang dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal tersebut, ditemukan
informasi tentang moment ketika hadis ini disampaikan. Moment itulah yang akan
menjadi acuan kontekstualnya. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut dikemukakan
teks hadis secara lengkap:

‫ك ْب ِن ِم ْغ َو ٍل ع َْن‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َج ْعفَ ُر بْنُ ُم َح َّم ِد ب ِْن ِع ْم َرانَ الثَّ ْعلَبِ ُّى ْال ُكوفِ ُّى َح َّدثَنَا َز ْی ُد بْنُ ُحبَا‬
ِ ِ‫ب ع َْن َمال‬
‫ی قُول‬ َ َ‫َع ْب ِد هللاَّ ِ ب ِْن ب َُر ْی َدةَ اَأل ْسلَ ِم ِّى ع َْن َأبِی ِھ ق‬
َ ‫ال َس ِم َع النَّبِ ُّى صلى هللا علیھ وسلم َر ُجالً یَ ْدعُو َوھُ َو‬
َّ ‫ك َأ ْنتَ هللاَّ ُ الَ ِإلَھَ ِإالَّ َأ ْنتَ اَأل َح ُد ال‬
‫ص َم ُد ا َّل ِذى لَ ْم یَلِ ْد َولَ ْم یُولَ ْد َولَ ْم‬ َ َّ‫اللَّھُ َّم ِإنِّى َأ ْسَألُكَ ِبَأنِّى َأ ْشھَ ُد َأن‬
‫ال فَقَا َل َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِیَ ِد ِه لَقَ ْد َسَأ َل هللاَّ َ بِا ْس ِم ِھ اَأل ْعظَ ِم الَّ ِذى ِإ َذا ُد ِع َى بِ ِھ‬
َ َ‫ ق‬. ‫ یَ ُك ْن لَھُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬.‫اب وَِإ َذا ُسِئ َل بِ ِھ َأ ْعطَى‬
َ ‫َأ َج‬

“Telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) Syu’bah telah menceritakan


kepada kami (riwayat itu) dari Sahl Ab- al-Asad, dia berkata Bukair bin Wahb al-
Jazar³ telah menceritakan kepada saya, dia berkata Anas bin M±lik telah berkata
kepada saya: Saya menyampaikan kepadamu suatu hadis yang tidak disampaikan
oleh seorangpun. Sesungguhnya Rasulullah saw beridri di pintu sebuah rumah
yang di dalamnya kami berada, kemudian beliau bersabda; “Pemimpin itu dari
suku Quraisy. Sesungguhnya kalian memiliki kewajiban terhadap mereka, dan
(sebaliknya) mereka memiliki kewajiban atas kalian. Mereka apabila dituntut
berlaku santun, maka mereka berlaku santun, apabila mereka berjanji mereka
menunaikan janji mereka, dan apabila mereka menjadi hakim mereka berlaku adil.
Kalau ada dari kalangan mereka yang tidak melaksanakan yang demikian, maka

17
Mohammad Azharudin(2121), Macam-Macam Bentuk Matan Hadits, 12 November 2021.
terhadap mereka akan ditimpa laknat dari Allah, para malaikat dan umat manusia
seluruhnya”

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Ibrahim. “Ilmu Maani Al-Hadis.” Aneka Ragam Makalah, n.d. Accessed March 15,
2022. https://www.anekamakalah.com/2012/11/makalah-ilmu-maani-al-hadis.html.
“05. BAB II.Pdf,” n.d. Accessed March 15, 2022.
http://eprints.stainkudus.ac.id/2453/5/05.%20BAB%20II.pdf.

“162510-ID-Strategi-Pengajaran-Ilmu-Maani.Pdf,” n.d. Accessed March 15, 2022.


https://media.neliti.com/media/publications/162510-ID-strategi-pengajaran-ilmu-maani.pdf.

Zuhri, Muhammad, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Jogjakarta: Tiara Wacana,
2003), 43.

Usman, Ermawati , “Paradigma Pemahaman Hadis: (Studi Pemahaman Hadis Berdasarkan


Bentuk Matan),” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat 17, no. 1 (August
12, 2021)

Anda mungkin juga menyukai