Anda di halaman 1dari 12

“ TERMINOLOGI STUDI HADIS”

Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Studi
Hadist

DOSEN PENGAMPU:

MUHAMMAD INSAN JAUHAR, M.Pd.

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

TANTI YOSEPA (2011142)

MUHAMMAD IRHAM (2011132)

CAHYA AGEZA (2011133)

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat allah SWT, atas


segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami , sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul:

“TERMINOLOGI STUDI HADIS”

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berusaha dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik , oleh
karena itu dengan rendah hati dan tangan terbuka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca , khususnya bagi


mahasisawa/mahasiswi prodi ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.
Akhirnya bila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang Masalah

Secara bahasa, kata hadist (al-hadist) berarti baru ( sesuatu yang baru),
bentuk jamak hadis dengan makna ini hidats , hudatsa’ dan hudust,
dengan lawan katanya qadim (sesuatu yang lama). 1 Disamping berarti
baru, al- hadist juga mengandung arti dekat, yaitu sesuatu yang dekat ,
2
yang lama terjadi. Dan juga berarti berita yang sama dengan hiddits,
yaitu ( sesuatu yang dipercakapan dan dipindahkan dari seseorang pada
orang lain).3

Di kalangan ulama hadis, hadis merupakan sinonim sunnah , namun


hadis pada umumnya digunakan untuk istilah segala sesuatu yang
diriwayatkan dari rasulullah setelah diutus jadi nabi (bi’tsah).4 Sebagian
ulama berpendapat bahwa hadist hanya terbatas ucapan dan perbuatan
nabi saja, sedangkan persetujuan dan sifat-sifatnya tidak termasuk hadis
karena keduanya merupakan ucapan dan perbuatan sahabat.5 Berbeda
dengan ulama hadis, ulama ushul Fiqh berpendapat bahwa hadist lebih

1
Muhammad al-shabbagh, al- Hadist al- Nabawi, (Riyadh: al- Maktab al- Islam 1972 M /1392
H), hlm.13
2
Muhammad Mahfuzh ibn ‘Abd Allah al- Tirmizi, Manhaj Dzawi al- Nazhar, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1974), hlm.8
3
Muhammad al- shabbagh , al- Hadits , hlm. 13
4
Ibid
5
Nashr Abu ‘Athya (ed), Ktab Majmu’ah Rasail fi’ ‘Ulum al-Hadist, (Beirut Dar al-Kutub al-
‘ilmyah, 1993), hlm. 8
khusus dari pada sunnah sebab hadis , menurut mereka adalah sunnah
qawliyah. 6

Selain itu , hadis juga digunakan untuk sesuatu yang di sandarkan


kepada allah yang di kenal dengan hadis qudsi , yaitu hadis yang
disandarkan oleh nabi kepada allah. Disebut hadis karena berasal dari
7
rasulullah dan dikatakan qudsi sebab disandarkan kepada allah. Disini
terlihat pula perbedaan antara hadis dengan sunnah, sebab tidak pernah
disebut sunnah qudsiyyah.

Sedangkan jika kita lihat dari segi bentuknya , Hadis Nabi dapat di
klasifikasikan menjadi lima, yaitu :hadis yang berupa ucapan (hadis
qawli), hadis yang berupa perbuatan (hadis fi’li), hadis yang berupa
persetujuan (hadis taqriri), hadis yang berupa hal ihwal (hadis ahwali),
dan hadis yang berupa cita-cita (hadis hammi).

2.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi dari studi hadis ?

2. Bagaimana ruang lingkup studi hadis ?

3. Apa manfaat mempelajari studi hadis ?

4. Sebutkan Pembagian ilmu hadis!

6
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadist, Hlm. 27
7
Ibid., hlm.28
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Hadis

1. Pengertian Etimologis dan Terminologis

Kata ilmu hadis berasal dari bahasa arab ‘ilm al-hadist, yang terdiri
atas kata ‘ilm dan al-hadist. Secara etimologis , ‘ilm berarti pengetahuan8
jamaknya ‘ulum, yang berarti al-yaqin ( keyakinan) dan al-ma’rifah(
pengetahuan). Menurut para ahli kalam (mutakallimun). Ilmu berarti
keadaan tersingkapnya sesuatu yang diketahui (objek pengetahuan).9

Secara terminologis, hadis oleh para ulama diartikan sebaagai segala


yang disandarkan pada nabi baik perkataan , perbuatan , persetujuan,
ataupun sifat-sifatnya. 10 Nur al-Din mendefinisikan hadis dengan segala
sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik perkataan, perbuatan ,
ketetapan, persetujuan, ataupun sifat-sifat, tabiat, dan tingkah lakunya
atau yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in. 11 Dari pengertian
diatas , ilmu hadist dapar diartikan sebagai ilmu yang mengkaji dan
membahas tentang segala yang disandarkan kepada nabi baik nabi baik
perkataan , perbuatan , persetujuan, ataupun sifat-sifatnya, tabiat, dan
tingkah lakunya atau yang disandarkan kepada sahabat dan thabi’in .

8
Ahmad Warson Munawwir , Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,1997), 966,
243.
9
Muhammad ibn Abu syihab al-wasith fi ‘ulum wa musthhalah al-Hadist (Beirut: Dar al-
fikr,tth.), hlm. 23
10
Muhammad Ajjal al- Khathib , al-sunnah qabl al-Tadwin (Beirut: Dar al-Fikr, 1971 M), hlm.
20 juga pengarang yang sama , ushul al-Hadist ‘ Ulumuh wa Musthalahuh (Beirut : Dar al-Fikr, 1989
M), hlm 226-227
11
Nur al-Din ‘itr, Manhaj al-Naqd fi ‘ulum al-Hadist al-Nabawi, ( Damaskus: Dar al-Fikr,
1997), 26.
Menurut al-suyuthi , ulama mutaqaddimun (ulama yanh hidup sebelum
keempat hijriah)12 Mendefinisikan ilmu hadis sebagai ilmu pengetahuan
yang membahas tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada
rasulullah SAW, dari segi mengatahui hal ihwal para periwayat
menyangkut ke-dhabith dan keadilannya , dan dari segi tersambung atau
terputusnya sanad , dan sebagainya. 13

Berkenaan dengan definis ini, pada perkembangan selanjutnya ketika


ilmu hadis dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu hadis riwayah(‘ilm
riwayah al-hadist) dan ilmu hadis dirayah(‘ilm dirayah al-hadist)l ulama
muta-akhirun menjadikan pengertian ilmu hadis sebagai definisi dari
ilmu hadis dirayah.14

B. Ruang Lingkup Kajian Studi Hadist

1. Ilmu Hadis Riwayah

Ilmu hadis riwayah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-


hadits yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan ,
perbuatan , takrir tabiat maupun tingkah lakunya (Munzier Suparta, 2002:
24).

Ibnu al-Kafani mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Hadits


Riwayah ialah “ Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan
perbuatan Nabi SAW baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun
penulisan atau pembukaan lafadh-lafadhnya.”

12
Ensiklopedi Islam 2 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,1993), hlm . 47.
13
Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al- Suyuthi, Tadrib al- Rawi fi Syarh Taqrib al-
Nawawi, Jilid 1, (Beirut : Dar al-Fikr, 1988), hlm. 5-6.
14
Ibid
Objek ilmu hadits riwayah ialah bagaimana cara menerima,
menyampaikan kepada orang lain, dan memindahkan atau
mendewakan.15

2. Ilmu Hadist Dirayah

Ilmu Hadist Dirayah biasa juga disebut Ilmu Mustalahul hadits . ilmu
usul al-hadist , dan qawaid at-Tahdits. At Turmuzi menta’rifkan ilmu
hadits dirayah adalah : Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan sanad dan matan , cara menerima dan meriwayatkan
, sifat-sifat perawi, dan lain-lain.16

Ibnu al-kafani mendefinisikan ilmu ini ialah , sebagai ilmu


pengetahuanuntuk mengetahui hakikat periwayatan , syarat-syarat, ,
macam-macam dan hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan
para perawi , baik syarat-syaratnya, macam-macam hadits yang
diriwayatkan dan segala yang berkaitan dengannya. Secara rinci
dijelaskan sebagai berikut :

a. Hakikat Periwayatan adalah penukilan hadits dan penyandarannya


kepada sumber hadits atausumber berita.

b. Syarat-syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadits


yang akan diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan ,
seperti melalui as-sima (pendengaran), al-Qiraah (pembaca), al-Wasiah
(berwasiat), al-Ijazah (pemberian izin dari perawi).

c. Macam-macam periwayatan ialah membicarakan sekitar bersambung


dan terputusnya periwayatan.

d. Hukum-hukum periwayatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau


ditolaknya suatu hadists.

15
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis (Bandung : Tafakur , 2014), hal.36.
16
Ibid
e. Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan
para perawi, dan syarat-syarat mereka dalam menerima dan
17
meriwayatkan hadits.

Objek kajian Ilmu Hadits Dirayah adalah keadaan para perawi dan
marwinya. Keadaan para perawi , baik yang menyangkut pribadinya
maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnya sanad.
Sedangkan keadaan marwi, baik dari sudut kesahihan, dan kedaifannya
maupunsudut lain yang berkaitan dengan keadaan matan.18

Dengan mempelajari ilmu hadist dirayah ini, banyak sekali manfaat


yang diperoleh , antara lain dapat mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan hadits dan ilmu hadits dari masa ke masa, dapat
mengetahui took-tokoh serta usaha yang telah mereka lakukan dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadits, dan dapat
mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasikan hadits lebih lanjut , namun secara umum manfaatnya
adalah untuk mengetahui diterima dan ditolaknya suatu hadits ,baik itu
dari segi matan maupundarisudut sanadnya. 19

17
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis (Bandung : Tafakur , 2014), hal. 36-37
18
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis (Bandung : Tafakur , 2014), hal.37
19
Ibid
C. Manfaat Hadis

Pada masa Rasulullah, tidak ada sumber hukum selain al-Kitab (al-
Qur’an) dan al-Sunah. Di dalam Allah ta`ala terdapat pokok-pokok yang
bersifat umum bagi hukum-hukum syariat, tanpa pemaparan rincian
keseluruhannya dan pencabangannya, kecuali yang sejalan dengan
pokok-pokok yang bersifat umum itu, yang tidak pernah berubah oleh
bergulirnya waktu dan tidak berkembang lantaran keragaman manusia
dan lingkungan dan tradisi masing-masing. Semua tetap begitu, hingga
al-Qur’an merialisasikan gerakan humanitas yang menyeluruh dan
kemajuan intelektualitas masyarakat serta menyebarkan keadilan dan
kebahagian di setiap masa.

Al-Qur’an tetap menjadi penuntun kebaikan masyarakat, meski


bagaimanapun kondisi lingkungan dan tradisinya. Umat manusia dapat
menemukan di dalamnya ajaran yang dapat memenuhi kebutuhan
pembentukan hukum untuk mencapai kedinamisan dan kemajuan. Di
samping itu, kita juga bias menemukan di dalamnya ajaran aqidah,
ibadah kisah-kisah umat masa lampau, etika umum dan akhlak.
20Penjelasan sunnah terhadap al-Qur’an sebenarnya merupakan objek

kajian ushul, yang tentunya dibicarakan secara luas dalam bukubuku


Ushul fiqh,21 namun demikian harus dijelaskan secara singkat agar biasa
mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana Sunnah
menjelaskan al-Qur’an.

_________________________

20 Muhammad Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah Qabla al-Tadwin, op. cit., 33-34.

21 Muhammad Idris al-Syafi`iy, al-Risalah, Dar al-Fikr, Beirut, tt, hlm. 91. Imam
alSyatiby, al-Muwafaqat, Juz IV, Dar al-Fikr, Beirut, 1977, hlm. 12. Ali Hasbalah, Ushul al-
Tasyri` al-Islamiy, Dar Ilmiy al-Malayin, Beirut 1979, hlm. 40. Khudhary Beyk, Tarikh al-
Tasyri` al-Islamiy, al-Halabiy, Kairo, 1978, hlm. 426.
D. Pembagian Ilmu Hadist

Kata pembagian berasal dari kata bagi. Dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia karangan Nurkhalif Hazin (2001:26) kata bagi berarti untuk,
kebalikan dari perkalian. Sedangkan dalam Kamus lengkap bahasa
Indonesia lainnya karya Hendra Yuliawan (2006:63) kata bagi berarti
pecahan dari sesuatu yang utuh, penggal’ pecah, bahagi; Jadi pengertian
pembagian hadist menurut kami adalah kegiatan pengelompokan hadist
ke dalam beberapa bagian yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
yang telah disepakati oleh Ulama.

Ilmu hadits terbagi dua, yang pertama

- Ilmu Hadits Riwayah, dan yang kedua Ilmu Hadits Dirayah. Ilmu
Hadits Riwayah ialah Ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-hadits
yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, tabi’at maupun tingkah lakunya.

- Ilmu Hadits Dirayah ialah Ilmu pengetahuan yang membahas tentang


kaidah-kaidah, dasar-dasar, peraturan-peraturan, yang dengannya kami
dapat membedakan antara hadits dan Salih yang disandarkan kepada
Rasul SAW dan hadits yang diragukan penyandarannya kepadanya.
PENUTUP

- Kesimpulan

Hadis adalah adalah segala berita yang dinukilkan dari Nabi


Muhammad Saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir,
pengajaran sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu
sebelum Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul, maupun setelahnya. Studi
hadis tidak terlepas dari berbagai pendekatan sebagai ilmu bantu ke arah
pengkajian intensif. Beberapa di antara pendekatan dan ilmu bantu
tersebut adalah: ilmu hadis dirayah, ilmu hadis riwaya, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya secara ke kinian, keotentikan hadis seringkali
dipersoalkan. Banyak kritikan ditujukan kepada hadis, bahkan ada yang
menolaknya. Bahwa kendatipun telah sekian lama melengkapi sumber
ajaran Islam (Alquran), hadis sekiranya masih perlu diuji keabsahan dan
validitasnya. Satu diantara beberapa penyebabnya adalah selain tidak
adanya jaminan yang tegas tentang kesahihannya, juga akibat
keterlambatan penulisan hadis itu sendiri. Sehingga sangat mungkin
diduga periwayatan hadis banyak yang palsu.

- Saran

Kritik terhadap hadis itu memang perlu dilakukan, karena banyak


silang pendapat, perbedaan, serta konflik di tengah kehidupan
masyarakat muslim akibat hadis-hadis yang mengundang interpretatif,
baik dari sanad maupun matan-nya banyak kritik yang dilontarkan oleh
para pemikir, apakah dari barat atau bahkan dari timur sendiri, terhadap
studi hadis. Hal ini ada baik dan jeleknya, ada sisi positif dan negatif,
tergantung pada motif dan tujuan kritik itu. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Herdi.2014.Memahami Ilmu Hadis.Bandung:TAFAKUR

Dr.Idri,M.Ag.2013.Studi Hadis.Bekasi:Kencana

Ridwan Nasir.2008.Ulumul Hadis dan Muslhalah Hadits.Jombang:Darul


Hikmah

Ash-Shiddieqy,Teungku M.Hasbi,1999,Sejarah dan Pengantar Ilmu


Hadits,Semarang:PT.Pustaka Rizki Putra

Alfiah,Fitriadi,Suja’i.2016.Studi Ilmu Hadis.Swadaya:Kreasi Edukasi

Anda mungkin juga menyukai