Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR TERHADAP


KAIDAH MANSHUBATUL ASMA’ DI FAKULTAS
USHULUDDIN DAN HUMANIORA UIN WALISONGO
SEMARANG
Disusun Guna Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu: Ernawati, M. Stat

Oleh:

Hilda Putri Rahmawati

NIM. 1904026085

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang menarik untuk dibahas dan
juga memiliki kedudukan tertinggi dalam Islam. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an
mempunyai fungsi sebagai petunjuk pedoman hidup manusia dan selalu
competible terhadap perubahan zaman bahasa Al-Qur’an mengandung banyak
sekali keindahan dan kehebatan yang luar biasa. Dalan Surah Yusuf ayat 2 Allah
swt berfirman:

َ‫إِنَّا ٓ أَنزَ ْل َٰنَهُ قُ ْر َٰ َءنًا َع َربِيًّا لَّعَلَّ ُك ْم تَ ْع ِقلُون‬

Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan


berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.

Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt menyampaikan


firman-Nya dalam bahasa Arab. Sehingga dalam memahami seluruh pesan yang
ada dalam Al-Qur’an dibutuhkan penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Pada
saat itulah, peran kaidah-kaidah kebahasaan, menjadi sangat penting untuk
dipelajari. Quraish Shihab mengatakan salah satu keistimewaan bahasa Arab
adalah adanya I'rab salah satunya kaidah manshubatul asma'.1

Imam Al- Zarwani berpendapat bahwa orang yang tidak memenuhi syarat-
syarat sebagai mufassir --memahami kaidah kebahasaan-- tafsir yang dihasilkan di
dikategorikan sebagai produk tafsir terendah.2 Sehingga tidak mengherankan jika
mempelajari kaidah-kaidah kebahasaan adalah hal yang penting bagi mahasiswa
ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, yang mana para lulusan ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
diharapkan bisa menjadi salah satu nufassir yang bisa menafsirkan Al-Qur’an
sesuai kaidah-kaidah yang telah ada.

1
Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an di Tinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan
Pemberitahuan Ghaib, (Bandung; Mizan, 2003), h. 98.
2
Muhammad Abd. Al-Dim Al-Zarqani, Manahilul Irfan Fi Ulumul Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr),
h. 519.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih dalam dengan judul “Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Ilmu Al-
Qur’an Dan Tafsir Terhadap Kaidah Manshubatul Asma’ Di Fakultas Ushuluddin
Dan Humaniora Uin Walisongo Semarang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis maka dirumuskan masalah sebagai
berikut: Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
terhadap kaidah Manshubatul Asma’.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah: Mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
terhadap kaidah Manshubatul Asma’.
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

a. Diharapkan dari penelitian ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin


menambah wawasan dan mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir terhadap kaidah Manshubatul Asma’.
b. Diharapkan penelitian ini dapat membantu para dosen untuk mengetahui
kualitas dan kuantitas mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dalam
memahami kaidah Manshubatul Asma’.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman

Pemahaman adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan

(KBBI, 1993 : 636). Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)


adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimasi),
memberikan contoh , menyimpulkan, menggeneralisasikan, memperluas,
menerangkan, menuliskan kembali, dan memperkirakan.3

Menurut Bloom dan Anderson, pemahaman dapat di definisikan sebagai


kemampuan untuk menyerap/menangkap makna dan arti dari suatu objek yang
diberikan. Menurut mereka ada 7 indikator yang dapat dikembangkan dalam
tingkatan proses kognitif pemahaman yaitu:

1. Interpreting (interpretasi)

Interpreting (interpretasi) merupakan suatu kemampuan yang ada


pada diri seseorang untuk dapat menerima pengetahuan/informasi dari objek
tertentu serta mampu menjelaskannya kedalam bentuk lain. Misalnya
menjelaskan dari kata terhadap kata (paraphrase/menguraikan dengan kata-
kata), gambar terhadap kata, kata terhadap gambar, dst. Istilah lain dari
interpreting (interpretasi) adalah menerjamahkan, menguraikan kata-kata,
menggambarkan dan mengklarifikasikan suatu materi tertentu.

2. Exemplifying (Mencontohkan)
Exemplifying merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri
seseorang untuk memberikan contoh suatu konsep yang sudah dipelajari
dalam proses pembelajaran. Pemberian contoh meliputi identifikasi defenisi,
ciri-ciri dari objek general atau prinsip.
3. Classifying (Mengklasifikasikan)

3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 118.
Clasification (mengklasifikasikan) merupakan suatu kemampuan yang
ada pada seseorang untuk mengelompokkan sesuatu yang berawal dari
kegiatan seseorang yang dikenal pada suatu objek tertentu, kemudian
seseorang tersebut mampu menjelaskan ciri-ciri dari konsep tersebut, dan
mengelompokkan sesuatu berdasarkan ciri-ciri yang sudah ditemukan oleh
seseorang tersebut.
4. Summarizing (Meringkas)
Summarizing merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri
seseorang untuk mengembangkan pernyataan yang mampu menggambarkan
isi informasi/tema secara keseluruhan berupa ringkasan/resume atau abstrak.
5. Inferring (Menyimpulkan)
Inferring merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang
untuk menemukan sebuah pola dari suatu gambaran materi yang diberikan.
6. Comparing (Membandingkan)
Comparing (membandingkan) merupakan suatu kemampuan yang ada
pada diri seseorang untuk mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua
objek atau lebih, kejadian, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan
bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan baik.
7. Explaining (Menjelaskan)
Explaining merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri
seseorang agar seseorang tersebut dapat mengembangkan dan menggunakan
sebuah penyebab atau pengaruh dari objek yang diberikan. Nama lain dari
explaining adalah menjelaskan pengembangan sebuah objek model
pembelajaran.
B. Manshubatul asma

Isim-isim yang dinashabkan itu ada lima belas: Maf’ul bih, Mashdar,
Dzharaf zaman, Dzharaf makan, Hal, Tamyiz, Mustatsna, Isim Laa, Munada,
Maf’ul min ajlih, Maf’ul ma’ah, Khabar kaana wa akhawatuha, Isim inna wa
akhawatuha, Tawabi’ (Yang mengikut dinashabkan), yaitu ada empat : na’at,
‘athaf, taukid, dan badal.4

“I’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu; fathah, alif, kasrah, ya, dan
membuang (memghilangkan) huruf nun.” 5

1. Maf’ul bih

Maf’ul bih adalah isim yang dinashabkan yang dikenakan padanya suatu
perbuatan.
Maf’ul bih itu ada dua bagian, yaitu maf’ul bih dzhahir dan maf’ul bih dhamir.
2. Mashdar

Mashdar adalah isim yang dinashabkan yang datang menempati tempat


ketiga dalam tashrif fi’il.

Contohnya:
‫ﺿَرَﺏَ ﻳَﻀْرِﺏُ ﺿَرْبًا‬

Mashdar terbagi dua : lafdzi dan ma’nawi. Jika lafadz mashdarnya


bersesuaian dengan lafadz fi’ilnya maka itu termasuk mashdar lafdzhi.

Contohnya: ‫قًَﺘَلْﺘُهُ قَﺘْﻼ‬

Dan jika mashdarnya bersesuaian dengan makna fi’ilnya bukan lafadhznya maka
itu adalah mashdar ma’nawy.

Contohnya:
‫ ﻭقﻤﺖ ﻭُقُوفًا‬، ,‫ﺟَلَﺴْﺖُ قُعُودًﺍ‬

3. Dzharaf Zaman (keterangan waktu) dan Dzaharaf Makan (keterangan


tempat)

Dzharaf zaman itu adalah isim zaman yang dinashabkan dengan taqdir
maknanya fi (pada). Dzharaf makan adalah isim makan yang dinashabkan dengan
taqdir maknanya fi (pada).

4
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu al-Jurumiyyyah, (Jawa Barat: Mu’jizat Group, 2016), h.
318-389.
5
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemah Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2014) cet. ke-33, hal. 26 – 27.
4. Haal

Haal adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara yang
sebelumnya samar.

Contohnya:

‫ﺭَﻛِﺒْﺖُ ﺍَلْﻔَرَﺱَ ﻣُﺴْرَﺟًا‬

Haal itu pasti nakirah dan haal itu hanya terjadi setelah kalamnya sempurna dan
shahibul haal itu pasti ma’rifat.

5. Tamyiz

Tamyiz itu adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan dzat yang
sebelumnya samar.

Contohnya:
‫ﺍِﺷْﺘَرَﻳْﺖُ عِﺸْرﻳن ﻏُﻼَﻣًا‬

Tamyiz itu pasti nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalamnya sempurna.

6. Istitsna ( Yaitu mengecualikan hukum dengan menggunakan ‫ إلا‬atau salah satu


Akhowatnya ‫)إلا‬

Huruf istitsna itu ada delapan, yiatu : َ‫ ﻭَﺣَﺷا‬,‫ ﻭَعَﺪَﺍ‬,َ‫ ﻭَﺧَﻼ‬,ٌ‫ ﻭَﺳَوَﺀﺍ‬,‫ ﻭَﺳُوَﻯ‬,‫ ﻭَﺳِوَﻯ‬,ُ‫ ﻭَﻏَيْر‬,‫إِلَّا‬

7. Munada (yang dipanggil)

Yaitu kalimah isim yang panggil dengan menggunakan huruf Ya atau


salah satu akhowatnya.

Ya Munada itu ada lima, yaitu:

1. Mufrodul alm (nama-nama)


2. Nakiroh maksudah (nakiroh yang termaksud)
3. Nakiroh ghioru maksudah ( nakiroh yang tidak termaksud)
4. Mudghaf (yang di idhafkan )
5. Syibhu mudhaf (yang menyerupai mudhaf)
8. Maf’ul min Ajlih

Maf’ul min ajlih adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk
menjelaskan sebab-sebabterjadinya suatu perbuatan.

9. Maf’ul Ma’ah

Maf’ul ma’ah adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk


menjelaskan sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan.

Lembar Tes Penelitian

Tes tingkat pemahaman mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir terhadap kaidah
Manshubatul Asma’ UIN Walisongo Semarang.

A. Identitas
Nama:
Kelas:
B. Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah, cermati, dan pahami setiap butir pernyataan-pernyataan di
bawah ini dengan seksama.
2. Berilah tanda centang (√ )
Contoh:
Jawaban
No. Pernyataan
STP TP CP P SP

1. I’rab nashab memiliki 5 tanda. √

Keterangan:
STP : Sangat Tidak Paham
TP : Tidak Paham
CP : Cukup Paham
P : Paham
SP : Sangat Paham

C. Indikator Pemahaman
1. Interpreting (Interpretasi)

Jawaban
No. Pernyataan
STP TP CP P SP

Manshubatul Asma' merupakan Isim-


1. isim yang dibaca nashab yang
ditandai dengan harakat fathah.
Manshubatul Asma' memiliki
alamat/tanda pengganti berupa Alif
2.
kasrah, ya', dan membuang Nun.

Isim-isim yang dibaca nashab ada 15


macam, yaitu: Maf'ul bih, mashdar,
dzaraf zaman, dzaraf makan, hal,
tamyiz, Istisna, isim la, munada,
3.
maf'ul min ajlih, maf'ul maah, khobar
Kana wa akhwatuha, isim inna wa
akhawatuha, dan tawabi' (na'at, athaf,
badal, taukid).

2. Exemplifying (Memberikan Contoh)


Jawaban
No. Pernyataan
STP TP CP P SP

Saya dapat memberikan contoh maf'ul


1.
bih sesuai hukum-hukum yang telah
ditentuKan
Saya dapat memberikan contoh
2. lafadz-lafadz yang biasa digunakan
untuk mengganti kedudukan mashdar.
Saya dapat menyebutkan faidah atau
makna maf'ul mutlaq pada lafadz
3.
‫ َﻭ َﻛلَّ َم للاُ ﻣوﺳى تكليﻤا‬dan ‫ﺏ‬
َ ‫ﺿ َربْﺖُ ﺍلﻀ َّْر‬
َ

3. Comparing (Membandingkan)
Jawaban
No. Pernyataan
STP TP CP P SP

Saya bisa membandingkan makna


1. antara dharaf zaman dan dharaf
makan.
Saya bisa membandingkan manfaat
2.
antara Hal dan Tamyiz.
Saya dapat membandingkan antara
3. manfaat atau fungsi antara maf'ul min
ajlih dan maf'ul ma'ah.

4. Explaining (Menjelaskan)
Jawaban
No. Pernyataan
STP TP CP P SP

1. Saya bisa menjelaskan kepada teman-


teman tentang manshubatul Asma'.

Saya bisa menjelaskan kepada teman-


2. teman tentang hukum-hukum
mustatsa.

Saya bisa menjelaskan kepada teman-


teman tentang Isim-isim yang
3. mengikuti lafadz yang mendahului
mereka, seperti: na'at, athaf, badal
dan taukid.

Anda mungkin juga menyukai