Anda di halaman 1dari 16

Aulia Faradila, Fadhlullah Makmun, Faisal Ghufron

Hasan, Hesty Hyldania Azizah

AL-MANAHIJ AT-TAFSIRIYAH FI ULUM AL-QURAN

Aulia Faradila1, Fadhlullah Makmun2, Faisal Ghufron Hasan3, Hesty Hyldania Azizah4
Magister Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana
Universitas Islam Malang
e-mail: 1aufar2306@gmail.com , 2fadhlullah.ma2207@gmail.com ,
3
faisalghufron251@gmail.com , 4hestyhyldania@gmail.com

Abstrak
Al-Quran adalah sebuah kitab suci yang dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia. Untuk
mengetahui isi kandungan ajaran yang tertulis di dalam Al-Qur’an dibutuhkan penafsiran. Tanpa
tafsir, seorang muslim tidak dapat menangkap kandungan-kandungan ajaran yang tertulis di Al-
Quran. Tafsir sangat dibutuhkan bagi umat Islam dalam mengetahui makna dari Al-Quran
sepanjang zaman. Berangkat dari hal tersebut, maka dalam penelitian akan dibahas mengenai 4 hal,
di antaranya; 1) bagaimana tinjauan umum tentang tafsir?; 2) apa sebab-sebab timbulnya tafsir?; 3)
bagaimana pendapat para ulama tentang tafsir? 4) apa saja macam-macam bentuk penafsiran?
Adapun tujuan dari penelitian di antaranya; untuk mendeskripsikan tinjauan umum tentang tafsir,
sebab-sebab timbulnya tafsir, pendapat para ulama tentang tafsir, dan macam-macam bentuk
penafsiran. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebab munculnya tafsir yaitu perlunya penafsiran
Al-Quran untuk merinci isi yang terkadung didalamnya. Dan secara umum penafsiran Al-Quran
dibagi menjadi beberapa jenis, ada yang ditinjau dari segi aneka ragam metode penafsiran ayat-
ayat Al-Quran, seperti; Tafsir bil Matsur, Tafsir bir Ra’yi, Tafsir bil Izdiwaj, dan ada juga yang
ditinjau dari segi aneka ragam fokus penafsiran ayat-ayat Al-Quran, seperti; Tafsir Lughowi, Tafsir
Fiqh, Tafsir Shufi, Tafsir Izijali, Tafsir Syi’i, Tafsir Falsafi, dan Tafsir Ilmi.

Kata kunci: Al-Manhaj, At-Tafsir, Al-Qur’an

Abstract
Al-Quran is a holy book that is used as a guide for human life. To find out the contents of the teachings
written in the Qur'an, Tafsir is needed. Without Tafsir, a Muslim cannot grasp the contents of the
teachings written in the Qur'an. Tafsir is needed for Muslims in knowing the meaning of the Qur'an
throughout the ages. Departing from this, the research will discuss 4 things, including; 1) what is the
general overview of tafsir?; 2) what are the causes of tafsir?; 3) what are the opinions of the scholars
regarding tafsir? 4) what are the different forms of tafsir? The objectives of the research include; to
describe an overview of tafsir, the causes of the emergence of tafsir, the opinion of ulama’ abaout
tafsir, and the various forms of tafsir. This study uses a literature study method using a qualitative
approach. The results of the study indicate that the cause of the emergence of tafsir is the need for an
interpretation of the Qur'an to detail the contents contained in it. And in general, the interpretation of
the Qur'an is divided into several types, some of which are viewed in terms of various methods of
interpreting the verses of the Qur'an, such as; Tafsir bil Matsur, Tafsir bir Ra'yi, Tafsir bil Izdiwaj, and
there are also those that are viewed in terms of various focuses on the interpretation of the verses of
the Qur'an, such as; Tafsir Lughowi, Tafsir Fiqh, Tafsir Shufi, Tafsir Izijali, Shi'i Tafsir, Falsafi Tafsir,
and Tafsir Ilmi.

Key words: Al-Manhaj, At-Tafsir, Al-Qur’an


Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

PENDAHULUAN
Al-Quran adalah sebuah perisai untuk umat manusia. Al-Quran sendiri
memiliki julukan al-Furqan, al-Bayan, dan masih banyak berbagai julukan dalam
ayat-ayat lain. Al-Quran bukanlah wahyu yang diturunkan kepada manusia dnegan
nir-sejarah dan kosong budaya. Justu Al-Quran diwahyukan dalam konteks
historisitas dan kebudayaan tertentu, sehingga pantas jika disetiap decade muncul
studi al-Quran dalam variasi kecenderungan dan substansi yang berbeda.
Studi Al-Quran menguat bukan hanya pada negara-negara muslim saja,
melainkan juga di negara-negara Barat. Tafsir merupakan ilmu syariat yang paling
agung dan tinggi kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia objek
pembahasannya dan tujuannya, serta sangat dibutuhkan bagi umat Islam dalam
mengetahui makna dari Al-Quran sepanjang zaman. Tanpa tafsir seorang muslim
tidak dapat menangkap kandungan-kandungan ajaran yang tertulis di Al-Quran. .
Upaya menafsirkan al-Quran ini sudah dilakukan di jaman Rasulullah SAW.
Predikat al-Quran sebagai Hudan (petunjuk) dan Rahmatan (rahmat) bagi
manusia, membuka kemungkinan yang luas bagi penafsiran terhadapnya.
Rasulullah sebagai utusan-Nya ditugaskan untuk menyampaikan ayat-ayat
tersebut sekaligus menandainya sebagai mufassir awwal (penafsir pertama).
Sepeninggalan nabi hingga saat ini, tafsir telah berkembang sangat variatif dengan
tidak melepas kategori masanya serta tidak lepas dari keanekaragaman secara
metode (manhaj thariqah), corak (laun’) maupun pendekatan-pendekatan (alwan)
yang digunakan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam sebuah karya
tafsir hasil manusia yang tak pernah sempurna. Sehingga disini penulis akan
membahas tentang tinjaun umum tafsir, sebab-sebab tafsir, pendapat para ulama’
tentang tafsir dan macam-macamnya.

METODE
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang hasil
datanya berupa data deskriptif yang membahas tentang permasalahan yang
diamati1. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (library
research), yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi yang terdapat
dalam kepustakaan2. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi
literatur dari kajian-kajian buku, kitab-kitab klasik, jurnal, artikel, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan Al-Manahij At-Tafsiriyah fi Ulum Al Qur’an.
Dalam mengumpulkan data teknik yang digunakan adalah teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik yang digunakan peneliti
1
Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hal 4
2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hal 19.
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

dalam mengumpulkan data penelitian dengan cara mengumpulkan beragam


sumber tertulis meliputi buku, jurnal, artikel, surat kabar, dan lain sebagainya 3.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan dan menelaah data yang berkaitan
dengan Al-Manahij At-Tafsiriyah fi Ulum Al Qur’an.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Tinjauan Umum tentang Tafsir
a) Pengertian Tafsir
Dalam bahasa Arab, lafadz tafsir mengandung makna: penerangan
(idakh) dan penjelasan (tabyin). Makna ini sesuai dengan apa yng
tercantum dalam firman Allah SWT surat Al-Furqan ayat 33:
ۗ ‫ٰك بِاحْلَ ِّق َواَ ْح َس َن َت ْف ِسْيًرا‬ ِ ِ
َ ‫ك مِب َثَ ٍل ااَّل جْئ ن‬
َ َ‫َواَل يَْأُت ْون‬
“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan
penjelasan yang paling baik.”4
Kata tafsir adalah bentuk kata benda dari kata kerja fassara. Tafsir
berarti penjelasan, uraian, interpretasi, atau komentar. Menurut Kadar M
Yusuf, tafsir berarti menjelaskan makna ayat Al-Quran, keadaan, kisah, dan
sebab turunnya ayat tersebut dengan lafal yang menunjukkan kepada
makna dhohir. Secara simple adz-Dzahabi mendefinisikan tafsir itu kepada
“penjelasan Kalam Allah atau menjelaskan lafal-lafal Al-Quran dan
pengertian-pengertiannya.”5
Begitupun yang diungkapkan Ahmad Izzan bahwa tafsir pada
dasarnya adalah rangkaian penjelasan dari pembicaraan atau teks Al-
Quran, atau tafsir adalah penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat Al-Quran
yang dilakukan oleh seorang mufasir. Ilmu yang membahas tentang tata
cara atau teknik penjelasan ayat-ayat Al-Quran supaya berada dalam
koridor penafsiran yang benar dan baik disebut ilmu tafsir. 6
Menurut Ali As-Shobuni dalam At-Tibyan tafsir adalah ilmu yang
dengan ilmu itu dapat memahami kitab Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad, menjelaskan makna-makna al-quran serta
menggali hukum di dalam Al-Quran7

3
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal 135
4
QS. Al-Furqan 33
5
Kadar M Yusuf, Tafsir Tarbawi. (Riau: Zanafa Publishing, 2012) hal 121
6
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir. (Bandung: Tafakur, 2007) hal 6
7
Muhammad Ali As-Shobuni, At-Tibyan fi ‘Ulumul Qur’an, (Jakarta: Dar Al-Islamiyah, 2003), 65
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan sebagai


suatu rangkaian penjelasan mengenai teks Al-Qur’an yang dilakukan oleh
seorang mufasir untuk menyingkap makna yang terkandung didalamnya,
sedangkan ilmu tafsir berarti ilmu yang mempelajari tentang tata cara
penjelasan Al-quran agar tetap dalam aturan penafsiran yang baik dan
benar. Dengan kata lain menafsirkan Al-Quran berarti menangkap makna
yang terkandung di dalamnya.
b) Perbedaan Tafsir dan Takwil
Para ulama ahli tafsir yang menekuni ilmu tafsir harus menjelaskan
definisi takwil sebagaimana mereka mendefinisikan tafsir, karena kedua
lafadz ini sering muncul dalam uraian buku-buku tafsir karya mereka.
Mereka perlu menjelaskan perbedaan penggunaan kedua lafadz tersebut
jika memang ada perbedaan disana dan begitu juga letak kesamaannya jika
memang keduanya adalah sinonim dan memiliki satu maksud yang sama.
Secara etimologis, kata takwil diambil dari kata dasar aulan yang
berarti kembali. Dalam kamus bahasa Arab dikatakan ala ilaihi aulan wa
maalan yang artinya kembali atau berpulang. Sedangkan secara
terminologis, yang dimaksud takwil adalah penafsiran terhadap suatu
perkataan dan penjelasan mengenai makna perkataan tersebut, baik
makna yang sesuai dengan kenyataan atau yang tidak sesuai (makna
batin), sehingga tafsir dan takwil sebenarnya adalah sinonim.
B. Sebab-sebab Timbulnya Tafsir
Tafsir Al-Quran yang utama dan pertama ialah Sunnah. Sunnah yaitu
perkataan (aqwal) dan perbuatan (af’aal) Nabi dan perbuatan sahabat-
sahabatnya yang mengerjakan dihadapan beliau, lalu dibiarkannya saja tidak
dicegahnya (taqrir). Itulah yang merupakan tafsir Al-Quran yang pertama. Ini
dijelaskan dalam Surat An-Nahl ayat 44:
‫َّاس َما نُِّز َل اِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُر ْو َن‬
ِ ‫الذ ْكَر لِتَُبنِّي َ لِلن‬
ِّ ‫ك‬ ِ
َ ‫الزبُ ۗ ِر َواَْنَزلْنَٓا الَْي‬ ِ ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ٰت َو‬ َ
Artinya: (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu,
agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan,
Zikir artinya peringatan atau ingatan atau ingat. Artinya segala
perbuatan Rasulullah yang kita namai Sunnah adalah seluruh hal yang beliau
kerjakan secara sadar, supaya Sunnah beliau menjadi keterangan dan
penjelasan dari Al-Quran. Sehingga ‘Aisyah seketika ditanya orang
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW itu?’ Istri beliau menjawab:”Akhlaknya


ialah Al-Quran itu sendiri”8
Oleh sebab itu maka Sunnah Rasulullah adalah penjelasan dari Al-
Qur’an, sehingga tidaklah boleh seseorang menafsirkan Al-Quran yang
berlawan dengan Sunnah. Bahkan wajiblah Sunnah menyoroti tiap-tiap Tafsir
yang hendak ditafsirkan oleh seorang Penafsir. Kalau di dalam Al-Qur’an
terdapat yang mujmal (secara umum), Sunnahlah yang menjelaskannya
(mufashshal) secara terperinci. Al-Qur’an menyuruh berwudhu' dan sholat,
maka Sunnah perbuatan Rasulullah dijadikan teladan bagaimana menjalankan
wudhu' dan sholat.
Para sahabat yang hidup pada masa Nabi, tidaklah terlalu sukar untuk
mencari sumber dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an. Meraka cukup
menanyakannya kepada Rasullah. Oleh karna itu sumber penafsiran terbatas
pada empat macam yaitu: Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW, Ijtihad dan
kekuatan Istinbath dan Ahli Kitab.
1) Sumber Penafsiran dari Al-Quran
Maksud penafsiran bersumber dari Al-Qur’an adalah mencari dan
mendapatkan makna yang holistic atau menyelutuh. Mengenai signifikansi
tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an untuk mendapatkan makna yang
holistik dapat dijumpai pada ayat- ayat Qashah (kisah-kisah)
dalam Al-Qur’an, baik kisah Nabi Muhammad atau Nabi terdahulu. Dalam
hal ini diperlukan tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, karena kisah-kisah
Nabi hampir seluruhnya berulang-ulang atau terpisah pada beberapa
bagian di berbagai surah. Terkadang, ada juga kisah yang sama diulang di
surah yang lain. Misalnya kisah Nabi Adam As dengan Iblis atau Nabi Musa
As dengan Fir’aun. Sumber Penafsiran Dari Nabi SAW.9
Nabi Muhammad SAW beliaulah yang bertugas untuk menjelaskan
Al-Qur’an. Karena itu wajarlah kalau para sahabat bertanya kepadanya
ketika mendapatkan kesulitan dalam memahami kandungan ayat Al-
Qur’an. Diantara kandungan Al- Qur’an terdapat ayat-ayat yang tidak
dapat diketahui ta’wilnya kecuali melalui penjelasan Rasulallah SAW.
Misalnya, perincian tentang perintah dan larangannya serta ketentuan
mengenai hukum-hukum yang difardukannya. Inilah yang dimaksudkan
dengan sabda Rasullah SAW “ketahuilah, sungguh telah diturunkan
kepadaku Al-Qur’an dan bersamanyapula sesuatu yang serupa
dengannya“.
8
Tinggal Purwanto, Pengantar Studi Tafsir Al-Quran, (Yogyakarta, Adab Press, April 2013), hal 11.
9
Saifuddin Herlambang, Pengantar Ilmu Tafsir, (Yogyakarta, Samudra Biru, Januari 2020), hal 24-25
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

2) Sumber Penafsiran Ijtihad dan Kekuatan Istibat


Sumber penafsiran dari Istinbat ditempuh sahabat dengan cara
menyimpulkan apa yang diduga berbeda, seperti penafsiran tentang
penciptaan Adam, yang dijadikan turab, thin, hamain masnun, dan
shalshalin, yang menurut mereka hal ini disebutkan sebagai unsur-unsur
utama yang dilalui dalam proses penciptaan Adam, yang pada proses
permulaan dijadikannya hingga ditiupkan roh padanya. Sedangkan
sumber ijtihad diterapkan para sahabat dalam rangka mengetahui makna
ayat yang dimaksud. Adapun langkah- langkah yang ditempuh adalah:10
a. Mengetahui letak bahasa dan rahasianya
b. Mengetahui kebiasaan bangsa Arab
c. Mengetahui keadaan orang Yahudi dan Nasranidi Jazirah Arab ketika
turunnya Al-Qur'an
d. Membuka wawasan yang luas dalam rangka melakukan analisis.
C. Pendapat Ulama’ tentang Tafsir
Banyak sekali ulama yang memberikan definisinya mengenai
pengertian tafsir, diantaranya:

a. Muhammad Abdul Adzim Az-Zarqani dalam kitab Manahil Al-‘Irfan fi ‘Ulum


Al-Qur’an.
‫علم يبحث عن القرآن الكرمي من حيث داللته على مراد اهلل تعاىل بقدر الطاقة البشرية‬
Ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an dari segi dilalah-Nya berdasarkan
maksud yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala sebatas kemampuan manusia. 11

Dari pendapat tersebut terdapat 3 titik perhatian penting yang


menjadi rumusan tafsir, yaitu:
1. Membahas tentang Al-Qur’an, ilmu ini hanya membahas ilmu Al-
Qur’an. Maka tidak masuk dalam kategori ini ilmu-ilmu lain.
2. Membahas maksud ayat Al-Qur’an sesuai dengan yang dikehendaki
Allah Swt.
3. Sesuai dengan kemampuan manusia. Dengan kata lain, hal-hal yang di
luar batas kemampuan manusia bukanlah termasuk kajian tafsir.
Tidak perlu memaksakan diri untuk mengetahui tafsir Al-Qur’an
karena dapat menyeret mufassir kepada penafsiran yang menyimpang
dan melewati batas.
10
Tinggal Purwanto, Pengantar Studi Tafsir Al-Quran, (Yogyakarta,Adab Press, April 2013), hal 25
11
Muhammad Abdul Adzim Az-Zarqani, Manahil Al-’Irfan Fi Ulum Al-Qur’an, Jilid 2 (Dar Al-Kitab
Al-’Arabiyah, 1995), hal 3.
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

b. Abu Hayyan Al-Andalusi Al-Gharnathi dalam kitab Al-Bahru Al-Muhith fi At-


Tafsir
‫علم يبحث عن كيفية النطق بألفاظ القرآن ومدلوالهتا وأحكامها اإلفرادية والرتكيبية ومعاهنا‬
‫اليت حتمل عليها حالة الرتكيب وتتمات لذلك‬
Ilmu yang membahas tentang bagaimana mengucapkan lafadz Al-Qur’an,
madlulnya, hukum-hukumnya baik yang bersifat tunggal atau dalam
untaian kalimat, dan makna-maknanya yang terkandung dalam tarkib,
serta segala sesuatu yang terkait dengan itu.12
Ada 5 poin penting yang harus diberi penjelasan untuk
mempermudah dalam memahami pendapat tersebut, yaitu:
1. Disebutkan bahwa tafsir itu adalah ilmu yang membahas bagaimana
mengucapkan lafadz Al-Qur’an. Ini berarti ilmu tafsir itu juga
mencakup ilmu qiraat yang begitu banyak riwayatnya serta berbeda-
beda cara pengucapannya.
2. Kata wa madlulatiha yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah
ilmu bahasa Arab yang membentuk tiap lafadz.
3. Kata wa ahkamiha yang berarti hukum-hukum, baik ketika tunggal
alias berdiri sendiri ataupun ketika berada dalam suatu kalimat. Dan
ini terkait dengan ilmu sharaf, ilmu i’rab, ilmu bayan dan ilmu badi’.
4. Kata wa ma’aniha yang berarti makna-makna yang terkandung dalam
Al-Qur’an. Hal ini juga berkaitan dengan ilmu hakikat dan majaz.
5. Kata wa tatamata lidzalik yang berarti hal-hal lain yang terkait dengan
itu, yakni termasuk di dalamnya ilmu nasikh mansukh, asbabun-nuzul,
dan lainnya.13
c. Badruddin Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan fi
Ulum Al-Qur’an
‫علم يع رف ب ه فهم كت اب اهلل املنزل على نبي ه حمم د ص لى اهلل علي ه وس لم وبي ان معاني ه‬
‫واستخراج أحكامه وحكمه‬

12
Abu Hayyan Al-Andalusi Al-Gharnathi, Al-Bahru Al-Muhith Fi At-Tafsir, Jilid 1 (Darul Fikr), hal. 13-
14.
13
Ahmad Sarwat, Ilmu Tafsir Sebuah Pengantar (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2020), hal
14-15.
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Ilmu untuk mengenal kitabullah (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad Saw., menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan
hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. 14

Dari pendapat tersebut, setidaknya tafsir mempunyai 4 objek


pembahasan, diantaranya:
1. Mengenal sosok Al-Qur’an dengan segala sosok profilnya.
2. Mendapatkan penjelasan makna dari setiap ayatnya.
3. Menggali hukum yang terkandung di dalamnya.
4. Menemukan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.
d. Muhammad bin Ahmad bin Juzi al-Kilbi dalam kitab At-Tashil li Ulumi At-
Tanzil
‫ومعىن التفسري شرح القرآن وبيان معانه واإلفصاح مبا يقتضيه بنصه أو إشارته أو جنواه‬
Makna tafsir ialah menjelaskan Al-Qur’an dan mengurai maknanya, serta
memperjelas makna tersebut sesuai dengan tuntutan nash atau adanya
isyarat yang mengarah ke arah penjelasan tersebut atau dengan
mengetahui rahasia terdalamnya.15
Dari pendapat tersebut maka terdapat 3 fungsi dari tafsir, yaitu:
1. Untuk menjelaskan ayat-ayat dalam Al-Qur’an
2. Untuk mengurai makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui rahasia terdalam yang ada dalam Al-Qur’an

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka tafsir dapat disimpulkan


sebagai suatu rangkaian penjelasan mengenai teks Al-Qur’an yang dilakukan
oleh seorang mufassir untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an, mengurai dan
menyingkap makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan cara
menguasai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara dalam penjelasan Al-
Qur’an agar tetap dalam aturan penafsiran yang baik dan benar. Dengan kata
lain seorang mufassir bukan mengadakan makna melainkan menemukan
makna.
Menafsirkan Al-Qur’an berarti menangkap makna yang terkandung di
dalamnya. Dan karena Al-Qur’an itu merupakan pesan-pesan ilahi (risalah
ilahiyah) yang datang dari Allah, maka berarti seorang mufassir berusaha
dengan kemampuan yang dimilikinya untuk menangkap makna atau

14
Badruddin Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an (Dar At-Turob), hal.
13.
15
Muhammad bin Ahmad bin Juzi Al-Kilbi, At-Tashil Li Ulumi At-Tanzil, Jilid 1 (Beirut: Dar Al-Kutub
Al-’Ilmiyah, 1995), hal 9-10.
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

pengertian yang dimaksud Allah dalam ayat-ayat tersebut. Dengan demikian,


seorang mufassir berarti menemukan makna, bukan mengadakan makna.16
D. Macam-macam Tafsir
Para ulama’ berbbeda-beda dalam menentukan macam-macam tafsir
Al-quran, karena untuk menentukannya mereka meninjau dari segi sudut
pandang yang berbeda-beda, ada ulama’ yang meninjau dari segi aneka ragam
metode penafsiran ayat-ayatnya, ada pula yang meninjau dari segi fokus
penafsirannya.
Pembahasan tentang macam-macam tafsir akan diuraikan lebih jelas
dalam studi ini, maka perlu diuraikan sebagai berikut:
1. Macam-macam tafsir ditinjau dari segi aneka ragam metode penafsiran
ayat-ayat Al-quran.
2. Macam-macam tafsir ditinjau dari segi aneka ragam fokus penafsiran ayat-
ayat Al-quran.
Pembagian pembahasan seperti ini dimaksudkan agar dapat merata
yang meliputi semua macam-macam tafsir Al-Qur’an yang didasarkan pada
tinjauan tersebut.
 Macam-macam tafsir ditinjau dari segi aneka ragam metode penafsiran
ayat-ayat Al-quran.
Sebelum membahas macam-macam tafsir Al-Qur’an perlu diketahui
dahulu dasar pembagian metode penafsiran yang akan dijadikan dasar
menentukan macam-macam tafsir tersebut.
Para ulama’ berbeda-beda dalam menentukan pembagian metode
penafsiran Al-Qur’an. Menurut Prof. Dr. H. Abdul HA yang lebih tepat
pembagian metode ini harus dipisahkan menurut dasar peninjauannya
masing-masing:
a. Peninjauan dari segi sumber penafsiran.
b. Peninjauan dari segi cara penjelasannya terhadap tafsiran ayat-
ayatnya.
c. Penafsiran dari segi keluasan penjelasannnya tafsiran-tafsiran
d. Peninjauan dari segi sasaran yang tertib ayat-ayat yang ditafsirkan17
Maka dari itu, untuk menentukan macam-macam tafsir ditinjau dari
segi metode metode penafsiran ayat-ayatnya dalam study ini akan
didasarkan pada empat tinjauan tersebut diatas.

16
Kadar M Yusuf and Alwizar, Kaidah Tafsir Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2020), hal 122.
17
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 65-67
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

A) Bila ditinjau dari segi penafsiran, maka tafsir Al-Qur’an ada tiga
macam sebagai berikut:
1. Tafsir Bil Al Matsur, yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang
didasarkan atas sumber penafsiran dari Al-Qur’an, dari hadist,
dari riwayat Sahabat dan riwayat para Tabi’in. 18 Tafsir ini
mengambil riwayat dari sumber yang berhubungan dengan
makna ayat yang akan ditafsirkan tanpa adanya istihad didalam
menjelaskan maksud ayat tadi dan tidaklah mengambil dari
sumber lain.19 Kitab tafsir yang memakai metode bil Ma’tsur
antara lain:
a. Jami’ al Bayan fi tafsir Al-Qur’an, karya Ibnu Jarir Ath-Thabari
(Wafat 310 H)
b. Bahar Al-Ulum, Karya Abu Al-Laits As-Samarqandy. 
c. Al-Kasy fu Wa Al-Bayan, Karya Abi Ishaq Ats Tsa'laby (wafat
427 H )
d. Ad-durr Al-Mantsur. Karya Jalaluddin As-Suyuty20
2. Tafsir Bil Ar-Ra'yi, yaitu penafsiran yang mufassirnya dalam
menerangkan maknanya hanya berlandaskan kepada
pemahamannya yang khusus dan pengambilannya yang hanya
dengan dasar akal saja21. Jenis tarsir ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Tafsir Mahmud, yaitu Tafsir yang sesuai dengan tujuan Syara',
jauh dari kesesatan, sejalan dengan kaidah-kaidah bahasa
arab serta berpegang pada uslub-uslubnya dalam memahami
teks Al-Qur'an.22
b. Tafsir Madz mum yaitu penafsiran Al-Qur'an dengan tanpa
dasar ilmu atau penafsiran yang hanya berdasarkan hawa
nafsunya tanpa mengetahui kaidah-kaidah bahasa arab dan
syara' atau kalam Allah itu ditafsirkan menurut pendapat
yang salah dan bid'ah yang tersesat. 23 Adapun kitab kitab
tafsis yang tergolong terpuji adalah : 
1) Matatih Al-Ghoib. Karya Al-Fahru Ar-Razy (wafat 606 H)
18
Subhi Shaleh, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an (Beirut Dar Al-Ilmi Al-malayyin, 1988), h 291
19
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antarnusa, 2016), h 482-483
20
Adz-Dzahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassir (kairo: Dār al-Kutub al-hadist, 1961), Juz I, h 204
21
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antarnusa, 2016), h 488
22
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: pustaka amani, 2001), h
214
23
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: pustaka amani, 2001), h
215
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

2) Anwar At-tanzil wa Asrar At-Takwil karya Al Baidawi. 


3) Madarik At-Tanzil wa Haqaiq At-takwil, karya An-Nashafi
4) Lubab At-Takwil fi ma'ani At-Tanzil. Karya Imam Al-
Ghazin.24 
3. Tafsir bi Al-Izdiwaj, (istlah bapak Prof. Dr. Abdul Jalal HA), yaitu
cara menafsirkan Al-Qur'an yang di dasarkan attas perpaduan
antara sumber tafsir riwayat yang kuat dan sumber hasil ijtihad
akan fikiran yang sehat. Metode ini banyak dipakai dalam tafsir
modern.25 Kitab tafsir yang disusun dengan metode ini adalah.
a. Tafsir Al-Manar. karya Muhammad Rasid Ridla (wafat 1354
H).
b. Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur'an, karya shekh Thanthawi Jauhari
( wafat 135 H ).
c. Tafsir Al-Maraghi. Karya Mustafa Al-Maraghi.
B) Bila ditinjau dari segi penjelasan terhadap tafsir ayat-ayatnya, maka
tafsir Al-Qur'an ada dua macam yaitu:
1. Tafsir Bayani, yaitu yang dalam menafsirkan Al Qur'an hanya
dengan memberikan keterangan dengan diskriptif tanpa dengan
membandingkan riwayat yang satu dengan yang lainnya, seperti
afsir Ma'alim At Tanzil Karya Al-Baghawi. 26
2. Tafsir Muqarrin, yaitu menafsirkan Al-Qur'an dengan sejumlah
ayatt Al-Qur'an pada suatu tempat kemudian meneliti pendapat
para ahli tentang ayat-ayat tersebut dengan cara membandingkan
pendapat yang Satu dengan yang lainnya baik pendapat itu
dari golongan salaf ataupun khalaf. baik tafsir itu bil Ma'tsur
ataupun bi Ar-ra'yi. Hal ini seperti tafsir Al-Qurthubi (wafat 671
H)27
C) Bila ditinjau dari segi keluasan penjelasannya taisitan-tafsiran, maka
tafsir Al-Qur'an ada dua macam yaitu : 
1. Tafsir Ijmali, yaitu menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an terhadap
makana-makannya secara global.28 Atau menafsirkan Al-Qur'an
menurut tertib tilawahnya dengan memberikan ayat yang
kemungkinan dapat di fahami oleh orang awam dengan

24
Adz-Dzahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassir (kairo: Dār al-Kutub al-hadist, 1961), Juz I, h 289
25
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 64
26
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 66
27
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 66
28
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 66
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

tujuan memberikan pemahaman dengan jalan yang ringkas, hal ini


seperti tafsir Al-Qur'an Al-Karimkarya Farid Wajdi.29
2. Tafsir Itrsbi, yaitu yang dalam menafsirkan ayat ay at Al-Qur'an
dengan cara mendetail atau teleprinci dengan uraian--uraian yang
panjang lebar. sehingga cukup jelas dan terang. seperti tafsir
Al Manar Karya Muhammad Rasid Ridla (wafat 134 H). 30
D) Bila ditinjau dari segi sasaran dan tertib ayat-ayat yang ditafsirkan,
maka tafsir Al-Qur'an ada dua macam yaitu :
1. Tafsir Tahlili, adalah tafsir yang dalam menjelaskan atau
menafsirkan ayat-ayat Al-ur'an sesuai dengan yang terdapat di
dalam mushaf. Tafsir ini menjelaskannya dari segala macam
seginya, menguraikan dari segi bahasa arab dan jalan-
jalan penggunaanya, menjelaskan tentang fushahah, bayan dan
wajan Ijaznya, munasabah ayat-ayatnya dan menjelaskan pula
makna dan maksud syari'at dibalik Nash Al-Qur'an itu. Hal ini
seperti di tafsir Al Jamai’ Al-Bayan. karya Al-Qurthubi. 31
2. Tafsir Al-Maudlui, adalah tafsir yang dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat yang mengenai satu
maudlu’ tertentu dengan memperhatikan sebab-sebab turunnya
ayat kemudian menjelaskan hikmah syara'
32
dalam mensyari'atkannya.  Hal ini seperti tafsir Al Bidayat fi Al-
Tafsir Al-Maudlu' i karya Al Farawi.33
3. Taisir Al-Maudlui, adalah tafsir yang dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur'an dengan cara mengumpulkan ayat yang mengenai satu
maudlu' tertentu dengan memperhatikan sebab-sebab
turunnya ayat kemudian menjelaskan hikmah syara'
34
dalam mensyari'atkannya.  Hal ini seperti tafsir Al Bidayat fi Al-
Tafsir Al-Maudlu' i karya Al Farawi.35
 Macam-macam tafsir jika ditinjau dari segi aneka ragam fokus
penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. 

29
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 67
30
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 68
31
Quraish Shihab, Membumikann Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), h 85
32
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 7
33
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat (Bandung: Mizan,
2007), h 1
34
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 7
35
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : tafsir tematik atas pelbagai persoalan umat (Bandung: Mizan,
2007), h 1
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Pada masa sekarang sudah banyak para mufassir yang


menfokuskan penafsiran Al-Qur'an hanya kepada salah satu bidang saja,
sehingga bila ditinjau dari segi fokus penafsirannya, akan ada macam tafsir
yang banyak pula, antara lain sebagai berikut :
a. Tafsir Lughawi atau Adabi, adalah tafsir yang menfokuskan penafsiran
kepada bidang bahasa, dalam segi I'rabnya, harakat bacaanya,
pembentukan kata, Susunan kalimat dan kesusasteraannya. Tafsir
macam ini menjelaskan arti yang dimaksud dan
sekaligus menunjukkan segi-segi kemu'jizatan Al-Qur'an. contohnya
ialah tafsir Al-Kasy sy af karya Imam Zamakhsary.36 
b. Tafsir Fiqh adalah tafsir Al-Qur'an yang menfokuskan kepda bidang
hukum. Kadang dalam hal ini yang ditafsirkan hanya ayat-ayat Al-
Qur'an yang menyangkut soal-soal hukum syara', sedang ayat-ayat
lain yang tidak memuat hukum fiqh tidak di tafsirkan bahkan tidak di
mulat sama sekali. Tafsir semacam ini mengistimbatkan hukum-
hukum Islam baik berupa Ibadah, Muamalat, Jinayah dan sebagainya.
Contohnya adalah tafsir Ahkam Al-Qur'an Karya Ibnu Arabi, 37
c. Tafsir Shufi atau tafsir Isyari, adalah menefsirkan Al-Quran tidak
sebagaimana yang tersurat dalam Al Quran. ini karena adanya Isyarat
yang nampak pada sebagian ahli Ilmuk atau orang yang mencapai
tingkat ma'rifat yang selalu mengadakan latihan kejiwaan sehingga
mereka mengetahui rahasia sebagian makna ayat-ayat Al-Qur'an
dengan jalan ilham atau sinar Ilahi.38 Hal ini karena menurut sebagian
dari pada suti bahwa dengan mengadakan latihan kejiwaan maka akan
sampai pada derajat yang disitu akan nampak ibarat atau serat makna
Al-Qur'an.39 karena sumber dasar penefsiran sufu adalah makrifat
yang abstrak Yang sukar di pertanggung jawabkan, secara
kongkrit maka tafsir ini pada umumnya sukar
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Contohnya tafsir Maqoid
At Tafsir kamya Muhammad bin Husain As-silmi.40
d. Tafsir Izijali adalah tafsir Al-Qur'an yang beraliran aqidah golongan
mu'tazilah, guna menguatkan faham mu’tazillah dan
mempertahankan. Tafsir semacam ini sering menfsirkan ayat-ayat
36
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 68
37
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 76
38
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis (Jakarta: pustaka amani, 2001), h
171
39
Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antarnusa, 2016), h 495
40
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 68
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Al Qur'an tidak selaras dengan aqidahnya, karena disesuaikan dengan


faham mu'tazilah. Contohnya tafsir Ghurrah Al-Fawa'id karya Ali Ibnu
Thahir Al Husain dari golongan mu’tazilah41
e. Tafsir Syi'i atau tafsir bathini, adalah tafsir Al-Quran yang beraliran
aqidah Syi'ah dengan segala cabang-cabangnya, yang di fokuskan ke
dalam bidang aqidah menurut golongan ajaran syi'ah, baik Zaidiyah.
Ismailiyah, Imamiyah Itsna Asy'ariyah dan sebagainya untuk
menguatkan aqidah dan polotiknya sehingga sering mena' wilkan
makna ayat yang disesuaikan dengan faham dan ajaran mereka 42. Hal
ini seperti tafsir Haan Al-Asy'ary.
f. Tafsir Falsafi atau tafsir Ar-Rumazi adalah tafsir Qur'an yang beraliran
filsafat, yang pada umumnya di fokuskan pada bidang filsafat. Hal ini
ditempuh dengan jalan menta'wilkan nash-nash agama dan haqiqat
syara' dengan penta' wilan yang sesuai dengan pendapat ahli filsafat
atau menjelaskan nash-nash agama dan haqiqat syara' dengan
pendapat ahli filsafat. Hal ini seperti tafsir Al-Farabi. 43
g. Tafsir Ilmi, tafsir yang menfokuskan bidang ilmiah untuk menjelaskan
ayat-ayat yang menyangkut alam dan ayat-ayat kauniyah.44 Atau tafsir
yang memberikan hukum terhadap istilah alamiyah dalam ibarat Al-
Qur'an. Hali ini seperti tafsir Al Jawahir karya thanthawi. 
Demikanlah pembagian macam-macam tafsir dari sudut pandang yang
berbeda-beda menurut tinjauan yang berbeda-beda pula. 

SIMPULAN
Tafsir adalah ilmu yang dengan ilmu itu dapat memahami kitab Allah (Al-
Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, menjelaskan makna-makna al-
quran serta menggali hukum di dalam Al-Quran. Sebab munculnya tafsir yaitu
perlunya penafsiran al-Quran untuk merinci isi yang terkadung didalamnya. Secara
umum penafsiran al-Quran dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, macam-macam
tafsir yang ditinjau dari segi aneka ragam metode penafsiran ayat-ayat Al-quran
dan macam-macam tafsir ditinjau dari segi aneka ragam fokus penafsiran ayat-ayat
Al-quran.

DAFTAR RUJUKAN

41
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 76
42
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 77
43
Adz-Dzahabi, At-Tafsir wa Al-Mufassir (kairo: Dār al-Kutub al-hadist, 1961), Juz I, h 418
44
Akhmad Syadzali, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1997),h 68
Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Adz-Dzahabi. 1961. At-Tafsir wa Al-Mufassir. Kairo: Dā r al-Kutub al-hadist

Al-Gharnathi, Abu Hayyan Al-Andalusi, Al-Bahru Al-Muhith Fi At-Tafsir. Darul Fikr

Al-Kilbi, Muhammad bin Ahmad bin Juzi. 1995. At-Tashil Li Ulumi At-Tanzil. Beirut:
Dar Al-Kutub Al-’Ilmiyah

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2016. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Litera Antarnusa

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta:
Pustaka Amani

Az-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin Abdullah. Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an.


Dar At-Turob

Az-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim. 1995. Manahil Al-’Irfan Fi Ulum Al-Qur’an.


Dar Al-Kitab Al-’Arabiyah

Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur

Moleong, J. R. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sarwat, Ahmad. 2020. Ilmu Tafsir Sebuah Pengantar. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing.

Shaleh, Subhi. 1998. Mabahis fi Ulum Al-Qur’an. Beirut Dar Al-Ilmi Al-malayyin

Shihab, Quraish. 1997. Membumikann Al-Qur’an. Bandung: Mizan

Shihab, Quraish. 2007. Wawasan Al-Quran : Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan
Umat. Bandung: Mizan

Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syadzali, Akhmad. 1997. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia

Yusuf, Kadar M, and Alwizar. 2020. Kaidah Tafsir Al-Qur’an. Jakarta: Amzah

Yusuf, Kadar M. 2012. Tafsir Tarbawi. Riau: Zanafa Publishing


Aulia Faradila, Fadhlullah M, Faisal Ghufron Hasan, Hesti Hyldania Azizah

Anda mungkin juga menyukai