Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MUSYTARAK & MURADIF

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah: Ulumul qur’an lanjutan

Dosen Pengampu: Drs. Rofi’i, M.Ag.

Disusun Oleh:

Muhammad Semman

NIM. 2313130025

Zesar Rahmat Syafi’i

NIM. 2313130004

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

TAHUN 2024 M / 1445 H


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas semua kehendak-Nya, kelompok
ini dapat berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yang berjudul
“MUSYTARAK & MURADIF” Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis
berdasarkan buku-buku dan jurnal referensi yang berkaitan dengan ULUMUL QUR’AN
LANJUTAN. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau informasi yang kurang
valid, kelompok penyusun sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun untuk
diperbaiki selanjutnya. Akhir kata, kelompok penyusun makalah mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Palangka Raya, Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5

BAB II.................................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6

A. Pengertian Muradif ........................................................................................................... 6

B. Contoh contoh ayat muradif didalam al qur’an ................................................................. 8

C. Pengertian Musytarak ..................................................................................................... 10

D. Contoh contoh ayat Musytarak………………………………………………… .............. 13

BABIII………………………………………………………………………… ……………13

Penutup……………………………………………………………………… ....................... 13

A.Kesimpulan……………………………………………………………………… ............ 13

B.Saran………………………………………………………………. .................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Ulumul Qur'an adalah cabang ilmu dalam studi keislaman yang membahas
tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan kitab suci
umat Islam yang dianggap sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Karena kedudukannya yang sangat
penting dalam agama Islam, maka timbulah kebutuhan untuk mempelajari berbagai
aspek yang berkaitan dengan Al-Qur'an.

Ilmu Ulumul Qur'an meliputi berbagai aspek, seperti sejarah penulisan Al-Qur'an,
penyusunan mushaf, kajian tentang bacaan Al-Qur'an (tajwid), serta kajian tentang
makna dan tafsir Al-Qur'an. Selain itu, ilmu ini juga membahas tentang keistimewaan
bahasa Al-Qur'an, keajaiban struktur dan gaya bahasa Al-Qur'an, serta kajian tentang
tema-tema dan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Studi Ilmu Ulumul Qur'an tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang Al-Qur'an sebagai kitab suci, tetapi juga membantu umat Islam untuk
mengambil pelajaran, petunjuk, dan hikmah yang terkandung dalam Al-Qur'an untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Ilmu Ulumul Qur'an
memiliki peran yang sangat penting dalam memahami, menghargai, dan mengamalkan
ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Muradif?
2. Bagaimana contoh bacaan Muradif?
3. Apa itu Musytarak?
4. Bagaimana contoh bacaan Musytarak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Muradif
2. Untuk mengetahui contoh bacaan Muradif
3. Untuk mengetahui apa itu Musytarak
4. Untuk mengetahui contoh bacaan Musytarak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muradif
Secara etimologi Murādif adalah isim fa’Il dari kata kerja rādafa yang secara
bahasa berarti saling bersamaan. Tidak jarang kata murādif disebut juga dengan kata
mutarādif. Jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris kata Murādif dikenal dengan
synonym dan mutarādif dengan kata synonymous. Menurut istilah ushul, murādif yaitu
kata yang lafadznya banyak. Murādif adalah lawan dari kata Musytarak. Meski demikian,
secara terminologis, banyak ulama yang berbeda pendapat dalam memberikan definisi
kata tarāduf, karena memang sejak awal para ulama memang berselisih dalam memahami
hakikat tarāduf dalam sebuah bahasa. Adapun makna terminologinya ialah lafal-lafal
mufrad yang menunjukkan kepada sesuatu dengan satu i’tibār, ada juga yang
memberikan definisi al-tarāduf adalah lafal yang banyak namun memiliki satu makna,
yang dimaksud satu makna di sini yaitu makna aslinya bukan makna-makna
pelengkap.
Ada beberapa kosa kata dalam Al-Qur’an yang termasuk pada kategori Al-
Mutarādif yakni lafadznya banyak tetapi memiliki kesamaan makna. 1 Diantaranya kata al-
Khauf dan al-Khasyah, ja’ala dan khalaqo, al-Insān dan Basyar, as-Sabῑl dan at-Ṭarῑq, as-
Syukh dan al-Bukhl, al-Ḥulm dan ra’a fi al-manam, ḥalafa dan aqsama, dan masih banyak
lagi yang lainnya.
1. Kata Khauf
Kata khauf terdiri dari tiga huruf, kha(‫) خ‬, wau(‫)و‬, dan fa(‫ ) ف‬yang merupakan
mashdar dari kata khāfa(‫) خاف‬, yakhāfu(‫)يخاف‬, Khaufan(‫)خوفا‬yang berarti takut. 21
Kata khauf di dalam Al-Qur’an ada dalam berbagai bentuknya, terdiri dari 124 ayat,
18 ayat menggunakan bentuk fi’il maḍhi(kata kerja yang masa lampau), 60 ayat
dengan bentuk fi’il muḍari’(kata kerja yang masa kini/ sedang dilakukan), satu
ayat ada yang menggunakan fi’il amr (kata kerja perintah), 8 ayat menggunakan
bentuk fi’il nahy (kata kerja larangan), dan 3 ayat dengan bentuk isim fa’il(pelaku).2
Setelah di teteliti, dari banyaknya derevasi kata Khauf dalam Al-Qur’an secara
keseluruhan memiliki arti perasaan takut, khawatir, dan merasa cemas terhadap

1 Fikri Muhammad, Qawa’id Tafsir: Kaidah-Kaidah Menafsirkan Al-Qur’an (Riau: Azka Pustaka, 2021p.) 148.
2 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 473.
sesuatu baik itu di dunia maupun di akhirat.3 Ketika kata khauf berkaitan dengan
konteks dunia, maka (khauf) ketakutan tersebut adalah takut terhadap ancaman,
siksaan atau serangan dari makhluk lain dan bahkan dalam Al-Qur’an juga disebutkan
bahwa ketakutan tersebut adalah terhadap sesuatu yang akan menimpanya.
2. Kata Khasy-yah
Kata khasy-yah merupakan bentuk mashdar dari fi’i’ maḍhi dari kata khasyia -
yakhsya –khasy-yah yang berarti takut. Kata khasy-yah juga berarti pohon yang
kering, terambil dari kata syajarah khasy-yah. 4 Dalam kitabnya Mu’jam Mufradāt
AlfāẓAl-Qur’ān, al-Ragib al-Asfahani menjelaskan secara detail dan spesifik
mengenai makna kata khasy-yah, yaitu rasa takut yang dilandasi dengan sikap
mengagungkan, menghormati.5
3. Kata Kholaqa
Kata Khalaqa terdiri dari tiga huruf, yaitu huruf kha(‫)خ‬, lam(‫)ل‬, dan Qaf(‫)ق‬, yang
merupakan mashdar dari kholaqa-yakhluqu-khuluqan yang berarti membuat,
menjadikan. 6 Kata khalaqa diartikan “menciptakan dari awal” atau “menciptakan
sesuatu yang luar biasa”. mengutip perkataan Raghib al-Asfahani dalam kitab Mu’jam
Mufradat menyatakan bahwa kata khalaqa berarti menciptakan sesuatu tanpa asal atau
contoh sebelumnya. Bisa juga diartikan mengadakan sesuatu dari sesuatu yang lain,
karena kata khalaqa dalam artian menciptakan sesuatu tanpa asal hanya dinisbatkan
kepada Allah semata.7
4. Kata Ja’ala
Kata ja’ala (merupakan bentuk fi’il madhi dari kata Ja’ala-yaj’alu-ja’lan yang
terdiri dari tiga huruf, yakni huruf Jim )َ‫)ج‬, ‘ain (‫)ع‬dan lam(َ‫(ل‬yang berarti
mengadakan, menjadikan dan memulai. 8 Kata Ja’ala artinya menjadikan atau
menciptakan sesuatu dari sesuatu yang lain, oleh karena itu kata Ja’ala
memerlukan dua objek. Namun, tidak jarang juga kata Ja’ala menggunakan satu
objek, yaitu apabila kata tersebut semakna dengan kata khalaqa.9 Kata ja’ala

3 Al-Ashfahāni beranggapan bahwa Khaufitu berada pada tataran rasa, takut akan timbulnya sesuatu yang tidak disukai terjadi, baik itu
yang diprediksikan kejadiannya maupun yang sudah dimaklumi, hal ini yang membuat hati gemetar merasa cemas dan khawatir. Lihat Al-
Raghīb al-Asfahāni, Al-Mufradāt fī Gharib Al-Qur’an, (Kairo: Dār al-Ma’rifah, 2004), 166.
4 Akhmad Bazith, Studi Metodologi Tafsir, (Sumatra: Insan Cendikia Mandiri, 2021), 18.
5 Al-Ragib al-Asfahani, Mu’jam Mufradāt AlfāẓAl-Qur’ān,(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2004), 198.
6 Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010), 120
7 Al-Ragib al-Ashfahani, al-Mufradat Fī Gharib Al-Qur’an, ( Beirut: Dār al-Qalam, 1412 H), 296
8 Yunus, Kamus Arab Indonesia, 89
9 Shihab, Kaidah Tafsir, 116.
menunjukkan bahwa penciptaan itu Nafs Wāhidat, yakni berasal dari materi yang
sudah ada.10

B. Contoh-contoh ayat muradif didalam al qur’an


Al khauf dan al khasya
Dalam al qur’an surah ar-ra’ad 21 Allah swt berfirman :

‫ّللا ُ أ َ َم َر َما َي ِصلُو َن َوالَّذِي َن‬


َّ ‫ص َل أَن بِ ِه‬
َ ‫سو َء َو َي َخافُو َن َر َّب ُهم َو َيخشَونَ يُو‬
ُ ‫ب‬
ِ ‫سا‬
َ ِ‫الح‬

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan supaya


dihubungkan,dan mereka takut kepada TuhanNya dan takut pada hisab yang buruk.”

Kata al-Khauf dan al-Khasya memang sama-sama bermakna takut. Namun takut yang
dimaksud dari kedunya tentu berbeda. Al-Khauf bermakna suatu kekurangan akibat
kelemahan dari ketakutan yang dialami, sekalipun yang ditakuti sebenarnya juga lemah.
Namun takut disini tidak sampai secara total sehingga dapat membuat yang ketakutan
tergolong cacat. Sementara Al-Khasya adalah ketakutan secara total akibat terlalu
agungnya yang di takuti, sekalipun orang yang merasa takut termasuk orang kuat. Dari
sini kita pahami, bahwa tidak bisa mengatakan lafaz al-Khauf dengan maksud
makna al-Khasya dan juga sebaliknya.

As-sabil dan ath-thariq


Dalam al qur’an surah al-Ahqaf: 30

‫سى بَع ِد مِن أُن ِز َل ِكت َابًا سَمِ عنَا إِنَّا يَاقَو َمنَا قَالُوا‬
َ ‫ق إِلَى يَهدِي يَدَي ِه بَينَ ِل َما ُمص َِدقًا ُمو‬ َ ‫ُمستَقِيم‬
ِ ‫ط ِريق َوإِلَى ال َح‬

“mereka berkata, hai kaum kami sesungguhnya kami telah mendengar kitab yang
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kepada kitab sebelumnya lagi memimpin
kepada kebenaran dan menunjukkan pada jalan yang lurus.”

10 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Cet. 1 (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 458.
Meski kedunya bermakna jalan namun jalan yang dimaksud tidaklah sama. As-
Sabil digunakan untuk menunjuk berita atau kabar yang di dalam jalan itu ada
kemudahan. Sementara ath-Thariq tidak digunakan untuk mengabarkan sesuatu.
Melainkan ath-Thariq selalu diidhafahkan dan disandingkan dengan sifat.

As-syukhu, Al-Bukhlu & Ad-dhanu

Dalam al qur’an surah At-takwir:24

‫ب عَلَى ه َُو َو َما‬


ِ ‫ضنِين الغَي‬
َ ِ‫ب‬

“dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menjelaskan yang ghaib.”

Ketiganya semakna dalam arti kikir. Namun makna kikir yang ada pada setiap kata tidaklah
sama. As-Syukhu adalah sifat kikir yang juga disertai dengan ketamakan. Dan Al-
Bukhlu adalah sifat kikir dikaitkan dengan pemberian. Sementara Ad-Dhannu terkait dengan
barang-barang dagangan.

C. Pengertian Musytarak

Dari keragaman dan kekayaan bahasa, satu lafadz kadang tidak hanya memberikan satu
makna, tapi bisa memberikan dua makna, tiga, bahkan banyak makna, menyesuaikan
konteksnya.

Adapun lawan kata dari Murādif yakni kata Musytarak yang secara bahasa adalah mashdar
dari kata ‫اشترك‬- ‫ يشترك‬yang berarti bersekutu, berserikat.10 Sedangkan menurut terminologi,
dari segi istilah kata musytarak ini banyak ulama yang mendefinisikannya, Sederhananya, kata
musytarak ini didefinisikan oleh sebagian ulama dengan yaitu lafadznya hanya satu, tetapi
memiliki banyak makna. Seperti lafadz ‘ayn )( ‫عين‬yang memiliki banyak makna seperti: bola
mata yang kita gunakan untuk melihat, mata air yang mengalir, mata-mata, emas dan
sebagainya.
Dalam buku karya Fikri Muhammad mengutip pendapat Ali Abdul Sami’ Husain yang
menyatakan bahwa definisi musytarak adalah: Yang artinya: “setiap lafadz yang mengandung
lebih dari satu makna yang terdiri dari makna yang berbeda-beda, namun yang dimaksud
hanyalah salah satu dari jumlah makna yang berbeda-beda tersebut.”

Jadi, walaupun lafadz itu mempunyai banyak makna, tetapi tidak semua maknanya
dikehendaki sekaligus dalam satu kalimat, namun hanya satu diantara makna-makna yang
dimaksud tersebut. Tetapi para ulama sering berbeda pendapat untuk menentukan makna satu
mana yang dimaksud.12

Lafadz Musytarak dalam bahasa Arab, artinya sama dengan istilah homonim dalam bahasa
Indonesia. Lafadz musytarak diartikan dengan lafadz yang mempunyai dua arti lebih dari satu
yang berbeda-beda, atau bisa disebut satu kata yang memiliki banyak arti yang beragam.
Musytarak adalah :

‫ واملترادف ا للفظ‬.‫ ويدل على كل منهما على سبيل البدال‬,‫ا للفظ اموضوع لحقيقتين مختلفتين فاكثر‬
‫املتعدد ملعنى واحد‬

“lafadz yang diucapkan untuk dua makna atau lebih, dan dia menunjukkan kepada
maknamaknanya atas dasar badal, berganti-ganti.”

Lafadz yang diletakkan untuk beberapa makna yang bermacam-macam dengan penetapan
yang bermacam-macam pula, atau lafadz yang diletakkan untuk dua makna atau lebih dengan
peletakan yang bermacam-macam, yang mana lafadz tersebut menunjukkan makna yang
ditetapkan secara bergantian, yang maksudnya lafadz tersebut menunjukkan makna ini atau
makna itu.13

Musytarak laf𝑧̇i merupakan metode yang tampak dari beberapa metode yang perlu dikaji
dalam ilmu bahasa, karena manusia butuh terhadap ungkapan suatu makna yang mungkin
mereka tidak menemukan kata-kata itu sebelumnya yang sudah terpakai. Dan bahwasanya
kalimat-kalimat itu diketahui terkadang tidak cukup untuk mendatangkan beberapa makna
sehingga sebuah kata berkembang dan diperbarui sesuai dengan penggunaannya, dan
terkadang juga mereka meminjam kalimat ungkapan tersebut dari segi makna dan
pemikirannya, jadi perlu meminjamkan suatu makna arti yang lain dan dengan ungkapan yang
lain ketika memiliki makna yang banyak, yang tidak ada habisnya. Dan secara umum,
menemukan makna yang musytarak karena banyaknya suatu makna yang berpindahpindah
antara satu makna dengan makna lainnya. kalau bukan karena keragaman penggunaannya,
maka makna keragaman itu tidak akan ada.14

Dalam buku karya Lalu Tarjuman Ahmad yang berjudul al-Qaḍāyā al-Balāgiyah Wa
alAdabiyah wa al-Lugawiyah ‘Inda Ibnu Qutaybah mengutip pernyataan Dr. Subhi al-Sholeh
bahwasanya “ketika penggunaan makna tersebut tidak bermacam-macam maka dalam segi
makna, maknanya pun tidak akan bermacam-macam pula. Namun, gambarannya dan batasan
ta’rif nya itu sama saja dalam makna musytaraknya. Ketika berubah arah atau metode
penggunananya, adakalanya perubahan dalam segi posisi atau bentuk bahasanya dan
adakalanya juga perubahan dalam penggunaan bahasanya dalam segi Majaz.

Hal ini telah diakui oleh para ulama lughowi Arab ketika zaman dahulu, yang telah
dikumpulkan pembahasannya dan dikhususkan kitab-kitabnya. Kebanyakan di antaranya
adalah Muqatil bin Sulaiman al-Balkhi (Wafat: 150 H) dengan bukunya al-Asybah wa an-
Naẓā’ir Fi al-Qur’an al-Karim, Musa bin Harun (wafat: 170 H) dengan bukunya yang berjudul
al-Wujūh wa an-Naẓā’ir, dan lain sebagainya.15

Al-Musytarak Dalam Al-Qur’an ,Sering kali al-Musytarak ini beriringan dengan al-
Murādif, yang mana al-Musytarak diartikan sebagai satu kata yang memiliki lebih dari satu
makna.32 Al-Musytarak dalam AlQur’an terkadang berbentuk isim (kata benda), tapi
terkadang juga dalam bentuk fi’il (kata kerja), misalnya sighat amr atau perintah untuk wajib
dan sunnah, atau berupa huruf seperti huruf “wawu” untuk ‘aṭaf (kata sambung) dan
menyatakan keadaan.33
Kata Dalal

Secara etimologi, kata ḍalāl berasal dari bahasa Arab yaitu dola ,yadillu ,dolalan
wadolalatan mempunyai akar kata yang terdiri dari tiga huruf yaitu ḍad (‫)ض‬, lam (‫)ل‬, dan lam
(‫)ل‬, dan ada yang terdapat tasydid pada huruf lam.

Kata ḍalāl menurut bahasa dalam beberapa mu’jam atau kamus mempunyai beberapa arti
yang bermacam-macam, karena memang penggunaan lafalnya dalam bahasa Arab juga
memilki beberapa makna yang beragam dan berbeda, bisa diartikan hilang, sesat, gagal atau
tidak berhasil, hancur atau menghancurkan, sia-sia atau menyia-nyiakan sesuatu, lupa, rusak
dan dapat juga diartikan bingung.34

Kata ḍalāl dan derevasinya dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 181 kali dan tersebar di 56
surah dan dalam 170 ayat.35 Penggunan lafal tersebut dalam Al-Qur’an ada dalam 5 bentuk
kata yang berbeda-beda, yakni dalam bentuk fi’il māḍi, fi’il muḍāri’, maṣdar, isim tafḍīl, dan
isim fā’il. Adanya penggunaan bentuk kata yang berbeda tersebut, sehingga menimbulkan
terjadinya pergeseran makna yang membuat kata ḍalāl memiliki makna yang beragam.

Kata Rahmah

Dalam kamus al-Munawwir kata rahmah atau rahmat berasal dari kata Rahima ,yarhamu
,rahmatan wamarhamatan yang berarti rahmat atau belas kasih.36 Kata rahmah beserta
derevasinya dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 388 kali, ada yang dalam bentuk fi’il māḍi,
fi’il muḍāri’, fi’il amr, dan selebihnya banyak dalam bentuk isim dengan berbagai
macamnya.37

Kata rahmah di dalam Al-Qur’an hampir semuanya tertuju kepada Allah SWT sebagai
subyek utama dari pemberi rahmah, atau bisa disebut juga kata rahmah dalam Al-Qur’an
menunjukkan tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan kasih sayang, anugerah, dan
kebaikan Allah terhadap makhluknya.
Dari yang penulis teliti, banyak sekali makna kata rahmah yang ditemui tersebar diseluruh
ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain, ada bermakna agama islam, bermakna syurga, bermakna
hujan, bermakna keimanan, dan bermakna pertolongan.

Kata Quru'

Kata quru’ merupakan jamak dari kata qur’un yang berarti suci daripada haid, haid dan
darah bulanan.38 Kata quru’ dalam Al-Qur’an terulang sebanyak satu kali dalam QS. Al-
Baqarah ayat 228 yang berbentuk sighat Maṣdar Sama’i.39

Jumhur ulama membaca kata qurū’in dengan menggunakan huruf hamzah di akhir kata,
yang bentuk asalnya adalahُ‫فعو ُل‬, namun ada bacaan lain yang diriwayatkan dari nafi’ yaitu
bacaan quru’ dengan menggunakan harokat kasroh dan tasydid pada huruf wawu tanpa ada
huruf hamzahnya quru’win 40.ٍBacaan lainnya diriwayatkan dari alHasan, ia membacanya
dengan quri’n menggunakan harakat fathah pada huruf qaf, sukun pada huruf ra, dan tanwin
pada huruf akhirnya.

Aṭ-Ṭabari menjelaskan dalam kitabnya bahwa kata ‫ القروء‬dalam bahasa Arab adalah bentuk
jamak dari kata qur’un atau kadang-kadang bentuk jamaknya ‫أقراء‬. Dalam bentuk kata kerja
contohnya ‫ املرأة ُأقرأت‬jika wanita itu telah mengalami masa haid dan suci, sehingga ُ ‫إقرا ُءتقرئ‬
asal kata ‫ القرء‬dalam bahasa Arab adalah: waktu kedatangan sesuatu yang sudah terbiasa datang
pada waktu yang sudah diketahui, dan perginya sesuatu yang biasa pergi pada waktu yang telah
diketahui, oleh sebab itu, orang Arab mengatakan: ‫ عندي فالن الحاجت أقرأت‬jika telah mendekati
waktu pelaksanaannya, atau telah datang waktu pelaksanaannya,ُ ‫ النجم أقراء‬jika telah datang
waktu terbitnya, ‫ أقرأ‬telah datang waktu terbenamnya.41

Quru’ memiliki dua pengertian yang berbeda, ada yang mengatakan bahwa quru' berarti
suci (masa ‘iddah nya adalah tiga kali suci), sedangkan menurut ulama lainnya quru’ diartikan
haid (masa ‘iddah nya adalah tiga kali haid).42
Quru’ asal maknanya adalah “waktu/masa”. Masa haid disebut quru’, demikian juga
dengan masa suci, karena kedua-duanya mempunyai masa yang telah dimaklumi. Orang Arab
biasa mengucapkannya, kadang menunjukkan arti suci dan terkadang menunjukkan arti haid.43

Dari penjelasan kata Quru’ tersebut, bisa dipahami bahwa kata quru’ termasuk pada kata
Musytarak dalam bagian persoalan mujmal yang mengandung dua makna yaitu haid dan suci.
Apabila dipilih salah satu makna, maka harus didukung oleh dalil lain, baik dari Al-Qur’an,
sunnah, maupun melalui ijtihad.44

D. Contoh contoh musytarak dalam al qur’an


Dalam al Qur’an surah Al-Ahzab ayat 49

‫ت نَ َكحْ ت ُ ُم اِذَا ا َمنُ ْٰٓوا الَّ ِذيْنَ يٰٓاَيُّ َها‬


ِ ‫طلَّ ْقت ُ ُم ْوه َُّن ث ُ َّم ْال ُمؤْ ِمن‬
َ ‫س ْوه َُّن اَ ْن قَ ْب ِل ِم ْن‬
ُّ ‫تَ َم‬
‫س ِر ُح ْوه َُّن فَ َمتِعُ ْوه َُّن تَ ْعتَد ُّْونَ َها ِعدَّة ِم ْن َعلَ ْي ِه َّن لَ ُك ْم فَ َما‬ َ ‫َج ِمي ًْل‬
َ ‫س َرا ًحا َو‬

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan


mukminat, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, tidak ada masa
idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Maka, berilah mereka mutah (pemberian) dan
lepaskanlah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya”

Lafadz ‫حت ُ ُم‬


ْ ‫ نَ َك‬dapat di artikan sebagai akad nikah, dan juga bisa di artikan sebagai hubungan
badan (jima’).

Dalam al Qur’an surah Al-Ma’idah:38

‫ار ُق‬
ِ ‫س‬َّ ‫ارقَةُ َوال‬
ِ ‫س‬ َ ‫ِمنَ نَ َكال َك َسبَا ِب َما َجزَ ۤاء ا َ ْي ِديَ ُه َما فَا ْق‬
َّ ‫طعُ ْْٓوا َوال‬
‫ّللا‬
ِ ٰ ُ‫ّللا‬
ۗ ٰ ‫َح ِكيْم َع ِزيْز َو‬
“Laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas
perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.
 Lafadz ‫( ْي ِد‬tangan) musytarak antara ujung jari sampai siku, ujung jari sampai lengan,
dan ujung jari sampai pergelangan.
 Jumhur ulama kemudian berdalil dengan hadits dan menentukan bahwa yang di maksud
dengan tangan adalah ujung jari sampai pergelangan tangan yang kanan.

Dalam surah al-Ahzab ayat 56

ۤ
‫ّللا اِ َّن‬
َٰ ٍ‫ه‬َ ‫ت‬ َ
‫ك‬ ِٕ ‫صلُّ ْونَ َو َم‬
‫ى‬ ‫ل‬ َ ُ‫صلُّ ْوا ا َمنُ ْوا الَّ ِذيْنَ يْٓاَيُّ َها النَّ ِب ۗي ِ َعلَى ي‬
َ
‫ت َ ْس ِليْما َو َس ِل ُم ْوا َعلَ ْي ِه‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan
kepadanya.”

Lafazd sholawat dalam ayat di atas adalah musytarak yang memungkinkan kompatibel untuk
di pakai kedua maknanya. Mereka memakai sholawat Allah kepada Rasulullah dalam ayat ini
adalah rahmat dan magfiroh, sementara sholawan malaikat kepada Rasulallah adalam berupa
permintaan ampunan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Muradif dalam Al-Qur'an: Merujuk kepada kata-kata yang memiliki arti yang sama atau
mirip dalam Al-Qur'an. Contohnya, kata "ilm" (‫ )علم‬dan "ma'rifah" (‫ )معرفة‬keduanya
menggambarkan pengetahuan, meskipun dengan nuansa yang sedikit berbeda.

Musytarak dalam Al-Qur'an: Merujuk kepada kata-kata yang memiliki akar kata yang
sama, tetapi memiliki makna yang berbeda dalam Al-Qur'an. Contohnya, kata "kafara"
(‫ ) َكف ََر‬memiliki arti "ingkar" atau "kufur", sementara kata "kufran" (‫ )كُ ْف َران‬memiliki arti
"ketidakimanan".

Pemahaman tentang muradif dan musytarak ini membantu memperdalam pemahaman


terhadap makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur'an serta memperkaya
pemahaman terhadap bahasa Arab yang digunakan dalam kitab suci tersebut.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dengan adanya
makalah ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua. Namun, kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asfahani Al-Ragib, Mu’jam Mufradāt Alfāẓ Al-Qur’ān, hal:198, Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyah, 2004

Bazith Ahmad, Studi Metodologi Tafsir, hal:18, Sumatra: Insan Cendikia Mandiri, 2021

Muhammad Fikri, Qawa’id Tafsir: Kaidah-Kaidah Menafsirkan Al-Qur’an, hal: 148, Riau:
Azka Pustaka, 2021

Shihab M. Quraish, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, hal: 473, Jakarta: Lentera
Hati, 2007

Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal: 120, Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010

Anda mungkin juga menyukai