Anda di halaman 1dari 8

METODE IJTIHAD BAYANI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ushul Fikih
Dosen Pengampu: Dr. Abdullah Syafe’i, M.Ag

Disusun oleh:

Muhammad Ilyas : 2220050038

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia–nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Metode Ijtihad Bayani” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ushul Fikih
Dalam menyusun makalah ini, saya menyadari akan banyak bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka kesempatan yang baik ini saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian makalah
ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
guna penyempurnaan isi makalah ini, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Dan saya mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, baik dalam hal pengetahuan maupun terapan.

Bandung, 24 November 2022

Penulis

i
A. Pengertian Ijtihan
Pengertian ijtihad dapat dilihat dari dua segi baik etimologi maupun
terminologi, yaitu: (Has, 2013) Ijtihad secara etimologi memiliki pengertian
“pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit”.
Sedangkan secara terminologi adalah “penelitian dan pemikiran untuk
mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau
yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qu; agar maksud dan tujuan umum
dari hikmah Syariah yang terkenal dengan maslahat.
Ijtihad Bayani adalah penjelasan ulama terhadap teks Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Muhammad Salam Madkur menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
ijtihad bayani adalah: (Madkur, 1974) “Pengerahan (segenap daya) secara
sungguhsungguh untuk mencapai hukum yang dikehendaki (Allah) dari teks (nash)
yang termasuk zhaniy, baik wurud maupun dalalahnya”. Kemudian Yusuf
Qardhawi memberikan pengertian ijtihad bayani, yaitu
Bentuk-bentuk kata yang termasuk kata khash adalah perintah (al-amr) dan
cegahan (al-nahy). Secara umum, ijtihad bayani dapat dibedakan menjadi tiga:
pertama, ijtihad yang berhubungan dengan cakupan makna lafazh; kedua, ijtihad
yang berhubungan dengan penggunaan lafazh; ketiga, ijtihad yang berhubungan
dengan cara penunjukkan lafazh terhadap makna (dilalat).
B. Pembagian Lafazh dari segi Cakupan Makna
Dari segi cakupan makna, kata (atau lafazh) dapat dibedakan menjadi dua: al-
khash dan al- ‘am (khusus dan umum). Lafazh khash terdiri atas al-muthlaq wa al-
muqayyad dan al-amr wa al-nahy.
1. Khusus
Kata khusus yang dimaksud adalah kata yang dibuat untuk menunjukkan satu
makna. Ia menunjukkan satu makna tergolong al-syakhsh atau nama tertentu. Kata
yang khash mengandung arti yang termasuk dilalat alqath’iyyat selama tidak ada
dalil lain yang mengalihkan dari qath’iy kepada yang lainnya. Bentuk-bentuk kata
yang termasuk kata khash adalah perintah (al-amr) dan cegahan (al-nahy).

1
a. Amr dan Nahyl
Perintah (al-amr) adalah tuntutan untuk berbuat dari yang lebih tinggi (Allah)
kepada yang lebih rendah (manusia). Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai bentuk
(shighat) perintah, yaitu:
a) Pertama, perintah yang menggunakan fi’il alamr, seperti firman Allah:
“Peliharalah semua salat(mu), dan (pelihara) sahat wustha. Berdirilah untuk
Allah (dalam salah) dengan khusu’.” Dalam ayat tersebut terdapat fi’il al-
amr, yaitu peliharalah. Tuntutan untuk berbuat tersebut berasal dari Allah
dan diperuntukkan bagi manusia. Oleh karena itu, ia disebut perintah
(alamr). Sedangkan perintah dari yang lebih rendah (manusia) kepada Allah
disebut permohonan (doa).
b) Kedua, perintah yang menggunakan lam al-amr pada fi’il al-mudhari’,
seperti firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya; dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dalam ayat tersebut terdapat fi’il al-mudhari
yang disertai dengan lam al-amr yang menunjukkan perintah, yaitu
menuliskannya.
c) Ketiga, perintah yang menggunakan kata yang bermakna perintah, yaitu
kata amara, faradha, dan kataba. Seperti firman Allah: “Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu Cegahan (al-nahy) adalah cegahan (untuk
mengerjakan sesuatu) dari Allah terhadap manusia. Pada dasarnya, perintah
dan cegahan adalah sama, yaitu sama-sama perintah. Al-amr adalah perintah
untuk berbuat, sedangkan alnahy adalah perintah untuk tidak berbuat.
b. Umum (al-‘Amm)
Yang dimaksud dengan lafazh umum adalah: (al-‘Aziz, 1997) “lafazh yang
dibuat untuk menunjukan makna-makna tertentu tanpa batas yang mencakup
semua satuan-satuannya.
a) Bentuk- bentuk Lafazh Umum
Lafazh-lafazh yang menunjukkan makna umum atau bentuk-bentuk lafazh
umum adalah:

2
 Lafazh jamak (plural) yang diidhafatkan Pembahasan
 Lafazh jamak yang di-ma’rifat-kan dengan alim lam
 Lafazh tunggal (mufrad) yang di-ma’rifat-kan dengan alim lam jinsiyat
 Ism al-syarth. Lafazh-lafazh yang termasuk ism alsyarth adalah man
(siapa saja, barang siapa), ma (apasaja), dan ayyuma (yang mana saja)
 Ism al-mawshul, lafazh ma yang menunjukan umum; yaitu siapa saja
selain yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu perempuan-perempuan
yang haram dinikahi oleh seseorang
 Ism al-nakirat yang disifati dengan sifat umum
 Lafazh yang di-idhafat-kan dengan kata kullu, jami’, atau yang
semakna dengannya.
b) Lafazh Musytarak (Lafazh Bermakna Ganda)
Lafazh al-isytirak (atau al-musytarak) adalah lafazh yang memiliki dua
makna atau lebih. Ali Hasab Allah menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan lafazh isytirak adalah: “Lafazh yang dibuat untuk satu arti tertentu
kemudian dibuat lagi untuk arti yang lain.”
C. Pembagian Lafazh dari segi Penggunaan
Dari segi penggunaannya, lafazh dapat dibedakan menjadi empat, yaitu al-
haqiqat (hakikat) dan al-majaz (majaz). Di antara alhaqiqat dan al-majaz terdapat
yang al-sharih dan al-kinayat.
1. Hakikat dan Majaz
Dalam konteks penggunaan bahasa, lafazh dapat dibedakan menjadi dua:
hakiki dan majazi. Yang dimaksud dengan hakiki (al-haqiqat) adalah:8 “Lafazh
yang menunjukkan pada arti yang dibuat (sejak awa) tanpa memerlukan tanda-
tanda tertentu”. Sedangkan yang dimaksud dengan arti majaz (almajaz) adalah:
“Lafazh yang menunjukkan pada arti yang dibuat (sejak awal) serta berhubungan
dengan qarinat”.
2. Sharih dan Kinayah
Sebagaimana telah dikatakn pada bagian awal bahwa diantara lafazh yang
memiliki arti hakiki dan majazi terdapat lafazh yang sahih dan yang kinayat. Yang
dimaksud dengan sahih adalah: “Lafazh yang dimaksud tidak tersembunyi karena

3
sering digunakan, baik dengan arti yang hakiki ataupun dengan arti majazi”.
Sedangkan arti kinayat (al-kina’iy) adalah: “Lafazh yang dimaksudnya
tersembunyi, baik yang hakiki ataupun arti majazi.
D. Penunjukan Lafazh terhadap Makna
Penunjukkan lafazh terhadap makna dapat dibedakan dari dua segi: pertama,
penunjukan lafazh terhadap makna dari segi kandungan dan dari segi kejelasan
(wudhuh).
1. Penunjukan lafazh terhadap Makna dari segi Cakupan
Dari segi kandungan makna, ulama membagi lafazh menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Dilalat al-muthabaqat. Yang dimaksud adalah: “Lafazh yang menunjukkan
pada kesempurnaan makna sesuai dengan pengertian awalnya”.
b. Dilalat al-tadhamun. Yang dimaksud adalah: “Lafazh yang menunjukkan
kepada sebagian makan (yang dicakupnya)”.
c. Dilalat al-litizam. Yang dimaksud adalah: “Penunjukkan lafazh kepada
kemestian berdasarkan akal (akal kecerdasan) yang tidak tertolak dari segi
maknanya”
2. Kejelasan dan Kesamaran Makna Lafazh
Dari segi kejelasan makna, lafazh dibedakan menjadi dua, yaitu khafiy al-
dilalat dan zhahir al-dilalat adalah:12Khafiy al-dilalat terdiri atas empat macam,
yaitu:
a. Al-Mutasyhabit, yaitu: “Suatu lafazh yang maknanya tersembunyi karena
zatnya, terdapat kesulitan untuk mengetahui (maknanya), dan tidak ada
qarinat yang dapat menunjukkan maknanya”.
b. Al-Mujmal, yaitu: “Suatu lafazh yang maknanya tersembunyi karena
zatnya, tidak ada jalan (cara) untuk menghilangkan ketidakjelasan
maknanya darinya (Allah dan Rasul-Nya)”.
c. Al-Musykil, yaitu: “Suatu lafazh yang maknanya tersembunyi karena
zatnya, tapi masih memungkinkan untuk menghilangkan ketidakjelasan
maknanya dengan pembahasan dan penelitian yang mendalam”.

4
d. Al-Khafiy, yaitu: “Lafazh yang dari segi zatnya menunjukkan makna yang
jelas; akan tetapi karena sebab lain yang bukan berkaitan dengan lafazh, ia
(lafazh itu) menjadi samar.”
Setelah mendapatkan informasi tentang lafazh-lafazh yang termasuk khafiy
aldalalat, pada bagian berikut akan dijelaskan mengenai lafazh-lafazh yang
maknanya jelas (tidak samar) atau disebut zhahir aldalalat. Yang dimaksud
adalah:20 “Lafazh yang menunjukkan pada maknanya dari segi bentuknya tanpa
mencari penjelasan dari luar (yang lain)”. Lafazh-lafazh yang tergolong zhahir al-
dalalat, adalah al-zhahir, al-nash, al-mufassar, dan almuhkam. Lafazh-lafazh
tersebut dijelaskan pada bagian berikut:
a. Al-Zhahir. Yang dimaksud adalah: “Lafazh yang maknanya (didapat) Tanpa
piker panjang, tetapi makna tu tidak dimaksudkan sebagai makna pokok
setelah memperhatikan susunan kalimatnya; ia dapat menerima tafsir,
takwil, dan naskh pada zaman risalah”.
b. Al-Nash. Yang dimaksud adalah: “Lafazh yang menunjukkan makna pokok
dalam konteks pembicaraan; ia dapat ditafsirkan, ditakwilkan, dan dapat di-
naskh pada zaman risalah.
c. Al-Mufasar. Yang dimaksud adalah:“Lafazh dengan mempertimbangkan
penunjukannya terhadap makna yang dimaksud sebagai makna pokok atau
makna penunjang; tetapi ia tidak menerima tafsir dan takwil; dan ia dapat
di-naskh pada zaman risalah.
d. Al-Muhkam. Yang dimaksud adalah:“Lafazh dengan mempertimbangkan
penunjukkannya terhadap makna yang dimaksud dan tidak menerima tafsir
dan takwil; dan tidak di-naskh pada zaman risalah.

5
DAFTAR PUSTAKA

al-‘Aziz, A. ‘. (1997). Ushul al-Fiqh alIslami,. Mesir: Dar al-Salam.

Allah, A. H. (n.d.).

Allah, A. H. (n.d.). op.

Has, A. W. (2013). Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam. jurnal
episteme.

Hasab, A. (n.d.).

Madkur, M. S. (1974). Manahij al-Ijtihad fi al-Islam. Kuwait: Jami’ah Kuwait,.

Anda mungkin juga menyukai