(fikih) untuk mengungkapkan suatu dalil hukum guna menjawab persoalan-persoalan yang
terjadi. penalaran Fiqh Bahasa Arab menyampaikan suatu pesan dengan berbagai cara dan dalam
berbagai tinggkat kejelasanya untuk itu para ahlinya telah membuat beberapa ketegori lafal atau
redaksi diantanya metode dalam beristinbat ada beberapa macam diantaranya amr (perintah),
nahi (larangan), takhyir (pilihan), am (umum) dan khas (khusus), mutlaq dan muqayyad serta
mantuq dan mafhum.
Menurut mayoritas ulama ushul fiqh adalah suatu tuntutan (Pemerintah) untuk melakukan
sesuatu dari pihak yang lebih kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya.
Objek utama yang akan di bahas dalam Ushul Fiqh adalah Al-Quran dan sunah untuk memahami
teks-teks dua sumber yang berbahasa arab tersebut para Ulama
Dari apa yang disampaikan oleh Amir al-hajj, memberikan pengertian bahwa proses
istinbath (mengeluarkan) hukum, bukanlah perkara yang gampang dan mudah. Tetapi
proses mengeluarkan hukum syara’ itu dengan usaha yang serius sampai dalam batas
tertentu yang disertai dengan kepayahan dan keletihan.
1
Muhammad bin Muhammad bin Amir al-Hajj , Al-Taqrir Wa Al-Takhbir,
ditahqiq oleh Abdullah Mahmud Muhammad umar, (Beirut: Dar al-Kutib
al-‘ilmiyah, 1999), hlm. 28
2
Iyadh Bin Namiy Bin ‘Audh Al-Sulamiy , Ushul Fiqh Alladzi La Yasa’u
Al-Faqih Jahlahu, (al-riyadh-KSA: Dar al-tadmiyah, 2005), hlm. 448
3
Prof. Dr. Amir Syarifuddin , Ushul Fiqh Jilid 2, hlm.1-2.
intinbath hukum (penggalian hukum) dari al-quran dan al-sunnah melibatkan dan
memerlukan kaidah kaidah kebahasaan sabagai instrument untuk sampai pada pemahaman
yang benar.
Kaidah bahasa disini tentunya adalah kaidah-kaidah bahasa Arab,yang merupakan bahasa
kitab suci ini diturunkan dan menjadi bahasa pengantar nabi ketika menyampaikan risalah
suci ini kepada manusia, yang kemudian dikenal dengan Sunnah.
5. Menurut Zuhri
Persoalan kebahasan dalam konteks relasi lafaz-makna, merupakan persoalan epistimologi
yang terletak pada logika bahasa (mantiq al-lughah) dan problematika pembuktian (al-
dilalah). Memberikan penjelasan tentang yang dimaksudkan dengan logika bahasa dan al-
dilalah, sebagai berikut:
Logika bahasa adalah aturan penalaran yang terbagnun dalam wacana tatabahasa Arab
(nahwu), baik itu tentang asal mula bahasa maupun konsekuensi persoalan pemaknaan
yang kemudian timbul. Sementara itu, yang dimaksudkan dengan al-dilalah adalah
implikasi-implikasi yang diberikan oleh teks sebagai akibat dari suatu pemaknaan yang
menjadi dasar atau sumber pengetahuan adalah teks atau al-nash di mana dalam proses
metode penggalianya kemudian menjadi suatu ilmu-ilmu keislaman, seperti nahwu-saraf,
balaghah, fiqh-ushul fiqh , tafsir-ilmu tafsir, hadits-ilmu hadits, dan bahkan ilmu kalam.
B. Hal-hal yang perlu diprhatikan
Untuk melakukan istinbath yang tepat ada 4 (emapt) hal yang harus diperhatikan:
1. Apakah lafad-lafad itu telah jelas makna dan dalalahnya
2. Apakah susunan bahasanya cukup jelas untuk suatu pengertian ataukah dengan isyarah.
Apakah pengetian yang terkandung di dalamnya tersurat atau tersirat.
3. Apakah lafad itu umum atau khusus, muthlaq atau muqayyad dsb.
4. Bagaimana bentuk lafad yang menimbulkan hukum taklifi ataukah lafad amr (perintah)
atau nahy (larangan).
C. Tujuan Istinbath Hukum
Hukum istinbath bertujuan untuk menetapkan sebuah hukum pada setiap perbuatan umat atau
perkataan mukallaf dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam sumber hukum
islam. Dengan hukum istibath ini maka hukum islam akan mengalami perkembangan sesuai
dengan pola pikir masyarakat luas. Oleh sebab itu hukum istinbath dapat menjawab persoalan
yang ada tanpa terpaku oleh waktu.
D. Macam-Macam Istinbath Hukum
Selain pengertian Istinbath terdapat juga macam-macam Istinbath yang dibagi menjadi dua
bagian, yakni istinbath Ladfiyah dan Istinbath Maknawiyah.
1. Istinbath Ladfiyah
Istinbath Ladfiyah merupakan mengambil keputusan suatu hukum yang ditinjau dari segi
lafadz di dalam sebuah dalil.
2. Istinbath Maknawiyah
Istinbath Maknawiyah adalah Istinbath yang mengambil sebuah keputusan dari segi
makna.
E. Syarat-Syarat Istinbath Hukum
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan istinbath, yakni sebagai berikut:
1. Mempunyai ilmu pengetahuan yang sangat luas tentang ayat-ayat AL-Quran dan isi
Hadis yang membahas tentang hukum
2. Memahami permasalahan dalam hukumyang telah ditunjukkan dengan ijma’
3. Memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan hukum tentang qiyas.
4. Dapat menyimpulkan suatu rumusan masalah dengan baik dan teliti.
5. Menguasai Bahasa Arab secara mendalam untuk mengetahui makna dalam sebuah dalil.
Childfree dengan niat untuk membatasi keturunan (tahdid al-nasl) adalah bertentangan dengan
syariat Islam dan tujuan pernikahan. Syariat Islam yang agung menganjurkan umatnya untuk
menikah dan memperbanyak keturunan. Banyaknya keturunan tersebut tentunya harus disertai
dengan kualitas urmat yang baik demi menunjang tegaknya agama Islam hingga hari kiamat.
Sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai tujuan pernikahan dapat digapai dengan hadirnya
anak dalam kehidupan rumah. tangga, meskipun anak merupakan rezeki dari Allah Swt., akan
tetapi patutnya sebagai hamba yang taat senantiasa berusaha memilikinya. Selain itu, berusaha
memiliki keturunan merupakan sesuatu yang bernilai ibadah. dan sunah para nabi. Juga, anak
yang saleh yang dihasilkan dari pernikahan merupakan maksud syariat bagi mukallaf. Oleh
sebab itu, jika melihat banyaknya keutamaan yang didapat dengan hadirnya anak, maka
membatasi keturunan tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara merupakan sesuatu vang tidak
sejalan dengan tujuan pernikahan.
Syariat Islam telah memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan memiliki keturunan dalam Al-
Qur’an, hadis, dan ijtihad para ulama Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai konsep
tanasul. Childfree dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas telah keluar dari
konsep tanasul Islam. Sebagai contoh, 1) praktik childfree yang membatasi keturunan secara
permanen dengan metode vasektomi dan tubektomi dilarang oleh hadis Rasulullah yang
melarang sahabatnya untuk mengebiri diri sendiri. 2) Childfree karena takut akan biaya yang
mahal dan kemiskinan dilarang olen Al-Qur'an. 3) Childfree karena khawatir akan masalah
lingkungar dikarenakan banyaknya jumlah penduduk dapat dicapai dengan cara yang lebih
manusiawi seperti randzim al-nasi. Dengan demikian, Childfree dengan alasan-alasan tersebut
tidak sesuai dengan konsep tanasul islam.